Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

RIBA DAN BUNGA BANK


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat dan Faraid
Doesn Pengampu : Dr. Moh Makmun, M.Hi

Oleh :
Putri Dwi Nuria 1120035
Anna Rahmawati 1120049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2022
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam Ensiklopedia Indonesia, bank atau perbankan adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang dengan tujuan memenuhi kebutuhan kredit dengan modal sendiri
atau orang lain.1
Dalam lintas sejarah sebenarnya bank telah dikenal kurang lebih 2.500 tahun
sebelum Masehi di Mesir Purba dan Yunani kemudian dikembangkan oleh bangsa
Romawi. Perbankan modern berkembang di Itali pada abad pertengahan yang dikuasai
oleh bebrapa keluarga untuk membiayai kepausan dan perdagangan wol. Bank pertama
berdiri di Venesia dan Genoa di Italia kira-kira abad ke-14. Kota tersebut dikenal
sebagai kota perdagangan. Dari kedua kota ini berpindahlah sistem bank ke Eropa
Barat. Kemudian berkembang pesat pada abad ke-18 dan ke-19.2
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh
bankyangberdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau
menjual produkny. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar
kepadanasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh
nasabahkepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman.)3
2. Tujuan Pembahasan
Tujuan makalah ini membahas tentang Riba dan Bunga Bank adalah untuk
mengetahui pengertian, macam dan hukum riba serta hubungan riba dengan bunga
bank. Sehingga pembaca dapat mengetahui aturan Islam dalam kehidupan sehari-hari.

1
Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ikhitiar Baru, 1980), hlm.393-394
2
Fuad M Fachruddin, Riba Dalam Bank, Koperasi, Perseroan dan Asuransi, (Bandung:PT.Al-
Maarif,1985),hlm.110.
3
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), h. 114
B. PEMBAHASAN
1. Riba
a. Pengertian Riba
Secara bahasa (etimologi), riba dalam bahasa Arab bermakna kelebihan atau
tambahan (az-ziyadah). Kelebihan atau tambahan ini konteksnya umum, yaitu
semua tambahan terhadap pokok utang dan harta. Untuk membedakan riba dengan
tambahan keuntungan dari jual beli, pokok utang dan harta (ra’sul mal) ini sendiri
lantas dibagi menjadi dua yaitu: ribhun (laba) dan riba. Ribhun (laba) didapatkan
dari muamalah jual beli yang hukumnya halal. Sedangkan riba adalah hasil dari
adanya syarat tambahan pada kegiatan utang piutang barang (kredit) yang waktu
akhir pelunasannya tidak tentu. Sedangkan secara makna istilah (terminologi) riba
adalah kelebihan/tambahan dalam pembayaran utang piutang/jual beli yang
disyaratkan sebelumnya oleh salah satu pihak.
b. Hukum Riba
Riba dalam Islam hukumnya haram. Pada Al-Qur’an surat Al-Baqarah
(2):275, Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah [2]: 275). Ada banyak efek negatif dari
riba yang dipraktikkan selama ini dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, agama
samawi semuanya melarang praktik riba. Mendapatkan keuntungan dari riba dapat
menghilangkan sikap tolong menolong, memicu permusuhan, dan sangat
menyusahkan apabila pemberi riba menentukan bunga yang sangat tinggi. Dalam
salah satu hadis Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Dari Jabir Ra. ia
berkata: “Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam telah melaknat orang-orang yang
memakan riba, orang yang menjadi wakilnya (orang yang memberi makan hasil
riba), orang yang menuliskan, orang yang menyaksikannya, (dan selanjutnya),
Nabi bersabda, mereka itu semua sama saja.” (HR. Muttafaq Alaih). Para ulama
sepakat bahwa riba adalah haram, serta Islam tidak memperkenankan hal itu
dipraktikkan dalam muamalah. Riba adalah usaha mencari rezeki yang tidak
dibenarkan serta dibenci Allah Subhanahu wata’ala.
c. Jenis-Jenis Riba
1. Riba Fadhl
Riba Fadhl adalah kegiatan transaksi jual beli maupun pertukaran barang-
barang yang menghasilkan riba, namun dengan jumlah atau takaran berbeda.
Contoh riba pada jenis ini yaitu penukaran uang Rp100 ribu dengan
pecahan Rp2 ribu, akan tetapi totalnya 48 lembar saja, sehingga jumlah
nominal uang yang diberikan hanya Rp96 ribu. Selain itu juga penukaran emas
24 karat menjadi 18 karat.
2. Riba Yad
Riba Yad adalah hasil transaksi jual-beli dan juga penukaran barang yang
menghasilkan riba maupun non ribawi. Namun, waktu penerimaan serah terima
kedua barang tersebut mengalami penundaan.
Contoh riba yad dalam kehidupan sehari-hari yaitu penjualan motor dengan
harga Rp12 juta jika dibayar secara tunai dan Rp15 juta melalui kredit. Baik
pembeli maupun penjual tidak menetapkan berapa nominal yang harus
dilunaskan hingga transaksi berakhir.
3. Riba Nasi'ah
Riba Nasi’ah adalah kelebihan yang didapatkan dari proses transaksi jual-
beli dengan jangka waktu tertentu. Adapun transaksi tersebut menggunakan
dua jenis barang yang sama, namun terdapat waktu penangguhan dalam
pembayarannya.
Contoh riba nasi’ah yaitu penukaran emas 24 karat oleh dua pihak berbeda.
Saat pihak pertama telah menyerahkan emasnya, namun pihak kedua
mengatakan akan memberikan emas miliknya dalam waktu satu bulan lagi. Hal
ini menjadi riba karena harga emas dapat berubah kapan saja.
4. Riba Qardh
Riba Qardh adalah tambahan nilai yang dihasilkan akibat dilakukannya
pengembalian pokok utang dengan beberapa persyaratan dari pemberi utang.
Contoh riba di kehidupan sehari-hari yaitu pemberian utang Rp100 juta
oleh rentenir, namun disertai bunga 20% dalam waktu 6 bulan.
5. Riba Jahilliyah
Riba Jahiliyah adalah tambahan atau kelebihan jumlah pelunasan utang
yang telah melebihi pokok pinjaman. Biasanya, hal ini terjadi akibat peminjam
tidak dapat membayarnya dengan tepat waktu sesuai perjanjian.
Contoh riba jahilliyah adalah peminjaman uang sebesar Rp20 juta rupiah
dengan ketentuan waktu pengembalian 6 bulan. Jika tidak dapat membayarkan
secara tepat waktu, maka akan ada tambahan utang dari total pinjaman.
2. Bunga Bank
a. Pengertian Bunga Bank
Bunga Bank adalah bank interest yaitu sejumlah imbalan yang diberikan oleh
bank kepada nasabah atas dana yang disimpan di bank yang dihitung sebesar
persentase tertentu dari pokok simpanan dan jangka waktu simpanan ataupun
tingkat bunga yang dikenakan terhadap pinjaman yang diberikan bank kepada
debiturnya.
b. Macam-Macam Bunga Bank
Dalam perbankan ada dua macam bunga yang diberikan oleh bank kepada
nasabahnya, yaitu:
1. Bunga Simpanan
Bunga simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai balas jasa bagi
nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Contohnya adalah bunga tabungan
dan bunga deposito.
2. Bunga Pinjaman
Bunga pinjaman yaitu bunga yang dibebankan kepada nasabah oleh bank
khusus untuk nasabah yang memiliki pinjaman di bank, contohnya adalah
bunga kredit.
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan
pendapatan bagi bank konvensional. Baik bunga simpanan maupun bunga
pinjaman saling mempengaruhi satu sama lainnya. Ketika bunga simpanan tinggi,
maka secara otomatis bunga pinjaman ikut naik dan demikian pula sebaliknya.
c. Hukum Bunga Bank
Bunga bank termasuk riba, sehingga bunga bank juga diharamkan dalam ajaran
Islam. Riba bisa saja terjadi pada pinjaman yang bersifat konsumtif, maupun
pinjaman yang bersifat produktif dan pada hakikatnya riba dalam bunga bank
memberatkan peminjam. Ada beberapa pendapat ulama mengenai bunga bank
menurut syariah Islam:
1. Majelis Tarjih Muhammadiyah
Menurut lembaga ini, hukum tentang bunga bank dan riba dijelaskan sebagai
berikut:
- Riba hukumnya haram dengan nash sharih Al-Qur’an dan As-Sunnah,
- Bank dengan sistem riba hukumnya haram dan bank tanpa riba hukumnya
halal
- Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada para
nasabahnya atau sebaliknya yang selama ini berlaku, termasuk perkara
musytabihat (masih samar-samar, belum jelas hukumnya sehingga butuh
penelitian lebih lanjut)
2. Lajnah Bahsul Masa’il Nahdhatul Ulama
Menurut lembaga yang berfungsi dalam memberikan fatwa atas permasalahan
umat ini, hukum bank dengan praktek bunga di dalamnya sama seperti hukum
gadai. Terdapat 3 pendapat ulama sehubungan dengan masalah ini yaitu:
- Haram, sebab termasuk utang yang dipungut rentenir
- Halal, sebab tidak ada syarat pada waktu akad atau perjanjian kredit
- Syubhat (tidak tentu halal haramnya), sebab para ahli hukum berselisih
pendapat tentangnya.
Meskipun ada perbedaan pandangan, Lajnah memutuskan bahwa pilihan yang
lebih berhati-hati ialah pendapat pertama, yakni menyebut bunga bank adalah
haram.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Riba adalah kelebihan/tambahan dalam pembayaran utang piutang/jual beli yang
disyaratkan sebelumnya oleh salah satu pihak.
Riba dalam Islam hukumnya haram. Ada banyak efek negatif dari riba yang
dipraktikkan selama ini dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, agama samawi semuanya
melarang praktik riba. Mendapatkan keuntungan dari riba dapat menghilangkan sikap
tolong menolong, memicu permusuhan, dan sangat menyusahkan apabila pemberi riba
menentukan bunga yang sangat tinggi.
Macam-macam riba ada 5 yaitu :
1. Riba Fadhl
2. Riba Yad
3. Riba Nasi'ah
4. Riba Qardh
5. Riba Jahilliyah
Bunga Bank adalah bank interest yaitu sejumlah imbalan yang diberikan oleh bank
kepada nasabah atas dana yang disimpan di bank yang dihitung sebesar persentase
tertentu dari pokok simpanan dan jangka waktu simpanan ataupun tingkat bunga yang
dikenakan terhadap pinjaman yang diberikan bank kepada debiturnya.
Dalam perbankan ada dua macam bunga yang diberikan oleh bank kepada
nasabahnya, yaitu:
1. Bunga Simpanan
2. Bunga Pinjaman
Daftar Pustaka
Rahman Abdul, Ghufron I, Sapiudin S.2010. Fiqh Muamalat. Jakarta:PT Kharisma Putra
Utama
Kalsum, Umi. 2014 “Riba Dan Bunga Bank Dalam Islam (Analisis Hukum dan Dampaknya
Terhadap Perekonomian Umat)
Ocbcnisp. 2021 “Mengenal 5 Jenis Riba, Contoh, dan Hukumnya Dalam Islam”
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/11/25/riba-adalah

https://tirto.id/apa-itu-riba-dalam-islam-pengertian-macam-hingga-hikmahnya-gihv

Anda mungkin juga menyukai