Anda di halaman 1dari 24

BISNIS DAN LEMBAGA EKONOMI ISLAM

ARMAN SANDRA
22010144
2D/MANAJEMEN

MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
2020/2021
1. A. Konsep dasar Bisnis Islam

 Bisnis Konvensional
Bisnis dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai usaha dagang, usaha
komersial di dunia perdagangan dan bidang usaha. Skinner (1992), mendefinisikan bisnis
sebagai pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
Menurut Anoraga dan Sugiastuti (1996), Bisnis memiliki makna sebagai “ The buying and
selling of goods and services”
 Bisnis Islam
 Ekonomi Islam merupakan yang mempelajari perilaku muslim (yang beriman)
dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti Al-Qur’an, Hadis Nabi Muhammad
SAW, ijma, dan qiyas.
 Bisnis islam juga diartikan serangkaian aktifitas bisnis dalam berbagai bentuknya
yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan hartanya (barang dan jasa)
termasuk profitnya namun dibatasi dalam cara perolehan dan pandayagunaan
hartanya (ada aturan halal dan haram).
 Landasan Definisi bisnis Islam
 “Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rab-Nya, hingga
dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan,
tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan,
dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia
amalkan dari ilmu yang dimilikinya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2416, ath-Thabrani dalam
al-Mu’jam al-Kabir, jilid 10, hal 8, no. 9772 dan Hadits ini telah dihasankan oleh
Syaikh Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 946).

 Sahabat Urwah diberi wang satu dinar oleh Rasulullah saw untuk membeli seekor
kambing. Kemudian ia membeli dua ekor kambing dengan harga satu dinar. Ketika ia
menuntun kedua ekor kambing itu, tiba-tiba seorang lelaki menghampirinya dan
menawar kambing tersebut. Maka ia menjual seekor dengan harga satu dinar.
Kemudian ia menghadap Rasulullah dengan membawa satu dinar wang dan satu ekor
kambing. Beliau lalu meminta penjelasan dan ia ceritakan kejadiannya maka beliau pun
berdoa: “Ya Allah berkatilah Urwah dalam bisnisnya.”

 Landasan syariat bisnis Islam


Terdapat kaidah dalam memahami masalah ibadah maupun muamalahJadi, telah ada
patokan dalam berbisnis menurut perspektif islam Bisnis Islam tidak bisa terpisah dari aqidah
islam dan prinsip muamalah atau prinsip dasar Ekonomi Islam. Hal ini sesuai Fatwa Al-Lajnah
ad-Daaimah (Komite Tepat Kajian Ilmiah dan Pemberian Fatwa) Nomor 17627 tentang apa
prinsip dasar ekonomi Islam, jawabannya adalah:
“Ekonomi Islam berdiri diatas prinsip perdagangan yang berdasarkan syari’at yaitu
dengan mengembangkan harta melalui cara-cara yang dihalalkan oleh Allah Ta’ala, sesuai
kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan muamalah syari’iyyah, yang didasarkan pada hukum
pokok (boleh da halal dalam berbagai mu’amalat) dan menjauhi segala yang diharamkan
oleh Allah Ta’ala, misalnya Riba”.
‫ﺕ َﻓ َﻘﺪْ ﺍ ْﺳﺘَﺒ َْﺮﺃ َ ِﻟ ِﺪ ْﻳ ِﻨ ِﻪ‬ ‫ﺎﺱ َﻓ َﻤ ِﻦ ﺍﺗﱠ َﻘﻰ ﺍﻟ ﱡ‬
ِ ‫ﺸﺒُ َﻬﺎ‬ ِ ‫ﺍﻡ َﺑ ِّﻴ ٌﻦ َﻭ َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻬ َﻤﺎ ﺃ ُ ُﻣ ْﻮ ٌﺭ ُﻣ ْﺸﺘَ ِﺒ َﻬﺎﺕٌ ﻻَ َﻳ ْﻌ َﻠ ُﻤ ُﻬ ﱠﻦ َﻛ ِﺜﻴ ٌْﺮ ﻣِ ﻦَ ﺍﻟ ﱠﻨ‬
َ ‫ﺇِ ﱠﻥ ْﺍﻟ َﺤﻼَ َﻝ َﺑ ِّﻴ ٌﻦ َﻭﺇِ ﱠﻥ ْﺍﻟ َﺤ َﺮ‬
‫ﺕ َﻭ َﻗ َﻊ ﻓِﻲ ْﺍﻟ َﺤ َﺮ ِﺍﻡ‬ ‫ﺿ ِﻪ َﻭ َﻣ ْﻦ َﻭ َﻗ َﻊ ﻓِﻲ ﺍﻟ ﱡ‬
ِ ‫ﺸﺒُ َﻬﺎ‬ ِ ‫َﻭﻋ ِْﺮ‬
“sesungguhnya yang Halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Diantara keduanya ada
perkara syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui kebanyakan manusia. Maka siapa
yang menjaga dirinya dari syubhat berarti ia telah menyelamatkan aagama dan
kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan
terjerumus dalam perkara yang diharamkan…” (Muttafaq Alaihi).

B. KONSEP BISNIS BANK SYARIAH


1. Pengertian

Perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. (UU No. 1 Thn 2008 Ttg Perbankan
Syariah)

bank konvensional adalah bank yang kegiatan usahanya menghimpun dana (funding)
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali dana tersebut
(lending) kepada masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa bank lainnya.
bank syariah adalah bank yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk titipan dan investasi dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam
bentuk pembiayaan serta memberikan jasa lainnya berdasarkan prinsip syariah dan
akad-akad tertentu

2. Perkembangan Sistem Perbankan Syariah


Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang dilakukan
dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak
zaman Rasulullah. Praktek-praktek seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang
untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang telah lazim dilakukan ketika
itu. Rasulullah sendiri pernah dititipi harta oleh orang-orang Qurays pada waktu itu.
Sehingga diberi gelar Al Amin karena terpercaya memegang amanah. Sedang dalam
perkembangannya di zaman Bani Abbasiyah, orang yang mempunyai keahlian untuk
menyimpan, menyalurkan dan mentransfer uang disebut Jihbiz. Bank-bank yang
termasuk kategori awal dalam pendiriannya adalah :

a) Faisal Islamic Bank (di Mesir dan Sudan)


b) Kuwait Finance House
c) Dubai Islamic Bank
d) Jordan Islamic Bank for Finance and Investment
e) Bahrain Islamic Bank
f) Islamic InternationalBank for Investment and Development (Mesir)
3. Prinsip-prinsip umum bank syariah.

Dalam menjalankan usahanya, bank syariah harus tetap berpedoman pada nilai-nilai
syariah. Prinsip itu berpedoman pada Alquran dan Hadits. Prinsip yang diterapkan
bank syariah meliputi :

1 Prinsip pengharaman riba. Prinsip ini tercermin dari praktek pengelolaan dana
nasabah. Dana yang berasal dari nasabah penyimpan harus jelas asal usulnya.
Sedangkan penyalurannya harus dalam usaha-usaha yang tidak bertentangan
dengan syari.
2 Prinsip keadilan. Prinsip ini tercermin dari penerapan sistem bagi hasil dan
pengambilan keuntungan berdasarkan hasil kesepakatan dua belah pihak.
3 Prinsip Kesamaan. Prinsip ini tercermin dengan menempatkan posisi nasabah serta
bank pada posisi yang sederajat. Kesamaan ini terwujud dalam hak, kewajiban,
risiko dan keuntungan yang berimbang di antara nasabah penyimpan dana, nasabah
pengguna dana maupun bank.

4. Karakteristik Bank Syariah


Beberapa hal yang menjadi ciri sekaligus yang membedakannya dengan bank
konvensional adalah :

1. Prinsip syariah Islam dalam pengelolaan harta menekankan pada keseimbangan antara
kepentingan individu dan masyarakat. Harta harus dimanfaatkan untuk hal-hal
produktif terutama kegiatan investasi yang merupakan landasan aktifitas ekonomi
dalam masyarakat. Tidak setiap orang mampu secara langsung menginvestasikan
hartanya untuk menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, diperlukan suatu lembaga
perantara yang menghubungkan masyarakat pemilik dana dan pengusaha yang
memerlukan dana (pengelola dana). Salah satu bentuk lembaga perantara tersebut
adalah bank yang kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.
2. Bank syariah adalah bank yang berasaskan antara lain pada asas kemitraan, keadilan,
transparansi dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan
prinsip syariah. Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip ekonomi
Islam dengan karakteristik antara lain sebagai berikut :

 Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya


 Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money)
 Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas
 Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif
 Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang
 Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad

1. Bank syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil. Bank syariah tidak menggunakan
bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun membebankan bunga atas
penggunaan dana dan pinjaman karena bunga merupakan riba yang diharamkan.
2. Tidak secara tegas membedakan sektor moneter dan sektor riil sehingga dalam
usahanya dapat melakukan transaksi-transaksi sektor riil, seperti jual beli dan sewa
menyewa.
3. Dapat memperoleh imbalan untuk jasa tertentu yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.
4. Melakukan kegiatan sesuai syariah. Suatu transaksi sesuai dengan prinsip syariah
apabila telah memenuhi seluruh syarat berikut ini :
1. Transaksi tidak mengandung unsur kedzaliman
2. Bukan riba
3. Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain
4. Tidak ada penipuan (gharar)
5. Tidak mengandung materi-materi yang diharamkan
6. Tidak mengandung unsur judi (maisyir)

Dalam penghimpunan dana, bank syariah menggunakan prinsip wadiah, mudharabah dan
prinsip lain yang sesuai dengan syariah. Sedangkan penyaluran dana menggunakan :

1. Prinsip musyarakah dan atau mudharabah untuk investasi pembiayaan.


2. Prinsip murabahah, salam, dan atau istishna untuk jual beli.
3. Prinsip ijarah dan atau ijarah muntahiyah bittamlik untuk sewa-menyewa.
4. Prinsip lain yang sesuai syariah.

5. Potensi Bank Syariah


Potensi itu dapat dilihat dari dua sisi. Yaitu untuk kepentingan mobilisasi dana
simpanan dan untuk kepentingan penyaluran/ pembiayaan. Kekuatan bank syariah
sebenarnya terletak pada :

 Dukungan umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk


 Dukungan dari lembaga keuangan Islam di seluruh dunia
 Komitmen dan dukungan dari otoritas perbankan yaitu Bank Indonesia.

6. Produk dan Jasa Perbankan Syariah


Produk perbankan terdiri dari produk penyaluran dana (financing), penghimpunan
dana (funding) dan jasa (service). Ketiga produk tersebut juga dilakukan bank syariah.
berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu :

 Pembiayaan dengan prinsip jual beli


 Pembiayaan dengan prinsip sewa
 Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (investasi)
 Pembiayaan dengan prinsip akad pelengkap
a) Prinsip Jual Beli
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan
barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan
dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Produk yang ditawarkan adalah :

b) Murabahah
Sering juga disebut al Bai bitsaman ajil. Yaitu akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan. Dalam murabahah berdasarkan
pesanan bank melakukan pembelian barang setelah ada pesanan dari nasabah. Dalam
perbankan, murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan.
c) Salam
Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan
pengiriman oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan segera oleh
pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu
transaksi ini kualitas, kuantitas harga dan waktu penyerahan barang ditentukan secara
pasti sehingga tidak seperti jual ijon.
d) Istishna
Istishna’ adalah akad jual beli antara al mustashni (pembeli) dan as shani (produsen
yang juga bertindak sebagai penjual). Berdasarkan akad tersebut, pembeli menugasi
produsen untuk menyediakan al mashnu (barang pesanan) sesuai spesifikasi yang
disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati. Cara pembayaran
dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu
tertentu.
e) Prinsip sewa (ijarah)
Transaksi ini dilandasi adanya perpindahan manfaat. Ijarah adalah akad sewa –
menyewa antara pemilik ma’jur (objek sewa) dan musta’jir (penyewa) untuk
mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya.
f) Prinsip bagi hasil (syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai
berikut :
1. Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama diantara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan.
Dalam musyarakah, mitra dan bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai
suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya mitra
dapat mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati secara
bertahap atau sekaligus kepada bank. Pembiayaan dapat diberikan dalam bentuk kas,
setara kas atau aktiva non kas termasuk aktiva tidak berwujud.
2. Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal (pemilik dana)
dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka.
Jika usaha mengalami kerugian, maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana,
kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana seperti
penyelewengan, kecurangan dan penyalah gunaan dana.
Mudharabah terdiri dari dua bentuk yaitu Mudharabah Mutlaqah (investasi tidak
terikat ) dan Mudharabah Muqayyadah (investasi terikat).
3. Akad Pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan biasanya diperlukan juga akad
pelengkap. Produk ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tetapi untuk
mempermudah pelaksanaan pembiayaan.

 Hiwalah (Alih hutang piutang)


tujuan untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan
produksinya. Bank akan mendapati ganti atas jasa pemindahan piutang.

 Rahn (gadai)
Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada
bank dalam memberikan pembiayaan.
 Qardh
Qardh adalah pinjaman uang kepada nasabah yang digunakan untuk keperluannya
dengan hanya mengembalikan biaya pokok.
 Wakalah
Wakalah adalah nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya
melakukan pekerjaan jasa tertentu.
 Kafalah
Kafalah dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu
kewajiban pembayaran.

Produk Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip
yang digunakan adalah wadiah dan mudharabah. Prinsip wadiah yang diterapkan
adalah wadiah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Pada
prinsipnya wadiah yad dhamanah adalah titipan yang boleh dimanfaatkan oleh pihak yang
dititipi. Sedang pada wadiah yad amanah, barang titipan tidak boleh dimanfaatkan. Wadiah
sendiri adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat apabila nasabah
yang bersangkutan menghendaki. Bank bertanggung jawab atas pengembalian titipan.

Jasa Perbankan
Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediator antara deficit unit dengan surplus
unit, bank syariah juga melakukan pelayanan jasa perbankan dengan memperoleh imbalan
seperti sharf dan ijarah.
Sharf adalah akad jual beli suatu valuta lainnya. Transaksi valuta asing pada bank syariah
(diluar jual bank notes) hanya dapat dilakukan untuk tujuan lindung nilai (hedging) dan tidak
dibenarkan untuk tujuan spekulatif.

1. Pengertian dan Dasar Hukum Syirkah

Pengertian Syirkah Secara bahasa syirkah berasal dari bahasa arab, yaitu:

Artinya: “Bersekutu, berserikat”. Secara bahasa syirkah berarti al-Ikhtilat


(percampuran) atau persekutuan dua hal atau lebih, sehingga antara masingmasing sulit
dibedakan. Seperti persekutuan hak milik atau perserikatan usaha. Yang dimaksud
percampuran disini adalah seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain
sehingga tidak mungkin untuk dibedakan.

Secara terminologis, menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syari‟ah, Syirkah


(Musyarokah) adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam satu permodalan,
keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah. Ulama Mazhab beragam pendapat dalam mendifinisikanya, antara lain:

a. Ulama‟ Hanafiah
Menurut ulama‟ Hanafiah, syirkah adalah ungkapan tentang adanya transaksi akad
antara dua orang yang bersekutu pada pokok harta dan keuntungan.
b. Ulama‟ Malikiyah
Menurut ulama‟ Malikiyah perkongsian adalah izin untuk mendaya gunakan (tasharuf)
harta yang dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh keduanya, yakni kerduanya
saling mengizinkan kepada salah satunya untuk mendayagunakan harta milik
keduanya, namun keduanya masing-masing mempunyai hak untuk bertasharuf.
c. Ulama‟ Syafi‟iyah
Menurut ulama‟ Syafiiyah, syirkah adalah ketetapan hak pada sesuatu yang dimiliki
seseorang atau lebih dengan cara yang masyhur (diketahui).
d. Ulama‟ Hanabilah
Menurut ulama‟ Hanabilah, Syirkah adalah Perhimpunan adalah hak (kewenangan)
atau pengolahan harta (tasharuf).
3. Dasar Hukum Syirkah
a. Al-Quran
Dasar perserikatan ini dapat dilihat dalam ketentuan Al-Qur‟an Surat Shad ayat 24.

Artinya: Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu dengan
meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya
kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim
kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa Kami
mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan
bertaubat. (QS Shad ayat 24)

b. Hadis
Kemitraan usaha telah dipraktekan di masa Rasulullah SAW. Para sahabat terlatih dan
mematuhinya dalam menjalankan metode ini. Rasulullah tidak melarang bahkan menyatakan
persetujuannya dan ikut menjalankan metode ini. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abi
Hurairah dari Nabi Muhamad Saw, bersabda:

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sulaiman Al Mishshishi, telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Az Zibriqan, dari Abu Hayyan At Taimi, dari
ayahnya dari Abu Hurairah dan ia merafa'kannya. Ia berkata; sesungguhnya Allah berfirman:
"Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersekutu, selama tidak ada salah seorang
diantara mereka yang berkhianat kepada sahabatnya. Apabila ia telah mengkhianatinya, maka
aku keluar dari keduanya." (HR. Abu Daud dan disahkan oleh Hakim)
 Hukumnya Mubah dan boleh dialkukan antara sesama muslim atau antara org islam &
kafir dzimmi.
 Rukun Syarikah:
1 Shighat/aqad
2 pihak yang berakad
3 Usaha.
Imam ad-Daruquthni meriwayatkan dari abu Hurairah bahwa Rasulallah bersabda “ yg
maksudnya Allah berfirman ‘Aku adalah pihak ke 3 (yg maha melindungi) bgi 2 org yg
melakukan syirkah, selama salah satu diantara mereka tidak berkhianat kpd perseronya,
apabila berkhianat mak”
Jenis-jenis Syarikah
a. Syarikah Al-inan
b. Syarikah Al-Wujuh
c. Syarikah Abdan
d. Syariakah Al-Mudharabah
e. Syarikah Mufawadhah
Syirkah Al-Inan : syarikah 2 org atau lebih yg masing2 mengikutkan modalnya ke dalam
syirkah dan sekaligus menjadi pengelolanya. Syarikah ini dibagun atas prinsip wakalah dan
kepercayaan.
Contohnya: A dan B pengrajin atau tukang kayu. A dan B sepakat menjalankan bisnis dengan
memproduksi dan menjualbelikan meubel.
Syarikah Abdan : syarikah antara 2 org(atau lebih) yang mengandalkan keahlian atau
tenaganya saja tanpa harta mereka untuk menerima pekerjaan. Keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan
Contohnya: A dan B. keduanya adalah nelayan, bersepakat melaut bersama untuk mencari ikan.
Mereka sepakat pula, jika memperoleh ikan dan dijual, hasilnya akan dibagi dengan ketentuan:
A mendapatkan sebesar 60% dan B sebesar 40%.
Syarikah Al-Wujuh ; syarikah antara 2 org (atau lebh) dengan modal dari pihak luar keduanya.
Contohnya: A dan B adalah tokoh yang dipercaya pedagang. Lalu A dan B ber-syirkah wujh,
dengan cara membeli barang dari seorang pedagang (misalnya C) secara kredit. A dan B
bersepakat, masing-masing memiliki 50% dari barang yang dibeli. Lalu keduanya menjual
barang tersebut dan keuntungannya dibagi dua, sedangkan harga pokoknya dikembalikan
kepada C (pedagang).

Syarikah Mudharabah : syarikah yg terjadi bila pemilik modal menyerahkan modalnya kepada
pengelola untuk diusahakan, sedangkan keuntungan berdasarkan kesepakatan bersama.
Contohnya: A sebagai pemodal (shhib al-ml/rabb al-ml) memberikan modalnya sebesar Rp
10 juta kepada B yang bertindak sebagai pengelola modal ('mil/mudhrib) dalam usaha
perdagangan umum.

Lalu keuntungan dari jualan tersebut dibagi sesuai kesepakatan misalnya A mendapat 60% dan
B mendapat 40%. Syarikah mufawadhah : syarikah penggabungan antara Al-Inan, Al-wujuh,
Abdan dan mudharabah.

Contohnya: A adalah pemodal, berkonstribusi modal kepada B dan C, dua insinyur teknik sipil,
yang sebelumnya sepakat, bahwa masing-masing berkonstribusi kerja. Kemudian B dan C juga
sepakat untuk berkonstribusi modal, untuk membeli barang secara kredit atas dasar
kepercayaan pedagang kepada B dan C.

Dalam hal ini, pada awalnya yang ada adalah syirkah 'abdan, yaitu ketika B dan C sepakat
masing-masing ber-syirkah dengan memberikan konstribusi kerja saja. Lalu, ketika A
memberikan modal kepada B dan C, berarti di antara mereka bertiga terwujud syirkah
mudhrabah. Di sini A sebagai pemodal, sedangkan B dan C sebagai pengelola. Ketika B dan
C sepakat bahwa masing-masing memberikan konstribusi modal, di samping konstribusi kerja,
berarti terwujud syirkah inn di antara B dan C. Ketika B dan C membeli barang secara kredit
atas dasar kepercayaan pedagang kepada keduanya, berarti terwujud syirkah wujh antara B dan
C. Dengan demikian, bentuk syirkah seperti ini telah menggabungkan semua jenis
syirkah yang ada, yang disebut syirkah mufwadhah.

Hal-Hal Yang Membatalkan Syirkah:

1. Salah satu pihak membatalkanya meskipun tanpa persetujuan pihak yang lainya sebab
syirkah adalah akad yang terjadi atsdasar rela sama rela dari kedua belah pihak yang
tidak ada kemestian untuk dilaksanakan apabila salah satu pihak tidak menginginkanya
lagi. Hal ini menunjukan pencabutan kerelaan syirkah oleh salah satu pihak

2. Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk ber Tasharruf (Keahlian mengelola harta)
, baik karna gila ataupun alasan lainya.
3. Salah satu pihak meninggal dunia, tetapi apabila anggota syirkah lebih dari dua orang,
yang batal hanya yang meninggal saja. Syirkah berjalan terus kepada anggota-anggota
yang masih hidup. Apabila ahli waris anggota yang meninggal menghendaki turutserta
dalam syirkah tersebut, maka dilakukan perjanjian baru sebagai ahli waris yang
bersangkutan.
4. Salah satu pihak ditaruh dibawah pengampuan, baik karna boros yang terjadi pada
waktu perjanjian syirkah tengah berjalan maupun sebab yang lainya.
5. Salah satu pihak jatuh bangkrut yang berakibat tidak berkuasa lagi atas harta yang
menjadi saham syirkah. Pendapat ini dikemukakan oleh mazhab Maliki, Syafi‟i, dan
Hambali. Hanafi berpendapat bahwa keadaan bangkrut itu tidak membatalkan
perjanjian yang dilakukan oleh yang bersangkutan.
6. Modal para anggota syirkah lenyap sebelum dibelanjakan atas nama syirkah. Bila
modal tersebut lenyap sebelum terjadi percampuran harta sehingga tidak dapat
dipisahkan lagi, yang menanggung resiko adalah para pemiliknya sendiri. Apabila harta
lenyap

3. Riba dan Hubungannya dengan Bunga


Riba dalam bahasa arab berarti bertambah, tumbuh atau berkembang. Secara
terminologi bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli
maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam
islam (Antonio, 2001). Sedangkan Pendapat syaikh Asy-Syubaili (2011) bahwa riba ialah
me bertambah atau keterlam batan dalam menjual harta tertentu. Sesuatu menjadi riba jika
bertambah sesuai pendapat Erwandi Tarmizi (2012).
Konsep ini sesuai dengan Hadis Nabi Shallallahu alaihi Wasa/am:

Artinya: Dari Ubadah al-Shomit bahwa Rasulullah Sha/lal/aahu


'Alaihi Wasa/lam bersabda: "(Diperbo/ehkan rnenjuaO emas dengan emas, perak
dengan perak, gandum dengan gandum, Syair dengan syair, kurrna dengan kurma,
garam dengan garam, sama sebanding, sejenis, dan ada serah terima." (Riwayat
Muslim)
Hadis lain dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda:
Artinya: Diperbolehkan menjual emas dengan emas yang sama timbangannya dan sama
sebanding, dan perak dengan perak yang sama timbangannya dan sama
sebanding.Barangsiapa menambah atau meminta tambahan maka itu riba. (Riwayat
Muslim) Hukum riba adalah haram secara mutlak dalam syariat islam berdasarkan Al-

Qur'an, Hadis dan Ijmak. Dalil-dalil pengharaman riba dalam Al-Qur'an di antaranya:
Artinya: dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.(Q.S Al-
Baqarah:275)
Selanjutnya dalam surah Al-Baqarah:278-279

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
Riba(yang belum dipungut) jika kamu orang- orang yang beriman. Maka jika kamu
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-
Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), Maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (QS. Al-
Baqarah: 278-279)
Sedangkan hadis Nabi yang menyatakan haramnya hukum riba adalah hadis dari Jabir
Radliyallaahu 'anhu sebagai berikut:
Artinya: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Waallam melaknat pemakan riba pemberi
makan riba, penulisnya, dan dua orang saksinya. Beliau bersabda: "Mereka itu sama. "
(Riwayat Muslim)
Berdasarkan dalil di atas maka sudah cukup menjustifikasi keharaman riba. Selanjutnya
Asy-SyubaiIi (2011) mengelompokkan riba menjadi dua yaitu Riba dayn dan riba Bai'.
Riba dayn merupakan riba yang terdapat dalam akad hutang seperti pinjam- meminjam
uang dan jual beli tidak tunai. Bentuknya terdiri dari penambahan hutang saat jatuh
tempo dan riba yang disyaratkan pada akad pinjam meminjam. Sedangkan Riba Bai'
merupakan riba yang objeknya adalah jual beli. Bentuknya adalah riba fadhl (menukar
harta riba yang sejenis dengan ukuran atau jumlah yang berbeda) dan riba nasi'ah
(menukar harta riba dengan harta riba yang 'illatnya (alasanya) sama dengan cara tidak
tunai). Berdasarkan kedua pendapat di atas pada prinsipnya sama. Sehingga sudah dapat
mendasari bahwa bunga bank sebagai salah satu bentuk riba qardh atau jahiliah yang
diharamkan. Menurut Erwandi Tarmizi (2012) berpendapat bahwa bunga yang ditarik
bank dari pihak yang diberikan pinjaman modal atau yang diberikan bank kepada
nasabah pemilik rekening tabungan hukumnya haram dan termasuk riba. Bila hakikat
menabung di bank adalah akad pinjaman (qardh) maka pinjaman tidak boleh
dikembalikan berlebih, bila dikembalikan berlebih dalam bentuk bunga maka bunga ini
dinamakan riba. Dengan demikian bunga uang atau bunga bank merupakan unsur riba
yang diharamkan.

A. Dasar & Tahap Pelarangan Riba


Dalam Al-Qur'an ada 4 (empat) tahap pengharaman riba sebagaimana yang telah
dijelaskan Dr. Wahbat Az-Zuhaili dalam tafsir Al Munir sebagai berikut:
1. Tahap pertama; surat Ar-Rum (39):

Artinya: "Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah
pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada Sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah,
Maka (yang berbuat demikian) ltulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya). " (Ar-Rum: 39)
Ayat ini turun di Mekkah, Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan gambaran
bahwa riba tidak akan menambah kebaikan disisi-Nya. Ibnu Katsir memberikan
penjelasan ayat ini bahwabarang siapa yang memberikan sesuatu guna
mengharapkan balasan manusia yang lebih banyak kepadanya dari apa yang
diberikan, maka perilaku ini tidak akan mendapatkan pahala disisi Allah.
Maksudnya bahwa sesuatu yang diberikan kepada manusia dengan mengharap
imbalan berupa riba, maka tidak mendapatkan pahala dari Allah, sedangkan zakat,
sedekah merupakan jalan yang diridai Allah dan melipatgandakan pahalanya.
2. Tahap kedua; dalam surat An-Nisa (160-161)

Artinya: "Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas


(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) Dihalalkan bagi mereka, dan
karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah (160). Dan disebabkan
mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan
karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.(161)"
(An-Nisa: 160-161)
3. Tahap ketiga; dalam surat Al-Imran (130)

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan" (Al-Imran: 130).
4. Tahap keempat; dalam surat Al-Baqarah(278-279)

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang- orang yang beriman. Maka jika kamu
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-
Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), Maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya" (Al-
Baqarah: 278-279) Pada tahap ini Allah telah mengharamkan seluruh jenis riba dan
segala bentuknya. Maksudnya diharamkan semua jenis riba dan macam-macamnya
serta bukan hanya pada riba nasi'ah atau riba jahiliah saja seperti yang digambarkan
pada Al Imran (130) di atas.

5. Jenis dan Bentuk-Bentuk Transaksi Riba


Untuk lebih mengetahui praktik dan bentuk riba pada bank konvensional perlu
diuraikan bentuk dan jenis riba. Menurut Antonio (2001: 41) mengelompokkan jenis
riba dalam dua kelompok utama yaitu riba utang piutang (riba qardh dan riba jahiliyyah)
dan riba jual beli (riba nasi'ah dan riba fadhO sebagai berikut:
 Riba nasi'ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis riba yang
dipertukarkan dengan barang ribawi lainnya.
 Riba fadhl adalah pertukaran antara barang sejenis dengan kadar atau takaran yang
berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan adalah barang ribawi.
 Riba jahiliyyah adalah utang dibayar lebih dari pokoknya karena peminjam tidak
mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan. Riba qardh adalah suatu
manfaat atau kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang.
Beberapa pendapat di atas, maka perlu diuraikan lebih rinci tentang bentuk dan jenis-
jenis riba sebagai berikut:

I. Riba Dayn (Riba Utang Piutang) Riba dayn merupakan riba (tambahan) yang terjadi
pada akad utang piutang atau pinjam meminjam dan riba (berupa denda) pada akad
utang piutang atau jual beli tidak tunai (kredit) saat melewati jatuh tempo pembayaran.
Berdasarkan pengertian tersebut ada dua hal yang perlu digaris bawahi yaitu:
1. Riba Qardh
Riba (tambahan) yang dipersyaratkan pada akad pinjaman. Riba (tambahan) pada
akad pinjam-meminjam sering terjadi di berbagai belahan dunia, dari masyarakat yang
awam sampai masyarakat yang maha terpelajar pun seakan telah menjadi tradisi
masyarakat muslim. Riba yang terjadi pada bentuk akad pinjam-meminjam ini
umumnya dinamakan dengan istilah 'bunga'. Atau bunga pinjaman sebagai konsekuensi
atas manfaat uang seiring perjalanan waktu atau konsekuensi terputusnya kemungkinan
mengembangkan harta (uang) tersebut jika digunakan selain pinjaman itu misalnya
investasi. Sehingga pihak peminjam perlu mendapatkan manfaat atau keuntungan dari
pinjaman (piutang) tersebut. Contoh dari riba dalam akad pinjam-meminjam ini:
Pak Abdullah Meminjamkan uang kepada Pak Ulla Rp I .000.000, dalam jangka waktu
6 bulan. Pak Abdullah mempersyaratkan tambahan (bunga) sebesar 30% (Rp300.000,
ketika dikembalikan. Berarti pada saat dikembalikan uang Pak Abdullah sebesar Rp
1.300.OOO.
Berdasarkan contoh tersebut dapat dikatakan bahwa manfaat uang Pak Abdullah
sebesar Rp300.OOO,OO dalam 6 (enam) bulan. Maka inilah yang dinamakan riba
dalam utangpiutang.
Yang perlu dipahami dalam riba dayn adalah bahwa semua bentuk barang selain uang
ketika akadnya utang piutang atau pinjam meminjam dan terdapat persyaratan
tambahan atau imbalan maka tetap dikategorikan riba dayn (qardh). Hal ini sesuai
dengan kaidah umum dari para Ulama di antaranya Ibnu Qudamah, Ibnu Taimiyyah
dan ucapan sahabat Fudhalah bin 'Ubaid bahwa "setiap piutang yang melahirkan
keuntungan atau manfaat dari piutang adalah riba".
2. Riba Jahiliyyah
Riba sebagai denda pada akad utang piutang transaksi jual beli tidak tunai.
Riba dalam akad utang piutang dapat pula terbentuk dari pinjaman berbunga dengan
menetapkan beban bunga tambahan (denda) jika melewati jatuh tempo pembayaran
atau disebut pula sebagai tambahan utang (pembayaran) saat melewati batas jatuh
tempo. Riba jahiliyyah disebut sebagai riba yang dipraktikkan pada masa jahiliyyah di
mana jika utang sudah jatuh tempo, maka hanya ada dua kemungkinan dibayar atau
dibungakan. Jika tidak mampu dibayar maka pemberi pinjaman menetapkan tambahan
utang untuk jangka waktu tertentu. Misalnya:
Si A memiliki utang kepada si B sebesar RPI juta, dengan tempo I tahun, saat jatuh
tempo si B menagih: bayarlah mampu membayarnya sehingga berkata: beri aku tempo
dan utangku bertambah Rp I , 2 Juta, dan seterusnya.
Sistem ini disandarkan kepada dalil Al-Qur'an Surat AI- Imran: 130 sebagai berikut:
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan" (Al-Imran: 130). Pada praktik perbankan konvensional terdapat jenis
riba ini seperti contoh berikut:
Si A Meminjamkan uang kepada si B sebesar RPI .000.000, dalam jangka waktu 10
bulan. Si A mempersyaratkan tambahan (bunga) sebesar 20% (Rp 200.000, ketika jatuh
tempo (10 bulan) belum bisa dikembalikan maka Si A menetapkan denda berupa bunga
5% atau bentuk semisalnya dari total pinjaman, atau si B meminta kepada Si A dengan
mengatakan "beri aku tenggang waktu nanti saya tambah Rp50.000, atau saya tambah
5%". Meskipun pada perbankan syariah juga terdapat denda yaitu kepada nasabah
mampu yang menunda-nunda pembayaran kewajibannya. Akan tetapi denda ini pun
hanya dimasukan sebagai dana kebajikan dan tidak diakui sebagai pendapatan Bank
Syariah.

Bentuk riba seperti contoh tersebut banyak terjadi pada masyarakat muslim saat ini baik
dilembaga perbankan, perusahaan pembiayaan dan antarindividu. Riba inilah yang
dikenal pada umumnya dengan istilah bunga-berbunga yang hukumnya tidak diketahui
dan tidak diperhatikan kebanyakan muslim (tersubhat), seperti sabda Nabi:

Artinya: Di antara keduanya (halal dan haram) ada perkara samar-samar yang tidak
diketahui oleh kebanyakan manusia. (HR. Bukhari & Muslim) Demikian pula pada
transaksi jual beli tidak tunai (kredit) ketika jatuh tempo belum mampu membayar
cicilan, dikenakan denda kredit dalam bentuk bunga (%) maka ini termasuk Riba jenis
ini sebab jual beli kredit adalah jual beli terutang.
Oleh karena itu, sangatlah bertentangan tujuannya dan dapat dikatakan zalim jika
seseorang menolong saudaranya yang membutuhkan lantas mengambil manfaat/untung
kepadanya. Padahal dalam Al-Quran memberikan petunjuk yang jelas dan membuka
pintu kebaikan bagi orang memberi kelonggaran sebagaimana Allah berfirman:
"Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia
berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau seluruhnya) itu lebih baik bagimu,
jika kamu mengetahui" (Al-Baqarah: 280)

Kemudian Rasulullah bersabda:

"Dan Allah akan senantiasa menolong seorang hamba, selama ia menolong saudaranya
(HR. Muslim). (143.11

Artinya: Dari Abu Umamah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi
Waallam bersabda: "Barangsiapa memberi syafaat (menjadi perantara untuk suatu
kebaikan) kepada saudaranya, Ialu ia diberi hadiah dan diterimanya, maka ia telah
mendatangi sebuah pintu besar dari pintu-pintu riba. " (Riwayat Ahmad dan Abu
Dawud).
a. Riba Bai' (Riba Jual Beli)
Riba Bai' sebagaimana dijelaskan pada definisi di atas adalah riba yang objeknya adalah
akad jual beli. Para Fuqaha mengelompokkan Riba bai' terdiri dari Riba Fadhl dan riba
Nasi'ah.
1) Riba Fadhl
Riba fadhl telah didefinisikan sebelumnya adalah riba yang terjadi pada pertukaran
antara barang sejenis (produW komoditi ribawi) dengan kadar atau takaran yang
berbeda. Definisi lain yang disebutkan dalam Marwini (2017) adalah riba yang timbul
dalam akad jual beli atau pertukaran barang yang sama jenisnya yang tidak memenuhi
kualitas dan kuantitas yang sama. Riba jenis ini dikategorikan oleh Ibnu Qayyim
sebagai riba Khafi (samar), karena riba ini merupakan pintu masuk pada riba nasi'ah.
Konsep riba fadhl didasarkan pada hadis Nabi dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda:
"Diperbolehkan menjuaO emas dengan emas yang sama timbangannya dan sama
sebanding, dan perak dengan perak yang sama timbangannya dan sama sebanding.
Barangsiapa menambah atau meminta tambahan maka itu riba". (Riwayat Muslim)
Hadis 'Utsman bin Affan Nabi juga bersabda: "Jangan kalian menjual satu dinar dengan
dua dinar, jangan pula satu dirham dengan dua dirham". (Riwayat Muslim).
Para ulama menyepakati bahwa komoditi yang disebutkan pada hadis di atas adalah
komoditi riba jual beli/pemiagaan (riba fadhO. Sehingga tidak diperbolehkan
diperjualbelikan/ dipertukarkan (barter) melainkan sesuai syarat yang disebutkan dalam
hadis di atas yaitu:
a. Jika produknya sama misalnya kurma dengan kurma maka akad pertukarannya adalah
harus takarannya sama dan transaksinya dilakukan secara tunai yaitu penyerahan
barang dibarterkan harus dilakukan pada saat akad, tidak diperbolehkan salah satunya
diserahkan dikemudian.
b. Jika komoditinya berbeda jenis misalnya kurma dan garam boleh salah satunya
berlebih, boleh dilakukan barter (jual beli) hanya memiliki satu persyaratan yaitu harus
tunai (serah terima) saat akad, tidak boleh terjadi penundaan.

1. Riba Nasi'ah
Riba nasi'ah adalah riba yang terjadi akibat pembayaran tertunda pada akad tukar-
menukar barang komoditi ribawi baik satu jenis maupun berlainan jenis dengan
menunda penyerahan salah satu barang yang dipertukarkan atau kedua duanya. Riba
nasi'ah terjadi bukan hanya pada jual beli akan tetapi juga pada utang piutang. Sehingga
riba nasi'ah disebut juga atau disamakan dengan riba jahiliyyah. Riba nasi'ah pada akad
utang piutang dapat dilihat pada contoh riba jahiliyyah yang disebutkan di atas.
Sedangkan contoh riba nasi'ah pada jual beli adalah misalnya: menukarkan garam 10
liter dengan I kg kurma, akan tetapi pada saat akad berlangsung, garamnya baru 5
berikutnya sedangkan kurmanya sudah diserahkan, maka transaksi ini merupakan riba
nasi'ah.

Contoh praktik jual beli emas secara tidak tunai pada perbankan (Murabahah emas)
hukumnya boleh, selama emas tidak menjadi alat tukar yang resmi (uang).

2. Implikasi & Hikmah Pelarangan Riba


Dalam kegiatan perekonomian konvensional yang menggunakan sistem ribawi telah
menimbulkan masalah dan risiko ekonomi seperti terhambatnya aliran investasi ke sektor
riil dikarenakan tersedotnya aliran uang ke sektor moneter dengan motif mencari
keuntungan tanpa risiko, spekulasi, serta penerapan bunga bank dengan metode time value
of money (nilai waktu uang) yang pada akhirnya menimbulkan inflasi dan menghambat
pertumbuhan ekonomi.
Konsep time value of money (nilai waktu uang) dengan 2 (dua) indikatomya yakni present
value dan future Value menganggap bahwa uang merupakan komoditi dan bunga
merupakan keuntungan dengan kata Iain "Clang sebagai komoditas sedangkan bunga
adalah harganya" inilah corak ekonomi konvensional yang dipraktikkan pada bank
konvensional maupun lembaga keuangan non bank konvensional yang secara empiris telah
melahirkan dikotomi sektor riil dan sektor moneter, menghilangkan fungsi uang sebagai
alat tukar/pengukur nilai serta menghambat aliran investasi.
3. Konsep Operasional Perbankan Syariah
1. Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan
deposito. Prinsip operasional syi'ariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah prinsip Wadi'ah dan Mudharabah.
2. Prinsip wadi'ah
Prinsip wadi'ah yang diterapkan adalah wadi'ah yad dhamanah yang diterapkan
pada produk rekening giro. Wadiah dhamananh berbeda dengan wadia'ah amanah.
Dalam wadia'ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan
oleh yang dititipi. Sementara itu, dalam hal wadi'ah yad dhamanah, pihak yang
dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh
memanfaatkan harta titipan tersebut.Ketentuan umum dari produk ini adalah :

 Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung
bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung
kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai
suatu insentif untuk menarik dana masyarakat tapi tiak boleh diperjanjikan di muka.
 Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin
penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat
memberikan buku cek, bilyet giro, dan debit card.
 Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat menggunakan penggantibiaya
administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar-benar terjadi.
 Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap
berlaku selama tidak bertenatangan dengan prinsip syariah.
3. Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpanan atau deposan bertindak
sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut
digunakan bank untuk melakukan murabahah atau ijarah seperti yang telah dijelaskan
terdahulu. Dapat pula dana tersebut digunakan bankuntukmelakukan mudharabah kedua.
Hasil usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam hal
bankmenggunakannyauntukmelakukan mudharabah kedua, maka bank bertanggung jawab
penuh atas kerugian yang terjadi.Rukun mudharabah terpenuhi semua (ada mudharib-ada
pemilik dana, ada usaha yang dibagihasilkan, ada nisbah, dan ada ijab Kabul).
Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada produk tabungan berjangka dari deposito berjangka
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan
dana,prinsip mudharabah terbagi dua yaitu:

1. Mudharabah mutlaqah
2. Mudharabah Muqayyadah
3. Mudharabah Mutlaqah

Dalam mudharabah mutlaqah, tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan
dana yang dihimpun. Nasabah tidak memberikan persyaratan apapun kepada bank, ke
bisnis apadana yang disimpannya itu hendak disalurkan, atau menetapkan penggunaan
akad-akad tertentu, ataupun mensyaratkan dananya diperuntukkan bagi nasabah tertentu.
Jadi bank memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana URIA ini ke bisnis
manapun yang diperkirakan menguntungnkan.

Dari penerapan mudharabah mutlaqah ini dikembangkan produk tabungan dan deposito,
sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana, yaitu tabungan mudharabah dana
deposito mudharabah.

Ketentuan umum dalam produk ini adalah:

 Bank wajib memeberitahukan kepada pemilik mengenai nisbah dan tata cara
pemberitahuan keuntungan dan/atau pembagian keuntungan secara risiko yang dapat
ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal
tersebut harus dicantumkan dalam akad.
 Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti
penyimpanan, serta kartu ATM dan atau penarikan lainnya kepada penabung. Untuk
deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan
(bilyet) deposito kepada deposan.
 Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuia dengan
perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo negative.
 Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah
disepakati. Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sma
seperti deposito baru, tetapi bila pada akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis
maka tidak perlu dibuat akad baru.
 Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan tabugan dan deposito tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Mudharabah Muqayyadah

 Mudharabah Muqayyadah on Balance SheetJenis mudharabah ini


merupakan simpanan khusus (Restricted Investment) dimana pemilik dana
dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh pihak
bank. Misalnya disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu, atau
disyaratkan digunakan dengan akad tertentu, atau disyaratkan digunakan
untuk nasabah tertentu. Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai
berikut:

 Pemilik dana wajib menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus diikuti


oleh bank dan wajib membuat akad yang mengatur persyaratan penyaluran
dana simpanan khusus.
 Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata
cara pemberitahuan keuntungan dan/atau pembagian keuntungan secara
risiko yan dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai
kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad.
 Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus.
Bank wajib memisahkan dana ini dari rekening lainnya.
 Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertitifikat atau tanda
penyimpanan (bilyet) dposito kepada deposan.
 udharabah Muqayyadah of Balance sheet

 Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak. Sedangkan


antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil.

c. Penyaluran dana
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan
syariah terbagi ked lam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan
penggunaannya, yaitu: 1) Pembiayaan dengan prinsip jual-beli, 2) Pembiayaan dengan
prinsip sewa, 3) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, 4)Pembiayaan dengan akad
pelengkap
1. Prinsip jual Beli (Ba'i)

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan


barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan
menjadi bagian harga atas barang yang dijual Transaksi jual-beli dapat dibedakan
berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya, yakni sebagai
berikut:
a. Pembiayaan murabahah
b. Pembiayaan Salam
Ketentuan umum Pembiayaan Salam adalah sebagai berikut:

 Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas seperti jenis,
macam, ukuran, mutu dan jumlahnya. Misalnya jual beli 100kg mangga harum manis
kualitas "A" dengan harga Rp. 5000/kg, akan diserahkan pada panen dua bulan
mendatang.
 Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai akad maka nasabah
(produsen) harus bertanggung jawab dengan cara antara lain mengambilkan dana yang
telah diterimanya atau mengganti barang yang sesuai dengan pesanan.
 Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya sebagai
persediaan (inventory), maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad salam
kepada pihak ketiga (pembeli kedua), seperti BULOG, pedagang pasar induk atau
rekanan. Mekanisme seperti ini disebut sebagai paralel salam
 Produk istishna' menyerupai produk salam, tapi dalam istishna' pembayarannya dapat
dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istishna' dalam
Bank Syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

4. Prinsip Sewa (jarah)

Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip
ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek
transaksinnya. Bila pada jual-beli objek transaksinya adalah barang pada ijarah objek
transaksinya adalah jasa.

5. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)


Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai
berikut:
 Pembiayaan musyarakah
 Pembiayaan Mudharabah
5. Produk Jasa Perbankan Lainnya
1 Wakalah. Wakalah atau perwakilan, berarti penyerahan, pendelegasian atau
pemberian mandat. Yakni bank diberikan mandat oleh nasabah untuk melaksanakan
suatu perkara sesuai dengan amanah/permintaan nasabah.
2 Kafalah . Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam
pengertian lain kafalah berarti mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin
dengan berpegang pada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin (QS. Yusuf
12:72).
3 Sharf . Layanan jasa perbankan jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf.
Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini penyerahannya harus dilakukan pada
waktu yang sama berdasarkna kurs jual atau kurs beli yang berlaku pada saat itu
juga (transaksi spot).
4 Qardh.
Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta
kembali. Menurut teknis perbankan, qardh adalah pemberian pinjaman dari bank
kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana
talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat
konsumtif.
5 Rahn.
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan
pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Secara
sederhana rahn adalah jaminan hutang atau gadai. Biasanya akad yang digunakan
adalah akad qardh wal ijarah, yaitu akad pemberian pinjaman dari bank untuk
nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan
yang diserahkan.
6 Hiwalah.
Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang. Dalam praktik perbankan
syariah fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal
tunai agar dapat melanjutkan produksinya.
7 Ijarah.
Akad ijarah selain menjadi landasan syariah untuk produk pembiayaan, yaitu sewa
cicil, juga menjadi prinsip dasar pada jasa perbankan lainnya, antara lain layanan
penyewaan kotak simpanan atau SDB (safe deposit box). Bank mendapat imbalan
sewa atas jasa tersebut.
8 Al-Wadiah.
Akad al-wadiah selain menjadi landasan syariah produk tabungan, termasuk giro,
juga menjadi prinsip dasar layanan jasa tata laksana administrasi dokumen
(custodian)

Anda mungkin juga menyukai