Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MATA KULIAH: TOPIK KHUSUS AKUNTANSI


“AKUNTANSI DAN PELAPORAN BANK SYARIAH”

Di Susun Oleh;

1. Arisetiadi Permana (12320208)


2. Yudhawastu Maharizky (12320180)
3. Desak Nyoman Tamiya Bintang Abhisastra (12320199)
4. Ni Luh Gita Kumara Dewi (12320214)
5. I Nyoman Deo Tika Mahendra (12320209)
6. I Komang Restama (12320099)

FAKULTAS EKONOMI DAN BSINIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL DENPASAR

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya

sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima

kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan

baik pikiran maupun materi. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu

kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 04 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2

C. Tujuan Masalah..........................................................................................................................2

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................................................3

A. Bank Syariah..............................................................................................................................3

B. Perkembangan Bank Syariah......................................................................................................4

C. Jenis Bank Syariah......................................................................................................................5

D. Prinsip Akuntansi Bank Syariah..................................................................................................5

E. Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Bank Syariah.....................................................................6

F. Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional................................................................8

G. Memahami Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Bank Syariah..................................................9

H. Penyusunan Keuangan Akuntansi Bank Syariah.......................................................................12

I. Studi Kasus...............................................................................................................................16

BAB III PENUTUP..................................................................................................................................19

A. KESIMPULAN............................................................................................................................19

REFERENSI...........................................................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Kasmir, “Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan
yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa - jasa
lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap Bank Syariah
merupakan lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak menggunakan bunga
(riba). Produk-produk yang dikembangkan bank syariah berdasarkan Al-Quran dan
Hadis, dengan demikian bisa dikatakan bahwa bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokonya adalah memberikan pembiayaan dalam lalu lintas
peredaran uang yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

Sistem perbankan syariah diatur dalam UU No.10 tahun 1998, yang


merupakan undang-undang pengganti UU No. 7 tahun 1992. Sejak diberlakukannya
undang-undang tersebut, perkembangan perbankan syariah di Indonesia cukup
pesat. Apalagi sejak diberlakukannya UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008 yang membuat pengembangan industri
perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan
mendorong pertumbuhannya lebih cepat lagi Pada Undang-undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perbankan, bank adalah sebagai badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Dari dana yang terkumpul dari pihak
ketiga itu, bank lalu menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Sesuai regulasi perbankan di Indonesia, bank adalah terbagi menjadi tiga yakni
bank umum, bank sentral, dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Krisis yang melanda
dunia sejak tahun 1998 telah menyadarkan banyak pihak bahwa perbankan dengan
sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya yang dapat diandalkan, tetapi ada
sistem yang lebih tangguh karena menghadirkan prinsip keadilan dan keterbukaan
yaitu perbankan syariah.

Sistem perbankan syariah diatur dalam UU No.10 tahun 1998, yang


merupakan undang-undang pengganti UU No. 7 tahun 1992. Sejak diberlakukannya
1
undang-undang tersebut, perkembangan perbankan syariah di Indonesia cukup pesat.
Apalagi sejak diberlakukannya UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
yang terbit tanggal 16 Juli 2008 yang membuat pengembangan industri perbankan
syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan mendorong
pertumbuhannya lebih cepat lagi Risiko pembiayaan mengacu pada pinjaman yang
sulit untuk dibayar kembali karena faktor kesengajaan atau faktor eksternal di luar
kendali klien pembiayaan. Risiko pembiayaan dalam perbankan syariah menjadi sangat
penting dalam perbankan syariah karena masalah nasabah peminjam yang tidak
melakukan pembayaran sesuai kesepakatan atau melakukan pembayaran akan
berdampak buruk bagi bank. Bank syariah perlu memiliki manajemen syariah yang
andal untuk meminimalkan risiko pendanaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Bank Syariah ?
2. Bagaimana Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Bank Syariah?
3. Bagaimana Penyusunan Akuntansi Keuangan Bank Syariah ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Definisi Bank Syariah .
2. Untuk mengetahui Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Bank Syariah.
3. Untuk mengetahui Penyusunan Akuntansi Keuangan Bank Syariah.

2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Bank Syariah
1. Definisi Bank Syariah
Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan prinsip
Islam. Sistem akuntansi dan pelaporan keuangan Bank Syariah berbeda dengan bank
konvensional karena penerapan prinsip Islam.

a. PSAK 101 (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101) memberikan


pedoman penyajian laporan keuangan bagi lembaga keuangan syariah,
termasuk Bank Syariah.

b. Laporan keuangan Bank Syariah secara lengkap terdiri dari neraca, laporan
laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan laporan
perubahan dana.

c. Tujuan laporan keuangan pada sektor perbankan syariah adalah untuk


memberikan informasi posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi
keuangan kegiatan operasional bank yang berguna dalam pengambilan
keputusan.

d. Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk mengevaluasi


posisi keuangan dan hasil operasional perusahaan pada masa lalu dan masa
kini, dengan tujuan utama untuk membuat prediksi dan perkiraan mengenai
posisi keuangan dan kinerja operasional perusahaan pada masa yang akan
datang.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah lembaga keuangan bank yang
melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah atau Islam. BPRS
merupakan bank syariah yang tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
BPRS didirikan berdasarkan UU No 7 tahun 1992 tentang perbankan dan Peraturan
pemerintah (PP) no.72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil. BPRS
diperbolehkan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Selain itu, BPRS juga menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan
3
prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK). BPRS juga diperbolehkan menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat
Bank Indonesia, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan lain-lain. Akuntansi
BPRS diatur dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 9/SEOJK.03/2015
perihal Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia bagi Bank.

B. Perkembangan Bank Syariah


Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Deregulasi perbankan dimulai sejak tahun 1983. Pada tahun tersebut, BI
memberikan keleluasaan kepada bank-bank untuk menetapkan suku bunga.
Pemerintah berharap dengan kebijakan deregulasi perbankan maka akan tercipta
kondisi dunia perbankan yang lebih efisien dan kuat dalam menopang perekonomian.
Pada tahun 1983 tersebut pemerintah Indonesia pernah berencana menerapkan "sistem
bagi hasil" dalam perkreditan yang merupakan konsep dari perbankan syariah.
Pada tahun 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Deregulasi
Perbankan 1988 (Pakto 88) yang membuka kesempatan seluas-luasnya kepada bisnis
perbankan harus dibuka seluas-luasnya untuk menunjang pembangunan (liberalisasi
sistem perbankan). Meskipun lebih banyak bank konvensional yang berdiri, beberapa
usaha-usah perbankan yang bersifat daerah yang berasaskan syariah juga mulai
bermunculan.
Inisiatif pendirian bank Islam Indoensia dimulai pada tahun 1980 melalui
diskusi-diskusi bertemakan bank Islam sebagai pilar ekonomi Islam. Sebagai uji
coba, gagasan perbankan Islam dipraktekkan dalam skala yang relatif terbatas di
antaranya di Bandung (Bait At-Tamwil Salman ITB) dan di Jakarta (Koperasi Ridho
Gusti).

Tahun 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk kelompok kerja


untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Pada tanggal 18 – 20 Agustus 1990,
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan lokakarya bunga bank dan
perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas
lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta 22 – 25 Agustus 1990,
yang menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja pendirian bank Islam
di Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan MUI dengan diberi
tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak yang terkait.

Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirilah bank
syariah pertama di Indonesia yaitu PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang sesuai
akte pendiriannya, berdiri pada tanggal 1 Nopember 1991. Sejak tanggal 1 Mei 1992,
BMI resmi beroperasi dengan modal awal sebesar Rp 106.126.382.000,-

4
Pada awal masa operasinya, keberadaan bank syariah belumlah
memperolehperhatian yang optimal dalam tatanan sektor perbankan nasional.
Landasanhukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah, saat itu hanya
diakomodir dalam salah satu ayat tentang "bank dengan sistem bagi hasil"pada UU
No. 7 Tahun 1992; tanpa rincianlandasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang
diperbolehkan.

Pada tahun 1998, pemerintah dan DewanPerwakilan Rakyat melakukan


penyempurnaan UU No. 7/1992 tersebutmenjadi UU No. 10 Tahun 1998, yang secara
tegas menjelaskan bahwaterdapat dua sistem dalam perbankan di tanah air (dual
banking system),yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah.
Peluang ini disambut hangat masyarakat perbankan, yang ditandai dengan berdirinya
beberapa Bank Islam lain, yakni Bank IFI, Bank Syariah Mandiri, Bank Niaga, Bank
BTN, Bank Mega, Bank BRI, Bank Bukopin, BPD Jabar dan BPD Aceh dll.

C. Jenis Bank Syariah


Bank syariah terbagi menjadi 2, yaitu Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS).
Bank umum syariah (BUS) adalah bank yang melaksanakan kegiata usaha
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. BUS merupakan badan usaha yang setara dengan dengan bank
umum konvensional dengan bentuk hukum perseroan terbatas, perusahaan daerah,
atau koperasi. Seperti halnya bank umum konvensional, BUS dapat berusaha sebagai
bank devisa atau bank non devisa. Beberapa contoh BUS yaitu Bank Syariah Mandiri,
Bank Syariah Bukopin, Bank Muamalat Indonesia dan lain sebagainya (Nugroho,
2011:14).
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang melakasanakan
kegiatan usaha brdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah yang kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. BPRS merupakan badan usaha yang setara dengan bank perkreditan
rakyat konvensional dengan bentuk hukum perseroan terbatas, perusahaan daerah atau
koperasi (Nugroho, 2011:15).

D. Prinsip Akuntansi Bank Syariah


Akuntansi syariah juga memiliki prinsip-prinsip dasar pada prakteknya, yang
membedakannya dengan akuntansi konvensional. Berikut ini, prinsip-prinsip dasar
akuntansi syariah dan penjelasannya.
1. Prinsip pertanggungjawaban
Akuntansi syariah memiliki prinsip pertanggungjawaban sebagai salah satu bentuk
implementasi dari ajaran yang tertera dalam Al Quran. Maksudnya, setiap manusia
diajarkan untuk selalu bertanggungjawab atas perbuatannya.

5
Dalam hal ini, transaksi yang dilakukan seorang pebienis harus
dipertanggungjawabkan secara konkret melalui laporan keuangan atau laporan
akuntansi.
2. Prinsip keadilan
Akuntansi syariah juga berjalan menggunakan prinsip keadilan sesuai dengan
yang diajarkan dalam agama Islam. Setiap manusia harus berperilaku adil kepada
siapapun.
Prinsip keadalian dalam akuntansi syariah sendiri memiliki 2 pengertian.
Pertama, prinsip keadilan yang berkaitan dengan praktek moral, yakni kejujuran.
Kejujuran ini sangat penting supaya informasi akuntansi yang disajikan tidak
menyesatkan dan merugikan masyarakat.
Kedua, prinsip keadilan berasal dari kata adil yang bersifat fundamental dan
berpijak pada nilai-nilai syariah serta moral. Artinya, keadilan ini menjadi pendorong
untuk melakukan upaya dekonstruksi terhadap pembangunan akuntasi modern
menjadi akuntansi alternatif yang lebih baik.
3. Prinsip kebenaran
Akuntansi syariah juga memiliki prinsip kebenaran yang berkesinambungan
dengan prinsip keadilan. Adanya prinsip kebenaran ini akan menciptakan keadilan
dalam mengankui, mengukur dan melaporkan setiap transaksi ekonomi. Karena,
pengakuan, pengukuran dan pelaporan transaksi keuangan akan berjalqn baik bila
memiliki rasa kebenaran.
Itulah ketiga prinsip akuntansi syariah yang paling mendasar dan paling
utama, dan dilakukan dimana saja. Selain ketiga prinsip di atas, tiap perusahan,
perbankan ataupun organisasi memiliki prinsip akuntansi syariahnya sendiri-sendiri.
diantaranya ada yang menerapkan prinsip sebagai berikut.
 Larangan menerapkan bunga pada semua bentuk dan jenis transaksi.
 Menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangan berdasarkan pada kewajaran dan
keuntungan yang halal Setiap kegiatan yang dilakukan, mengeluarkan zakat
 Menghindari adanya monopoli
 Membangun kemitraan dengan masyarakat melalui perdagangan yang
dibolehkan oleh syariah islam.

E. Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Bank Syariah


Akuntansi dan pelaporan keuangan merupakan aspek penting dalam manajemen
bank syariah, sama seperti dalam bank konvensional. Namun, ada beberapa perbedaan
signifikan dalam prinsip-prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan yang berlaku
untuk bank syariah karena bank syariah beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah

6
atau Islam. Berikut ini adalah beberapa poin penting yang perlu di ketahui tentang
akuntansi dan pelaporan keuangan bank syariah:

a. Prinsip-Prinsip Syariah:
Bank syariah beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah atau Islam. Prinsip
utama dalam bank syariah adalah larangan riba (bunga), larangan investasi dalam
aktivitas haram, dan berbagi risiko dan laba antara bank dan nasabah.

b. Akuntansi Syariah:
Akuntansi syariah adalah sistem akuntansi yang sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah. Ini berarti bahwa bank syariah harus mengimplementasikan metode
akuntansi yang memastikan kepatuhan terhadap hukum syariah, termasuk dalam
pencatatan transaksi dan perhitungan laba serta rugi.
c. Akun Khusus:
Bank syariah sering memiliki akun-akun khusus yang tidak ada di bank
konvensional. Misalnya, mereka memiliki akun Zakat yang digunakan untuk
mengelola dana zakat yang diterima dan diberikan kepada mereka yang berhak.
Mereka juga memiliki akun wakalah (agen) untuk mengelola dana nasabah sesuai
dengan prinsip wakalah.
d. Penilaian Aset dan Liabilitas:
Penilaian aset dan liabilitas dalam bank syariah dapat berbeda karena
prinsip-prinsip syariah. Misalnya, dalam pembiayaan syariah, aset diperlakukan
sebagai kepemilikan bersama antara bank dan nasabah, sehingga pengakuan
pendapatan dan biaya harus memperhitungkan hal ini.
e. Pelaporan Keuangan:
Bank syariah harus menyusun laporan keuangan secara teratur, yang
mencakup neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Laporan ini harus
mencerminkan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah dan mungkin
memerlukan laporan tambahan yang menjelaskan aspek syariah dari operasi bank.
f. Pengawasan dan Regulasi:
Bank syariah juga tunduk pada regulasi dan pengawasan oleh otoritas keuangan
yang sesuai. Otoritas ini memastikan bahwa bank syariah mematuhi prinsip-prinsip
syariah dan menjalankan praktik yang sesuai.
g. Audit Syariah:

7
Bank syariah biasanya menjalani audit syariah oleh badan audit syariah
independen yang memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Audit ini
merupakan komponen penting dalam memastikan integritas operasi bank syariah.
h. Pengungkapan Transparan:
Bank syariah juga harus memberikan pengungkapan yang jelas dan
transparan kepada nasabah dan pemangku kepentingan lainnya tentang prinsip-
prinsip syariah yang diterapkan dalam operasinya.

Penting untuk diingat bahwa praktik akuntansi dan pelaporan keuangan bank
syariah dapat bervariasi di berbagai negara dan tergantung pada regulasi lokal serta
pedoman yang berlaku. Oleh karena itu, bank syariah perlu bekerja sama dengan
otoritas keuangan dan badan-badan audit syariah untuk memastikan kepatuhan dan
transparansi dalam pelaporan keuangan mereka.

F. Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional


Berikut adalah perbedaan antara laporan keuangan bank syariah dan bank
konvensional:

1. Acuan pembuatan laporan: Laporan keuangan bank syariah lebih berdasarkan


pada entitas syariah, sedangkan laporan keuangan bank konvensional lebih
berdasarkan pada standar akuntansi yang berlaku.

2. Jumlah jenis laporan keuangan: Laporan keuangan bank konvensional


memiliki 5 jenis laporan keuangan, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Sedangkan
laporan keuangan bank syariah memiliki 8 jenis laporan keuangan, yaitu neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan
dana investasi terkait, laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil, laporan
sumber dana dan penggunaan dana zakat, dan laporan penggunaan dana kebaikan.

3. Unsur laporan keuangan: Laporan keuangan bank konvensional memuat lebih


sedikit unsur laporan keuangan dibandingkan dengan laporan keuangan bank
syariah.

Prinsip yang mendasar: Perbankan konvensional lebih menekankan pada


bunga, sedangkan perbankan syariah lebih kepada pembagian hasil.

8
Dari perbedaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan bank
syariah memiliki lebih banyak jenis laporan keuangan dan unsur laporan keuangan
dibandingkan dengan laporan keuangan bank konvensional. Selain itu, acuan
pembuatan laporan keuangan bank syariah lebih berdasarkan pada entitas syariah,
sedangkan laporan keuangan bank konvensional lebih berdasarkan pada standar
akuntansi yang berlaku. Prinsip yang mendasar dalam perbankan syariah lebih kepada
pembagian hasil, sedangkan perbankan konvensional lebih menekankan pada bunga.

G. Memahami Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Bank Syariah


Memahami akuntansi dan pelaporan keuangan bank syariah memerlukan
pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip syariah, serta perbedaan dalam praktik
akuntansi dan pelaporan dibandingkan dengan bank konvensional. Berikut adalah
beberapa poin yang dapat membantu untuk memahami lebih lanjut:

1. Pembiayaan Syariah: Salah satu komponen utama dalam akuntansi bank syariah
adalah pembiayaan syariah, yang berbeda dengan pemberian pinjaman dengan
bunga dalam bank konvensional. Pembiayaan syariah melibatkan pembiayaan
berbasis bagi hasil (profit-and-loss sharing) atau akad-akad syariah lainnya seperti
murabahah, mudarabah, dan musharakah.

2. Pengakuan Laba dan Rugi: Laba dan rugi dalam bank syariah diperhitungkan
berdasarkan prinsip bagi hasil. Laba dan rugi dibagi antara bank dan nasabah
sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak syariah. Ini berarti laba dan rugi bisa
menjadi variabel dan tidak ditentukan sebelumnya seperti bunga dalam bank
konvensional.

3. Akuntansi Wakalah: Bank syariah sering menggunakan akuntansi wakalah, yang


mengacu pada konsep agen atau perwakilan. Dalam konteks ini, bank bertindak
sebagai agen yang mengelola dana nasabah dan mendapatkan komisi atas layanan
yang diberikan.

4. Pengelolaan Risiko Syariah: Bank syariah perlu mengelola risiko syariah dengan
hati-hati untuk memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Ini
termasuk memastikan bahwa aktivitas investasi dan pembiayaan sesuai dengan
syariah, serta menghindari investasi dalam aktivitas haram.

9
5. Pengawasan oleh Dewan Pengawas Syariah: Bank syariah biasanya memiliki
Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertanggung jawab memastikan bahwa
seluruh operasi bank sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. DPS memiliki peran
penting dalam memastikan kepatuhan bank terhadap syariah dalam praktik
akuntansi dan pelaporan.

6. Audit Syariah: Audit syariah adalah pemeriksaan independen yang dilakukan oleh
badan audit syariah terkemuka untuk memverifikasi kepatuhan bank terhadap
prinsip-prinsip syariah. Audit ini mencakup pencatatan transaksi, pembiayaan, dan
pemisahan laba dan rugi.

7. Laporan Keuangan Syariah: Bank syariah harus menyusun laporan keuangan yang
mencerminkan prinsip-prinsip syariah. Ini termasuk laporan laba rugi bagi hasil,
laporan posisi keuangan syariah, dan laporan arus kas syariah yang memberikan
gambaran lengkap tentang kinerja bank.

8. Pengungkapan Syariah: Bank syariah juga harus memberikan pengungkapan


syariah yang transparan kepada pemangku kepentingan, termasuk nasabah dan
investor, tentang prinsip-prinsip syariah yang diterapkan dalam operasinya.

Memahami akuntansi dan pelaporan keuangan bank syariah memerlukan


pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip syariah dan praktek-praktek unik yang
terkait dengan bank berdasarkan prinsip-prinsip ini. Itu memainkan peran penting
dalam memastikan bahwa bank syariah beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip yang dianutnya.

PSAK 101 pertama kali dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007. PSAK ini menggantikan
ketentuan terkait penyajian laporan keuangan syariah dalam PSAK 59: Akuntansi
Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada 1 Mei 2002. Berdasarkan surat Dewan
Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh produk
akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan
kewenangannya kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.
Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 101 mengalami amandemen dan
revisi sebagai berikut:
1. 16 Desember 2011 sehubungan dengan adanya revisi atas PSAK 1: Penyajian
Laporan Keuangan.
2. 15 Oktober 2014 sehubungan dengan adanya revisi atas PSAK 1 terkait
penyajian laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
10
3. 25 Mei 2016 terkait penyajian laporan keuangan asuransi syariah pada
Lampiran B. Perubahan ini merupakan dampak dari revisi PSAK 108:
Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah. Perubahan ini berlaku efektif 1
Januari 2017.
b. Ikhtisar Ringkas
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah (selanjutnya disebut PSAK 101) menetapkan dasar penyajian laporan
keuangan bertujuan umum untuk entitas syariah. Pernyataan ini mengatur
persyaratan penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan
persyaratan minimal isi laporan keuangan atas transaksi syariah.
PSAK 101 memberikan penjelasan atas karakteristik umum pada laporan
keuangan syariah, antara lain terkait:
 Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK;
 Dasar akrual;
 Materialitas dan penggabungan;
 Saling hapus;
 Frekuensi pelaporan;
 Informasi komparatif;
 dan Konsistensi Penyajian
PSAK 101 juga memberikan penjabaran struktur dan isi pada laporan keuangan
syariah, mencakup:
1. Laporan Posisi Keuangan,
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain ,
3. Laporan Perubahan Ekuitas ,
4. Laporan Arus Kas Catatan atas ,
5. Laporan Keuangan.
Untuk memudahkan pengguna dalam menerapkan ketentuan penyajian laporan
keuangan syariah berdasarkan PSAK 101, PSAK 101 dilengkapi dengan contoh
ilustrasi laporan keuangan bank syariah, entitas asuransi syariah, dan amil. Lampiran
yang terdapat pada PSAK 101 tersebut merupakan bagian tidak terpisahkan dari
PSAK 101.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Disamping itu, tujuan lainnya adalah:

11
(a) mengingkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua
transaksi dan kegiatan usaha;
(b) informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta
informasi aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan
prinsip syariah, bila ada dan bagaimana perolehan dan penggunaannya;
(c) informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab
entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak; dan
(d) informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh
penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi
mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas syariah,
termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak
menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh
keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi nonkeuangan

H. Penyusunan Keuangan Akuntansi Bank Syariah


Berikut adalah penjelasan dan susunan akuntansi keuangan bank syariah:

1. Prinsip-prinsip syariah dalam transaksi keuangan harus diperhatikan dalam


akuntansi dan pelaporan keuangan bank syariah, seperti larangan riba (bunga) dan
kehalalan produk .

2. PSAK 101 (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101) memberikan panduan


untuk penyajian laporan keuangan bank syariah, yang terdiri dari 8 jenis laporan
keuangan, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan
ekuitas, laporan perubahan dana investasi terkait, laporan rekonsiliasi pendapatan
dan bagi hasil, laporan sumber dana dan penggunaan dana zakat, dan laporan
penggunaan dana kebaikan.

3. Laporan keuangan bank syariah harus memberikan informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusa.

4. Unsur-unsur yang ada dalam penyajian laporan keuangan syariah antara lain
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan
perubahan dana investasi terkait, laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil,

12
laporan sumber dana dan penggunaan dana zakat, dan laporan penggunaan dana
kebaikan.

5. Laporan keuangan bank syariah harus mempertimbangkan efek syariah dan efek
ekonomi dari transaksi keuangan dalam pembuatan laporan keuangan.

6. Dalam akuntansi dan pelaporan keuangan bank syariah, tidak ada perhitungan riba
(bunga) karena dihindari dalam sistem perbankan syariah. Sebagai gantinya, bank
syariah menggunakan sistem bagi hasil dalam pembagian keuntungan dan risiko
antara lembaga keuangan syariah dan nasabah.

Contoh Pelaporan Keuangan Bank Syariah

13
14
15
I. Studi Kasus
Kasus Pencucian Uang Dari Dana Tabungan Nasabah Melalui Transaksi

Pada Bank Syariah NTB

Bank NTB Syariah didirikan dan mulai beroperasi pada tanggal 5 Juli tahun 1964.
Bank NTB Syariah ini merupakan bank milik pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Barat
beserta pemerintahan kabupaten/kota se-Nusa Tenggara Barat, pada tanggal 19 maret 1999
Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat (Bank NTB Syariah) mengalami perubahan
bentuk hukum dari yang sebelumnya adalah perusahaan daerah menjadi Perseroan Terbatas
(PT). Tanggal 13 Juni 2016 diadakan Rapat Umum Pemegang Saham dan hasil dari rapat
tersebut menyetujui perubahan melalui konversi menjadikan Bank Syariah NTB
berlandaskan Bank Syariah secara keseluruhan Seiring dengan berjalannya waktu, Bank NTB
Syariah terus berkembang hingga saat ini memiliki Kantor yang berjumlah 50 kantor yang
terdiri dari 1 kantor pusat, 12 kantor cabang, 24 kantor cabang pembantu, 6 kantor kas dan 7
kantor pelayanan. Guna mendukung kualitas pelayanan Bank NTB Syariah memiliki 255
ATM yang tersebar diseluruh kota/Kabupaten se-NTB. Bank NTB Syariah didukung oleh

16
karyawan dan karyawati sampai dengan 31 Desember 2021 berjumlah 1.433 orang. 36 Pada
tahun 2021 telah terungkap salah satu kasus indikasi Tindak Pidana Pencucian Uang melalui
Fraud yang telah terjadi sejak tahun 2012 dengan motif yang sama dengan menggunakan
dana nasabah yang menyimpan uangnya di bank syariah NTB, hal ini baru terungkap oleh
pihak internal Bank Syariah NTB sendiri, yang melakukan audit secara internal ketika terjadi
perombakan divisi didalam internal bank syariah, yang mana seharusnya pihak pengawasan
dari lembaga terkait yang seharusnya berperan besar dalam penangan kasus ini, sehingga
timbulah kerugian akibat dari kasus pencucian uang yang terjadi di Bank Syariah NTB
melalui transaksi ini, hal tersebut dapat dideteksi karena terdapat selisih transaksi yang
diduga digelapkan dengan mengalihkan transaksi nasabah ke rekening pribadi tersangka
kejahatan. Dengan begitu akan terlihat pembukuan harian transaksi tetap bersih. Modusnya
dengan diambilkan dari transaksi nasabah lainnya. Sehingga hal ini menimbulkan adanya
indikasi pidana pencucian uang yang ditemukan. Modus ini dipakai selama delapan tahun.
sejak tahun 2012 sampai 2021. Pembobolan dalam kasus ini terungkap bahwa dilakukan
dengan mengalihkan transaksi para nasabah ke tiga rekening pribadi yang telah disiapkan
oleh tersangka untuk dijadikan rekening penampung. Media Transaksi yang digunakan untuk
pembobolan antara lain transfer antar rekening serta setor tunai, transaksi itu baru akan
diproses setelah nasabah melakukan complain, dan ketika nasabah melakukan komplain
barulah pelaku tersebut mengambil dana dari transaksi nasabah lain.37 Angka kerugian ini
tampak dari nilai tanggungan pihak bank kepada nasabah, dalam hal ini nasabah tentunya
akan terkena dampak langsung dikarenakan dana yang digunakan secara langsung adalah
dana dari nasabah dan pihak bank harus menyelesaikan masalah pidana ini yang termasuk
juga dalam ranah perdata karna pihak bank wajib mengembalikan dana nasabah yang terpakai
dikarenakan kelalaian dari pegawainya tersebut. Disisi lain dalam laporan terdapat 440
rekening nasabah yang mengalami kerugian yang ditemukan oleh penyidik yang bertugas
memeriksa perkara kasus tersebut, dan adanya indikasi bahwa transaksi ratusan rekening
tersebut sengaja dimanipulasi oleh oknum orang dalam untuk memanipulasi hal kejahatan
ini.38 Dirkrimsus Polda NTB, Kombes Pol I Putu Gede Ekawana, menetapkan tersangka
adalah ,mantan supervisor kredit non tunai pada Bank NTB Syariah dengan inisial Ps,
tersangka Ps (Puspa Parhianti) ini menggunakan uang nasabah lain yang juga diendapkan
sebelumnya.39 Sehingga dalam kasus ini akan menimbilkan akibat hukum antara konsumen
dan penyedia jasa layanan bank sayriah terkait, karena nasabah telah mempercayakan pihak
bank untuk menyimpan dananya di penyedia jasa keuangan seperti bank syariah walaupun

17
indikasi penyidik hingga sekarang hanya seorang oknum yang melakukannya akan tetapi
pihak bank tetap harus ikut serta bertanggung jawab karena hal ini terjadi dalam lembaganya.

Dalam penyelesaian kasus tersebut ada beberapa hukum dan sanksi yang diberlakukan
salah satunya pada hukum yang berlaku, Perlindungan hukum tersebut telah di jelaskan
dalam Pasal 4 hurup h Undang- undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, kemudian untuk hak nasabah dalam menerima ganti kerugian dalam kasus
tersebut diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 1/POJK.07/2013 Tentang
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan dalam ketentuan yang diatur dalam pasal 49
ayat (1), dan Pasal 1365 KUHPerdata , maka pihak bank wajib 70 memberikan kompensasi,
ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Karena adanya unsur kerugian yang
timbul dari pihak konsumen, maka konsumen yang berhak mengajukan gugatan, dapat
mengajukan gugatannya melalui mekanisme litigasi yaitu melalui peradilan agama, dan
melalui mekanisme penyelesain sengketa diluar peradilan melalui : Penyelesaian Sengketa
Melalui Internal Bank Syariah, Mediasi Dalam Perbankan dan Melalui Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK).

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan akuntansi dan pelaporan keuangan bank syariah dapat dijelaskan sebagai
berikut:

a. Laporan keuangan bank syariah mencerminkan kondisi keuangan sebenarnya


dan menjadi informasi yang penting bagi perusahaan untuk menetapkan atau
merubah suatu kebijakan manajemen.

b. Bank syariah menggunakan prinsip-prinsip syariah sebagai dasar pencatatan


seluruh kegiatan operasionalnya.

c. Bank syariah memiliki kewajiban memberikan imbal hasil kepada para investor
dan nasabah sesuai dengan profit yang didapat pada satu periode.

d. Bank syariah umumnya menggunakan akad murabahah untuk meminimalkan


resiko pada pembiayaan.

e. Bank syariah dalam mengelola dana diperbolehkan menyalurkan dengan cara


menempatkan pada bank lain serta melakukan pembelian saham syariah.

f. Bank syariah memiliki tujuan utama untuk zakat, bukan laba yang merupakan
tujuan akhir.

19
REFERENSI

https://www.researchgate.net/publication/
353752001_SISTIM_PELAPORAN_KEUANGAN_BANK_SYARIAH
( Diakses pada 03 Oktober 2023 pada pukul 11:23)

https://repository.uin-suska.ac.id/20006/7/7.%20BAB%20II
%20%281%29.pdf( Diakses pada 03 Oktober 2023 pada pukul 11: 25 )

Bondarenko, L.V. (2009). Organizational-economic bases of ensuring competitiveness


of recreational-tourist services. Terra Economicus, 7(2-3), 137-140.

Djamil, N. (2023). Akuntansi Terintegrasi Islam: Alternatif Model Dalam Penyusunan


Laporan Keuangan: Islamic Integrated Accounting: Alternative Models in
Preparing Financial Statements. JAAMTER: Jurnal Audit Akuntansi
Manajemen Terintegrasi, 1(1), 1-10.

Hermansyah, H., & Romdhon, M. (2023). Pengaruh Penerapan Psak 101 Dan Psak
105 Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Bpr Syariah (Studi Kasus Pada
Bprs Amanah Rabbaniah). Jurnal Wacana Ekonomi, 22(1), 98-107.
Harahap, Sofyan Syafri. (2004). Akuntansi Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hery. (2015). Praktis Menyusun Laporan Keuangan; Cepat & Mahir


Menyajikan.

Jakarta: Salmeba Empat

https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Documents/Pages/Pedoman-Akuntansi-
Perbankan-Indonesia-(PAPI)/PEDOMAN%20AKUNTANSI
%20PERBANKAN%20SYARIAH%20INDONESIA%20(PAPSI).pdf
( Diakses pada 03 Oktober 2023 pada pukul 12: 05 )

Rahmanto, D. N. A. Analisa Laporan Keuangan Kelas 1.


http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-64-psak-101-
penyajian-laporan-keuangan-syariah ( Diakses pada 03 Oktober 2023 pada
pukul 12 : 30 )

20
https://kneks.go.id/storage/upload/1641475789-4%20-%20Buku%20Materi
%20Akuntansi%20Syariah%20UMKM%20-%20Rev%203.pdf ( Diakses pada
03 Oktober 2023 pada pukul 13: 21 )

https://www.researchgate.net/publication/
353752001_SISTIM_PELAPORAN_KEUANGAN_BANK_SYARIAH
( Diakses pada 03 Oktober 2023 pada pukul 13: 35 )

PRIHANTONO, J. (2017). Kepatuhan Syari’ah Dalam Akad Pembiayaan


Mudharabah Muqayyadah (Studi Kasus Akad Pembiayaan Mudharabah
Muqayyadah Antara Dana Pensiun Angkasa Pura Ii, Bank Syari’ah Mandiri,
Dan Pt. Sari Indo Prima) (Doctoral dissertation, STAIN Kudus).

http://repository.iainkudus.ac.id/id/eprint/2109

21

Anda mungkin juga menyukai