Anda di halaman 1dari 3

1) Perbedaan zakat, infak, dan shodaqoh :

a. Zakat : sebagian harta yang wajib diserahkan kepada orang-orang tertentu (fakir, miskin,
mualaf, orang yang terlilit hutang, sabilillah, memerdekakan budak, orang dalam
perjalanan, dan amil zakat) dalam waktu tertentu.  
Infak : mengeluarkan sebagian dari harta atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang
diperintahkan Islam (seperti : membantu uang kepada yatim piatu, fakir miskin,
menyumbang untuk operasional masjid, atau menolong orang yang terkena musibah).
Sedekah : pemberian sukarela kepada orang lain (terutama kepada orang-orang miskin)
yang tidak ditentukan jenis, jumlah maupun waktunya.  
b. Zakat : Wajib Ain
Infak : Fardhu Khifayah
Sedekah : Sunnah
c. Zakat : ada nishabnya
Infak : tidak mengenal nishab
Sedekah : tidak mengenal nishab

2) Perbedaan bank konvensional dan bank syari'ah :

a. Akad
Akad pada bank konvesional, perjanjian yang dibuat berpatokan pada hukum-hukum positif.
Sedangkan akad yang ada pada bank syariah, dibuat dengan dasar hukum-hukum Islam.
b. Hukum Yang Digunakan
Pada bank syariah sendiri, sistemnya didasarkan pada syariat-syariat Islam yang memiliki
landasan Al-Quran, Hadist, serta Fatwa Ulaman. Sedangkan pada bank konvesional sendiri
memiliki sistem yang berlandaskan hukum-hukum positif yang berlaku di Indonesia.
c. Investasi
Bank syariah memberikan persyaratan bagi nasabah yang ingin meminjam dana usaha dengan
persyaratan bahwa usaha yang dijalankan halal dan baik, misalnya saja seperti
pertanian,dagang, pertenakan, dan lainnya. Namun pada bank konvensioanal, nasabah
diperbolehkan melakukan peminjaman jika usaha yang dijalankan mendapatkan perijinan dari
hukum positif.
d. Bunga dan Bagi Hasil
Pada bank syariah, akan menerapkan sistem pendapatan usaha melalui bagi hasil. Di dalam
prinsip-prinsip syariah sendiri, riba sangat diharamkan sehingga lebih cenderung menggunakan
sistem bagi hasil. Berbeda dengan bank konvensional yang lebih menerapkan sistem bunga pada
pendapatan usahanya.
e. Pengelolaan Dana
Bank syariah akan menolak pengajuan kredit yang ditujukan untuk hal-hal yang dapat melanggar
hukum Islam. Yang menjadi poin penting pada bank syariah adalah kegiatan-kegiatan yang halal
dan baik serta sesuai dengan prinsip ekonomi syariah yang ada. Namun pada bank konvensional,
penyaluran kredit dapat disetujui tanpa harus pihak bank mengetahui kemana uang tersebut
akan dipergunakan. Selama pihak debitur dapat membayar tagihan secara rutin dan tepat
waktu, maka pengajuan kredit dapat dipenuhi.
f. Orientasi
Jika pada bank konvensional lebih cenderung untuk mendapatkan keuntungan atau profit
oriented. Maka pada bank syariah, tak hanya berorientasi pada keuntungan saja melainkan juga
pada kemakmuran serta kebahagiaan dunia dan akhirat.
g. Cicilan dan Promosi
Bank syariah sendiri menerapkan sistem pembayaran cicilan atau tagihan dengan jumlah yang
tetap berdasarkan keuntungan bank dan sudah disetujui oleh kedua belak pihak pada saat
perjanjian tersebut dibuat. Sedangkan pada bank konvensional, mereka memiliki banyak sekali
program-program promosi yang digunakan untuk menarik perhatian nasabah. Misalnya saja
seperti promosi suku bunga tetap selama masa periode tertentu sebelum pada kahirnya suku
bunga berfluktuasi pada nasabah.
h. Pengawasan
Setiap transaksi yang dilakukan oleh bank syariah, selalu berada di dalam pengawasan Dewan
Pengawas. Yang termasuk ke dalam dewan pengawasan disini adalah ulama-ulama serta ahli
ekonomi yang memang menguasai tentang fiqih muamalah. Sedangkan pada bank
konvensional, tak ada dewan pengawas di dalamnya. Sehingga setiap transaksi yang dilakukan
pada bank konvensional tidak diawasi oleh siapapun selain hukum-hukum positif yang berlaku.
i. Hubungan Bank Dengan Nasabah
Pada bank syariah sendiri, nasabah akan diperlakukan sebagai seorang mitra/partner.
Sedangkan pada bank konvensional sendiri, hubungan pihak bank dengan nasabah lebih seperti
antara debitur dan kreditur. Seperti hubungan antara pihak pemberi dana dengan pihak
peminjam dana

3) Produk ekonomi Islam :

 Tabungan Syariah
 Deposito Syariah
 Gadai Syariah (Rahn)
 Giro Syariah
 Pembiayaan Syariah (Ijarah)
 Asuransi Syariah

4) Macam macam riba dalam Islam :

a. Riba Nasi'ah

Riba yang terjadi akibat jual beli tempo. Riba ini terjadi karena transaki dua jenis barang ribawi yang
sama namun dengan penangguhan penyerahan atau pembayaran. Contohnya dua orang saling bertukar
emas. Satu orang memiliki emas 24 karat ingin ditukar dengan emas 24 karat dengan timbangan yang
sama. Akan tetapi emas 24 karat yang satunya baru diserahkan satu bulan setelah perjanjian transaksi
disetujui masing-masing pihak padahal harga emas bisa saja berubah sewaktu-waktu.
b. Riba Fadhl 

Riba fadhli terjadi apabila ada tindakan jual beli atau pertukaran barang ribawi yang sejenis tapi berbeda
takaran atau kadarnya. Barang ribawi itu sendiri disebutkan dalam hadits sebagai emas, perak, gandum,
gandum merah, garam, dan kurma. Dalam hadits lain disebutkan sebagai emas, perak, dan bahan
makanan. Sehingga dalam Islam, untuk barang barang tersebut pertukaran yang dilakukan harus lah
memenuhi jumlah dan kualitas yang sama. 

c. Riba Qardh 

Riba yang dihasilkan oleh tambahan atas pengembalian pokok pinjaman yang disyaratkan kepada
peminjam. Singkatnya, riba ini terjadi apabila muqrid (pemberi hutang) mengambil kelebihan yang
disyaratkan kepada muqtarid (penerima hutang). Contohnya seperti rentenir yang meminjamkan uang
10 juta kepada peminjam, kemudian peminjam harus mengembalikan 11 juta tanpa dijelaskan kelebihan
dana tersebut untuk apa. Tambahan 1 juta pada kasus inilah yang disebut sebagai riba qardh dan hanya
akan merugikan peminjam plus menguntungkan si rentenir.

d. Riba Yad

Riba yang terjadi akibat jual beli barang ribawi maupun non ribawi disertai penundaan serah terima
kedua barang yang ditukarkan, atau penundaan terhadap penerimaan salah satunya. Riba yad terjadi
apabila saat transaksi tidak menegaskan berapa nominal harga pembayaran. Singkatnya tidak ada
kesepakatan sebelum serah terima. Contoh misalnya seorang penjual menawarkan mobil dengan harga
90 juta jika membayar tunai dan 95 juta jika membayar dengan cicilan. Kemudian ada seseorang yang
ingin membeli, tetapi sampai akhir transaksi tidak ada kesepakatan antara keduanya berapakah harga
yang harus dibayarkan.

Anda mungkin juga menyukai