Oleh:
KELOMPOK 7 :
A.HILAL HIDAYATULLAH
NIM. 742352019082
NURUL FATIMAH CHITRA.H
NIM. 742352019083
AYU LESTARI
NIM. 742352019081
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susuan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
Penyusun
II
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1-2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
yaitu menerima uang, meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang. Didalam
Mekah menerima simpanan harta, sehingga pada saat terakhir sebelum rasul hijrah
itu kepda yang memilikinya, dalam konsep ini, yang dititipi tidak dapat
iii
Sementara itu, definisi menurut undang-undang non21 tahun 2008 tentang
segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
(UUS), mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
peminat perbankan syariah cenderung meningkat dari ahun ke teahun. Hal ini
Pada masa krisis konomi yang berkepanjangan pada tahun 1998 bank yang
Pada saat itu banyak bank-bank non syariah dan usaha yang menghimpun dana
B. Rumusan Masalah
iii
4. Mekanisme pembiayaan bank syariah
C. Tujuan penelitian
iii
BAB II
PEMBAHASAN
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
iii
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah1.
Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syaria, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.2
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan lainnya yang
dinyatakan dengan syariah.3
Istilah bank syariah merupakan fenomena baru dalam dunia ekonomi modern.
Kemunculannya berawal dari upaya gencar yang dilakukan oleh para pakar Islam
dalam mendukung sistem ekonomi Islam. Disebutkan bahwa perbankan syariah
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan Unit Usaha Syariah
(UUS), mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Sama halnya dengan bank konvensional, bank
syariah juga merupakan lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu
menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan melayani jasa lalu lintas
pengiriman uang.4
Perkembangan perbankan syariah telah memberi pengaruh luas terhadap
perbaikan ekonomi umat dan kesadaran baru untuk mengadopsi lembaga-lembaga
keuangan Islam. Dalam rangka ekspansi perbankan syariah, pemerintah Indonesia
dengan persetujuan DPR RI telah mengganti Undang-undang Perbankan Nomor 14
Tahun 1967 dengan Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992, dengan esensi
diperbolehkannya operasional perbankan dengan sistem bagi hasil selain dari sistem
bunga. Melihat perkembangan yang ada, maka Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
1
Heri Sudarsono (2003 : 27)
2
UU RI NO.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Bab 1 Pasal 1
3
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 dalam buku Sofyan S. Harahap, dkk (2005 : 3)
4
Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
iii
disempurnakan lagi dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, yang
memperkenalkan dual banking system.5 Perkembangan paling mutakhir adalah
lahirnya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Sehingga semakin memperkokoh eksistensi perbankan syariah dalam lalu lintas
perekonomian.
Artinya :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Q.S Al-Baqarah 2:275)6
5
Dual Banking System (Double Windows System) adalah terselenggaranya dua sistem
perbankan (konvensional dan syariah) secara berdampingan dalam melayani perekonomian
nasional yang pelaksanaannya diatur dalam berbagai peraturan yang berlaku tanpa harus
memiliki Unit Usaha Syariah (UUS).
6
Q.S Al-Baqarah 2:275
iii
C. Produk-Produk Bank Syariah
a) Produk Perbankan Syariah
Produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (I) Produk
Penyaluran Dana; (II) Produk Penghimpunan Dana, dan (III) Produk yang berkaitan
dengan jasa yang diberikan perbankan kepada nasabahnya.
1. Produk Penyaluran Dana
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, produk pembiayaan syariah
terbagi ke dalam empat kategori yaitu :7
iii
b. Prinsip Sewa
Transaksi Ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada
dasarnya prinsip Ijarah sama saja dengan prinsip jual beli. Namun
perbedaanya terletak pada objek traksaksinya bila pada jual beli objek
transaksinya adalah barang, maka pada Ijarah objek transaksinya adalah jasa.
9
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2004), hal.
99
iii
2. Rahn (Gadai)
a. Pengertian Pembiyaan
Dalam kegiatan penyaluran dana, lembaga keuangan baik bank maupun
non-bank dengan cara melakukan pembiayaan. Pembiayaan yang dilakukan
lembaga keuangan baik bank maupun non-bank karena berhubungan dengan
rencana untuk memperoleh pendapatan. Pembiayaan dalam perbankan syariah
atau istilah teknisnya aktiva produktif, menurut ketentuan Bank Indonesia
adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing
dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penyertaan
Rivai, dan Veithsal, Islac Financial Manajement, Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis untuk
10
Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hal. 90
11
Moh. Zuhri, Terjemah Fiqh Empat Madzab, (Semarang: Asy-Syifa, 1993), Hal. 169.
iii
modal sementara dan kontijensi pada rekening administrasi serta sertifikat
wadiah Bank Indonesia.12
Menurut UU No. 7 Tahun 1992 yang dimaksud pembiayaan adalah
“Penyediaan uang atau tagihan atau dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu ditambah dengan jumlah bunga, imbalan atau bagi hasil.
Perbedaan mendasar antara pembiayaan yang diberikan oleh bank
konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah adalah
terletak pada keuntungan yang diharapkan. Pada bank konvensional keuntungan
yang diperoleh yaitu melalui bunga, sedangkan bagi bank syariah keuntungan
yang diperoleh berupa imbalan atau bagi hasil.13
b. Tujuan pembiayaan
Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat
mikro.
Secara makro dijelaskan bahwa pembiayaan bertujuan :
a. Peningkatan ekonomi umat,
b. Meningkatkan produktivitas,
c. Membuka laangan kerja baru,
d. Terjadinya distribusi pendapatan,14
Adapun secara mikro, pembiayaan bertujuan untuk:
1) Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki
tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha.
12
Alaudin Al-Kasani, Badai’ash-Shanai’fi Tartib Asy-Syara’i, IV: 174
13
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Bandung,, 2005), hal.17.
14
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). (Yogyakarta: UII Press, 2004).
hal. 163.
iii
1) Upaya meminimalkan risiko,artinya usaha yang dilakukan agar mampu
menghasilkan laba maksimal.
2) Pendayagunaan sumber ekonomi,artinya sumber daya ekonomi dapat
dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam
dengan sumber daya manusia sertaa sumber daya modal.
3) Penyaluran kelebihan dana, artinya : dalam kehidupan masyarakat ada
pihak yang kelebihan dana, sementara ada pihak yang kekurangan dana.15
Rivai, dan Veithsal, Islac Financial Manajement, Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis untuk
15
Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hal. 6
iii
(3) Investasi dalam efek atau surat berharga (Securities)
Pembiayaan investasi adalah pembiayaan jangka menengah atau jangka
panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk16 :
(1) Pendirian proyek baru,
(2) Rehabilitas,
(3) Modernisasi,
(4) Ekspansi,
(5) Relokasi proyek yang sudah ada.
16
Rivai, dan Veithsal, Islac Financial Manajement, Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis untuk
Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hal. 69
17
Rivai, dan Veithsal, Islac Financial Manajement, Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis untuk
Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hal. 90
iii
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam
lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan
dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu
berkaitan masalah uang sebagai dagangan utamanya.
2. Mekanisme Pembiayaan Di bank Syariah diantaranya terdapat :
a) Pembiayaan Investasi Syariah
b) Pembiayaan Konsumtif Syariah
3. Tujuan Bank Syariah antara lain Upaya percapaian keuntungan yang
setinggi-tingginya (profit maximization) adalah tujuan yang biasa
dicanangkan oleh bank komersial, terutama bank konvensional. Berbeda
dengan tujuan bank konvensional, bank syariah berdiri untuk menggalakkan,
memelihara dan mengembangkan jasa-jasa serta produk-produk perbankan
iii
yang berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam. Bank syariah juga memiliki
kewajiban untuk mendukung aktivitas investasi dan bisnis yang ada di
lembaga keuangan sepanjang aktifitas tersebut tidak dilarang dalam Islam.
Selain itu, bank syariah harus lebih menyentuh kepentingan masyarakat
kecil.
4. Produk Bank Syariah Terdiri Atas :
a) Produk Penyaluran Dana,
b) Produk Penghimpunan Dana,
c) Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan perbankan kepada
nasabahnya
B. SARAN
1. Mekanisme dalam Bank Syariah kami rasa perlu adanya penjelasan
mengenai alur mekanisme yang lebih detail lagi mengenai pembiayaan di
bank syariah
iii
2. Produk-produk yang di berikan oleh bank syariah memang kami rasa sudah
sangat mampu membuat nasabah dimanjakan oleh produk-produk yang
beneit namun regulasi mengenai hal tersebut perlu ditingkatkan kembali agar
nantinya apa yang diharapkan bisa secara maksimal didapatkan
DAFTAR PUSTAKA
Abu Muhammad Dwiono Koesen Al jambi, Ayo ke Bank Syariah, (Jakarta : Pustaka
Ishlahul Ummah, 2013), hlm. 4.
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja
Grafindo, 2004), hal. 98
Adji Waluyo Pariyatno, Perbankan Syariah, (Jakarta : Pusat Komunikasi Ekonomi
Syariah, 2007), hlm 8.
Arifin, Zainul, (1998), Strategi Pengembangan Perbankan Bagi Hasil Indonesia,
Sespibi : Bank Indonesia
A. Djazuli dan Yadi Yanuari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (Sebuah
Pengenalan), (Jakarta: Rajawali Press, 2001), hal. 53
Fahrur Ulum, Perbankan Syariah di Indonesia, (Surabaya : CV. Putri Media
Nusantara, 2011), hlm. 49.
Imamul Arifin, Membuka Cakrawala Ekonomi, (Yogyakarta: Setia Inves 2007), hal.
14
Moh. Zuhri, Terjemah Fiqh Empat Madzab, (Semarang: Asy-Syifa, 1993), Hal. 169.
Muslehuddin, Mohammad, (1974), Sistem Perbankan Dalam Islam. Terjemahanoleh
Aswin Simamora (1990), Bandung : UNISBA Library
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Bandung,, 2005), hal.17.
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). (Yogyakarta: UII
Press, 2004). hal. 163.
Sentot Imam Wahjono, Manajemen Pemasaran Bank, (Jogjakarta : Graha Ilmu,
2010), hlm.88.
iii
Sudarsono Heri, (2004). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Bandung. Ekonisia.
Rivai, dan Veithsal, Islac Financial Manajement, Teori, Konsep dan Aplikasi
Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa
(Jakarta: Rajawali Press, 2008), hal. 6
iii