Oleh: Kelompok 4
Nama Anggota
Kelompok
Ananda Ditasari
Erma RahmawatiNavy Fitri S.
04 12 26
Dengan demikian, yang harus dilakukan hanyalah mengidentifikasi hal-hal yang dilarang oleh Islam. Selain itu, semuanya diperbolehkan dan kita dapat
melakukan inovasi dan kreativitas sebanyak mungkin. Didalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai dengan
syari’ah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak masa Rasulullah. Praktek-praktek seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan
konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama
perbankan modern, yaitu menerima deposit, menyalurkan dana dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan umat
Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah. Praktek-praktek perbankan ini dijalankan oleh Rasulullah sendiri dan para sahabat ketika itu. Rasulullah SAW sebelum
hijrah ke Madinah dipercaya masyarakat Makkah menerima simpanan harta, kemudian Rasulullah SAW meminta Sayyidina Ali untuk mengembalikan titipan
tersebut sebelum hijrah. Sahabat Zubair bin al-Awwam melakukan praktek pinjam-meminjam, karena beliau tidak suka untuk menerima titipan. Sahabat lain,
Abdullah bin Zubair juga melakukan pengiriman uang untuk adiknya Misab bin Zubair yang tinggal di Irak. Bahkan Khalifah Umar bin Khattab melakukan
penggunaan cek untuk membayar tunjangan kepada yang berhak. Dengan cek tersebut mereka mengambil gandum di Baitul Mal untuk diimpor ke
Mesir(Adiwarman Karim,2004:18-19).
Disamping itu, pemberian modal untuk modal kerja berbasis bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah telah dikenal sejak awal antara kaum muhajirin dan
kaum anshor. Bahkan beberapa istilah dalam perbankan modern berasal dari khazanah ilmu fiqh, seperti kredit yang diambil dari kata qard yang berarti
meminjamkan uang atas dasar kepercayaan. Begitu pula istilah cek yang diambil dari kata saq (suquq), dalam bahasa arab berarti pasar, sedangkan cek adalah
alat pembayaran yang digunakan di pasar.
PENGERTIAN PERBANKAN
Mudharabah
Aplikasi mudharabah dapat berupa tabungan dan deposito, sehingga dengan akad mudharabah ini ada dua jenis menghimpun
dana yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.
Tabungan Mudharabah
Adalah tabungan pemilik dana yang penyetoran dan penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
sebelumnya. Pada simpanan ini tidak diberikan bunga sebagai pembentuk laba bagi bank Syari’ah tetapi diberikan bagi hasil.
Tabungan Mudharabah ini mempunyai berbagai bentuk: Tabungan Idul Fitri, Tabungan idul Qurban, Tabungan Haji, Tabungan
Pendidikan, Tabungan Kesehatan, dll.
Deposito Mudharabah
Adalah simpanan pemilik dana yang hanya dapat diambil dalam waktu tertentu. Produk ini mencakup: Deposito Mudharabah
1,3,6,9,12,24 bulan.
Penyaluran Dana (Financing)
Prinsip Jual Beli
a) Murabahah
Secara bahasa, Murabahah atau ة6بح6لمرا66 اberasal dari kata ح6لرب66 اyang terdapat pula لزیادة66 اberkembang) dan( لنماء66 ااyang berarti " ما666ف
6م6جارتھ666تت6 "ربحdalam firman Allah (bertambah), dikatakan ربحا6ھ6عطیت6و أ6 أ6ھ6بحت6 مرا6لعتھ66ىس6 عل6ھ6بحت6 را, maksud kalimat ini adalah memberi
keuntungan (laba) kepadanya atas barang dagangan. Secara istilah (fikih), murabahah adalah jual beli barang yang menjadi miliknya
yang jual belinya dengan dilebihkan. Jual beli yang dimaksud adalah jual beli barang dagangan dengan tambahan harga (keuntungan)
yang diketahui pembeli. Sehingga definisi Murabahah menjadi akad jual beli suatu barang dimana penjual menyebutkan harga jual
yang terdiri atas harga pokok barang dan tingkat keuntungan tertentu atas barang, dimana harga jual tersebut disetujui oleh pembeli.
Al-Qur’an: :
QS. Al-Baqarah ayat 275 Artinya: “...Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...”.
QS. An-Nisa`: 29 Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu...”.
Al-Hadits : Dari Sohaib, bahwa Rasulullah SAW bersabda “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh,
Muqaradah (Mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majah)
Penyaluran Dana (Financing)
Prinsip Jual Beli
b) Salam
Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fih) dengan pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam ilaih) dan
pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu ( Dwi Suwiknyo,2010:45). Dalam
mu’jam al-Wasith disebutkan: as-Salaf diartikan dengan bai’ as-salam yang artinya jual beli salam. Pengertian salaf atau istalafa:
iqtaradha yang artinya berhutang (Ibrahim Anis,1992:44). Sedangkan dalam istilah, salam adalah suatu akad atas barang yang disebutkan
sifatnya dalam perjanjian dengan penyerahan tempo dengan harga yang diserahkan dimajelis akad (Ahmad Wardi,2010:242)
Al-Qur’an
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar...”.
QS. Al-Maidah: 1
Al-Hadits
Ibnu Abbas r.a. berkata: “Nabi SAW telah datang ke Madinah dan mereka (penduduk Madinah) memesan buah-buahan selama satu tahun
dan dua tahun, maka Nabi bersabda: barangsiapa yang memesan buah kurma maka hendaklah ia memesannya dalam takaran tertentu,
dan timbangan tertentu serta waktu tertentu” (HR. Muttafaq Ilaih)
Penyaluran Dana (Financing)
Prinsip Jual Beli
c) Istishna’
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni’) dan pembuat (penjual/shani’).
Landasan syari’ah
Al-Hadits
Amr bin Auf berkata: “perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram, dan kaum
muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal dan mengalalkan yang haram”. (HR. Tirmidzi)
Penyaluran Dana (Financing)
Prinsip Bagi Hasil
a) Musyarakah
Secara bahasa berarti al-ikhtilath (percampuran) atau persekutuan dua orang atau lebih. Secara istilah, syirkah adalah perjanjian
dua orang atau lebih yang berserikat mengenai pokok harta dan keuangannya (Sayyid Sabiq,1985:354)
Landasan Syari’ah
Al-Qur’an
QS. An-Nisa’: 12
Artinya: “...jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka
bersekutu dalam yang sepertiga itu...”
QS. Shaad: 24
Artinya: “... dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian
yang lain, kecuali orang- orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh...”
Al-Hadits
Dalam Hadits Qudsi diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW
telah bersabda:
“Allah SWT telah berkata: saya menyertai dua pihak yang sedang berkongsi selama salah satu dari keduanya tidak mengkhianati
yang lain, seandainya berkhianat maka saya keluar dari penyertaan tersebut” (HR. Abu Daud)
“ Rahmat Allah SWT tercurahkan atas dua pihak yang sedang berkongsi selama mereka tidak melakukan pengkhianatan, manakala
berkhianat, maka bisnisnya akan tercela dan keberkatan pun akan sirna dari padanya” (HR. Abu Daud)
Penyaluran Dana (Financing)
Prinsip Bagi Hasil
b) Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata adh-dharbu fi al-ardh. Kata adh-dharbu mempunyai arti memukul atau bepergian, ini berarti bepergian atau
memukulkan kakinya untuk berdagang atau menjalankan usaha. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata al- qardhu yang berarti potongan,
karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungan (Al-Fiqh al-Islam ‘ala Madzahib
al-Arba’ah).. Berdasarkan teknisnya, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara pemilik dana (shahibul mal) dan pengelola dana
(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila
terjadi kerugian ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence, atau violation oleh pengelola dana (Sri
Nurhayati&Wasilah,2008:112). Menurut ijma’ ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Hal ini diambil dari kisah Nabi Muhammad SAW
yang pernah melakukan praktek mudharabah dengan Siti Khadijah. Siti Khadijah bertindak sebagai pemilik dana dan Nabi Muhammad SAW
sebagai pengelola dana. Lalu Nabi Muhammad SAW membawa barang dagangannya ke negeri Syam. Dari kisah ini jelas bahwa praktek
mudharabah sejatinya sudah ada ketika Nabi Muhammad SAW belum diangkat sebagai Rasul. Bahkan sebelum Islam datang pun praktek
mudharabah ini sudah di lakukan para sahabat karena praktek ekonomi ini sangat bermanfaat. Ini diperkuat dalam ajaran Islam sebagaimana
termaktub dalam al-Qur’an dan Hadits.
Al-Qur’an: QS. Al-Muzammil: 20 Artinya: “... dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT...” dan
QS. Al-Jum’ah : 10 Artinya: “ Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah Swt...”
Al-Hadits: Dari Shalih bin Suaib R.A. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara
tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur adukkan dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majah)
“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak mengurngi
lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (pengelola dana) harus menanggung
Produk Jasa (Service)
Ijarah
Menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnahnya, al-Ijarah berasal dari kata al-Ajru yang berarti al-‘Iwadhu (ganti/kompensasi). Ijarah dapat
didefinisikan sebagai akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa
(ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Jadi, ijarah dimaksudkan untuk mengambil manfaat atas barang
atau jasa (mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian (membayar sewa atau upah sejumlah tertentu).
Landasan syari’ah
Al-Qur’an
QS. Az-Zukhruf: 3
Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
QS. Al-Baqarah: 233
Artinya: “...dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran
menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”.
QS. Al-Qashash: 26
Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya
orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".
Al-Hadits
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang
bekam itu”. (HR. Bukhari Muslim)
Perbedaan
NO PERBEDAAN BANK KONVENSIONAL BANK SYARI’AH
1. Tujuan Pendirian Memiliki orientasi keuntungan dengan Tidak hanya berorientasi pada profit saja,
bebas nilai atau menganut prinsip namun penyebaran dan penerapan nilai
yang dimiliki oleh masyarakat umum syariah. Aktivitas keuangan perbankan
dilakukan tidak hanya melihat efek dunia
saja, tetapi juga memperhatikan aspek
akhirat juga
2. Prinsip Pelaksanaan Menggunakan prinsip konvensional Berdasarkan hukum Islam mengacu dari
dengan acuan peraturan nasional dan Al-quran dan Hadist serta diatur oleh
internasional berdasarkan hukum fatwa Ulama. Sehingga seluruh aktivitas
berlaku. keuangannya menganut prinsip Islami.
6. Pengawas Kegiatan Diawasi oleh dewan komisaris dalam Diawasi oleh dewan pengawas syariah,
aktivitasnya. dewan syariah nasional, dan dewan komisaris
bank dalam aktivitasnya
Perbedaan
NO PERBEDAAN BANK KONVENSIONAL BANK SYARI’AH
7. Proses Pengelolaan Pengelolaan dana dapat dilakukan dalam Pengelolaan dana harus lini bisnis
Dana seluruh lini bisnis menguntungkan di bawah yang diizinkan oleh aturan Islam.
naungan Undang-Undang
8. Sistem Bunga Menggunakan suku bunga sebagai acuan dasar Tidak menggunakan sistem bunga,
dan keuntungan. tetapi imbal hasil atau nisbah.
9. Pembagian Keuntungan Mendapatkan keuntungan dari suku bunga yang Keuntungan bank diperoleh dari hasil
dibebankan pada nasabah. jual beli, sewa-menyewa, dan
kemitraan dengan nasabah.
10. Pengelolaan Denda Terdapat denda yang dibebankan kepada Tidak memiliki aturan beban denda
nasabah. Bahkan besaran bunga bisa semakin bagi nasabah saat terlambat atau tidak
meningkat, bila nasabah tidak membayar bisa membayar. Sebagai gantinya,
hingga batas waktu ditetapkan. bank akan melakukan perundingan dan
kesepakatan bersama.
s y uk r o n
MALU BERTANYA SESAT DIJALAN.
INI DI KELAS BUKAN DI JALAN, JADI
GAUSAH NANYA .
GABAKAL KESESAT