Anda di halaman 1dari 21

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Lembaga Bank Islam

Disusun Oleh:

Aisyatur Ridha (2016330008)


Reza Maulana Al Islami (2016330014)
Vika Amelia (2016330027)
Basyaarah Akhsaniyah (2016330032)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 4
1.4 Metodologi....................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5
2.1 Bank Syariah ...................................................................................................................... 5
2.1.1 Definisi Bank Syariah ................................................................................................. 5
2.1.2 Kelompok Bank Syariah ............................................................................................. 6
2.1.3 Bidang Kegiatan Usaha Bank Syariah ...................................................................... 8
2.1.4 Produk-Produk Bank Syariah ................................................................................... 9
2.1.5 Fungsi Bank Syariah ................................................................................................. 12
2.1.6 Perbandingan Bank Konvensional dan Bank Syariah .......................................... 13
2.1.7 Perkembangan Bank Syariah Melalui Data Statistik ............................................ 15
2.1.8 Perkembangan Bank Syariah di Luar Negeri ........................................................ 18
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 20
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah Lembaga Bank Islam untuk mata kuliah Bank dan
Lembaga Keuangan Syariah di Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Ungkapan terima kasih dari kami kepada beberapa pihak baik yang
berperan secara langsung dengan meminjamkan sebuah buku referensi serta pihak
yang tidak langsung membantu dengan beberapa tulisan yang dapat diakses
melalui internet sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari beberapa
kesalahan baik dari pengetikan ataupun pengeditan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi ke depannya dan semoga
makalah ini semakin menambah khasanah keilmuan dalam lalu lintas makalah
nasional.

Jakarta, 21 September 2018

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan perbankan syariah yang demikian cepatnya ini tentunya sangat
membutuhkan sumber daya insani yang memadai dan mempunyai kompetensi
dalam bidang perbankan syariah. Agar pengembangan tersebut dapat dilakukan
secara efektif dan optimal, maka sumber daya insani terutama para petugas
bidang pemasaran yang merupakan pelaku yang paling depan dalam operasional
bank syariah, untuk memahami dengan benar konsep perbankan syariah.
Dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-
Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan serta dikeluarkannya Fatwa Bunga
Bank Haram dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tahun 2003 banyak bank-bank
yang menjalankan prinsip syariah, ada yang melakukan konversi dari konsep
konvensional menjadi syariah. Ada bank konvensional membuka cabang syariah
dan berdirinya Bank Perkreditan Rakyat Syariah, karena bank syariah telah
membuktikan memiliki berbagai keunggulan dalam mengatasi dampak krisis
ekonomi yang baru lalu serta mempunyai potensi pasar yang cukup besar,
mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim dan masih banyak di
kalangan umat Islam yang enggan berhubungan dengan pihak bank yang
menggunakan sistem ribawi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perbandingan antara Bank Kovensional dan Bank Syariah?
2. Bagaimana perkembangan Bank Syariah di Indonesia dalam 5 tahun terakhir?
3. Bagaimana perkembangan bank yang berbasis syariah di luar negeri?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perbandingan antara Bank Kovensional dan Bank Syariah
2. Untuk mengetahui perkembangan Bank Syariah di Indonesia dalam 5 tahun
3. Untuk mengetahui perkembangan bank yang berbasis syariah di luar negeri.

1.4 Metodologi
Dalam penyusunan makalah ini metode penelitian yang dilakukan adalah
secara kepustakaan yaitu dengan pengambilan data dari berbagai sumber.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bank Syariah

2.1.1 Definisi Bank Syariah


Dalam Undang-undang nomor 21 tahun 2008 pasal 1 memberikan
penjelasan dan pengertian antara lain sebagai berikut:
1. Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.
2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/ atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat.
3. Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum
Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.
4. Bank Umum Konvensional adalah Bank Konvensional yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
5. Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank Konvensional yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
6. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
7. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
8. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
9. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja
dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu

5
Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah. Pengertian
syariah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998, Pasal 13 sebagai berikut: Prinsip Syariah adalah
aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak
lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli
barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan
barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah),
atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina);
Ketentuan syariah dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 Angka 12 sebagai berikut: Prinsip
Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

2.1.2 Kelompok Bank Syariah


Dalam Undang-Undang 10 Tahun 1998, jenis bank dikelompokkan
menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank syariah dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu (1) Bank Umum Syariah (2)
Cabang Syariah Bank Konvensional/Unit Usaha Syariah dan (3) Bank
Perkreditan Rakyat Syariah yang dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah diganti dengan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
1. Bank Umum Syariah
a. PT Bank Syariah Mandiri
b. PT Bank Syariah Muamalat Indonesia
c. PT Bank BNI Syariah
d. PT Bank BRI Syariah
e. PT Bank Mega Syariah Indonesia

6
f. PT Bank Jabar dan Banten Syariah
g. PT Bank Panin Syariah
h. PT Bank Bukopin Syariah
i. PT Bank Victoria Syariah
j. PT BCA Syariah
k. PT Maybank Syariah Indonesia
Dikategorikan Bank Umum Syariah jika seluruh struktur organisai
bank tersebut tunduk pada ketentuan syariah, baik dari kantor pusat
sampai dengan kantor layanan baik bawah dari entitas tersebut
seluruhnya melaksanakan kegiatan syariah.
2. Cabang Syariah Bank Konvensional (Unit Usaha Syariah)
a. PT Bank Danamon Indonesia
b. PT Bank Permata
c. PT Bank Internasional Indonesia
d. PT Bank CIMB Niaga
e. PT Bank OCBC NISP
f. PT Bank Sinarmas
g. PT Bank Tabungan Negara (Persero)
h. PT BPD DKI
i. PT BPD Daerah Istimewa Yogyakarta
j. PT BPD Jawa Tengah
k. PT BPD Jawa Timur
l. PT Bank Aceh
m. PT BPD Sumatera Utara
n. PT BPD Jambi
o. PT BPD Sumatera Barat
p. PT BPD Riau dan Kepulauan Riau
q. PT BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung
r. PT BPD Kalimantan Selatan
s. PT BPD Kalimantan Barat
t. PD BPD Kalimantan Timur
u. PT BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
v. PT BPD Nusa Tenggara Barat

7
Dalam kelompok ini kategori bank-nya adalah Bank Umum yaitu
Bank Umum Konvensional yang memiliki usaha syariah, sehingga
sering disebut dengan Unit Usaha Syariah (UUS). Dalam organisasinya
pada tingkat direksi dan ke atasnya menjadi satu dengan Bank
Konvensional, dan satu tingkat dibawah direksi sampai unit kerja
paling bawah memiliki pemisahkan fungsi menjalankan kegiatan usaha
konvensional dan menjalankan kegiatan usaha syariah. Dikategorikan
Cabang Syariah bank Konvensional (sering disebut dengen Unit Usaha
Syariah/UUS) adalah entitas tersebut menjalankan dua kegiatan usaha
bank, yaitu kegiatan usaha konvensional dan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip usaha syariah
3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPR-Syariah)
Kelompok ini adalah Bank Perkreditan Rakyat yang menjalankan
kegiatan usaha sesuai prinsip syariah. Dalam Undang-Undang nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah diganti dengan Bank
Pembiayaan Syariah dan saat ini sudah banyak BPR Syariah berdiri dan
berkembang di seluruh Indonesia. Contoh: PT BPRS Amanah Rabbaniah
di Bandung, PT BPRS Hareukat di Kabupaten Aceh Besar, PT BPRS Amanah
Ummah di Kabupaten Bogor, PT BPRS Artha Karimah Irsyadi di Bekasi, PT
BPRS Bina Amwalul Hasanahdi Depok dll.

2.1.3 Bidang Kegiatan Usaha Bank Syariah


Sebelum membahas lebih dalam tentang bidang kegiatan usaha perbankan
syariah, sebagaimana telah dibahas dimuka pembagian Lembaga Keuangan
yang ada di Indonesia, dikelompokkan dalam yaitu:
1. Lembaga Keuangan Bukan Bank
Lembaga Keuangan Bukan Bank antara lain Leasing, Factoring
(anjak piutang), Consumer Financing, Asuransi, Modal Ventura, Dana
Pensiun, Pegadaian, Perusahan Penjaminan. Lembaga ini dibawah
pembinaan dan pengawasan dari Departemen Keuangan. Lembaga ini
tidak diperkenankan untuk menghimpun dana langsung dari masyarakat
sehingga sumber dananya umumnya dari bank atau pemodal lainya.
Secara umum Lembaga ini bergerak pada sektor riil.

8
2. Lembaga Keuangan Bank
Lembaga ini adalah Bank Umum dan BPR. Lembaga ini dibawah
pembinaan dan pengawasan Bank Indonesia. Secara umum Lembaga
Keuangan Bank bergerak dalam bidang keuangan (sektor moneter).
Sesuai ketentuan Bank Indonesia, Bank tidak diperkenankan untuk
menjalankan kegiatan usaha diluar dari core business-nya yaitu bidang
keuangan. Sesuai ketentuan Bank Indonesia, perbankan tidak
diperkenakan melaksanakan kegiatan usaha di luar dari bisnis pokoknya
(core business) yaitu bidang keuangan.

2.1.4 Produk-Produk Bank Syariah


1. Titipan atau Simpanan
a. Al-Wadi’ah
Pada dasarnya titipan atau simpanan Al-Wadi’ah memiliki
kesamaan dengan tabungan atau deposito pada umumnya.
Perbedaannya terletak pada pemanfaatan dana yang dititipkan dan
titipan murni ini di mana keutuhan harta titipan wajib dijaga
sehingga tidak memperbolehkan dana titipan tersebut dimanfaatkan
oleh pihak yang dititipi.
b. Mudharabah
Mudharabah merupakan dana titipan atau simpanan yang dapat
dikelola oleh pihak yang mendapat titipan. Meski dapat dikelola,
resiko yang terjadi atas pengelolaan uang yang dititipkan
berdasarkan Mudharabah tidak boleh dibebankan kepada pemilik
uang, melainkan menjadi tanggung jawab pihak yang mendapat
titipan. Sedangkan keuntungan yang diperoleh dari hasil pengelolaan
boleh dibagi menurut nisbah yang telah disepakati. Simpanan
Mudharabah terdiri atas Mudharabah Mutlaqah dan Mudharabah
Muqayyadah. Pada Mudharabah Muqayyadah, pemilik dana dapat
menetapkan dana yang titipan untuk dipergunakan pada bisnis
tertentu.
2. Bagi Hasil
a. Al-Mudharabah

9
Selain dipakai sebagai prinsip dalam titipan atau simpanan dana,
Mudharabah juga dipakai dalam perjanjian antara pemilik dana
(investor) dan pelaksana usaha (pengusaha) dengan bank sebagai
perantaranya. Dalam perjanjian ini, investor dan pengusaha dapat
melakukan perjanjian ketentuan jenis kegiatan usaha, pelaksanaan
dan bagi hasil, sedangkan bank sebagai pihak yang telah
mempertemukan dan memfasilitasi perjanjian mendapat komisi.
b. Al-Musyarakah
Al-Musyarakah hampir menyerupai campuran antara Reksa Dana
dan perusahaan berjenis Commanditaire Vennootschap (CV).
Produk syariah ini yang memfasilitasi kerjasama dua orang atau
lebih yang bertujuan untuk meningkatkan aset bersama dengan
mengembangkan berbagai aset bersama yang telah dimiliki baik
dalam bentuk dana, kemampuan dan sebagainya. Keuntungan atau
nisbah yang didapat kemudian harus dibagi menurut perjanjian yang
telah disepakati.
c. Al-Muzara’ah
Al-Muzara’ah pada dasarnya adalah perjanjian antara pemilik
tanah dan pekerja ladang untuk menanami tanahnya, kemudian
mendapat upah atas pekerjaannya. Dalam Perbankan Syariah, Al-
Muzara’ah merupakan alternatif pinjaman modal untuk keperluan
peningkatan produksi kepada petani. Petani yang telah mendapat
pinjaman modal kemudian akan mengembalikan modal dengan
prinsip bagi hasil yang hampir menyerupai Al-Mudharabah. Saat ini
produk Al-Muzara’ah, tidak hanya dapat dinikmati oleh petani,
namun juga peternak dan pengusaha tambak pun dapat meminjam
modal dengan Al-Muzara’ah.
d. Al-Musaqah
Al-Musaqah juga merupakan produk syariah yang pada dasarnya
diperuntukkan bagi para petani. Perbedaannya, Al-Musaqah
merupakan perjanjian yang lebih mengikat antar pemilik modal dan
pemberi modal. Al-Musaqah pada prinsipnya hampir sama dengan
Al-Musyarakah yang dilakukan dalam sektor pertanian. Pada Al-

10
Musaqah, penggarap lahan hanya memiliki tanggung jawab untuk
menyiram dan memelihara.
3. Jual Beli
a. Bai’ Al-Murabahah
Bai’ Al-Murabahah pada dasarnya merupakan sebuah produk
pengkreditan berbasis Syariah. Dalam Bai’ Al-Murabahah, bank
membeli barang yang ditentukan atau dipesan oleh pembeli,
kemudian menjualnya dengan keuntungan tertentu yang telah
disepakati. Pembeli dapat membayar secara keseluruhan atau kredit.
b. Bai’ As-Salam
Bai’ As-Salam merupakan kebalikan dari Bai’ Al-Murabahah, di
mana bank memberi sejumlah uang untuk membeli suatu produk
(misalnya hasil pertanian) yang dimaksudkan untuk membantu
petani dalam penjualan produknya sehingga petani segera mendapat
modal untuk melanjutkan usahanya. Pada Bai’ As-Salam,
pembayaran harus dilakukan di muka oleh pihak bank. Pihak bank
berperan sebagai perantara antara pembeli dan penjual. Pada
aplikasinya, Bai’ As-Salam dapat pula dilakukan pada berbagai
barang produksi yang lain.
c. Bai’ Al-Istishna’
Bai’ Al-Istishna’ memiliki prinsip yang hampir menyerupai Bai’
As-Salam. Perbedaannya, pada Bai’ Al-Istishna bank membuat
perjanjian secara terpisah antara penjual dan pembeli.
d. Al-Ijarah Al Muntahia Bit-Tamlik
Istilah ini berasal dari Bahasa Arab Al-ijarah yang berarti
imbalan atas sesuatu dan At-tamlik yang berarti menjadikan
seseorang memiliki sesuatu. Pada Al-Ijarah Al Muntahia Bit-Tamlik,
nasabah dapat menyewa suatu barang atau jasa (contohnya rumah),
yang kemudian di akhir perjanjian sewa, rumah tersebut berpindah
hak milik dari bank ke nasabah.
4. Jasa
a. Al-Wakalah
Al-Wakalah merupakan perwakilan kegiatan pengelolaan
keuangan seperti pembukuan, transfer, pembelian dan sebagainya
11
yang diberikan pemilik uang kepada bank. Pihak bank kemudian
berhak untuk medapat komisi dari Al-Wakalah ini.
b. Al-Kafalah
Al-Kafalah pada prinsipnya merupakan penjaminan pemenuhan
tanggung jawab oleh pihak bank yang menjadi perantara antara dua
orang yang berkewajiban dan yang berhak menerima tanggung
jawab tersebut. Contoh produk-produk Al-Kafalah diantaranya,
seperti Letter of Credit untuk kegiatan impor dan Asuransi Syariah.
c. Al-Hawalah
Al-Hawalah pada dasarnya memiliki kesamaan dengan penjualan
surat hutang. Pada Al-Hawalah, baik kreditur ataupun debitur harus
mencapai kesepakatan atas penjualan surat hutang tersebut.
d. Ar-Rahn
Ar-Rahn merupakan produk gadai dengan prinsip-prinsip
Syariah. Perbedaan Ar-Rahn dengan gadai konvensional terletak
pada tidak adanya riba. Meski begitu, pada Ar-Rahn nasabah wajib
untuk membayar jasa simpan dari pinjaman untuk setiap sepuluh
hari masa gadai beserta biaya administrasi sesuai kesepakatan.
Selain itu, jangka waktu maksimal dari pinjaman adalah empat
bulan, jika setelah empat bulan tidak mampu membayar, maka
barang yang digadaikan akan dijual. Kemudian jika terdapat
kelebihan harga antara harga jual dan pokok pinjaman, maka
kelebihan harga tersebut dapat diambil oleh pembeli atau diserahkan
ke Badan Amil Zakat.
e. Al-Qardh
Al-Qardh merupakan Jasa Perbankan Syariah yang berupa
pinjaman uang ataupun barang.

2.1.5 Fungsi Bank Syariah


1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,

12
sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.1.6 Perbandingan Bank Konvensional dan Bank Syariah


1. Keuntungan Bank Syariah vs Konvensional
Kedua bank sama-sama memberikan keuntungan bagi nasabahnya.
Hanya saja pemberian keuntungan kedua Bank ini berbeda bentuk.
Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Bank Konvensional
merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan memberi keuntungan berupa suku bunga kepada
nasabahnya. Sementara itu, dalam Bank Syariah, pemberian suku
bunga sama sekali dihindarkan.
a. Bank Syariah mengambil keuntungan berasal dari pendekatan bagi
hasil (Al-Mudharabah).
b. Bank Konvensional mengambil keuntungan berasal dari suku
bunga dengan jumlah nominal tertentu. Selain itu, nasabah
memperoleh keuntungan bunga simpanan yang tinggi, sedang
kepentingan pemegang saham di antaranya adalah memperoleh
spread yang optimal antara suku bunga simpanan dan suku bunga
pinjaman (mengoptimalkan interest difference).
2. Pengelolaan Dana
Perbedaan kedua bank ini juga terjadi dalam hal pengelolaan dana.
Bank memiliki caranya masing-masing untuk mengelola dana nasabah
agar terus berputar. Bahkan pemutaran keuangan dapat melalui produk
apa saja. Bisa dari tabungan, deposito hingga giro. Akan tetapi, pada
bank syariah, pegelolaan keuangan ini tak bisa sembarangan.
a. Bank Syariah: pengelolaan keuangan dalam bentuk titipan maupun
investasi. Segala pengelolaan yang berasal dan diinvestasikan pada
kegiatan bisnis yang melanggar hukum Islam, seperti perdagangan

13
barang-barang haram, perjudian (maisir), dan manipulatif (ghahar)
sangat diharamkan.
b. Bank Konvensional: pengelolaan keuangan bisa berasal dari
sumber manapun tanpa harus mengetahui dari mana atau kemana
uang tersebut disalurkan, selama debitur bisa membayar cicilan
dengan rutin.
3. Proses Transaksi Perbankan
Proses transaksi serta perjanjian yang terjadi dikedua bank
menunjukkan perbedaan. Dalam Bank Syariah, transkasi dilakukan
sesuai prinsip Syariah Islam. Sementara pada Bank Konvensional
semua transaksi dan perjanjian berdasarkan hukum yang berlaku di
Indonesia.
a. Bank Syariah: transaksi berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis yang
telah difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Jenis
transaksinya antara lain akad Al-Mudharabah (bagi hasil), Al-
Musyarakah (perkongsian), Al-Musaqah (kerja sama tani), Al-Ba’i
(bagi hasil), Al-Ijarah (sewa-menyewa), dan Al-Wakalah
(keagenan).
b. Bank Konvensional: transaksi berdasarkan pada hukum yang
berlaku di negara Indonesia.
4. Promosi dan Cicilan
Dua hal tersebut merupakan daya tarik bank dalam menjaring
nasabah. Dan keduanya memiliki taktik masing-masing dalam
memberian promosi dan juga cicilan. Apabila Bank Konvensional
gemar menebar promosi dan cicilan yang menggiurkan misalnya
cicilan 0% diberikan bagi nasabah yang memiliki tabungan di bank
tertentu atau suku bunga tetap saat ingin membeli rumah. Bank Syariah
juga memiliki caranya sendiri dalam memberikan promosi dan cicilan.
a. Bank Syariah: program cicilan diterapkan dengan jumlah tetap
berdasarkan keuntungan yang sudah disetujui antara pihak bank
dan nasabah saat akad kredit. Sementara untuk pemberian promosi
harus tersampaikan dengan jelas, tidak ambigu, dan transparan.
b. Bank Konvensional: hampir setiap bulan memberikan promosi
yang berbeda-beda dan bertujuan menarik nasabah untuk
14
menggelontorkan uangnya di bank tersebut. Promosinya sangat
beragam seperti pemberian suku bunga tetap atau fixed rate selama
periode tertentu, sebelum akhirnya memberikan suku bunga
berfluktuasi atau floating rate kepada nasabah.
5. Sistem Bunga
Terdapat perbedaan dalam hal pemberian sistem bunga. Tentu
seperti dijelaksan di poin sebelumnya bahwa Bank Syariah sangat
mengesampingkan pemberian bunga karena tak sesuai dengan hukum
Islam.
a. Bank Syariah: eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua
agama termasuk agama Islam. Maka itu, Bank Syariah tidak
menganut sistem ini.
b. Bank Konvensional: penentuan suku bunga dilakukan pada waktu
akad dengan pedoman harus selalu menguntungkan pihak bank.
Besarnya persentase didasarkan pada jumlah uang (modal) yang
dipinjamkan. Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun
jumlah keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang
baik.

2.1.7 Perkembangan Bank Syariah Melalui Data Statistik


Data Statistik Tahun 2013

15
Gambar 1.1, 1.2 dan 1,3 Sumber: Bank Indonesia

Data Statistik Tahun 2014

16
Gambar 1.4, 1.5 dan 1.6 Sumber: Bank Indonesia

Data Statistik Tahun 205-2018

Gambar 1.7, 1.8, 1.9 Sumber: Bank Indonesia

17
2.1.8 Perkembangan Bank Syariah di Luar Negeri
1. Pakistan
Pakistan merupakan pelopor di bidang perbankan syariah. Pada awal
Juli 1979, sistem bunga dihapuskan dari tiga institusi: National
Investment, House Building Finance Corporation, dan Mutual Funds of
the Investment Corporation of Pakistan. Awal tahun 1985, seluruh
sistem perbankan dikonversi dengan sistem perbankan syariah.
2. Mesir
Bank syariah yang pertama kali berdiri adalah Faisal Islamic
Bank. Selain ini, terdapat bank lain yaitu Islamic International Bank
for Investment and Development yang beroperasi dengan
menggunakan instrument keuangan Islam dan menyediakan jaringan
luas. Bank ini beroperasi baik sebagai bank investasi (investment
bank), bank perdagangan (merchant bank), maupun bank komersial
(commercial bank).
3. Kuwait
Kuwait Finance House didirikan pada tahun 1977 dan sejak awal
beroperasi dengan system tanpa bunga. Institusi ini memiliki
puluhan cabang di Kuwait dan telah menunjukkan perkembangan
yang cepat. Selama dua tahun saja, yaitu 1980 hingga 1982, dana
masyarakat yang terkumpul meningkat dari sekitar KD 149 juta
menjadi KD 474. Pada akhir tahun 1985, total asset mencapai KD
803 juta dan tingkat keuntungan bersih mencapai KD 17 juta (satu
Dinar Kuwait ekuivalen dengan 4-5 dolar US).
4. Iran
Ide pengembangan perbankan syariah di Iran sesungguhnya
bermula sesaat sejak Revolusi Iran yang dipimpin oleh Ayatullah
Khomeini pada tahun 1979, sedangkan perkembangan dalam arti
baru dimulai sejak Januari tahun 1984. Berdasarkan undang-undang
yang disetujui pemerintah pada bulan Agustus 1983. Sebelum
undang-undang tersebut dikeluarkan sebenarnya telah terjadi
transaksi sebesar lebih dari 100 miliar rial yang diadministrasikan
sesuai dengan sistem syariah.

18
Islamisasi sistem perbankan di Iran ditandai dengan nasionalisai
seluruh industry perbankan yang dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar. (1) perbankan komersial, (2) lembaga pembiayaan
khusus. Dengan demikian, sejak lahirnya UU Perbankan Islam
(1983), seluruh system keuangan di Iran otomatis sesuai syariah di
bawah kontrol pemerintah.
5. Malaysia
Tahun 1983 lahir Bank Islam Malaysia Berhard (BIMB). Bank
Islam lahir bukan karena adanya rich individual seperti di Timur
Tengah. BIMB berkembang karena pemikiran & kreativitas banker
Islam dalam menciptakan produk-produk bank berdasar syariah yang
mampu berkompetisi dengan bank konvensional sehingga
nasabahnya bukan hanya kelompok muslim yang mengharamkan
bunga tetapi juga kelompok lain yang rasional.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam Undang-undang nomor 21 tahun 2008 pasal 1 definisi Bank
Syariah adalah Bank Syariah adalah Bank yg menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Ketentuan syariah dalam
Undang-undang nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, pasal 1
angka 12 sebagai berikut: Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam
kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang
memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
Fungsi Bank Syariah adalah Bank Syariah dan UUS wajib
menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, Bank
Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga
baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah,
hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi
pengelola zakat, Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang
berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf
(nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif), Pelaksanaan fungsi
sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

20
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2013. Statistik Perbankan Syariah. Jakarta.

Harahap, Sofyan dan Yusuf, Muhammad dkk. 2010. Akuntansi Perbankan


Syariah. Jakarta: LPFE Usakti.

21

Anda mungkin juga menyukai