Anda di halaman 1dari 42

TRANSAKSI BERBASIS SYARIAH DAN PELAPORAN

KEUANGAN SYARIAH

KELOMPOK 2 :
1. Andika Wijaya Amalo (55515120021)
2. Luthfi Kurniawan (55515120039)
3. Tommy Mikha M P (55515120062)

Mata Kuliah : PELAPORAN KORPORAT


Dosen : HARI SETIYAWATI, Dr, Ak. M.Si, CA

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MERCUBUANA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan berkat dan kesehatan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang merupakan tugas dari mata kuliah Pelaporan
Korporat Transaksi Berbasis Syariah dan Pelaporan Keuangan Syariah.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi.

Jakarta, Maret 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................... i


Daftar Isi................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Pembahasan .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pelaporan Keuangan Syariah .................................................................3
1. Pengertian dan Aspek Pelaporan Keuangan Syariah ......................3
2. Laporan Keuangan Syariah.............................................................. 11
B. Instrumen Keuangan Syariah................................................................ 20
1. Instrumen Keuangan Syariah Primer............................................... 20
2. Instrumen Keuangan Syariah Sekunder.......................................... 25
C. Contoh Pelaporan Keuangan Syariah (Bank)
1. Sistem Operasional Bank Syariah.................................................... 26
2. Prinsip Penghimpunan Dana Bank Syariah..................................... 27
3. Prinsip Penyaluran Dana Bank Syariah........................................... 30
4. Prinsip Pelaksanaan Fungsi Jasa Keuangan Perbankan................ 33
5. Contoh produk dan Laporan Keuangan Bank Muamalat................. 37
D. Kasus 38
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpilan .................................................................................................. 44
B. Saran .......................................................................................................... 44
Daftar Pustaka

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan
dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam
kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif
jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara
bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara
sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk
meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian
nasional.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan
prinsip bagi hasil memberikan alternativesistem perbankan yang saling
menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan
dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai
kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan
spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk
serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang
lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternative sistem perbankan yang
kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa
terkecuali.
Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya
penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat
merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta
menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya
penggunaan produk dan instrument syariah disamping akan mendukung
kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-
transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem
keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka
menengah-panjang.

1
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka
pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan
hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih
cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai
rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir,
maka diharapkan peranindustr perbankan syariah dalam mendukung
perekonomian nasional akan semakin signifikan.
Dalam memmahami Lembaga Keuangan berbasis Syariah maka
makalah ini dibuat dengan bertujuan memberikan gambaran dan informasi
bagaimana bentuk Pelaporan Keuangan Syariah dan Instrumen dalam
Keuangan Syariah tersebut. Sehingga kedepannya akan memberikan wawasan
lebih dekat akan produk produk maupun lembaga lembaga Keuangan
Syariah di Indonesia.

B. Identifikasi Masalah
1. Apa yang dimaksud Pelaporan Keuangan Syariah?
2. Apa saja Instrumen dalam Keuangan Syariah?
3. Bagaimana contoh Pelaporan Keuangan Syariah?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Pelaporan Keuangan Syariahdi Indonesia.
2. Mengetahui Instrumen dalam Keuangan Syariah.
3. Mengetahui contoh Pelaporan Keuangan Syariah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pelaporan Keuangan Syariah


1. Pengertian dan Aspek aspek Pelaporan Keuangan Syariah
Pelaporan Keuangan ( Financianl Statement ) adalah segala aspek yang
berkaitan dengan Penyediaan dan Penyampaian Informasi Keuangan.
Aspek aspek dalam Pelaporan Keuangan yaitu :
a. Lembaga yang terlibat
1) Penyusunan Standar
a) Islamic Development Bank (IDB)
b) Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution
(AAOIFI)
c) International Islamic Financial Market (IIFM)
d) Islamic Financial Services Board
e) Komite Akuntansi Syariah - Ikatan Akuntan Indonesia (KAS-IAI)
2) Badan Pengawas Pemerintah
a) Bank Indonesia
b) Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
c) Dewan Pengawas Syariah
3) Organisasi Profesi
4) Entitas Pelapor
a) Lembaga Keuangan Bank Syariah
Menurut UU nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank
Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Sedang yang
dimaksud Bank Umum Syariah (BUS) adalah Bank Syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sementara itu, BPRS adalah bank syariah yang melaksanakan
kegiatan usahanya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran.
Berdasarkan UU Perbankan Syariah no. 21 Tahun 2008 tersebut,
disebutkan bahwa bank konvensional yang hendak melaksanakan
usaha syariah harus membentuk Unit Usaha Syariah (UUS) yang
khusus beroperasi dengan menggunakan sistem syariah.
Daftar Bank Umum Syariah Di Indonesia
Nama Bank Tanggal Operasi
PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk 1 Mei 1992
PT. Bank Syariah Mandiri 1 November 1999
PT. Bank Mega Syariah Indonesia 25 Agustus 2004

3
PT. Bank BRISyariah 17 November 2008
PT. Bank Syariah Bukopin 9 Desember 2008
PT. Bank Panin Dubai Syariah, 2 Desember 2009
Tbk
PT. Bank Victoria Syariah 1 april 2010
PT. BCA Syariah 5 April 2010
PT. Bank Jabar Banten Syariah 6 Mei 2010
PT. Bank BNI Syariah 19 Juni 2010
PT. Maybank Syariah Indonesia 1 Oktober 2010
PT. Bank Tabungan Pensiunan 14 juli 2014
Nasional Syariah
PT. Bank Aceh Syariah 19 September 2016
Sumber : dari profil bank yang dirilis di website masing-masing bank
Daftar Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Di Indonesia

N Nama BPRS Kota/Kab


o

1 PT BPRS Amanah Rabbaniah Kab. Bandung

2 PT BPRS Hareukat Kab. Aceh


Besar

3 PT BPRS Amanah Ummah Kab. Bogor

4 PT BPRS Artha Karimah Irsyadi Kota Bekasi

5 PT BPRS Bina Amwalul Hasanah Kota Depok

6 PT BPRS Musyarakah Ummat Kota


Indonesia Tangerang

7 PT BPRS Mentari Kab. Garut

Pada 2015 terdapat 22 Unit Usaha Syariah (UUS) yang tersebar di


seluruh Indonesia. Dari 22 Unit Usaha Syariah (UUS) 15
diantaranya merupakan BPD (Bank Pembangunan Daerah). Baiklah
sahabat syariah semua, inilah 22 Unit UsahaSyariah yang ada di
Indonesia pada tahun 2015:

4
1. Bank Danamon Syariah, saat ini mempunyai 25 Kantor
Cabang (Branch) dan 25 Kantor Cabang Pembantu (Sub
Branch) yang dapat melayani transaksi perbankan syariah.
2. Bank Sinarmas Syariah, dimana saat ini bank sinarmas
syariah mempunyai 27 Kantor Cabang (Branch) dan 10
Kantor Kas yang dapat melayani transaksi perbankan
syariah.
3. Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah, saat ini BTN Syariah
mempunyai 21 Kantor Cabang (Branch) dan 20 Kantor
Cabang Pembantu (Sub Branch) serta 7 Kantor Kas yang
dapat melayani transaksi perbankan syariah.
4. Bank Permata Syariah. Bank Permata Syariah saat ini
mempunyai 11 Kantor Cabang (Branch) dan 2 Kantor Cabang
Pembantu (Sub Branch) yang dapat melayani transaksi
perbankan syariah.
5. Bank OSBC NISP Syariah dengan 8 Kantor Cabang (Branch)
yang dapat melayani transaksi perbankan syariah.
6. Bank International Indonesia (BII) Syariah, saat ini
mempunyai 7 Kantor Cabang (Branch) dan 1 Kantor Cabang
Pembantu (Sub Branch) yang dapat melayani transaksi
perbankan syariah.
7. Bank CIMB Niaga, saat ini mempunyai 5 Kantor Cabang
(Branch)yang dapat melayani transaksi perbankan syariah.
8. Bank BPD DKI, saat ini mempunyai 2 Kantor Cabang
(Branch) dan 10 Kantor Cabang Pembantu (Sub Branch)
serta 6 Kantor Kas yang dapat melayani transaksi perbankan
syariah.
9. Bank BPD Sumatra Utara saat ini mempunyai 5 Kantor
Cabang (Branch) dan 17 Kantor Cabang Pembantu (Sub
Branch) yang dapat melayani transaksi perbankan syariah.
10. Bank BPD Jateng, saat ini mempunyai 3 Kantor Cabang
(Branch) dan 5 Kantor Cabang Pembantu (Sub Branch) serta
3 Kantor Kas yang dapat melayani transaksi perbankan
syariah.

5
11. Bank BPD Jatim, saat ini mempunyai 3 Kantor Cabang
(Branch) dan 5 Kantor Cabang Pembantu (Sub Branch) yang
dapat melayani transaksi perbankan syariah.
12. Bank BPD DIY, saat ini mempunyai 1 Kantor Cabang
(Branch) dan 2 Kantor Cabang Pembantu (Sub Branch) serta
5 Kantor Kas yang dapat melayani transaksi perbankan
syariah.
13. Bank BPD Jambi, saat ini mempunyai 1 Kantor Cabang
(Branch) yang dapat melayani transaksi perbankan syariah.
14. Bank BPD Aceh, saat ini mempunyai 2 Kantor Cabang
(Branch) dan 15 Kantor Cabang Pembantu (Sub Branch)
yang dapat melayani transaksi perbankan syariah.
15. Bank BPD Sumatera Barat, saat ini mempunyai 3 Kantor
Cabang (Branch) dan 6 Kantor Cabang Pembantu (Sub
Branch) serta 6 Kantor Kas yang dapat melayani transaksi
perbankan syariah.
16. Bank BPD Riau, saat ini mempunyai 2 Kantor Cabang
(Branch) dan 3 Kantor Cabang Pembantu (Sub Branch) yang
dapat melayani transaksi perbankan syariah.
17. Bank BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung, saat ini
mempunyai 3 Kantor Cabang (Branch) dan 1 Kantor Cabang
Pembantu (Sub Branch) serta 5 Kantor Kas yang dapat
melayani transaksi perbankan syariah
18. Bank BPD Kalimantan Selatan, saat ini mempunyai 2 Kantor
Cabang (Branch) dan 8 Kantor Cabang Pembantu (Sub
Branch) serta 1 Kantor Kas yang dapat melayani transaksi
perbankan syariah.
19. Bank BPD Kalimantan Barat, saat ini mempunyai 2 Kantor
Cabang Pembantu (Sub Branch) serta 4 Kantor Kas yang
dapat melayani transaksi perbankan syariah.
20. Bank BPD Kalimantan Timur, saat ini mempunyai 2 Kantor
Cabang (Branch) dan 13 Kantor Cabang Pembantu (Sub
Branch) yang dapat melayani transaksi perbankan syariah.
21. Bank Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, saat ini
mempunyai 3 Kantor Cabang (Branch) dan 1 Kantor Kas
yang dapat melayani transaksi perbankan syariah.

6
22. Bank BPD Nusa Tenggara Barat, saat ini mempunyai 2
Kantor Cabang (Branch) dan 6 Kantor Cabang Pembantu
(Sub Branch) serta 1 Kantor Kas yang dapat melayani
transaksi perbankan syariah.
b) Lembaga Keuangan Non Bank Syariah
Lembaga Keuangan Bukan Bank Syariah juga merupakan salah
satu jenis perusahaan keuangan yang menghimpun dana dari
masyarakat atau menyalurkan dana kepada pihak yang memerlukan
namun berlandaskan pada prinsip syariah (Al-Quran dan Al-Hadits).
1. Fungsi Lembaga Keuangan Non Bank Syariah
Memberikan pinjaman atau kredit kepada masyarakat yang
berpendapatan rendah, agar mereka tidak terjerat rentenir
atau pelepasan uang.
Membiayai pembangunan industri dan memperlancar
pembangunan ekonomi lewat pembangunan pasar uang dan
pasar modal.
Pemberian kredit kepada masyarakat berpendapatan rendah
sifatnya menolong, sehingga tidak memperhatikan
penggunaannya baik produktif atau konsumtif. Kredit yang
diberikan ada yang berjaminan dan ada pula yang tidak
berjaminan. Pemberian kredit kepada investor untuk
membangun industri dilaksanakan dengan cara membeli
saham atau obligasi yang diterbitkan lewat pasar modal.
Selain cara tersebut, pemberian kredit jangka pendek dapat
secara langsung lewat pasar uang.
2. Macam-macam Lembaga Keuangan Non Bank Syariah di
Indonesia
1) Baitul Maal Wattamwil dan Koperasi Pondok Pesantren
BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan
dengan prinsip bagi hasil (syariah), menumbuhkembangkan
bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat
derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir
miskin. Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi : Baitul
Tamwil (Bait = Rumah, at Tamwil = Pengembangan Harta) -
melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif
dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi

7
pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong
kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonominya. Baitul Maal (Bait = Rumah, Maal = Harta)
menerima titipan dana zakat, infak dan shadaqah serta
mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan
amanahnya.Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk
memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh
pelayanan bank syariah atau BPR syariah. Prinsip operasinya
berdasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli, sewa dan titipan.
2) Asuransi Syariah (Takaful)
Asuransi syariah menurut definisi Dewan Syariah Nasional
adalah usaha untuk saling melindungi dan tolong-menolong
diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk asset
dan atau tabaru yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko/ bahaya tertentu melalui akad yang sesuai
dengan syariah.
3) Reksadana Syariah
Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi
masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal
yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk
menghitung risiko atas investasi mereka (keahlian terbatas).
Selain itu, reksadana diharapkan dapat meningkatkan peran
pemodal lokal untuk berinvestasi di Pasar Modal. Reksadana
pada umumnya diartikan sebagai wadah yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek (saham,
obligasi, valuta asing atau deposito) oleh Manajer Investasi.
Sedangkan reksadana syariah mengandung pengertian
sebagai reksadana yang pengelolaan dan kebijakan
investasinya mengacu pada syariat islam. Reksadana syariah
mengganti sistem deviden dengan bagi hasil mudharabah
dan hanya mempertimbangkan investasi-investasi yang halal
sebagai portofolionya.
4) Pasar Modal Syariah

8
Prinsip instrumen pasar modal syariah berbeda dengan pasar
modal konvensional. Sejumlah instrumen di pasar modal
sudah diperkenalkan kepada masyarakat, misalnya saham
yang berprinsipkan syariah dimana kriteria saham syariah
adalah saham yang dikeluarkan perusahaan yang melakukan
usaha yang sesuai dengan syariah. Demikian juga, usaha
untuk merealisasikan praktek obligasi syariah atau obligasi
yang berprinsip syariah.
5) Pegadaian Syariah (Rahn)
Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang
yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan
demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk
dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah
semacam jaminan utang atau gadai.
Atau lebih jelasnya, gadai adalah akad pinjam meminjam
dengan menyebabkan barang sebagai tanggungan utang
atau jaminan atas utang.
Pegadaian syariah sebagai lembaga keuangan alternatif bagi
masyarakat guna menetapkan pilihan dalam pembiayaan di
sektor riil. Lembaga ini menggunakan sistem data
administrasi dan bagi hasil untuk menggantikan prinsip
bunga.
6) Lembaga ZISWAF
Lembaga ini merupakan lembaga yang hanya ada dalam
sistem keangan islam, karena islam mendorong umatnya
untuk menjadi sukarelawan dalam beramal (volunteer). Dana
ini hanya boleh dialokasikan untuk kepentingan sosial atau
peruntukkan yang telah digariskan menurut syariah islam
(misalnya alokasi zakat maal dan zakat fitrah telah ditentukan
dalam AlQuran).
Sedekah atau zakat merupakan bukti akan adanya
pembenaran dengan keyakinan dari umat islam akan
kebenaran al-Quran dan al-Hadits. Wakaf mempunyai peran

9
penting dalam pembangunan masyarakat dan bahkan dalam
pembangunan peradaban manusia.
Dalam hal ini adanya kesinambungan manfaat pada donasi
wakaf, kaum muslimin, disepanjang sejarah islam
menemukan bahwa bentuk khusus dan sumbangan karikatif
ini merupakan cara terbaik untuk menjelaskan keterikatan
mereka dengan ajaran islam.
Dengan hadirnya lembaga keuangan non bank tersebut maka
ide terhadap penghapusan riba dari perekonomian akan lebih
efektif dan efisiennya sistem keuangan.
3. Prinsip-prinsip syariah dalam Lembaga Keuangan Non Bank
Syariah
Saling tolong menong (taawuni)dan saling menanggung
(takafuli).
Akad tabarru dan akad tijari. Akad tabarru digunakan
diantara para peserta, sedangkan akad tijari digunakan antara
peserta dengan entitas asuransi syariah.
Investasi hanya pada efek-efek perusahaan yang kegiatan
usaha utamanya sesuai dengan pedoman syariah Islam.
Misalnya tidak memproduksi makanan dan minuman yang
haram dan subhat atau tidak memberikan jasa keuangan
yang mempraktikan riba.
Prinsip perasinal yang digunakan di reksadana syariah
adalah prinsip wakalah (akad penyerahan kekuasaan)
Menghindari unsur gharar, maysir dan riba. Islam
menekankan aspek keadilan, suka sama suka, dan
kebersamaan menghadapi resiko dalam setiap usaha dan
investasi yang dirintis.
b. Peraturan yang Berlaku
1) Peraturan Bank Indonesia
2) SAK
KDPPLKS
PSAK Syariah
KDPPLK dan PSAK Lainnya (sepanjang tak bertentangan dengan
prinsip syariah)
3) IAS dan SFAS sepanjang tak bertentangan dengan prinsip syariah

10
4) Peraturan perundang-undangan yang relevan
5) Prinsip akuntansi berlaku umum lainnya yang tak bertentangan dengan
prinsip syariah

2. Laporan Keuangan Syariah


Laporan Keuangan Syariah adalah suatu laporan keuangan yang dibuat
oleh entitas syariah untuk digunakan sebagai pembanding baik dengan
laporan keuangan sebelumnya atau laporan keuangan lainnya
a. Tujuan Laporan Keuangan Syariah
Berdasarkan KDPPLKS (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Syariah) paragraf 30, disebutkan bahwa bertujuan
tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Di samping itu, tujuan lainnya adalah:
1) meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua
transaksi dan kegiatan usaha;
2) kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi
aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan
prinsip syariah, bila ada, dan bagaimana perolehan dan
penggunaannya;
3) informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung
jawab entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak; dan
4) informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh
penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi
mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas
syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah,
dan wakaf.
b. Unsur unsur Laporan Keuangan Syariah
Laporan Keuangan Syariah dalan KDPPLKS paragraf 68 terdiri dari
komponen komponen sebagai berikut ;
1) Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan
komersial. Komponen ini meliputi laporan posisi keuangan, laporan
laba rugi, laporan aus kas, dan laporan perubahan ekuitas

11
2) Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial.
Komponen ini meliputi laporan sumber dana zakat serta laporan
sumber dan pengunaan dana kebajikan
3) Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan
dan tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut.

12
1. Laporan Posisi Keuangan

ASET LIABILITAS
Kas xxx Liabilitas segera xxx
Penempatan pada Bank Indonesia xxx Bagi hasil yang belum dibagikan
xxx
Penempatan pada bank lain xxx Simpanan
xxx
Investasi pada surat berharga xxx Simpanan dari bank lain xxx
Piutang: Utang:
Murabahah xxx Salam xxx
Istishna xxx Istishna xxx
Ijarah xxx Liabilitas kepada bank lain xxx
Pembiayaan: Pembiayaan yang diterima
xxx
Mudharabah xxx Utang pajak xxx
Musyarakah xxx Pinjaman yang diterima xxx
Tagihan akseptasi xxx Pinjaman subordinasi
xxx
Persediaan xxx Jumlah
xxx
Aset Ijarah xxx
Aset Istishna dalam penyelesaian xxx DANA SYIRKAH TEMPORER
Piutang salam xxx Dana syirkah temporer dari bukan bank:
Investasi pada entitas lain xxx Tabungan mudharaba
xxx
Aset tetap xxx Deposito mudharabah
xxx Dana syirkah temporer dari
bank:
Tabungan mudharabah xxx
Deposito mudharabah
xxx
Musyarakah xxx
Jumlah
xxx
EKUITAS
Ekuitas pemilik entitas induk
xxx
Modal disetor xxx
Tambahan modal disetor xxx
Penghasilan komprehensif lain xxx
Kepentingan nonpengendali
xxx
Jumlah
xxx
Jumlah Liabilitas, Dana Syirkah
Jumlah Aset xxx Temporer, dan Ekuitas xxx

13
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi
keuangan adalah aset, kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas.
Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut (KDPPLKS paragraf 71):
(a) Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di
masa depan diharapkan akan diperoleh entitas syariah.
(b) Kewajiban merupakan hutang entitas syariah masa kini yang timbul
dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan
arus keluar dari sumber daya entitas syariah yang mengandung
manfaat ekonomi.
(c) Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi
dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana
entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan
menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi
berdasarkan kesepakatan.
(d) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah
dikurangi semua kewajiban dan dana syirkah temporer.
Laporan Laba Rugi
Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja
atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi
(return on investment) atau penghasilan per saham (earnings per share).
Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih
(laba) adalah penghasilan dan beban.

14
Unsur penghasilan dan beban didefinisikan sebagai berikut:
(a) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi
selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan
atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal (KDPPLKS paragraf 97).
(b) Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi
selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar
atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal (KDPPLKS paragraf
97).
(c) Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer
adalah bagian bagi hasil pemilik dana atas keuntungan dan
kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam

15
suatu periode laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas
bagi hasil tidak bisa dikelompokan sebagai beban (ketika
untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak
ketiga atas bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan
kerugian kepada pemilik dana atas investasi yang
dilakukan bersama dengan entitas syariah (KDPPLKS
paragraf 108).
Laporan Perubahan Ekuitas
Perubahan ekuitas entitas syariah menggambarkan peningkatan
atau penurunan aset bersih atau kekayaan selama periode
bersangkutan. Suatu entitas syariah harus menyajikan laporan
perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan
(PSAK 101paragraf 67).
Laporan perubahan ekuitas harus menunjukkan hal hal sebagai
berikut :
1. Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan
2. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian
berserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui
secara langsung dalam ekuitas.
3. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan
perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur
dalam PSAK terkait.
4. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada
pemilik.
5. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode
serta perubahannya
6. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis
modal saham, serta cadangan pada awal dan akhir periode
yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
Laporan Arus Kas
Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapka PSAK terkait.
Laporan Rekonsilisasi Pendapatan dan Bagi hasil
Bank syariah menyajikan laporan rekonsiliasi pendapatan dan
bagi hasil yang merupakan rekonsiliasi antara pendapatan yang
menggunakan dasar akrual dan pendapatan yang dibagihasilkan
kepada pemilik dana yang menggunakan dasar kas.

16
Perbedaan pengakuan tersebut mengharuskan bank syariah
menyajikan laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil
sebagai bagian komponen utama laporan keuangan.
Dalam laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil, entitas
syariah menyajikan:
o pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai
mudharib (akrual)
o penyesuaian atas: pendapatan pengelolaan dana oleh
bank sebagai:
mudharib periode berjalan yg kas atau setara
kasnya belum diterima
mudharib periode sebelumnya yg kas atau setara
kasnya diterima diperiode berjalan
o pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil
o bagian bank syariah atas pendapatan yg tersedia untuk
bagi hasil
o bagian pemilik dana atas pendapatan yg tersedia untuk
bagi hasil:
bagi hasil yang sudah didistribusikan ke pemilik
dana
bagi hasil yang belum didistribusikan ke pemilik
dana

17
BANK SYARIAH X
LAPORAN REKONSILIASI PENDAPATAN DAN BAGI HASIL
Periode yang berakhir pada 31 Desember 20X1
PENDAPATAN USAHA UTAMA
xxx
PENGURANG
Pendapatan periode berjalan yang kas atau
setara kasnya belum diterima:
Pendapatan marjin murabahah (xxx)
Pendapatan istishna (xxx)
Hak bagi hasil:
Pembiayaan mudharabah (xxx)
Pembiayaan musyarakah (xxx)
Pendapatan sewa (xxx)
Jumlah (xxx)
PENAMBAH
Pendapatan periode sebelumnya yang kasnya
diterima pada periode berjalan:
Penerimaan pelunasan piutang:
Marjin murabahah xxx
Istishna xxx
Pendapatan sewa xxx
Penerimaan piutang bagi hasil:
Pembiayaan mudharabah xxx
Pembiayaan musyarakah xxx
Jumlah xxx
PENDAPATAN TERSEDIA UNTUK BAGI HASIL
xxx
Bagi hasil yang menjadi hak bank syariah xxx
Bagi hasil yang menjadi hak pemilik dana xxx
Hak pemilik dana atas bagi hasil
Yang sudah didistribusikan xxx
Hak pemilik dana atas bagi hasil
yang belum didistribusikan xxx

18
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat meruppakan salah
satu komponen utama laporan keuangan yang harus disajikan
oleh entitas syariah (PSAK 101 paragraf 70). Unsur dalam
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat meliputi sumber
dana, penggunaan dana selama suat jangka waktu, serta saldo
dana zakat yang menunjukkan dana zakat yang belum disalurkan
pada tanggal tertentu. Secara khusus, laporan ini menunjukkan
hal-hal sebagai berikut.
1. Dana zakat yang berasal dari wajib zakat (muzakki), yaitu:
a. zakat dari dalam entitas syariah, dan
b. zakat dari pihak luar entitas syariah
2. Penggunaan zakat melalui lembaga amil zakat untuk :
a. fakir,
b. miskin,
c. riqab,
d. gharim (orang yang terlilit utang),
e. muallaf,
f. fisabilillah,
g. ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan), dan
h. amil
3. Kenaikan dan penurunan dana zakat
4. Saldo awal dan saldo akhir zakat
LAPORAN SUMBER DAN PENYALURAN DANA ZAKAT
Periode yang berakhir pada 31 Desember 20X1

SUMBER DANA ZAKAT


Zakat dari internal bank syariah xxx
Zakat dari eksternal bank syariah xxx
Jumlah xxx
Penyaluran Dana Zakat Kepada Entitas Pengelola Zakat (xxx)
Kenaikan xxx
Saldo Awal xxx
Saldo Akhir xxx

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan


Laporan Sumber danPenggunaan Dana Kebajikan menunjukkan
hal-hal sebagai berikut :

19
1. Sumber dana kebajikan yang berasal dari penerimaan, yaitu :
a. infak,
b. sedekah,
c. hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku,
d. pengembalian dana kebajikan produktif,
e. denda, dan
f. pendapatan non-halal.
2. Penggunaan dana kebajikan untuk :
a. dana kebajikan produktif,
b. sumbangan, dan
c. penggunaan lainnya untuk kepentingan umum.
d. kenaiakan atau penurunan sumber dana kebajikan,
e. saldo awal dan akhir penggunaan dana kebajikan

B. Instrumen Keuangan Syariah


Instrumen Keuangan Syariah terdiri dari Instrumen Keuangan Syarian Primer
dan Sekunder.
1. Instrumen Keuangan Syariah Primer
Berdasarkan teori akad sebagaimana dijelaskan, dapat diformulasikan
kontrak-kontrak keuangan yang kemudian dikenal dengan instrumen
keuangan.
(a) Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul
maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola) dengan nisbah bagi hasil
menurut kesepakatan di muka. Jika usaha mengalami kerugian, maka
seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali ditemukan
adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana. Seperti
penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana.
Mudharabah terdiri dari dua jenis, yaitu Mudharabah
Muthlaqah(investasi tidak terikat) dan Mudharabah Muqayyah (investasi
terikat).Mudharabah Muthlaqaah adalah mudharabah di mana pemilik
dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam mengelola
investasinya. Mudharabah Muqayyah adalah mudharabah di mana
pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai
tempat, cara, dan obyek investasi.
(b) Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama di antara para pemilik modal
yang mencampurkan modalnya untuk tujuan mencari
keuntungan.Dalam musyarakah, mitra dan bank sama-sama

20
menyediakan modal untuk membiayai suatu usah tertentu, baik yang
sudah berjalan maupun yang baru.Selanjutnya mitra dapat
mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati
secara bertahap atau sekaligus kepada bank.
Pembiayaan Musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara
kas, atau aktiva non kas, termasuk aktiva tidak berwujud, seperti lisensi
dan hak paten.Laba musyarakah dibagi di antara para mitra dan bank
secara proporsional sesuai dengan modal yang disetorkan (baik kas
maupun aktiva lainnya) atau sesuai dengan nisbah yang disepakati oleh
semua mitra.Sedangkan rugi dibebankan secara proporsional sesuai
dengan modal yang disetorkan (baik berupa kas maupun aktiva lainnya).
Musyarakah dapat bersifat musyarakah permanen maupun
menurun.Dalam musyawarah permanen, bagi modal setiap mitra
ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad.
Sedangkan musyarakah menurun, bagian modal bank akan menurun
dan pada akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik usaha tersebut.
(c) Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual
maupun pembeli.Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan
maupun tanpa pesanan.Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank
melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah.
Murabahah berdasarkan pesanannya dapat bersifat mengikat atau
tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya.Dalam
murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan
pesanannya. Apabila aktiva murabahah yang telah dibeli bank (sebagai
penjual) dalam murabahah pesanan mengikat mengalami penurunan
nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut
menjadi beban penjual (bank) dan penjual akan mengurangi nilai akad.
Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai maupun
cicilan. Selain itu, dalam murabahah juga diperkenankan adanya
perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayarannya yang
berbeda.
Bank dapat memberikan potongan apabila nasabah:
a. Mempercepat pembayaran cicilan atau,
b. Melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo.

21
Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual
sedangkan harga beli harus diberitahukan.Jika bank mendapatkan
potongan dari pemasok, maka potongan itu merupakan hak
nasabah.Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad, maka
pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang
dibuat dalam akad.
Bank dapat meminta nasabah untuk menyiapkan agunan atas
piutang murabahah, antara lain dalam bentuk barang yang telah dibeli
dari bank. Bank dapat meminta urban kepada nasabah sebagai uang
muka pembelian pada saat akad apabila kedua belah pihak bersepakat.
Apabila nasabah tidak dapat memenuhi piutang murabahah sesuai
dengan yang diperjanjikan, bank berhak mengenakan denda kecuali jika
dapat dibuktikan bahwa nasabah tidak mampu melunasi.Denda
diterapkan bagi nasabah yang mampu yang menunda
pembayaran.Denda tersebut didasarkan pada pendekatan tazir yaitu
untuk membuat nasabah lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya
denda sesuai yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari
denda diperuntukan sebagai dana sosial (qardhul hasan).
(d) Salam dan Salam Paralel
Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan
penangguhan pengiriman oleh muslam alaihi (penjual) dan
pelunasannya dilakukan segera oleh pembelian sebelum barang
pesanan tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Rukun salam adalah sebagai berikut :
a. Ada si penjual dan si pembeli
b. Ada barang dan uang
c. Ada sighat (lafaz akad)
Adapun syarat-syarat salam meliputi :
a. Uangnya hendaklah dibayar di tempat akad.
b. Barangnya menjadi utang bagi si penjual.
c. Barangnya dapat diberikan sesuai dengan waku yang dijanjikan.
d. Barang tersebut hendaklah jelas ukurannya, baik takaran,
timbangan ataupun bilangannya.
e. Disebutkan tempat menerimanya.
Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu
transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian

22
memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel. Salam paralel
dapat dilakukan dengan syarat:
a. Akad kedua antara bank dan pemasok terpisah dari akad pertama
antara bank dan pembeli akhir.
b. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
(e) Istishna dan Istishna Paralel
Istishna adalah akad jual beli antara al-mustashni (pembeli) dan as-
shani (produsen yang juga bertindak sebagai penjual). Berdasarkan akad
tersebut, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan al-
mashnu (barang pesanan) sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli
dan menjualnya dengan harga yang sudah disepakati. Cara pembayaran
dapat dilakukan dengan pembayaran di muka, cicilan, atau ditangguhkan
sampai jangka waktu tertentu.
Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu
transaksiistishna. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian
memesan kepada pihak lain (sub-kontraktor) untuk menyediakan barang
pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna
paralel. Istishna paralel dapat dilakukan dengan syarat:
a. Akad kedua antara bank dan sub-kontraktor terpisah dari akad
pertama dari bank dan pembeli akhir.
b. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
(f) Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik
Kata ijarah diderivasi dari bentuk fiil: ajara - yajuru - ajran.
Ajran semakna dengan kata al-awadh yang mempunyai arti ganti atau
upah, dan dapat juga berarti sewa. Dengan kata lain ijarah adalah akad
sewa menyewa antara pemilik majur (obyek sewa)
dan mustajir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa
dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang
disewakannya.
Ijarah muntahiyah bittamlik adalah akad sewa menyewa antara
pemilik obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas
obyek sewa yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik
obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa.
(g) Wadiah
Wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan
setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan menghendaki, bank

23
bertanggung jawab atas pengembalian titipan. Wadiah dibagi
atas wadiah yad-mudhamanah dan wadiah yad-amanah.Wadiah yad-
mudhamanah adalah titipan yang selama belum dikembalikan kepada
penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan.Apabila dari hasil
pemanfaatan tersebut diperoleh keuntungan maka seluruhnya menjadi
hak penerima penitipan.Sedangkan dalam prinsip wadiah yad-amanah,
penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan tersebut
sampai diambil kembali oleh penitip.
(h) Qardh dan Qardh Hasan
Pinjaman qardh adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara peminjam dan pihak yang meminjamkan kewajiban peminjam
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu. Qardh hasan adalah
pinjaman tanpa jaminan yang memungkinkan peminjam untuk
menggunakan dana tersebut selama jangka waktu tertentu dan
mengembalikan dalam jumlah yang sama pada akhir periode yang
disepakati.
(i) Sharf
Sharf adalah transaksi jual beli dengan komoditi berupa alat
pembayaran(nuqud), atau mata uang (suatu valuta dengan valuta
lainnya). Transaksi valuta asing pada Bank Syariah (di luar jual
beli banknotes) hanya dapat dilakukan dengan tujuan lindung nilai
(hedging) dan dibenarkan untuk tujuan spekulatif. Selisih penjabaran
aktiva dan kewajiban valuta asing dalam rupiah (revaluasi) diakui
sebagai pendapatan atau beban.
(j) Wakalah
Wakalah adalah akad pemberian kuasa dari muwakil (pemberi kuasa/
nasabah) kepada wakil (penerima kuasa/ bank) untuk melaksanakan
suatu taukil (tugas) atas nama pemberi kuasa. Akad wakalah tersebut
dapat digunakan antara lain dalam pengiriman transfer, penagihan utang
baik melalui kliring maupun inkaso, dan realisasi L/C.
(k) Kafalah
Kafalah adalah kemestian seseorang yang diperbolehkan mengelola
hartanya sendiri untuk menunaikan suatu hak yang diwajibkan kepada
seseorang atau kemestian menghadirkannya ke hadapan hakim
(pengadilan). Pengertian kafalah al-khafalah menurut bahasa al-dhaman

24
(jaminan), hamalah (beban) dan zaamah (tanggungan). Menurut Sayyit
Sabiq, yang dimaksud dengan al- khafalah adalah proses
penggabungam tanggungan kafil menjadi beban ashil dalam tuntunan
dengan benda (materi) yang sama, baik utang, barang, maupun
pekerjan.
Kafalah adalah akad pemberian pinjaman yang diberikan
oleh kafil (penerima jaminan) dan pinjaman tertanggung jawab atas
pemenuhan kembali suatu kewajiban yang menjadi hak penerima
jaminan.
(l) Hiwalah
Hiwalah adalah pemindahan pengalihan hak dan kewajiban baik dalam
bentuk pengalihan piutang maupun hutang, dan jasa pemindahan/
pengalihan dana dari satu orang ke orang lain atau satu pihak ke pihak
lain.

2. Instrumen Keuangan Syariah Sekunder


Instrumen keuangan syariah sekunder banyak diaplikasikan pada
lembaga keuangan dalam bentuk pasar modal.Instrumen keuangan
sekunder merupakan turunan dari keuangan primer. Ada berbagai macam
pasar modal, menurut Obaidullah penting yang dapat diperdagangkan
sebagai hasil pemikiran menurut Islam, di antaranya adalah sebagai
berikut :
1. Dana Mudharabah (Mudharabah Fund)
Dana Mudharabah merupakan keuangan bagi investor untuk
pembiayaan bersama proyek besar berdasarkan prinsip bagi
hasil.Instrumen ini diperbolehkan menurut Islam.
2. Saham Biasa Perusahaan (Common Stock)
Saham biasa yang diterbitkan oleh perusahaan yang didirikan untuk
kegiatan bisnis yang sesuai dengan Islam diperbolehkan.
3. Obligasi Muqaradah (Profit Sharing Bond)
Obligasi ini diterbitkan untuk pembiayaan proyek yang menghasilkan
uang atau proyek yang terpisah dari kegiatan umum perusahaan.
4. Obligasi Bagi Hasil (Profit Sharing Bond)

25
Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang aktivitas bisnisnya
sesuai dengan syariah Islam dan berdasarkan prinsip bagi hasil jenis ini
diperbolehkan.
5. Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham ini memiliki hak-hak istimewa seperti deviden tetap dan prioritas
dalam likuidasi.Karena ada unsur pendapatan tetap (seperti bunga),
maka dilarang menurut hukum Islam.
C. Contoh Pelaporan Keuangan Syariah (Bank)
1. Sistem Operasional Bank Syariah

Pertama Sistem operasianl bank syariah dimulai dari kegiatan


penghimpunan dana dari masyarakat. Penghimpunan dana dapat
dilakukan dengan skema investasi maupun skema titipan. Dalam
penghimpunan dana dengan skema investasi dari nasabah pemilik
dana(shahibul mal). Bank syariah berperan sebagai pengelola dana atau
bisa disebut denganmudharib. Adapun pada penghimpunan dengan
skema penitipan, bank syariah bereran sebagai penerima titipan.
Kedua dana yang diterima oleh bank syariah selanjutnya disalurkan
kepada berbagai pihak, antara lain mitra investasi, pengelola investasi,
pembeli barang, dan penyewa barang atau jasa yang disediakan oleh
bank syariah. Pada saat dana disalurkan dalam bentuk investasi, bank
syariah berperan sebagai pemilik dana. Pada saat dana disalurkan dalam
kegiatan jual beli, bank syariah berperan sebagai penjual dan pada saat

26
disalurkan dalam kegiatan pengadaan objek sewa, berperan sebagai
pemberi sewa.
Ketiga dari penyaluran dana kepada berbagai pihak, bank syariah
selanjutnya menerima pendapatan berupa bagi hasil investasi, margin
dari jual beli dan fee dari sewa dan berbagai jenis pedapatan yang
diperoleh dari instrumenpenyaluran dana lain yang dibolehkan.
Keempat pendapatan yang diterima dari kegiatan penyaluran selanjut
dibagikan kepada nasabah pemilik dana atau penitip dana. Penyaluran
dana kepada pemili dana bersifat wajib sesuai dengan porsi bagi hasil
yang disepakati. Adapun peyaluran dana kepada nasabah penitip dana
secara sukarela tanpa ditetapkan dimuka sebelumnya dan bisa disebut
dengan istilah bonus.
Kelima salah melaksankan aktivitas penghimpunan dan penyaluran, bank
syariah dalam sistem operasionalnya juga memberikan layanan jasa
keuangan seperti jasa ATM, transfer,letter of credit, bank garansi, dan lain
sebagainya. Oleh karena jasa tersebut dilakukan tanpa menggunakan
dana dari pemilik dana maupun penitip dana, maka pendapatanya yang
diperoleh dari jasa tersebut dapat dimiliki dana sepenuhnya oleh bank
syariah tanpa harus dibagi.

2. Prinsip Penghimpunan Dana Bank Syariah


Penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank
konvensional maupun bank syariah dilakukan dengan mengguakan
instrumen tabungan, deposito, dan giro yang secara total biasa disebut
dengan dana pihak ketiga. Akan tetapi, pada bank syariah, klasifikasi
penghimpunana dana bank syariah tidak didasarkan pada nama
instrumen tersebut melainkan berdasarkan pada prinsip yang digunakan.
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), prinssip
penghimpunan dana yang digunakan dalam bank syariah ada dua, yaitu
prinsip wadiah dan prinsip mudharabah.
a. Penghimpunan Dana dengan Prinsip Wadiah
Wadiah berarti titipan dari satu pihak kepihak lain, baik individu
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan oleh yang
menerima titipan, kapanun si penitip menghendaki. Wadiah terbagi
atas dua, yaitu wadiah yad-dhamanahdan wadiah yad-amanah.
Wadiah yad-dhamanah adalah titipa yang selama belum dikembalikan
kepada penitip daat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Apabila dari
hasil pemanfaatan tersebut diperoleh keuntungan, maka seluruhnya
menjadi hak penerma titipan. Prinsip titipan wadiah yad-amanah

27
adalah penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan
tersebut sampai si penitip mengambil kembalititipanya.
Prinsip wadiah yang lazim digunakan dalam perbankan syarIah
adalah wadiah yad-dhamanah dan biasa disingkat dengan wadiah.
Prinsip ini dapat diterapkan pada kegiatan penghimpunan dana
berupa giro dan tabungan. Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga
pada bank syariah yang penarikanya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu Automatic Teller
Mechine ATM, sarana perintah pemayaran lainnya, ataundengan cara
pemindahbukuan. Adapun tabungan wadiah adalah titipan pihak
ketiga pada pada bank syariah yang penarikanyadapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang disepakati dengan menggunakan
kuitansi, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainya, atau dengan
cara pemindahbukuan. Berdasarkan observasi penulis, prinsip wadiah
cenderung digunakan bank syariah di Indonesia untuk kegiatan
penghimpunan melalui giro, sedangkan penghimpunan dana melalui
tabungancenderung menggunakan prinsip mudharabah.
b. Penghimpunan Dana dengen Prinsip Mudharabah
Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama
usaha dimana pihak pertama menyediakan dana dan pihak kedua
bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Pihak yang
menyediakan dana biasa disebut dengan istilah shahibul maal,
sedang pihak yang mengelola usaha biasa disebut dengan istilah
mudharib. Keuntungan hasil usaha dibagikan sesuai dengan hibah
bagi hasil yang disepakati bersama sejak awal. Akan tetapi, jika
terjadi kerugian, shahibui maal akan kehilangan sebagian imbalan
dari hasil kerjanya selama proyek berlangsung.
Berdasarkan PSAK 105,mudharabah terbagi atas tiga, yaitu
mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan mudharabah
musytarakah. Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah yang
memberi kuasa kepada mudharib secara penuh untuk menjalankan
usaha tanpa batasan apapun yang berkaitan dengan usaha tersebut.
Batasan yang dimaksud berupa jenis usaha, tempat, pemasok, dan
konsumen usaha. Mudharabah muthlaqah biasanya disebut juga

28
dengan investasi tidak terikat.mudharabah Muqayyadah adalah
shahibul maal, memberi batasan kepada mudharib dalam
pengelolaan dana berupa jenis usaha, tempat, pemasok maupun
konsumen. Mudharabah muqayyadah biasa disebut juga dengan
ivestasi terikat. Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah
dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam
kerja sama investasi.
Pada dasarnya, semua bentuk kegiatan penghimpunan dana
bank syariah (tabungan deposito, dan giro)dapat menggunakan
prinsip mudharabah muthlaqah. Dalam praktek untuk keperluan
egiatan tabungan dan deposito, perbanka syariah di Indonesia
umumnya menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Kendati
hanya ditulis tabungan mudharabah, skema yang dimaksud pada
dasarnya adalah tabungan mudharabah da deposito mudharabah
muthlaqah.

c. Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah adalah simpanan yang penarikanya
hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan
dengan itu. Pada sub-sub penghimpunan dengan prinsip wadiah,
disebutkan bahwa prinsip syariah dapat diterapkan pada transaksi
tabungan wadiah. Perbedaan tabungan wadiah dengan tabungan
mudharabah terletak pada tiga aspek, yaitu sifat dana, insentif dan
pengembalian dana. Sifat dana pada tabungan wadiah bersifat
titipan, sedang sifat dana pada tabungan mudharabah bersifat
investasi. Investasi pada tabngan al-wadiah berupa bonus yang yang
tidak disyaratkan dimuka dan bersifat suka rela jika bank hendak
ingin memberikanya.adapun insentif pada tabungan mudharabah
adalah berupa bagi hasil yang wajib diberikan oleh bank jika
memperoleh pendapatan atau laba pada setiap periode yang
disepakati (biasanya 1 bulan)kepada penabung sesuai dengan
nisbah yang disepakati.
Beberapa ahli perbankan syariah menambahkan perbedaan
lain tabungan wadiah dengan tabungan mudharabah, yaitu pada
waktu penarikan. Berdasarkan waktu penarikan, tabungan wadiah
dapat dilakukan sewaktu-waktu, sedangkan tabungan mudhaaarabah
hanya dapat dilakukan pada periode atau waktu tertentu. Akan tetapi

29
pandangan ini tidak disepaki oleh semua ulama, termasuk oleh DSN
MUI.
Berdasarkan fatwa DSN No.2 Tahun 2000 tentang tabungan,
disebutkan ketentuan tentang tabungan mudharabah adalah sebagai
berikut:
3. Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana dan bank bertindaksebagi mudharib atau pengelola
dana
4. Dalam kapasitasnya sebagi mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usahayang tidak bertentangan dengan prinsip
syariahdan mengembangkanya, termasuk melakukan mudharabah
dengan pihak lain
5. Modal harus dinyatakan jumlahnyadalam bentuk tunai dan bukan
piutang
6. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening
7. Bank sebagi mudharib menutup biaya operasional tabungan
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya
8. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan yang bersangkutan

d. Deposito Mudharabah
Deposito mudharabah adalah simpanan dana dengan skema
pemilik dana (sahibul maal) memrcayakan dananya untuk dikelola
bank (mudharib) dengan hasil yang diperoleh di bagi antara pemilik
dana dan bank dengan nisbah yang disepakati sejak awal. Dalam
transaksi penyimpanan deposito mudharabah, bank wajib
diberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara
pemberian keuntungan atau perhitungan distribusi keuntungan serta
resiko yang dapat timbul dari deposito tersebut.

3. Prinsip Penyaluran Dana Bank Syariah


Penyaluran dana bank syariah dilakukan dengan menggunakan
skema jual beli, skema investasi, dan skema sewa. Skema jual beli
memiliki beberapa bentuk, yaitu murabahah, salam dan istihna. Skema
investasi terdiri atas dua jenis, yaitu mudharabah dan musyarakah.
Sementara itu, skema terdiri atas ijarah dan ijarah muntahiya bittmlik.
a. Prinsip Jual Beli
1) Skema Murabahah (PSAK 102)
Jual beli dengan skema murabahah adalah jual beli dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh

30
penjual dan pembeli. Skema ini dapat digunakan oleh bank untuk
nasabah yang hendak memiliki suatu barang, sedang nasabah
yang bersangkutan tidak memiliki uang pada saat pembelian. Pada
pembiayaan dengan murabahah, bank adalah penjual, sedang
nasabah yang memerlukan barang adalah pembeli. Keuntungan
yang diperoleh bank dalam pembiayaan ini adalah berupa margin
atau selisih antara barang yang dijual oleh bank dengan harga
pokok pembelian barang. Setelah barang di peroleh nasabah,
barang tersebut dapat dibayar secara tunai maupun secara
angsuran kepada bank dalam jangka waktu yang disepakati.
2) Skema Salam
Jual beli dengan skema salam adalah jual beli yang pelunasannya
dilakukan terlebih dahulu oleh pembeli sebelum barang pesanan
diterima. Skema ini dapat digunakan oleh bank untuk nasabah
yang memiliki cukup dana, sedang yang bersangkutan kurang
memiliki bargaining power dengan penjual dibanding sekiranya
pembelian barang dilakukan oleh bank. Dalam skema ini, bank
sebagai penjual memperoleh keuntungan dari selisih harga jual
kepada nasabah dengan harga produk pembelian barang yang
dilakukan pada pemasok.
3) Skema Istishna
Jual belu dengan skema istishna adalah jual beli yang didasarkan
atas penugasan oleh pembeli kepada penjual yang juga produsen
untuk menyediakan barang atau suatu produk sesuai dengan
spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan
harga yang disepakati.berbada dengan murabahah, barang yagn
diperjualbelikan pada saat transaksi istishna dilakukan belum ada
dan memerlukan waktu untuk membuatnya terlebih dahulu. Skema
ini dapat digunakan bank untuk membantu nasabah yang
memerlukan produk kontruksi seperti bangunan, kapal, dan
pesawat terbang yang belum jadi dan memerlukan waktu cukup
lama untuk menyelesaikannya. Oleh karna bank hanya sebagai
penjual, sedang pembuatan produk dilakukan oleh pihak lain, yaitu
produsen, bank biasanya juga memerlukan kontrak istishna

31
dengan produsen untuk membeli produk sebagaimana diinginkan
oleh nasabah pembiayaab. Skeme doubel istishna ini biasa
disebut dengan istishna paralel. Cara pembaaran skema ini dapt
berupa pembayaran di muka, cicilan, atau ditangguhkan sampai
jangka waktu akad.

b. Prinsip Investasi
Prinsip investasi dalam pembiayaan oleh bank syariah terdiri atas
investasi dengan skema mudharabah dan investasi dengan skema
musyarakah
1) Skema Mudharabah
Pada dasarnya, penyaluran dan dengan skema mudharabah
sama dengan penghimpunan dana. Dalam transaksi
penghimpunan, bank adalah mudharib (pengelola dana), sedang
nasabah penabung/deposan adalah shahibul maal (pemilik dana).
Akan tetapi, pada transaksi penyaluran dana dengan skema
mudharabah, bank bertindak sebagai shahibul maal,sedang
nasabah yang menerima pembiayaan bertindak sebagai pengelola
dana. Dalam skema ini, seluruh modal berasal dari bank sebagai
shahibul maal.
Penyaluran dana dengan skema mudharabah terdiri atas dua
jenis, yaitu mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah.
Dalam mudharabah muthlaqah, bank berperan sebagai shahibul
maal yang memberi kewenangan kepada mudharib untuk
menjalankan usaha tanpa adanya batasan tempat, jenis produk,
pelenggan maupun pemasok. Bank memperoleh pendapatan dari
nisbah bagi hasil yang menjadi hak bank. Adapun pada
mudharabah muqayyadah, bank hanya berperan sebagai agen
yang menghubungkan nasabah investasi mudharabah
muqayyadah yang telah menetapkan batasan tertentu dalam
kegiatan investasi boleh nasabah yang menerima

32
investasi mudharabahmuqayyadah. Dari upaya bank memfasilitasi
pemilik dana dan pengelola dana mudharabah muqayyadah
tersebut, bank memperoleh fee jumlah tertentu yang telah
disepakati.

2) Skema Musyarakah
Investasi dengan skema musyarakah adalah kerja sama
investasi para pemilik modal yang mencampurkan modal mereka
pada suatu usaha tertentu dengan pembegian keuntungan
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan
apabila terjadi kerugian ditanggung semua pemilik modal
berdasarkan porsi modal masing-masing. Pada skema ini,
hubungan antara bank dengan nasabah pembiyaan adalah
hubungan kemitraan sesama pemilik modal. Dalam hal ini, bank
dan mitra sama-sama menyediakan modal untuk membiayai satu
usaha tertentu baik yang sudah barjalan maupun yang baru
barjalan. Selanjutnya, mitra dapat mengembalikan modal tersebut
beserta bagi hasil yang telah disepakati nisabnya secara bertahap
atau sekaligus kepada bank.

c. Prinsip Sewa
Prinsip sewa terdiri atas dua skema, yaitu skema ijarah dan skema
ijarah muntahiya bittamlik.
1) Skema Ijarah
Sewa dengan skema ijarah adalah transaksi sewa-menyewa
antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan
imbalan atas objek sewa yang disewakan. Dalam transaksi seperti
dengan skema ijarah, bank adalah pemilik objek sewa, sedang
nasabah adalah penyewa. Transaksi ini dapat diterapkan bank
pada nasabah yang hanya mengingikan manfaat dari objek seperti
yang disediakan bank dan tidak untuk memilikinya. Skema ini oleh
perbankan syariah dapat digunakan untuk keperluan barang
maupun sewa jasa. Beberapa bank belakangan mulai
menggunakan skema ini untuk memfasilitasi nasabah membiayai

33
kebutuhannya terhadap jasa pendidikan, kesehatan, dan bahkan
aktivitas rekreasi yang memerlukan biaya tertentu. Dengan skema
ini, nasabah difasilitasi oleh bank untuk menggunakan jasa
kesehatan di rumah sakit, jasa pendidikan di suatu institusi
pendidikan, ataupun jasa rekreasi mulai biro perjalanan.
Selanjutnya, atas penggunaan fasilitas tersebut, nasabah
membayar kepada bank baik secara tunai maupun secara
angsuran.
2) Skema Ijarah Muntahiya Bittamlik
Sewa dengan skema ijarah muntahiya bittamilk adalah
transaksi sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa
untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disediakan
dengan opsi perpindahan hak milik pada saat tertentu sesuai
dengan akad sewa. Berbeda dengan transaksi ijarah, transaksi
ijarah muntahiya bittamlik memberi hak pilih pada penyewa untuk
memiliki barang yang disewa.

4. Prinsip Pelaksanaan Fungsi Jasa Keuangan Perbankan


a. Prinsip Wakalah
wakalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian
mandat. Dalam konteks muamalat wakalah adalah pelimpahan
kekuasaan oleh seeorang (muwakkil) kepada yang lain (wakalah)
dalam hal-hal yang diwakilkan (Antonio,2001). Berdasarkan fatwa
DSN nomor 10 tahun 2001 seorang muwakkil haruslah pemilik orang
yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang is wakilkan. Adapun
wakil haruslah orang yang dapat bertindak terhadap mengajarkan
tugas yang diwakilkan kepadanya. Hal-hal yang diwakilkan haruslah
1) Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili,
2) Tidak bertentengan dengan syariah islam, dan
3) Dapat di wakilkan menurut syariah islam.
Sebagai pihak yang mengajarkan suatu tugas, bank syariah
berhak mendapatkan imbalan (fee) sesuai dengan kesepakatan.
Berdasarkan fatwa DSN, wakalah dengan imbalan bersifat mengikat
dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak. Dalam praktik perbankan,
prinsip wakalah dapat digunakan untuk transaksi barikut ini.

34
1) Letter of Credit (L/C).
2) Setoran Kliring
3) Kliring antarkota
4) RTGS
5) Inkaso
6) Transfer
7) Transfer valuta asing
8) Pajak Online
9) Pajak impor

b. Prinsip Kafalah
Kafalah meruPakan jaminan yang diberikan oleh penanggung
(kafil) kepada pihak ketiga utnuk memenuhi kewajiban pihak kedua
atau yang ditanggung (makfuul anhu ashil) (Antonio, 2001). Dalam
fatwa DSN nomor 11 tahun 2000, kafalah adalah jaminan yang
diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga utuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang tanggung (makfuul
anhu ashil).
DSN mensyaratkan:
1) Pihak penjamin dalam hal ini bank syariah barhak penuh
melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan rela
(ridha)dengan tanggungan kafalah tersebut;
2) Pihak yang berutang (ashiil makful anhu) sanggup menyerahkan
tanggunganya kepada penjamin;
3) Pihak yang berpiutang (makfuul lahu) dapt hadir pada waktu akad
atau memberikan kuasa.
DSN juga mensyaratkan objek penjamin (makfuul bibi);
1) Merupakan tanggungan pihak yang berutang, baik berupa uang,
benda, maupun pekerjaan;
2) Bis adilaksanakan oleh penjamin;
3) Merupakan piutang yang mengikat yang tidak mungkin hapus
kecuali setelah dibayar atau dibebaskan;
4) Jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya, serta
5) Tidak bertentangan dengan syariah islam.

Dalam prakti perbankan, prinsip kafalah digunakan dalam transaksi


bank garansi. Bila hak yang dijamin gagal memenuhi kewajiban
pebayarannya, pemegang bak garansi dapat dilakukan klaim kepada

35
bank penerbit atas bank garansi tersebut. Bank garansi itu sendiri
dapat digunakan antara lain untuk:
1) Tender, yang diberikan oleh bank kepada kontraktor atau
pemasok
2) Perdagangan, yang diberikan oleh bank kepada produsen atau
pemasok
3) Uang muka kerja, yang diberikan oleh bank kepada pelaksana
proyek untuk uang muka proyek dalam kontrak-kontrak tertentu.

c. Prinsip Hawalah
Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang
(muhil) kepada orang lain yang menanggungnya (muhal alaih)
(Antonio,2001) dalam transaksi hawalah, pada saat A(muhal)
memberi pinjaman kepada B(muhil), B masih mempunyai piutang
pada C (muhal alaih). Begitu B tidak mampu membayar utangnya
kepada A, ia lalu mengalihkan utang tersebut kepada C. Selanjutnya,
C harus mambeyar utang B kepada A, sedangkan utang C
sebelumnya pada B dianggap selesai.
Dalam praktik perbankan, prinsip hawalah dapat digunakan
untuk transaksi anjak piutang dimana para nasabah yang memiliki
piutang kepada pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank,
bank lalu membayar piutang tersebut dan bank menagihnya dari
pihak ketiga itu (antonio, 2001).

d. Prinsip Shar
Prinsip sharf adalah prinsip yang digunakan dalam transaksi
jual beli mata uang, baik antara mata uang sejenis maupun antar
matauang berlainan jenis. Berdasarkan fatwa DSN nomor 28 tahun
2002, terdapat beberapa syarat transaksi jual beli mata uang, yaitu
1) Tidak untuk spekulasi (untung-untungan),
2) Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan),
3) Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka,
nilainya harus sama dengan tinai, dan

36
4) Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan denan nilai tukar
(kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara
tunai.

e. Prinsip Ijarah
Prinsip ijarah merupakan prinsip yang snagat banyak
digunakan dalam peaksanaan fungsi jasa keunangan bank syariah.
Berdasarkan fatwa DSN nomor 9 tahun 2000, disebutkan bahwa
objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.
Ijarah bila diterapkan untuk mendapatkan manfaat barang disebut
sewa-menyewa, sedangkan bila ditetapkan unutk mendapatkan
manfaat orang disebut upah-mengupah (karim, 2004).

Menurut karim (2004), ijarah dapat dibedakan menjadi dua,


yaitu ijarah yang pembayarannya bergantung pada kinerja yang
disewa (jualah), dimana orang bersangkutan memperoleh succes
fee, dan ijarah yang pembayarannya tidak bergantung pada kinerja
yang disewa atau disebut dengan ijarah dimana orang bersangkutan
memperoleh gaji atau upah. Dalam praktik perbankan, transaksi
berikut banyak diimplementasikan dengan menggunakan skema
ijarah.
1) Kartu ATM
2) SMS banking
3) Pembayaran tagihan
4) Pembayaran gaji elektronik

37
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Akuntansi syariah adalah transaksi yang dilakukan berdasarkan
prinsip syariah, Bicara mengenai akuntansi Syariah, tidak akan lepas dengan
perhitungan keuangan yang mesti tertulis secara terperinci dan jelas, agar
dapat menghasilkan laporan keungan yang disusun dan disajikan sekurang-
kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar
pengguna. Namun demikian banyak pengguna sangat bergantung pada
laporan keuangan sebagai sumber utama informasi keuangan dengan
mempertimbangkan kebutuhan mereka agar mudah dipahami oleh semua
pihak dan dapat membantu suatu perusahaan dalam menganalisis
keuangannya.
Suatu laporan keuangan dapat bermanfaat apabila informasi yang di
sajikan dalam suatu laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan,
andal dan dapat di perbandingkan. Laporan keuangan juga tidak hanya
mencakup pernyataan mengenai keuangan tetapi juga merupakan sarana
komunikasi informasi yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak
langsung atau dengan informasi yang di sediakan oleh akuntansi
keuangan.dan laporan keuangan juga dapat menggambarkan keadaan
laporan keuangan bank syariah yang menyajikan data periode sekarang dan
data periode yang baru.

38
B. Saran
Suatu laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal dan dapat di
perbandingkan. Akan tetapi, perlu di sadari pula bahwa laporan keuangan
tidak menyediakan semua informasi yang mungkin di butuhkan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan dengan bank karena secara umum laporan
keuangan hanya menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa
lalu dan tidak di wajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.

Daftar Pustaka

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hal.
189.
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah: Analisis Fiqh & Keuangan,
(Yogyakarta: UUP STIM YKPN, 2014), hal. 229.
Rizal Yaya,Akuntansi Perbankan Syariah: Jakarta, Salemba Empat.
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012) hal. 295.
Qomarul Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 77.

39

Anda mungkin juga menyukai