Anda di halaman 1dari 19

PELEMBAGAAN EKONOMI ISLAM PERBANKAN SYARIAH

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Pada Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Syariah Program
Studi Hukum Tata Negara 3 Fakultas syariah

Oleh:
KELOMPOK 7 :

A.HILAL HIDAYATULLAH
NIM. 742352019082
NURUL FATIMAH CHITRA.H
NIM. 742352019083
AYU LESTARI
NIM. 742352019081

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


(IAIN) BONE
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah “Akuntansi Transaksi Investasi Mudharabah”. Makalah ini

telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak

sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan

banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan

makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susuan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar

kami sapat memperbaiki makalah ini.

Watampone, 10 April 2019

Penyusun

II
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1-2

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................

A. Pengertian Bank Konvensional.............................................................. 3

B. Pengertian Perbankan Syariah.............................................................. 4

C. Produk-produk Bank Syariah................................................................ 6

D. Mekanisme pembiayaan bank syariah.................................................. 7

BAB III PENUTUP.............................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan tarif hidup rakyat banyak.

Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

yaitu menerima uang, meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang. Didalam

sejarah perekonomian kaum muslimin. Fungsi-fungsi bank telah dikenal sejak

jaman Rasulullah SAW, fungsi-fungsi tersebut adalah enerima titipan harta,

meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan keperluan bisnis, serta

melakukan pengiriman uang.

Rasulullah SAW yang dikenal julukan al Amin, dipercaya oleh masyaraka

Mekah menerima simpanan harta, sehingga pada saat terakhir sebelum rasul hijrah

ke Madinah, beliau meminta Sayyidina Ali ra untuk mengembalikan semua titipan

itu kepda yang memilikinya, dalam konsep ini, yang dititipi tidak dapat

memanfaatkan harta titipan tersebut.

iii
Sementara itu, definisi menurut undang-undang non21 tahun 2008 tentang

perbankan syariah, bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa perbankan syariah adalah

segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

(UUS), mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya.

Perbankan syariah banyak diminati oleh masyarakat Indonesia, bahkan

peminat perbankan syariah cenderung meningkat dari ahun ke teahun. Hal ini

disebabkan karena perbankan syariah dinilai sangan menjajikan dan tidak

merugikan nasabah. Sehingga semakin tahun peranan perbankan syariah semakin

penting bagi masyarakat Indonesia.

Pada masa krisis konomi yang berkepanjangan pada tahun 1998 bank yang

berbaris syariah teah membuktikan kekuatannya dalam menghadapi krisis tersebut.

Pada saat itu banyak bank-bank non syariah dan usaha yang menghimpun dana

dari masyarakat dlam bentuk simpanan dan

B. Rumusan Masalah

Untuk itu dalam makalah ini penulis akan membahas tentang :

1. Pengertian Bank Konvensional

2. Pengertian perbankan syariah

3. Produk-produk bank syariah

iii
4. Mekanisme pembiayaan bank syariah

C. Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penulisan dari makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian bank konvensional

2. Uuntuk mengetahui pengertian perbankan syariah

3. Untuk mengetahui produk-produk bank syariah

4. Untuk mengetahui mekanisme pembiayaan bank syariah

iii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Konvensional


Bank Konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Martono (2002) menjelaskan prinsip konvensional yang digunakan bank
konvensional menggunakan dua metode, yaitu :

a) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti


tabungan, deposito berjangka, maupun produk pinjaman (kredit) yang
diberikan berdasarkan tingakat bunga tertentu.
b) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak bank menggunakan atau menerapan
berbagai biaya dalam nominal atau prosentase tertentu. System penetapan
biaya ini disebut fee based.

B. Pengertian Perbankan Syariah

a) Definisi perbankan syariah

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

iii
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah1.
Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syaria, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.2
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan lainnya yang
dinyatakan dengan syariah.3
Istilah bank syariah merupakan fenomena baru dalam dunia ekonomi modern.
Kemunculannya berawal dari upaya gencar yang dilakukan oleh para pakar Islam
dalam mendukung sistem ekonomi Islam. Disebutkan bahwa perbankan syariah
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan Unit Usaha Syariah
(UUS), mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Sama halnya dengan bank konvensional, bank
syariah juga merupakan lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu
menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan melayani jasa lalu lintas
pengiriman uang.4
Perkembangan perbankan syariah telah memberi pengaruh luas terhadap
perbaikan ekonomi umat dan kesadaran baru untuk mengadopsi lembaga-lembaga
keuangan Islam. Dalam rangka ekspansi perbankan syariah, pemerintah Indonesia
dengan persetujuan DPR RI telah mengganti Undang-undang Perbankan Nomor 14
Tahun 1967 dengan Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992, dengan esensi
diperbolehkannya operasional perbankan dengan sistem bagi hasil selain dari sistem
bunga. Melihat perkembangan yang ada, maka Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
1
Heri Sudarsono (2003 : 27)
2
UU RI NO.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Bab 1 Pasal 1

3
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 dalam buku Sofyan S. Harahap, dkk (2005 : 3)

4
Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

iii
disempurnakan lagi dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, yang
memperkenalkan dual banking system.5 Perkembangan paling mutakhir adalah
lahirnya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Sehingga semakin memperkokoh eksistensi perbankan syariah dalam lalu lintas
perekonomian.

b) Dasar Hukum (Dalil Rujukan)

Artinya :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Q.S Al-Baqarah 2:275)6

5
Dual Banking System (Double Windows System) adalah terselenggaranya dua sistem
perbankan (konvensional dan syariah) secara berdampingan dalam melayani perekonomian
nasional yang pelaksanaannya diatur dalam berbagai peraturan yang berlaku tanpa harus
memiliki Unit Usaha Syariah (UUS).
6
Q.S Al-Baqarah 2:275

iii
C. Produk-Produk Bank Syariah
a) Produk Perbankan Syariah
Produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (I) Produk
Penyaluran Dana; (II) Produk Penghimpunan Dana, dan (III) Produk yang berkaitan
dengan jasa yang diberikan perbankan kepada nasabahnya.
1. Produk Penyaluran Dana
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, produk pembiayaan syariah
terbagi ke dalam empat kategori yaitu :7

a. Prinsip Jual Beli (Bay’)


Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Prinsip ini dapat dibagi
sebagai berikut:
1) Pembiayaan Murabahah
Menurut Muhammad Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd
bahwa pengertian murabahah yaitu: Bahwa pada dasarnya murabahah
tersebut adalah jual beli dengan kesepakatan pemberian keuntungan bagi
si penjual dengan memperhatikan dan memperhitungkannya dari modal
awal si penjual.8
2) Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang
diperjualbelikan belum ada.
3) Pembiayaan Istisna
Produk Istisna menyerupai produk salam, tapi dalam Istisna
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin)
pembayaran.
7
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2004), hal.
98
8
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan…., hal. 99

iii
b. Prinsip Sewa
Transaksi Ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada
dasarnya prinsip Ijarah sama saja dengan prinsip jual beli. Namun
perbedaanya terletak pada objek traksaksinya bila pada jual beli objek
transaksinya adalah barang, maka pada Ijarah objek transaksinya adalah jasa.

c. Prinsip Bagi Hasil (Shirkah)


1)Pembiayaan Musharakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah Musharakah (shirkah atau
sharikah atau serikat atau kongsi). Dalam artian semua modal disatukan
untuk dijadikan modal proyek Musharakah dan dikelola bersama-sama.9
2) Pembiayaan Mudharabah.
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak
dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal
kepada pengelola (mudarib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan.
d. Akad Pelengkap
1. Hiwalah (Alih Utang-Piutang)

Tujuan fasilitas Hiwalah adalah untuk membantu supplier


mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.

9
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2004), hal.
99

iii
2. Rahn (Gadai)

Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran


kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.10

3. Qard (Pinjaman Uang)

Qard adalah pinjaman uang. Aplikasi qard dalam perbankan biasanya


dalam empat hal, yaitu: pertama, sebagai pinjaman talangan haji, kedua,
sebagai pinjaman tunai (cash advanced), ketiga, sebagai pinjaman kepada
pengusaha kecil, keempat, sebagai pinjaman kepada pengurus bank.

4. Wakalah (Perwakilan) Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi


apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya
melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti inkasi dan transfer uang.
5. Kafalah (Garansi Bank)

Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin


pembayaran suatu kewajiban pembayaran11

D. Mekanisme Pembiayaan Di Bank Syariah

a. Pengertian Pembiyaan
Dalam kegiatan penyaluran dana, lembaga keuangan baik bank maupun
non-bank dengan cara melakukan pembiayaan. Pembiayaan yang dilakukan
lembaga keuangan baik bank maupun non-bank karena berhubungan dengan
rencana untuk memperoleh pendapatan. Pembiayaan dalam perbankan syariah
atau istilah teknisnya aktiva produktif, menurut ketentuan Bank Indonesia
adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing
dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penyertaan
Rivai, dan Veithsal, Islac Financial Manajement, Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis untuk
10

Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hal. 90

11
Moh. Zuhri, Terjemah Fiqh Empat Madzab, (Semarang: Asy-Syifa, 1993), Hal. 169.

iii
modal sementara dan kontijensi pada rekening administrasi serta sertifikat
wadiah Bank Indonesia.12
Menurut UU No. 7 Tahun 1992 yang dimaksud pembiayaan adalah
“Penyediaan uang atau tagihan atau dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu ditambah dengan jumlah bunga, imbalan atau bagi hasil.
Perbedaan mendasar antara pembiayaan yang diberikan oleh bank
konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah adalah
terletak pada keuntungan yang diharapkan. Pada bank konvensional keuntungan
yang diperoleh yaitu melalui bunga, sedangkan bagi bank syariah keuntungan
yang diperoleh berupa imbalan atau bagi hasil.13

b. Tujuan pembiayaan
Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat
mikro.
Secara makro dijelaskan bahwa pembiayaan bertujuan :
a. Peningkatan ekonomi umat,
b. Meningkatkan produktivitas,
c. Membuka laangan kerja baru,
d. Terjadinya distribusi pendapatan,14
Adapun secara mikro, pembiayaan bertujuan untuk:
1) Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki
tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha.

12
Alaudin Al-Kasani, Badai’ash-Shanai’fi Tartib Asy-Syara’i, IV: 174
13
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Bandung,, 2005), hal.17.
14
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). (Yogyakarta: UII Press, 2004).
hal. 163.

iii
1) Upaya meminimalkan risiko,artinya usaha yang dilakukan agar mampu
menghasilkan laba maksimal.
2) Pendayagunaan sumber ekonomi,artinya sumber daya ekonomi dapat
dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam
dengan sumber daya manusia sertaa sumber daya modal.
3) Penyaluran kelebihan dana, artinya : dalam kehidupan masyarakat ada
pihak yang kelebihan dana, sementara ada pihak yang kekurangan dana.15

c. Pembiayaan Investasi Syariah


Investasi adalah penanaman dana dengan maksud untuk memperoleh
imbalan/manfaat/keuntungan di kemudian hari, mencakup hal-hal antara lain:
(1) Imbalan yang diharapkan dari investasi adalah berupa keuntungan dalam
bentuk financial atau uang (financial benefit).
(2) Badan usaha umumnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan beruapa
uang, sedangkan badan sosial dan badan-badan pemerintah lainnnya lebih
bertujuan untuk memberikan manfaat sosial (social benefit) dibandingkan
dengan keuntungan finansialnya.
(3) Badan-badan usaha yang mendapatkan pembiayaan investasi dari Bank
harus mampu memperoleh keuntungan financial (financial benefit) agar
dapat hidup dan berkembang serta memenuhi kewajibannnya kepada
Bank.
Investasi dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) kategori ; yaitu :
(1) Investasi pada masing-masing komponen aktiva lancar
(2) Investasi pada aktiva tetap atau proyek

Rivai, dan Veithsal, Islac Financial Manajement, Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis untuk
15

Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hal. 6

iii
(3) Investasi dalam efek atau surat berharga (Securities)
Pembiayaan investasi adalah pembiayaan jangka menengah atau jangka
panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk16 :
(1) Pendirian proyek baru,
(2) Rehabilitas,
(3) Modernisasi,
(4) Ekspansi,
(5) Relokasi proyek yang sudah ada.

d. Pembiayaan Konsumtif Syariah


Pembiayaan konsumtif yang diberikan untuk tujuan di luar usaha dan
umumnya bersifat perorangan.25 Menurut jenis akadnya dalam produk
pembiayaan syariah, pembiayaan konsumtif dapat dibagi menjadi lima bagian :
(1) Pembiayaan konsumen akad Murabahah
(2) Pembiayaan komsumen akad Ijarah Muntahia Bit Tamlik (IMBT)
(3) Pembiayaan konsumen akad Ijarah
(4) Pembiayaan komsumen akad Istish’na
(5) Pembiayaan konsumen akad Qard + Ijarah17

16
Rivai, dan Veithsal, Islac Financial Manajement, Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis untuk
Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hal. 69
17
Rivai, dan Veithsal, Islac Financial Manajement, Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis untuk
Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hal. 90

iii
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam
lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan
dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu
berkaitan masalah uang sebagai dagangan utamanya.
2. Mekanisme Pembiayaan Di bank Syariah diantaranya terdapat :
a) Pembiayaan Investasi Syariah
b) Pembiayaan Konsumtif Syariah
3. Tujuan Bank Syariah antara lain Upaya percapaian keuntungan yang
setinggi-tingginya (profit maximization) adalah tujuan yang biasa
dicanangkan oleh bank komersial, terutama bank konvensional. Berbeda
dengan tujuan bank konvensional, bank syariah berdiri untuk menggalakkan,
memelihara dan mengembangkan jasa-jasa serta produk-produk perbankan

iii
yang berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam. Bank syariah juga memiliki
kewajiban untuk mendukung aktivitas investasi dan bisnis yang ada di
lembaga keuangan sepanjang aktifitas tersebut tidak dilarang dalam Islam.
Selain itu, bank syariah harus lebih menyentuh kepentingan masyarakat
kecil.
4. Produk Bank Syariah Terdiri Atas :
a) Produk Penyaluran Dana,
b) Produk Penghimpunan Dana,
c) Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan perbankan kepada
nasabahnya

Perkembangan perbankan syariah pada dasarnya merupakan bagian integral dan


urgen sehingga tidak dapat dipisahkan dari pengembangan ekonomi syariah
karena salah satu alternatif yang cocok diterapkan di Indonesia untuk
memperbaiki keterpurukan ekonomi. Perankan syariah tidak akan berhasil
berkembang dengan baik apabila tidak ada dukungan dari semua elemen
bangsa, serta adanya satu kesatuan pola pikir tentang perbankan syariah
sehingga tidak lagi ditemukan perbedaan pendapat yang kontroversial, karena
hanya akan membingungkan umat, yang berakibat kepada keraguan mereka
untuk berinvestasi secara syariah.

B. SARAN
1. Mekanisme dalam Bank Syariah kami rasa perlu adanya penjelasan
mengenai alur mekanisme yang lebih detail lagi mengenai pembiayaan di
bank syariah

iii
2. Produk-produk yang di berikan oleh bank syariah memang kami rasa sudah
sangat mampu membuat nasabah dimanjakan oleh produk-produk yang
beneit namun regulasi mengenai hal tersebut perlu ditingkatkan kembali agar
nantinya apa yang diharapkan bisa secara maksimal didapatkan
DAFTAR PUSTAKA

Abu Muhammad Dwiono Koesen Al jambi, Ayo ke Bank Syariah, (Jakarta : Pustaka
Ishlahul Ummah, 2013), hlm. 4.
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja
Grafindo, 2004), hal. 98
Adji Waluyo Pariyatno, Perbankan Syariah, (Jakarta : Pusat Komunikasi Ekonomi
Syariah, 2007), hlm 8.
Arifin, Zainul, (1998), Strategi Pengembangan Perbankan Bagi Hasil Indonesia,
Sespibi : Bank Indonesia
A. Djazuli dan Yadi Yanuari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (Sebuah
Pengenalan), (Jakarta: Rajawali Press, 2001), hal. 53
Fahrur Ulum, Perbankan Syariah di Indonesia, (Surabaya : CV. Putri Media
Nusantara, 2011), hlm. 49.
Imamul Arifin, Membuka Cakrawala Ekonomi, (Yogyakarta: Setia Inves 2007), hal.
14
Moh. Zuhri, Terjemah Fiqh Empat Madzab, (Semarang: Asy-Syifa, 1993), Hal. 169.
Muslehuddin, Mohammad, (1974), Sistem Perbankan Dalam Islam. Terjemahanoleh
Aswin Simamora (1990), Bandung : UNISBA Library
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Bandung,, 2005), hal.17.
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). (Yogyakarta: UII
Press, 2004). hal. 163.
Sentot Imam Wahjono, Manajemen Pemasaran Bank, (Jogjakarta : Graha Ilmu,
2010), hlm.88.

iii
Sudarsono Heri, (2004). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Bandung. Ekonisia.
Rivai, dan Veithsal, Islac Financial Manajement, Teori, Konsep dan Aplikasi
Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa
(Jakarta: Rajawali Press, 2008), hal. 6

iii

Anda mungkin juga menyukai