Tema:
DISUSUN OLEH:
NAMA NIM
DOSEN PENGAMPU:
PROGRAM STUDI
FAKULTAS SYARIAH
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…
Segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan,
akal fikiran untuk berfikir leluasa dan memikirkan ciptaannya. Shalawat serta salam tak lupa
pula kita panjatkan kepada baginda kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah memberi
pertolongan pada diri kita baik pertolongan yang telah jelas kita rasakan pada saat ini yakni
jalan kebenaran, dan mudah-mudahan pertolongan yang kedua kalinya senantiasa pada diri
kita semua di alam berbeda yaitu di syafa’ati rosulullah SAW.
Selanjutnya kami banyak berterimakasih atas bimbingan bapak dosen dan kerjasama
teman-teman yang telah ikut berpatisipasi, dan membantu mengeluarkan segenap
pemikirannya sehingga makalah kelompok ini dapat terselesaikan tepat waktu. Semoga Allah
SWT memberikan balasan kepada semua pihak.
Kami tahu bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar dapat menyusun makalah
berikutnya dengan lebih baik lagi. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kami
khususnya para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar belakang.................................................................... 1
B. Rumusan masalah............................................................... 1
C. Tujuan pembahasan
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 2
A. Pengertian perbankan.......................................................... 2
B. Sejarah perkembangan perbankan syariah di Indonesia..... 3
C. Perkembangan regulasi perbankan syariah di Indonesia.... 6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank konvensional menggunakan sistem bunga yang dalam islam merupakan
riba. Nahdatul ulama sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, memutuskan
masalah bunga Bank tersebut dengan beberapa kali sidang, dengan terjadinya polarisasi
pendapat pada tiga kelompok yaitu, haram, halal, dan syubhat. Meskipun terdapat
perbedaan pandangan, Lajnah Bahsul Masa’il memutuskan bahwa bunga bank haram.
Hal ini membuat sekelompok orang Islam untuk mendirikan bank Islam dengan
ciri tanpa bunga yang disebut dengan bank Syariah. Bank syariah menggunakan sistem
mudarabah yaitu sistem bagi hasil.
Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah
dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah di Indonesia terhitung masih
sangat muda. Bank syariah cocok dikembangkan di Indonnesia karena masyarakat
Indonesia yang mayoritasnya beragama Islam.
Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana sejarah perkembangan dan regulasi
perbankan syariah di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian perbankan syariah?
2. Bagaimana sejarah perkembangan perbankan syariah di Indonesia?
3. Bagaimana Perkembangan regulasi perbankan syariah di Indonesia?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perbankan syariah
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan perbankan syariah di Indonesia
3. Untuk mengetahui perkembangan regulasi perbankan syariah di Indonesia
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dr. Sri Wahyuni, S.E., M.Si, Perbankan Syariah: Pendekatan Penilaian Kerja (Pasuruan:
Qiara Media, 2019) hlm. 2-3
2
barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina) (Wiroso 2005, 2-
3)2
3
perkreditan rakyat. Adanya undang-undang ini juga sekaligus menghapus Pasal 6 PP No.
72/1992 yang melarang adanya dual banking system.
Dalam periode 1992 sampai dengan 1998, terdapat hanya satu bank umum syariah
dan 78 bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) yang telah beroperasi. Dengan
diundangkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang memberikan landasan
hukum yang lebih kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah, serta kemudian disusul
oleh keluarnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang
memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat pula menjalankan
tugasnya berdasarkan prinsip syariah, menyebabkan industri perbankan syariah
berkembang lebih cepat.
Setelah di undangkannya Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, perkembangan
bank syariah di Indonesia semakin pesat, yaitu ditandai dengan berdirinya bank syariah
baru dengan sistem dual banking (dual banking system) antara lain, Bank IFI yang
membuka cabang syariah pada tanggal 28 Juni 1999, Bank Syariah mandiri yang
merupakan konversi dari Bank Susila Bakti (BSB), anak perusahaan Bank Mandiri, serta
pendirian lima cabang baru berupa cabang syariah dari PT. Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk. Pada bulan Februari 2000, tercatat di Bank Indonesia bank-bank yang
membuka cabang syariah, yakni: Bank Niaga, Bank BTN, Bank Mega, Bank BRI, Bank
Bukopin, BPD Jabar, dan BPD Aceh.
Dengan demikian, legalisasi kegiatan perbankan syariah melalui Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undanng Nomor 3 Tahun
2004, merupakan jawaban atas permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem
perbankan alternatif yang selain menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat, juga
memenuhi prinsip-prinsip syariah.
Bank Umum Syariah, BPRS, serta UUS hanya dapat didrikan jika telah mendapat
persetujuan dari Bank Indonesia. Persetujuan Bank Indonesia tersebut meliputi 2 (dua)
tahap, yaitu persetujuan prinsip dan izin usaha. Persetujuan prinsip adalah persetujuan
untuk melakukan persiapan pendirian Bank berdasarkan Prinsip Syariah. Setelah
persetujuan prinsip diberikan oleh Bank Indonesia maka tahap selanjutnya adalah izin
4
usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha Bank Berdasarkan
Prinsip Syariah.
Perkembangan terakhir muncul konsep office chanelling, yang intinya
menyatakan bahwa bank-bank konvensional diperbolehkan membuka counter-counter
syariah dalam operasional usahanya. Dalam rangka mengindari tercampurnya dana antara
dana konvensional dengan dana syariah, maka dilakukan pemisahan atas dana-dana yang
ada melalui pembedaan penatabukuan (sistem akuntansi). Dengan demikian, maka para
pengguna jasa bank tidak perlu khawatir atas dananya.
Mengenai office chaneling ini telah diatur dalam PBI Nomor 8/3/PBI/2006
tentang office channeling, yang intinya diatur sebagai berikut:
1.) Kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan Kantor Cabang Konvensional dan atau
Kantor di bawah Kantor Cabang Konvensional untuk dan atas nama Kantor Cabang
Syariah pada bank yang sama
2.) Pembukuan Layanan Syariah harus:
a. Dicantumkan dalam rencana bisnis bank;
b. Dalam satu wilayah kerja kantor Bank Indonesia dengan Kantor Cabang Syariah
induknya;
c. Menggunakan pola kerjasama antara Kantor Cabang Syariah dengan Kantor
Cabang Konvensional/ Kantor Cabang Pembantu Konvensional;
d. Menggunakan sumber daya manusia Bank sendiri yang memiliki pengetahuan
mengenai produk dan operasional bank syariah.
3.) Memiliki pencatatan dan pembukuan yang terpisah dengan Kantor Cabang
Konvensional/Kantor Cabang Pembantu Konvensional dimana layanan Syariah
berada;
4.) Laporan keuangan Layanan Syariah digabungkan ke Kantor Cabang Syariah
induknya pada hari yang sama. (Anshori 2018, 30-33)3
Seteleh itu lambat laun berkembang praktik ekonomi syariah di Indonesia, baik
dalam bentuk lembaga keuangan bank maupun lembangan keuangan nonbank. Praktik
ekonomi syariah di Indonesia tersebut berdasarkan kepada fatwa Dewan Syariah Nasional
(DSN), Kompilasi hukum Ekonomi syariah, Peraturan Bank Indonesia, peraturan ketua
3
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah Di Indonesia (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2018)Hlm.30-33
5
Bapepa LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan), edaran Bank
Indonesia dan Peraturan Perundang-Undangan.
Dengan perkembangan yang signifikan perbankan syariah di Indonesia, maka
pemerintah mengeluarkan Undang-Undang tersendiri tentang Perbankan Syariah, yaitu
melalui UU No. 21 Tahun 2008. (Mardani 2015, 18-19)4
4
Dr. Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia (Jakarta: Kencana,
2015)hlm.18-19
6
pembiayaan terhadap nasabahnya. Sebaliknya asuransi syariah dapat menyimpan
dananya di Bank Syariah, pasar modal syariah, maupun reksadana syariah.
7
Sesudah Indonesia merdeka regulasi perbankan secara sistematis dimulai pada
tahun 1967 dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 tentang
pokok-pokok perbankan. Undang-Undang ini mengatur secara komperehensif sistem
perbankan yang berlaku pada masa itu. Namun demikian undang-undang ini belum
mengatur tentang bank syariah.
8
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,
imbalan atau pembagian hasil keuntungan.”
9
b.) Prinsip bagi hasil yang dimaksudkan adalah prinsip bagi hasil yang
berdasarkan syariah;
c.) Bank berdasarkan prinsip bagi hasil wajib memiliki Dewan Pengawas
Syariah (DPS).
10
Selain itu terdapat penguatan kedudukan Hukum Islam bidang perikatan
dalam tatanan hukum positif. Pasal 1 ayat (13) ini menyebutkan sebagai berikut:
“prinsip aturan adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan
usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain,
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan
prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual-beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan
prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa
Iqtina’)”
Masalah yang diatur undang-undang ini selain berupa penegasan terhadap
eksistensi perbankan syariah di Indonesia juga menyangkut kelembagaan dan
operasional Bank Syariah. Secara keseluruhan permasalahan hukum tersebut antara
lain meliputi:
1. Macam bank syariah
2. Pendirian bank syariah
3. Konversi bank konvensional menjadi bank syariah
4. Pembukuan kantor cabang, yang meliputi sisi keuangan dan modal kerja
5. Badan Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional (DPS), yang menyangkut
mengenai fungsi DPS sebagai penasihat, mediator, dan perwakilan,
6. Kegiatan usaha dan produk-produk bank syariah
7. Pengawasan Bank Indonesia terhadap bank syariah
8. Sanksi-sanksi pidana dan administratif.
11
syariah. Landasan dan kepastian hukum yang kuat bagi para pelaku bisnis serta
masyarakat luas ini meliputi.
1. Pengaturan aspek kelembagaan dan kegiatan usaha dan Bank Islam sebagaimana
yang dinamakan dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998. Pasal
tersebut menjelaskan, bahwa Bank Umum dapat memilih untuk melakukan
kegiatan usaha berdasarkan sistem konvensional atau berdasarkan prinsip syariah
atau melakukan kedua kegiatan tersebut. Dalam hal bank umum melakukan
kegiatan usaha berdasarkan syariah, maka kegiatan tersebut dilakukan dengan
membuka satuan kerja dan kantor cabang khusus, yaitu Unit Usaha Syariah dan
Kantor Cabang Syariah. Sedangkan, BPR harus memilih kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah saja, atau berdasarkan sistem konvensional saja.
2. Bank umum konvensional yang akan membuka kantor cabang syariah wajib
melaksanakan
a) Pembentukan Unit Usaha Syariah (UUS);
b) Memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang ditempatkan oleh Dewan
Syariah Nasional (DSN); dan
c) Menyediakan modal kerja yang disisihkan oleh bank dalam suatu rekening
tersendiri atas nama UUS yang dapat digunakan untuk membayar biaya
kantor dan izin-izin berkaitan dengan kegiatan operasional maupun non-
operasional Kantor Cabang Syariah (KCS).
Namun demikian, pada periode Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 ini juga
dapat dilihat adanya beberapa permasalahan hukum yang masih harus di atur lebih
lanjut dalam pengaturan tersendiri yang perlu dipertimbangkan dalam regulasi
perbankan nasional yang akan datang. Masalah-masalah tersebut, antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Bank syariah tunduk pada dua sistem hukum yang berbeda
2. Eksistensi Dewan Pengawas Syariah
3. Pengawas bank syariah masih berdasarkan pendekatan konvensional
4. Bank Sentral memakai standar interest
5. Belum memadainya peraturan pelaksanaan bank syariah
12
6. Hukum perdata tetap menjadi acuan dalam dokumentasi dan legitimasi
13
Syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat
Syariah”.
Prinsip syariah Pasal 1 angka 13 “Prinsip Pasal 1 angka 12 “Prinsip
syaariah adalah perjanjian Syariah adalah prinsip
berdasarkan hukum Islam hukum Islam dalam
antara bank dan pihak lain kegiatan perbankan
untuk menyimpan dana berdasarkan fatwa yang
atau pembiayaan kegiatan dikeluarkan oleh lembaga
usaha, atau kegiatan yang memiliki
lainnya yang dinyatakan kewenangan dalam
sesuai dengan syariah, penetapan fatwa di bidang
antara lain pembiayaan syariah”
berdasarkan prinsip bagi
hasil (Mudharabah),
pembiayaan berdasarkan
prinsip penyertaan modal
(Musharakah)..”
Akad - Pasal 1 angka 13 “Akad
adalah kesepakatan antara
Bank Syariah atau UUS
dan pihak lain yang
memuat adanya hak dan
kewajiban bagi masing-
masing pihak sesuai
dengan Prinsip Syariah”
Macam-macam simpanan Pasal 1 Pasal 1 disertai dengan
dan investasi jenis akadnya sesuai
prinsip syariah.
Asas Perbankan
Asas Perbankan Pasal 2 “Perbankan Pasal 2 “ Perbankan
Indonesia dalam Syariah dalam melakukan
melakukan usahanya kegiatan usahanya
berdasarkan demokrasi berasaskan prinsip syariah,
ekonomi dengan demokrasi ekonomi, dan
menggunakan prinsip prinsip kehati-hatian”.
kehati-hatian”.
Perizinan
Izin usaha Bank Umum, Pasal 16 dan Pasal 17 izin Pasal 5 dan Pasal 6 Izin
BPR, pembukaan kantor usaha diberikan oleh Usaha dan UUS diberikan
cabang Pimpinan Bank Indonesia. oleh Pimpinan Bank
Indonesia.
Bentuk Badan Hukum
Bentuk Badan Hukum Pasal 21 (1): Bentuk Pasal 7 : Bentuk badan
14
Bank Umum, BPR hukum bank umum dapat hukum Bank Syariah
berupa perseroan Terbatas, adalah Perseroan Terbatas.
Koperasi atau Perusahaan (dengan demikian, bentuk
Daerah. badan hukum Bank Umum
Pasal 21 (2) : Bentuk Syariah dan BPRS harus
hukum BPR dapat berupa Perseroan Terbatas).
Perusahaan Daerah,
Koperasi, Perseroan
Terbatas, Bentuk lain yang
ditetapkan dengan
peraturan pemerintah.
Usaha Bank Umum dan BPR/BPRS
Usaha Bank Umum Pasal 16 dan 17 : Bank Pasal 19 dan 20 : BUS
Umum dapat melakukan dapat melakukan 32
18 macam usaha macam usaha.
UUS dapat melakukan 21
macam usaha.
BPR/BPRS Pasal 13 : BPR dapat Pasal 21 : BPRS dapat
melakukan 4 macam melakukan 5 macam usaha
usaha.
Larangan Bagi Bank Umum dan BPR
Bank Umum Pasal 10 : Bank Umum Pasal 24 : BUS dan UUS
dilarang melakukan usaha dilarang melakukan
penyertaan modal, kegiatan usaha yang
melakukan usaha bertentangan dengan
perasuransian, melakukan prinsip syariah, kegiatan
usaha lain sebagaimana jual beli secara langsung
yang dimaksud Pasal 6 di pasar modal, penyertaan
dan Pasal 7 modal kecuali yang
ditetapkan dalam pasal 20
ayat (1) huruf dan huruf c,
kegiatan usaha
perasuransian kecuali
sebagai agen pemasaran
produk asuransi syariah.
BPR Pasal 14 : BPR dilarang Pasal 25 : BPRS dilarang
menerima simpanan melakukan kegiatan usaha
berupa giro, dan ikut serta yang bertentangan dengan
dalam lalu lintas prinsip syariah, menerima
pembayaran, melakukan simpanan berupa giro dan
kegiatan valuta asing, ikut serta dalam lalu lintas
penyertaan modal, pembayaran, melakukan
melakukan usaha kegiatan valuta asing,
perasuransian, melakukan penyertaan modal,
usaha lain sebagaimana melakukan usaha
yang dimaksud pasal 13. perasuransian, melakukan
15
usaha lainnsebagaimana
yang dimaksud Pasal 21.
Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan
Penggabungan, peleburan, - Pasal 17 :
pengnambilalihan (1)
Penggabungan, peleburan,
dan pengambilalihan Bank
Syariah wajib terlebih
dahulu mendapat izin dari
Bank Indonesia.
(2) dalam hal terjadi
penggabungan, peleburan,
dan pengambilalihan Bank
Syariah dengan bank
lainnya, bank hasil
penggabungan, peleburan
tersebut wajib menjadi
Bank Syariah.
(3) ketentuan mengenai
penggabungan, peleburan,
pengambilalihan Bank
Syariah dilakukan sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan.
Struktur Organisasi
Pemegang saham - Pasal 27
pengendali
Dewan Kominsaris dan Pasal 38 dan pasal 39 Pasal 28 s.d Pasal 31
Direksi
Dewan Pengawas Syariah - Pasal 32
(1) Dewan Pengawas
Syariah wajib dibentuk
oleh Bank Syariah dan
Bank Umum
Konvensional yang
memiliki UUS.
Good Corporate Governace
GCG/ Tata Kelola Tidak diatur secara khusus Pasal 34
dalam pasal tertentu
Penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian - Pasal 55
sengketa (1) Penyelesaian
sengketa perbankan
syariah dilakuakan
oleh pengadilan
16
dalam lingkungan
Peradilan Agama.
(2) Dalam hal para pihak
telah memperjanjikan
penyelesaian
sengketa selain
sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1), penyelesaian
sengketa dilakukan
sesuai dengan isi
akad;
(3) Penyelesaian
sengketa
sebagaimana
dimaksudkan ayat (2)
tidak boleh
bertentangan dengan
Prinsip Syariah
Sanksi
Pidana Pasal 46 s.d Pasal 51 Pasal 59 s.d Pasal 66
Administratif Pasal 52 dan Pasal 53 Pasal 56 s.d Pasal 58
- Tidak melaksanakan
prinsip syariah
- Melanggaran rahasia
bank (+sanksi pidana)
- Tidak memberikan
keterangan
BAB III
5
Neni Sri Imaniyati, Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah Di Indonesia : Peluang
Dan Tantangan, Dalam Jurnal Ilmu Hukum Syiar Hukum, Vol 11, No. 1, 2009, hlm. 21-35.
17
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bank syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang
operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Quran dan Hadits Nabi
SAW. Bank syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatannya mengacu pada
hukum Islam dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga kepada nasabah.
Imbalan bank syariah yang diterima maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung
dari akad dan perjanjian yang dilakukan oleh pihak nasabah dan pihak bank.
Bank syariah pertama di Indonesia adalah Bank Muamalat yang didirikan tahun
1991. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur
keberhasilan eksistensi ekonomi syariah.
Regulasi perbankan syariah di Indonesia di mulai dalam UU No 7 Tahun 1992
dengan menggunakan istilah bank berdasarkan prinsip bagi hasil. UU No 10 tahun 1998
memberikan peluang yang lebih besar untuk tumbuh dan berkembangnya perbankan
syariah di Indonesia. Namun demikian karena perbankan syariah memiliki karakteristik
yang khas dibandingkan dengan perbankan konvensional, maka diperlukan adanya
undang-undang yang khusus mengatur perbankan syariah.
UU Perbankan Syariah mengatur lebih konprehensif tentang bank syariah. UU ini
memberikan peluang yang sangat besar untuk pertumbuhan bank syariah. Selain
memberikan peluang, UU Perbankan Syariah juga memberikan tantangan bagi para
pelaku bank syariah nasional agar dapat berkompetisi dengan banker asing yang berminat
terjun dalam perbankan syariah di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
18
Bibliography
Anshori, Abdul Ghofur. Perbankan Syariah Di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2018.
Dr. Sri Wahyuni, S.E., M.Si. Perbankan Syariah: Pendekatan Penilaian Kerja. Pasuruan: Qiara Media,
2019.
Imaniyati, Neni Sri. "Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah Di Indonesia : Peluang Dan Tantangan ."
Ilmu Hukum , 2009: 21-35.
Mardani, Dr. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2015.
Wiroso, S.E., M.B.A. Penghimpunan Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Jakarta: Grasindo,
2005.
19