oleh
M. Yusuf
A2 Akuntansi
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam. Tak lupa
shalawat serta salam kita hanturkan ke baginda Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga (ahlubait), sahabat (ahlusunah wal jamaah) serta para pengikutnya hingga akhir
zaman.Amien.
Pada kesempatan kali ini kami dari kelompok 4 akan berusaha mencoba membahas suatu
masalah yang kini sedang diperbincangkan, yaitu pembahasan kelompok kami ialah Bank
Syariah. Kami berusaha seobjektif mungkin meskipun pembahasan kami hanya sebatas pada
kajian pustaka semata, tidak melakukan investigasi pada semua bank yang akan kami bahas.
Namun tidak mengurangi pembahasan kami.
Bank syariah, bank yang seutuhnya menggunakan hukum Islam, berbeda dengan bank
konvensional yang menggunakan hukum barat (yahudi), meskipun demikian, dongkrak atau
perkembangan yang terjadi saat ini ialah, kini setiap bank berlomba-lomba untuk merubah
system perbankan kepada system syariah, semua itu tak luput dari akibat krisis global, kita pun
tahu bahwa krisis hampir terjadi pada seluruh bank di dunia termasuk di Indonesia yang
menggunakan konsep Barat (yahudi) dan bank-bank Islam yang menggunakan system syariah.
Sekilas pengantar yang merupakan testimony dari makalah ini, kami akan menjelaskan secara
utuh, mengenai pengertian hingga bidang unit kerja Bank Syariah. Pada bab I Merupakan
Pendahuluan yang membahas Bank Syariah secara umum, dan pada bab II Merupakan
Pembahasan, mengenai pengertian bank dan syariah secara umum, sejarah bank syariah, prinsip-
prinsip serta bidang usaha yang dilakukan oleh Bank Syariah. Pada bab III merupakan
Kesimpulan dari pembahasan kami.
Demikianlah pengantar singkat tentang makalah kami, tidak ada kesempurnaan dalam diri
manusia kecuali Allah SWT semata. Masukan serta kritikan berguna bagi kami, guna
penyempurnaan pembahasan yang telah kami lakukan, terimakasih.
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................2
Bab I............................................................................................................................................................4
Pendahuluan..............................................................................................................................................4
Bab II...........................................................................................................................................................5
Pembahasan..............................................................................................................................................5
2.1 Pengertian Bank dan Syariah.......................................................................................................5
2.2 Sejarah Perbankan Syariah..........................................................................................................6
2.2.1 Sejarah Dunia...................................................................................................................6
2.2.2 Sejarah Indonesia.............................................................................................................6
2.3 Prinsip Bank Syariah......................................................................................................................7
2.4 Produk Perbankan Syariah...........................................................................................................8
2.4.1 Penghimpun Dana............................................................................................................8
2.4.2 Penyaluran Dana..............................................................................................................9
2.4.3 Pelayanan Jasa...............................................................................................................13
2.5 Perbedaan bank syariah dan bank konvensional.....................................................................13
2.6 Produk bank syariah....................................................................................................................13
Bab III.......................................................................................................................................................19
Kesimpulan dan Saran............................................................................................................................19
Daftar Pustaka.........................................................................................................................................20
Bab I
Pendahuluan
Bank syariah di Indonesia terhitung masih sangat muda, perkembangannya pun di Indonesia
begitu lambat, sebenarnya pembahasan tentang Bank Syariah sudah pernah dibahas pada tahun
1980-an, namun realisasinya terjadi pada tahun 1992 yang dilakukan oleh salah satu bank
pemerintah, yaitu Bank Muamalat Indonesia, dengan hukum yang jelas. Pada awalnya
perkembangan bank di Indonesia masih bersifat konvensional dalam artian, belum Memiliki
standar dari bank syariah sendiri, karena bank syariah berbasisi ideologi Islam. Sedangkan bank
konvensional berdasarkan ideologi barat terutama ideologi Amerika dan Eropa. Pada makalah
kali ini kami tidak akan membahas tentang mengapa bank konvensional Indonesia beralih
kepada bank syariah, tetapi kami membahas bank syariah secara umum.
Secara umum ada beberapa karakteristik yang membedakan antara bank syariah dengan bank
konvensional :
Pada point pertama, dalam bank syariah tidak menggunakan bunga, melainkan menggunakan
konsep bagi hasil dimana jika bank mendapatkan keuntungan maka akan dibagi hasil keuntungan
tersebut dengan para penabung, jika bank rugi maka para penabung pun akan rugi. Bank syariah
juga tidak serta merta meminjamkan sejumlah uangnya kepada masyarakat secara tunai
melainkan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah), prinsip penyertaan modal (musyarakah),
prinsip jual beli (murabahah) dan prinsip sewa (ijarah).
Bab II
Pembahasan
Pengertian Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-
ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara
Islam.
Schaik (2001):
Bank Islam adalah sebuah bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum Islam
yang sah, dikembangkan pada abad pertama Islam, menggunakan konsep berbagi risiko
sebagai metode utama, dan meniadakan keuangan berdasarkan kepastian serta
keuntungan yang ditentukan sebelumnya
Sudarsono (2004):
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan
jasa-jasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan
prinsip-prinsip syariah
adalah lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga yang
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu-lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariat
Islam.
Masih di negara yang sama, pada tahun 1971, Nasir Social Bank didirikian dan
mendeklarasikan diri sebagai bank komersial bebas bunga. Walaupun dalam akta
pendiriannya tidak disebutkan rujukan kepada agama maupun syariat Islam.
Islamic Development Bank (IDB) kemudian berdiri pada tahun 1974 disponsori oleh
negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam, walaupun bank
tersebut adalah bank antar pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan dana untuk
proyek pembangunan di negara-negara anggotanya. IDB menyediakan jasa finansial
berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara tersebut dan secara eksplisit
menyatakan diri berdasar pada syariah Islam.
Di belahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis Islam kemudian
muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai Islamic of Bank (1975), Faisal
Islamic of Sudan (1977), Faisal Islamic of Egypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank
(1979). Di Asia-Pasifik, Philipine Amanah Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan dekrit
presiden, dan di Malaysia tahun 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation yang
bertujuan membantu mereka yang ingin menabung untuk memunaikan ibadah haji.
Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. Sementara itu bank umum
yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank di antaranya merupakan bank
besar seperti Bank Negeri Indonesia (Persero) dan Bank Rakyat Indonesia (Persero).
System syariah juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah
berkembang 104 BPR Syariah.
Beberapa Prinsip atau hukum yang dianut oleh system perbankan syariah antara lain:
Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman
dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan
Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil
usaha institusi yang meminjam dana
Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang hanya
merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai
intrinsic
Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak
harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah
transaksi
Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan pada
Islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah
Schaik (2001) mengemukakan bahwa terdapat tujuh prinsip ekonomi Islam yang menjiwai
bank syariah, yaitu:
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek/ bilyet giro, atau dengan cara pemindahbukuan.
B. Tabungan Syariah
C. Deposito Syariah
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dengan bank.
Transaksi yang penanaman dana dari pemilik modal dengan pengelola untuk
melakukan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil antara
kedua belah pihak berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.
Transaksi penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana atau barang untuk
menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dnegan pembagian hasil antara kedua
belah pihak berdasarkan perjanjian yang telah disepakati, jika pembagian
kerugian berdasarkan proporsi modal masing-masing.
Transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang ditambah margin
yang disepakati oleh para pihak, dimana pihak penjual menginformasikan harga
perolehan terlebih dahulu kepada pembeli atau konsumen.
Mudharabah berasal dari kata dharb yang artinya memukul atau berjalan. Istilah
ini biasa dipakai oleh penduduk Irak, sementara penduduk Hijaz lebih suka
menggunakan istilah qirodh atau muqaradhah. Dalam kaitannya dengan
muamalah, kata dharb disini lebih tepat diartikan pada proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Sedangkan secara teknis,
mudharabah didefinisikan sebagai akad kerja sama antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan 100% modal sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola (mudharib). Apabila dalam usahanya diperoleh keuntungan
(profit) maka keuntungan tadi kemudian dibagi antara shahibul maal dan
mudharib dengan prosentase nisbah atau rasio yang telah disepakati sejak awal
perjanjian/kontrak. Sedangkan apabila usaha tersebut merugi maka kerugian
tersebut akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak shahibul maal sepanjang hal itu
disebabkan oleh risiko bisnis (bussiness risk) dan bukan karena kelalaian
mudharib (character risk).
Akad mudharabah ini berbeda dengan sistem bunga (interest) mengingat sifat
pengembalian (return) yang tidak pasti baik dari segi jumlah maupun segi waktu
sehingga akad ini dikategorikan sebagai Natural Uncertainty Contract (NUC).
Dalam bahasa lain, produk ini disebut juga dengan Trust Financing atau Trust
Investment karena kontrak ini hanya diberikan kepada pengusaha yang benar-
benar credible dan sudah teruji amanahnya. Secara skematis, akad mudharabah
dapat digambarkan sebagai berikut :
Jenis-Jenis Mudharabah
1. Mudharabah Mutlaqah
Jenis mudharabah ini merupakan bentuk akad yang tidak dibatasi pada jenis
usaha, waktu, dan wilayah tertentu sehingga pengelola bebas untuk menentukan
cara ia mengelola modal tersebut.
2. Mudharabah Muqayyadah
Adalah jenis mudharabah yang pada akadnya dicantumkan persyaratan-
persyaratan tertentu misalnya hanya boleh digunakan untuk usaha tertentu, di kota
tertentu, dan dalam waktu tertentu. Ikatan-ikatan ini membuat akad mudharabah
menjadi terikat dan sempit sehingga disebut mudharabah muqayyadah (restricted
mudharabah).
D. Akad Salam
Transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu
dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
E. Akad Istishna
Transaksi jual beli dengan cara pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan
kesepakatan.
Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni’) dan penjual (pembuat/shani’)
1. Langsung : Pemesan<->Penjual
Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat/shani’)
2. Paralel : Pemesan ↔ Penjual ↔ subkontraktor
Akad istishna antara penjual dan pemesan, dimana untuk memenuhi
kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad istishna’ dengan pihak
lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi aset yang dipesan oleh pemesan.
Syarat : tidak terjadi ta’alluq.
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna’ yang
berbentuk harga.
Transaksi sewa menyewa atas suatu barang atau jasa, antara pemilik dan
pemakaian sewa dengan hak pakai untuk mendapatkan imbalan atas obyek yang
disewakan.
Ijarah “Jasa” (Ijarah ‘ala al ‘amal) bukan merupakan kewajiban (fardhu ‘ain)
seperti shalat, puasa. Tetapi bersifat fardu kifayah
2. Kedua belah pihak menyatakan kerelaannya untuk melakukan ijarah dan tidak
terpaksa
4. Penyewa berhak atas manfat baik untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain
baik dengan cara menyewakannya atau meminjamkan
• Salah satu pihak yang wafat dapat dialihkan pada ahli warisnya
G. Akad Qaradh
L/C adalah surat pernyataan akan membayar eksportir yang diterbitkan oleh bank
atas permintaanm importer dengan pemenuhan persyaratan tertentu.
Jaminan yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga penerima jaminan atas
pemenuhan kewajiban tertentu nasabah bank selaku pihak yang dijamin kepada
pihak ketiga dimaksud.
Transaksi penukaran mata uang yang berlain jenis, baik membeli atau mejual
kepada nasabah.
Penerima simpanan disebut yad al-amanah yang artinya tangan amanah. Si penyimpan
tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada titipan
selama hal itu bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam
memelihara barang titipan.
Penggunaan uang titipan harus terlebih dulu meminta izin kepada si pemilik uang dan
dengan catatan si pengguna uang menjamin akan mengembalikan uang tersebut secara
utuh. Dengan demikian prinsip yad al-amanah (tangan amanah) menjadi yad adh-
dhamanah (tangan penanggung).
Konsekuensi dari diterapkannya prinsip yad adh-dhamanah pihak bank akan menerima
seluruh keuntungan dari penggunaan uang, namun sebaliknya bila mengalami kerugian
juga harus ditanggung oleh bank.
Sebagai imbalan kepada pemilik dana disamping jaminan keamanan uangnya juga akan
memperoleh fasilitas lainnya seperti insentif atau bonus untuk giro wadiah. Artinya
bank tidak dilarang untuk memberikan jasa atas pemakaian uangnya berupa insentif
atau bonus, dengan catatan tanpa perjanjian terlebih dulu baik nominal maupun
persentase dan ini murni merupakan kebijakan bank sebagai pengguna uang.
Pemberian jasa berupa insentif atau bonus biasanya digunakan istilah nisbah atau bagi
hasil antara bank dengan nasabah. Bonus biasanya diberikan kepada nasabah yang
memiliki dana rata-rata minimal yang telah ditetapkan.
Dalam praktiknya nisbah antara bank (shahibul maal) dengan deposan (mudharib)
biasanya bonus untuk giro wadiah sebesar 30%, nisbah 40%:60% untuk simpanan
tabungan dan nisbah 45%:55% untuk simpanan deposito.
a. Al-musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan
usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan
kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
b. AI-mudharabah
Pengertian AI-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak
pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan
ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si
pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah
yang bertanggung jawab.
mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama dan pihak lain
yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha
dan daerah bisnis.
mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan dari mudharabah muthlaqah di
mana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan daerah bisnis.
c. Al-muzara'ah
Pengertian AI-muzara'ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan
dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap untuk ditanami
produk pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. Dalam dunia perbankan
kasus ini diaplikasikan untuk pembiayaan bidang plantation atas dasar bagi hasil panen.
d. Al-musaqah
3. Bai'al Murabahah
Pengertian Bai'al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus terlebih dulu
memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang diinginkannya.
Sebagai contoh harga pokok barang "X" Rp 100.000,-. Keuntungan yang diharapkan adalah
sebesar Rp 5.000,-, sehingga harga jualnya Rp 105.000,-. Kegiatan Bai'al-Murabahah ini baru
dilakukan setelah ada kesepakatan dengan pembeli, baru kemudian dilakukan pemesanan.
Dalam dunia perbankan kegiatan Bai'al-Murabahah pada pembiayaan produk barang-barang
investasi baik dalam negeri maupun luar negeri seperti Letter of credit atau lebih dikenal
dengan nama L/C.
Sebagai contoh Ny. Pariani memerlukan sebuah mobil senilai Rp 30.000.000,-. Jika Bank
Syariah Tanjung Pandan yang membiayai pembelian mobil tersebut maka Bank Syariah
Tanjung Pandan mengharapkan suatu keuntungan sebesar Rp 6. 000.000,- selama 3 tahun,
maka harga yang ditetapkan kepada Ny. Pariani adalah Rp 36.000.000, Kemudian jika
nasabah setuju maka nasabah dapat mencicil dengan angsuran Rp 1.000.000,-. per bulan
(diperoleh dari Rp 36.000.000,- : 36 bulan) kepada Bank Syariah Tanjung Pandan.
4. Bai'as-salam
5. Bai'Al istishna'
Bai' Al istishna' merupakan bentuk khusus dari akad Bai'assalam, oleh karena itu ketentuan
dalam Bai` Al istishna' mengikuti ketentuan dan aturan Bai'as-salam. Pengertian Bai' Al
istishna' adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua
belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem
pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran
dapat dilakukan di muka atau secara angsuran per bulan atau di belakang.
CV. Sungai Layang yang bergerak dalam bidang pembuatan dan penjualan sepatu
memperoleh order untuk membuat sepatu anak sekolah SMU senilai Rp 60.000.000,- dan
mengajukan permodalan kepada Bank Syariah Koba. Harga perpasang sepatu yang diajukan
adalah Rp 85.000,- dan pembayarannya diangsur selama tiga bulan. Harga perpasang sepatu
dipasaran sekitar Rp 90.000,-. Dalam hal ini Bank Syariah Koba tidak tahu berapa biaya
pokok produksi. CV. Sungai Layang hanya memberikan keuntungan Rp 5000,- persepasang
sepatu atau keuntungan keseluruhan adalah Rp 3.529.412,- yang diperoleh dari hitungan:
Rp 60.000.000,-
x Rp 5.000,- = Rp 3.529.412,-
Rp 85.000,-
Bank Syariah Koba dapat menawar harga yang diajukan oleh CV. Sungai Layang dengan
harga yang lebih murah, sehingga dapat dijual kepada masyarakat dengan harga murah pula.
Katakanlah misalnya Bank Syariah Koba menawar harga Rp 86.000,- per pasang, sehingga
masih untung Rp 4.000,- per pasang dan keuntungan keseluruhan adalah :
Rp 60.000.000,-
x Rp 4.000,- = Rp 2.790.697,-
Rp 86.000,-
6. Al-Ijarah (Leasing)
Pengertian Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan
operating lease maupun financial lease.
7. Al-Wakalah (Amanat)
Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian mandat
dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai dengan yang telah
disepakati oleh si pemberi mandat.
8. Al-Kafalah (Garansi)
Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat pula diartikan sebagai
pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain. Dalam dunia perbankan dapat
dilakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan seseorang.
9. Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang
wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak kepada
lain pihak. Dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau
factoring.
10. Ar-Rahn
Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau
gadai.
Bab III
1. Kesimpulan
Bank syariah adalah bank atau tempat penyimpanan dana yang sesuai dengan hukum-
hukum dan landasan agama Islam. Bank ini banyak memberikan manfaat dan kemudahan
bagi masyarakat, khususnya muslim.
Di Indonesia, mayoritas penduduk beragama Islam, sehingga seharusnya hukum
keuangan yang diterapkan mengikuti hukum perekonomian Islam, yaitu bank syariah.
2. Saran
Dilihat dari keuntungan-keuntungan dan manfaat dari bank syariah sendiri, seharusnya
masyarakat menggunakan bank syariah sebagai tempat penyimpan modal. Namun
faktanya pada zaman ini masih banyak yang menggunakan bank konvensional karena
tergiur oleh bunga yang dijanjikan. Padahal bunga adalah riba dalam hukum Islam.
Daftar Pustaka
https://www.google.com/url?
sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0CAMQw7AJahcK
EwiQ35Soxbz8AhUAAAAAHQAAAAAQAw&url=https%3A%2F
%2Fbhupalaka.files.wordpress.com%2F2010%2F05%2Fmakalah-bank-syariah-klpk-
4.docx&psig=AOvVaw2nBitMdIIB8mch5QDT5DUx&ust=1673424089368916