Anda di halaman 1dari 18

Perbankan syariah atau perbankan Islam (Arab: ‫المصرفية اإلسالمية‬ al-Mashrafiyah al-Islamiyah)

adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah).


Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan
atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk
berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram). Sistem perbankan
konvensional tidak dapat menjamin absennya hal-hal tersebut dalam investasinya, misalnya
dalam usaha yang berkaitan dengan produksi makanan atau minuman haram, usaha media atau
hiburan yang tidak Islami, dan lain-lain.
Meskipun prinsip-prinsip tersebut mungkin saja telah diterapkan dalam sejarah perekonomian
Islam, namun baru pada akhir abad ke-20 mulai berdiri bank-bank Islam yang menerapkannya
bagi lembaga-lembaga komersial swasta atau semi-swasta dalam komunitas muslim di dunia.[1][2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]
Suatu bentuk awal ekonomi pasar dan merkantilisme, yang oleh beberapa ekonom disebut
sebagai "kapitalisme Islam", telah mulai berkembang antara abad ke-8 dan ke-12.
[3]
 Perekonomian moneter pada periode tersebut berdasarkan mata uang dinar yang beredar luas
saat itu, yang menyatukan wilayah-wilayah yang sebelumnya independen secara ekonomi.
Pada abad ke-20, kelahiran perbankan syariah tidak terlepas dari hadirnya dua gerakan
renaisans Islam modern, yaitu gerakan-gerakan neorevivalis dan modernis.[2]Sekitar tahun 1940-
an, di Pakistan dan Malaysia telah terdapat upaya-upaya pengelolaan dana jamaah haji secara
non konvensional. Tahun 1963, Islamic Rural Bank berdiri di desa Mit Ghamr di Kairo, Mesir.[4]
Perbankan syariah secara global tumbuh dengan kecepatan 10-15% per tahun, dan
menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang konsisten pada masa depan.[5]Laporan dari
International Association of Islamic Banks dan analisis Prof. Khursid Ahmad menyebutkan
bahwa hingga tahun 1999 telah terdapat lebih dari 200 lembaga keuangan Islam yang
beroperasi di seluruh dunia, yaitu di negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim serta
negara-negara lainnya di Eropa, Australia, maupun Amerika.[6] Diperkirakan terdapat lebih dari
AS$ 822.000.000.000 aset di seluruh dunia yang dikelola sesuai prinsip-prinsip syariah, menurut
analisis majalah The Economist.[7] Ini mencakup kira-kira 0,5% dari total estimasi aset dunia
pada tahun 2005.[8] Analisis Perusahaan Induk CIMB Group menyatakan bahwa keuangan
syariah adalah segmen yang paling cepat tumbuh dalam sistem keuangan global, dan
penjualan obligasi syariah diperkirakan meningkat 24 persen hingga mencapai AS$ 25 miliar
pada 2010.[9]

Prinsip perbankan syariah[sunting | sunting sumber]


Perbankan syariah memiliki tujuan yang sama seperti perbankan konvensional, yaitu agar
lembaga perbankan dapat menghasilkan keuntungan dengan cara meminjamkan modal,
menyimpan dana, membiayai kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai. Prinsip hukum
Islam melarang unsur-unsur di bawah ini dalam transaksi-transaksi perbankan tersebut:[4]

1. Perniagaan atas barang-barang yang haram,


2. Bunga (‫ربا‬ riba),
3. Perjudian dan spekulasi yang disengaja (‫ميسر‬ maisir), serta
4. Ketidakjelasan dan manipulatif (‫غرر‬ gharar)
Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional adalah sebagai berikut:[4]

Bank Islam Bank Konvensional

 Melakukan hanya investasi  Melakukan investasi baik yang halal atau


yang halal menurut hukum Islam haram menurut hukum Islam
 Memakai prinsip bagi hasil, jual-beli, dan sewa  Memakai perangkat suku bunga
 Berorientasi keuntungan  Berorientasi keuntungan
dan falah (kebahagiaan dunia dan akhirat sesuai  Hubungan dengan nasabah dalam
ajaran Islam) bentuk kreditur-debitur
 Hubungan dengan nasabah dalam bentuk  Penghimpunan dan penyaluran dana tidak
kemitraan diatur oleh dewan sejenis
 Penghimpunan dan penyaluran dana sesuai
fatwa Dewan Pengawas Syariah
Afzalur Rahman dalam bukunya Islamic Doctrine on Banking and Insurance (1980) berpendapat
bahwa prinsip perbankan syariah bertujuan membawa kemaslahatan bagi nasabah, karena
menjanjikan keadilan yang sesuai dengan syariah dalam sistem ekonominya.[10]

Produk perbankan syariah[sunting | sunting sumber]


Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah antara lain:

Titipan atau simpanan[sunting | sunting sumber]


 Al-Wadi'ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat mengambil
dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak berkewajiban, namun
diperbolehkan, untuk memberikan bonus kepada nasabah. Bank Muamalat Indonesia-
Shahibul Maal.
 Deposito Mudharabah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun waktu yang
tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah yang dilakukan bank akan
dibagikan antara bank dan nasabah dengan nisbah bagi hasil tertentu.
Bagi hasil[sunting | sunting sumber]
 Al-Musyarakah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model partnership atau joint
venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang disepakati sementara
kerugian akan dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak.
Perbedaan mendasar dengan mudharabah ialah dalam konsep ini ada campur tangan
pengelolaan manajemennya sedangkan mudharabah tidak ada campur tangan

 Al-Mudharabah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha. Setiap


keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang disepakati. Risiko kerugian
ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan
pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan,
kecurangan dan penyalahgunaan.

 Al-Muzara'ah, adalah bank memberikan pembiayaan bagi nasabah yang bergerak


dalam bidang pertanian/perkebunan atas dasar bagi hasil dari hasil panen.

 Al-Musaqah, adalah bentuk lebih yang sederhana dari muzara'ah, di mana nasabah
hanya bertanggung-jawab atas penyiramaan dan pemeliharaan, dan sebagai imbalannya
nasabah berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
Jual beli[sunting | sunting sumber]
 Bai' Al-Murabahah, adalah penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan
membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya kembali ke
pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai margin keuntungan yang ditetapkan
bank, dan pengguna jasa dapat mengangsur barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai
akad diawal dan besarnya angsuran=harga pokok ditambah margin yang disepakati.
Contoh: harga rumah 500 juta, margin bank/keuntungan bank 100 jt, maka yang dibayar
nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang disepakati diawal antara
Bank dan Nasabah.

 Bai' As-Salam, Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan di kemudian hari,
sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Barang yang dibeli harus diukur dan ditimbang
secara jelas dan spesifik, dan penetapan harga beli berdasarkan keridhaan yang utuh antara
kedua belah pihak. Contoh: Pembiayaan bagi petani dalam jangka waktu yang pendek (2-6
bulan). Karena barang yang dibeli (misalnya padi, jagung, cabai) tidak dimaksudkan sebagai
inventori, maka bank melakukan akad bai' as-salam kepada pembeli kedua (misalnya Bulog,
pedagang pasar induk, grosir). Contoh lain misalnya pada produk garmen, yaitu antara
penjual, bank, dan rekanan yang direkomendasikan penjual.

 Bai' Al-Istishna', merupakan bentuk As-Salam khusus di mana harga barang bisa
dibayar saat kontrak, dibayar secara angsuran, atau dibayar di kemudian hari. Bank
mengikat masing-masing kepada pembeli dan penjual secara terpisah, tidak seperti As-
Salam di mana semua pihak diikat secara bersama sejak semula. Dengan demikian, bank
sebagai pihak yang mengadakan barang bertanggung-jawab kepada nasabah atas
kesalahan pelaksanaan pekerjaan dan jaminan yang timbul dari transaksi tersebut.

 Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.

 Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik sama dengan ijarah adalah akad pemindahan hak


guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa, namun dimasa akhir sewa
terjadi pemindahan kepemilikan atas barang sewa.
Jasa[sunting | sunting sumber]
 Al-Wakalah adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang merupakan
akad (perwakilan) yang sesuai dengan prinsip prinsip yang di terapkan dalam syariat islam.

 Al-Kafalah adalah memberikan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak


ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, dengan kata lain
mengalihkan tanggung jawab seorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung
jawab orang lain sebagai jaminan.

 Al-Hawalah adalah akad perpindahan dimana dalam prakteknya memindahkan hutang


dari tanggungan orang yang berhutang menjadi tanggungan orang yang berkewajiban
membayar hutang (contoh: lembaga pengambilalihan hutang).

 Ar-Rahn, adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang merupakan
akad gadai yang sesuai dengan syariah.

 Al-Qardh adalah salah satu akad yang terdapat pada sistem perbankan syariah yang
tidak lain adalah memberikan pinjaman baik berupa uang ataupun lainnya tanpa
mengharapkan imbalan atau bunga ( riba . secara tidak langsung berniat untuk tolong
menolong bukan komersial.

Pengelolaan dana[sunting | sunting sumber]


Laju pertumbuhan perbankan syariah di tingkat global tak diragukan lagi. Aset lembaga
keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar dollar AS, tumbuh rata-rata lebih
dari 15 persen per tahun. Di Indonesia, volume usaha perbankan syariah selama lima tahun
terakhir rata-rata tumbuh 60 persen per tahun. Tahun 2005, perbankan syariah Indonesia
membukukan laba Rp 238,6 miliar, meningkat 47 persen dari tahun sebelumnya. Meski begitu,
Indonesia yang memiliki potensi pasar sangat luas untuk perbankan syariah, masih tertinggal
jauh di belakang Malaysia.
Tahun lalu, perbankan syariah Malaysia mencetak profit lebih dari satu miliar ringgit (272 juta
dollar AS). Akhir Maret 2006, aset perbankan syariah di negeri jiran ini hampir mencapai 12
persen dari total aset perbankan nasional. Sedangkan di Indonesia, aset perbankan syariah
periode Maret 2006 baru tercatat 1,40 persen dari total aset perbankan. Bank Indonesia
memprediksi, akselerasi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia baru akan dimulai tahun
ini.
Implementasi kebijakan office channeling, dukungan akseleratif pemerintah berupa pengelolaan
rekening haji yang akan dipercayakan pada perbankan syariah, serta hadirnya investor-investor
baru akan mendorong pertumbuhan bisnis syariah. Konsultan perbankan syariah, Adiwarman
Azwar Karim, berpendapat, perkembangan perbankan syariah antara lain akan ditandai
penerbitan obligasi berbasis syariah atau sukuk yang dipersiapkan pemerintah.
Sejumlah bank asing di Indonesia, seperti Citibank dan HSBC, menyambut penerbitan sukuk
dengan membuka unit usaha syariah. Sementara itu sejumlah investor dari negara Teluk juga
tengah bersiap membeli bank-bank di Indonesia untuk dikonversi menjadi bank syariah. Kriteria
bank yang dipilih umumnya beraset relatif kecil, antara Rp 500 miliar dan Rp 2 triliun. Setelah
dikonversi, bank-bank tersebut diupayakan melakukan sindikasi pembiayaan proyek besar,
melibatkan lembaga keuangan global.
Adanya perbankan syariah di Indonesia dipelopori oleh berdirinya Bank Muamalat Indonesia
yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)dengan tujuan mengakomodir berbagai
aspirasi dan pendapat di masyarakat terutama masyarakat Islam yang banyak berpendapat
bahwa bunga bank itu haram karena termasuk riba dan juga untuk mengambil prinsip kehati-
hatian. Apabila dilihat dari segi ekonomi dan nilai bisnis, ini merupakan terobosan besar karena
penduduk Indonesia 80% beragama Islam, tentunya ini bisnis yang sangat potensial. Meskipun
sebagian orang Islam berpendapat bahwa bunga bank itu bukan riba tetapi faedah, karena
bunga yang diberikan atau diambil oleh bank berjumlah kecil jadi tidak akan saling dirugikan atau
didzolimi, tetapi tetap saja bagi umat Islam berdirinya bank-bank syariah adalah sebuah
kemajuan besar.
Sistem perbankan syariah di Indonesia masih berinduk pada Bank Indonesia. Idealnya,
pemerintah Indonesia mendirikan lembaga keuangan khusus syariah yang setingkat Bank
Indonesia, yaitu Bank Indonesia Syariah.

 Pengertian Perbankan Syariah


Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana dari
masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan fungsi
intermediasi keuangan. Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam
sistem operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Sesuai UU
No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum islam
yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan
keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang
haram. Selain itu, UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan bank syariah untuk
menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal,
yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana
sosial lainnya dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
kehendak pemberi wakaf (wakif).
Pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan syariah dari aspek
pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik dilaksanakan oleh OJK
sebagaimana halnya pada perbankan konvensional, namun dengan pengaturan dan
sistem pengawasan yang disesuiakan dengan kekhasan sistem operasional
perbankan syariah. Masalah pemenuhan prinsip syariah memang hal yang unik bank
syariah, karena hakikinya bank syariah adalah bank yang menawarkan produk yang
sesuai dengan prinsip syariah. Kepatuhan pada prinsip syariah menjadi sangat
fundamental karena hal inilah yang menjadi alasan dasar eksistensi bank syariah.
Selain itu, kepatuhan pada prinsip syariah dipandang sebagai sisi kekuatan bank
syariah. Dengan konsisten pada norma dasar dan prinsip syariah maka
kemaslhahatan berupa kestabilan sistem, keadilan dalam berkontrak dan
terwujudnya tata kelola yang baik dapat berwujud.
Sistem dan mekanisme untuk menjamin pemenuhan kepatuhan syariah yang
menjadi isu penting dalam pengaturan bank syariah. Dalam kaitan ini lembaga yang
memiliki peran penting adalah Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Undang-undang
No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah memberikan kewenangan kepada
MUI yang fungsinya dijalankan oleh organ khususnya yaitu DSN-MUI untuk
menerbitkan fatwa kesesuaian syariah suatu produk bank. Kemudian Peraturan Bank
Indonesia (sekarang POJK) menegaskan bahwa seluruh produk perbankan syariah
hanya boleh ditawarkan kepada masyarakat setelah bank mendapat fatwa dari DSN-
MUI dan memperoleh ijin dari OJK. Pada tataran operasional pada setiap bank
syariah juga diwajibkan memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang fungsinya ada
dua, pertama fungsi pengawasan syariah dan kedua fungsi advisory (penasehat)
ketika bank dihadapkan pada pertanyaan mengenai apakah suatu aktivitasnya
sesuai syariah apa tidak, serta dalam proses melakukan pengembangan produk
yang akan disampaikan kepada DSN untuk memperoleh fatwa. Selain fungsi-fungsi
itu, dalam perbankan syariah juga diarahkan memiliki fungsi internal audit yang
fokus pada pemantauan kepatuhan syariah untuk membantu DPS, serta dalam
pelaksanaan audit eksternal yang digunakan bank syariah adalah auditor yang
memiliki kualifikasi dan kompetensi di bidang syariah.
Secara umum terdapat bentuk usaha bank syariah terdiri atas Bank Umum dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dengan perbedaan pokok BPRS dilarang
menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas sistem pembayaran.
Secara kelembagaan bank umum syariah ada yang berbentuk bank syariah penuh
(full-pledged) dan terdapat pula dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS) dari bank
umum konvensional. Pembagian tersebut serupa dengan bank konvensional, dan
sebagaimana halnya diatur dalam UU perbankan, UU Perbankan Syariah juga
mewajibkan setiap pihak yang melakukan kegiatan penghimpunan dana masyarakat
dalam bentuk simpanan atau investasi berdasarkan prinsip syariah harus terlebih
dahulu mendapat izin OJK.

b. Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah

Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada Prinsip


Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Perbankan Syariah bertujuan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 

Sedangkan fungsi dari perbankan syariah adalah :

1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan


menyalurkan dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat,
infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya
kepada organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal
dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir)
sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Struktur Perbankan Syariah


Berdasarkan Kegiatannya Bank Syariah dibedakan menjadi Bank Umum Syariah, Unit
Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
1.) Bank Umum Syariah Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi:

1. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan,


atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad
wadi'ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah;
2. menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad
mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah;
3. menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah,
Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah;
4. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam,
Akad istishna', atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah;
5. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
6. menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak
bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
7. melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
8. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah;
9. membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga
pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan
Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah, musyarakah,
mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;
10. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan
oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
11. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga
berdasarkan Prinsip Syariah;
12. melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
Akad yang berdasarkan Prinsip Syariah;
13. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah;
14. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
15. melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah;
16. memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan
Prinsip Syariah; dan
17. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan
dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. 

2.) Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor
pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit
kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.

Kegiatan usaha UUS meliputi:

1. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau


bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi'ah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
2. menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad
mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
3. menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad
musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
4. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad
istishna', atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
5. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
6. menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah;
7. melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
8. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah;
9. membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar
transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah,
musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;
10. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh
pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
11. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip
Syariah;
12. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah;
13. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
14. memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip
Syariah; dan
15. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di
bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 

3.) Bank Pembiayaan Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah meliputi:


a) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:

 Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan


Akad wadi'ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
dan
 Investasi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

b) menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:

 Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau musyarakah;


 Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, salam, atau istishna';
 Pembiayaan berdasarkan Akad qardh;
 Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
Nasabah berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik; dan
 pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah;

c) menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan
Akad wadi'ah atau Investasi berdasarkan Akad mudharabah dan/atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
d) memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di Bank Umum
Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS; dan
e) menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya yang
sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia (sekarang
OJK).

d. Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Dewan Pengawas Syariah wajib dibentuk di Bank Syariah dan Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS maupun BPRS. Dewan Pengawas Syariah(DPS)
diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas rekomendasi Majelis Ulama
Indonesia. Dewan Pengawas Syariah bertugas memberikan nasihat dan saran
kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah. 

Tugas dan tanggung jawab DPS secara rinci meliputi :

1. menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman


operasional dan produk yang dikeluarkan Bank;
2. mengawasi proses pengembangan produk baru Bank;
3. meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional untuk produk baru
Bank yang belum ada fatwanya;
4. melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah
terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta
pelayanan jasa bank; dan
5. meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan
kerja Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.

Untuk menjadi DPS pemohon wajib memenuhi syarat–syarat menjadi


Anggota DPS:

1. Integritas, yang paling kurang mencakup:

1. memiliki akhlak dan moral yang baik;


2. memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perbankan syariah dan
peraturan perundang-undangan lain yang berlaku;
3. memiliki komitmen terhadap pengembangan Bank yang sehat dan
tangguh (sustainable); dan
4. tidak termasuk dalam Daftar Tidak Lulus sebagaimana diatur dalam
ketentuan mengenai uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper
test) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (sekarang OJK).
o Kompetensi, yang paling kurang memiliki pengetahuan dan
pengalaman di bidang syariah mu'amalah dan pengetahuan di bidang
perbankan dan/atau keuangan secara umum; dan
o Reputasi keuangan, yang paling kurang mencakup:
1. tidak termasuk dalam daftar kredit macet; dan
2. tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi pemegang saham, anggota
Dewan Komisaris, atau anggota Direksi yang dinyatakan bersalah
menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, dalam waktu 5 (lima)
tahun terakhir sebelum dicalonkan.

e. Perbedaan Perbankan Syariah dan Konvensional

Secara garis besar hal-hal yang membedakan antara bank konvensional dengan
bank syariah adalah sebagai berikut:

No. Bank Konvensional Bank Syariah

1. Bebas nilai Berinvestasi pada usaha yang halal

2. Sistem bunga Atas dasar bagi hasil, margin keuntungan


dan fee

3. Besaran bunga tetap Besaran bagi hasil berubah-ubah


tergantung kinerja usaha

4. Profit Profit  dan falah oriented (kebahagiaan


oriented (kebahagiaan dunia dan akhirat)
dunia saja)

5. Hubungan debitur-kreditur Pola hubungan:

1. Kemitraan
(musyarakah dan mudharabah)
2. Penjual – pembeli (murabahah,
salam  danistishna)
3. Sewa menyewa (ijarah)
4. Debitur – kreditur; dalam
pengertian equity holder (qard)

6. Tidak ada lembaga sejenis Ada Dewan Pengawas Syariah (DPS)


dengan Dewan Pengawas
Syariah
Perbedaan antara system bunga bank dengan prinsip bagi hasil bank syariah adalah
sebagai berikut:

No. Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil

1. Asumsi selalu untung Ada kemungkinan untung/rugi

2. Didasarkan pada jumlah uang Didasarkan pada rasio bagi hasil dari
(pokok) pinjaman pendapatan/keuntungan yang
diperoleh nasabah pembiayaan

3. Nasabah kredit harus tunduk pada Margin keuntungan untuk bank


pemberlakuan perubahan tingkat (yang disepakati bersama) yang
suku bunga ditambahkan pada pokok
tertentusecarasepihakoleh bank, pembiayaan berlaku sebagai harga
sesuai dengan fluktuasi tingkat suku jual yang tetap sama hingga
bunga di pasar uang. berakhirnya masa akad. Porsi
Pembayaranbunga yang sewaktu- pembagian bagi hasil berdasarkan
waktu dapat meningkat atau nisbah (yang disepakati bersama)
menurun tersebut tidak dapat berlaku tetap sama, sesuai akad,
dihindari oleh nasabah di dalam hingga berakhirnya masa perjanjian
masa pembayaran angsuran pembiayaan (untuk pembiayaan
kreditnya. konsumtif)

4. Tidak tergantung pada kinerja usaha. Jumlah pembagian bagi hasil


Jumlah pembayaran bunga tidak berubah-ubah tergantung kinerja
meningkat meskipun jumlah usaha (untuk pembiayaan
keuntungan berlipatganda saat berdasarkan bagi hasil)
keadaan ekonomi sedang baik

5. Eksistensi bunga diragukan Tidak ada agama yang meragukan


kehalalannya oleh semua agama keabsahan bagi hasil
termasuk agama Islam

6. Pembayaran bunga tetap seperti Bagi hasil tergantung pada


yang dijanjikan tanpa pertimbangan keuntungan proyek yang dijalankan.
proyek yang dijalankan oleh pihak Jika proyek itu tidak mendapatkan
nasabah untung atau rugi keuntungan maka kerugian akan
ditanggung bersama kedua pihak

f. Tips Mengenali Layanan Perbankan Syariah

Perkembangan pesat dari perbankan syariah menuntut layanan prima dari industri
perbankan syariah sehingga semakin mudah diakses oleh masyarakat luas. Dimana
saja layanan bank syariah dapat ditemukan? Berikut adalah tips-tips untuk
mengenali layanan perbankan syariah dengan cepat.
1. Perhatikan Logo iB yang dipasang di depan kantor bank yang telah resmi
beroperasi sebagai bank syariah (BUS, UUS dan BPRS), baik kantor pusat,
kantor cabang maupun kantor layanan syariah. Logo iB biasanya juga
dipasang di papan reklame, spanduk, neon sign atau billboard.
2. Masyarakat juga bisa mendapatkan layanan perbankan syariah di bank-bank
konvensional yang membuka layanan office channeling Bank Syariah.
Penandanya adalah stiker Logo iB layanan syariah yang umumnya terpasang
di pintu masuk kantor cabang bank konvensional. Biasanya di
depan counter pelayanan syariah, bank juga memasang banner atau poster
yang memberikan penjelasan mengenai produk dan jasa perbank syariah yag
tersedia. Informasi lebih lengkap layanan syariah ini juga dapat diperoleh
melalui customer service  atau staf di kantor bank konvensional tersebut.
3. Layanan bank syariah juga bisa ditemukan di kantor pos terdekat. Beberapa
bank syariah telah bekerjasama dengan PT. Pos Indonesia dalam rangka
memperluas jaringan layanan kepada masyarakat.
4. Untuk mengambil uang tunai dan transfer sekarang juga tidak lagi sulit,
masyarakat bisa menggunakan ATM bank syariah, ataupun ATM bank
konvensional yang mencantumkan Logo iB di mesin Anjungan Tunai Mandiri
(ATM). Bank-bank syariah juga telah bekerjasama dengan lebih dari 6000
jaringan ATM Bersama dan 7000 jaringan ATM Prima dan BCA. Melalui
jaringan ATMdi seluruh Indonesia, nasabah dapat menarik tunai, transfer dan
melakukan pembayaran tagihan rutin bulanan seperti membayar tagihan
telepon, listrik, internet, pesan tiket pesawat dan masih banyak lagi.
5. Kartu Debit bank syariah juga sudah dapat digunakan untuk berbelanja di
supermarket, mall, restoran dan tempat-tempat wisata yang mempunyai
hubungan kerjasama dengan bank syariah.

No Jenis Bank Jumlah Jumlah Kantor

1. Bank Umum Syariah : 12 2121


PT. Bank Muamalat Indonesia
PT. Bank Victoria Syariah
Bank BRISyariah
B.P.D. Jawa Barat Banten Syariah
Bank BNI Syariah
Bank Syariah Mandiri
Bank Syariah Mega Indonesia
Bank Panin Syariah
PT. Bank Syariah Bukopin
PT. BCA Syariah
PT. Maybank Syariah Indonesia
PT Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Syariah

2. Unit Usaha Syariah : 22 327


PT Bank Danamon Indonesia Tbk
PT Bank Permata Tbk 
PT Bank Internasional Indonesia
Tbk
PT Bank Cimb Niaga, Tbk
PT Bank OCBC Nisp, Tbk
PT BPD DKI
BPD Yogyakarta
PT Bank Pembangunan Daerah
Jawa Tengah
PT BPD Jawa Timur
PT BPD Jambi
PT Bank Bpd Aceh
PT Bpd Sumatera Utara
BPD Sumatera Barat
PT Bank Pembangunan Daerah
Riau
PT BPD Sumatera Selatan Dan
Bangka Belitung
PT BPD Kalimantan Selatan
PT BPD Kalimantan Barat
BPD Kalimantan Timur
PT BPD Sulawesi Selatan Dan
Sulawesi Barat
PT BPD Nusa Tenggara Barat
PT Bank Sinarmas
PT Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk.

3. Bank Pembiayaan Rakyat 164


Syariah
PT Syariat Fajar Sejahtera Bali
PT Bangka
PT Harta Insan Karimah
PT Baitul Muawanah
PT Attaqwa Garuda Utama
PT Wakalumi
PT Mulia Berkah Abadi
PT Berkah Ramadhan
PD Cilegon Mandiri
PT Musyawarah Ummat
Indonesia 
PT Muamalat Harkat
PT Safir Bengkulu
PT Margirizki Bahagia
PT Bangun Drajat Warga
PT Amanah Rabbaniah
PT PNM Mentari
PT Baitur Ridha
PT Shdiq Amanah
PT PNM Al Ma'Soem
PT Harum Hikmah Nugraha
PT Ishlalul Ummah
PT Artha Fisabilillah
PT HIK Parahyangan
Koperasi Al Ihsan
PT Amanah Ummah
PT Artha Karimah Irsyadi
PT Bina Amwalul Hasanah
PT Harta Insan Karimah Bekasi
PT Harta Insan Karimah Cibitung
PT Al Barokah
PT Bina Rahmah
PT Al Hijrah Amanah 
PT Amanah Insani
PT Rif'atul Ummah
PT Insan Cita Artha Jaya
PT Al Wadi'ah
PT Artha Madani
PT Buana Mitra Perwira
PT Suriyah
PT Gala Mitra Abadi
PT Ikhsanul Amal
PT Asad Alif
PT Artha Surya Barokah
PT Bina Amanah Satria
PT Khasanah Ummat
PT Artha Sinar Mentari
PT Situbondo
PT Al Mabrur Babadan
PT Bhakti Haji Malang
PT Daya Artha Mentari
PT Al Hidayah
PT Ummu
PT Bumi Rinjani Batu
PT Bakti Makmur Indah
PT Amanah Sejahtera
PT Bhakti Sumekar
PT Berkah Gemadana
PT Ibadurrahman 
PT Sakai Sambayan
PD Tanggamus 
PT Metro Madani
PT Hareukat
PT Baiturrahman
PT Tengku Chiek Dipante
PT Hikmah Wakilah
PT Rahman Hijrah Agung
PT Tulen Amanah 
PT Patuh Beramal
PT Muamalat Yofeta
PT Hasanah
PT Berkah Dana Fadhilah
PT Indo Timur (d/h Ikhwanul
Ummah)
PT Matahari Ufuk Timur
PT Surya Sejati 
PT Niaga Madani
PT Nurul Ikhwan
PT Gowata
PT Investama Mega Bakti (d/h Al
Ittihad)
PT Mentari Pasaman Saiyo
PT Carana Kiat Andalas
PT Ampek Angkek Candung
PT Al Falah
PT Kafalatuh Ummah
PT Al Washliyah
PT Gebu Prima
PT Puduarta Insani
PT Amanah Bangsa
PT Al Yaqin
PT Lantabur
PT Haji Miskin
PT Artha Mas Abadi
PT Al Salaam Amal Salman
PT PNM-BINAMA
PT Jabal Tsur
PT Dinar Ashri
PT Bumi Rinjani Probolinggo
PT Bumi Rinjani Kepanjen
PT Dana Hidayatullah
PT Pemerintah Kota Bekasi
PT Arta Leksana
PT Sindanglaya Kotanopan
PT Bumi Artha Sampang
PT Karya Mugi Sentosa
PT Jabal Nur
PT Barokah Dana Sejahtera
PT Artha Amanah Ummat
PT Mitra Amal Mulia
PT Madina Mandiri Sejahtera
PT Hidayah
PT Renggali
PT Syarikat Madani
PT Dana Mulia
PT Dana Amanah
PT Barakah Nawaitul Ikhlas
PT SRAGEN
PT Sarana Pamekasan
Membangun
PT Mandiri Mitra Sukses
PD Rajasa
PT Danagung Syariah
PT Tanmiya Artha
PD Kotabumi
PT Mitra Cahaya Indonesia
PT Bunsu Sinamar Makmur (pada
saat pelaksanaan berubah nama
menjadi PT BPRS Al Makmur)
PT Vitka Central
PT FORMES
PT Annisa Mukti
PT Central Syariah Utama
PT Cempaka Al Amin
PT Madinah
PT Lampung Timur
PT Adeco
PT Al Mabrur Klaten
PT Meru Sankara
PT Kota Juang
PT Gunung Slamet
PT Amanah Insan Cita
PT Artha Pamenang
PT Mitra Harmoni Yogyakarta
PT Rahmania Dana Sejahtera
PT Rahma Syariah
PT Mitra Harmoni Kota Semarang
PT Ar- Raihan
PT Mitra Harmoni Kota Malang
PT Insan Madani
PT Unawi Barokah
PT Al Madinah
PT Way Kanan
PT Oloan Ummah Sidempuan
PT Dharma Kuwera
PT Kota Mojokerto
PT Mitra Harmoni Kota Bandung
PT Gajahtongga Kotopiliang
PT Cahaya Hidup
PT Bahari Berkesan
PT Magetan
PT Saka Dana Mulia
PT Bakti Artha Sejahtera
Sampang 
PT HIK Makassar
PT Mitra Agro Usaha
PT Mitra Amanah 
PT Gotong Royong
PT Surakarta
PT Aman Syariah
PT HIK Tegal

Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah

Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada Prinsip


Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Perbankan Syariah
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

Sedangkan fungsi dari perbankan syariah adalah :


1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam
bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat,
infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya
kepada organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal
dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir)
sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Skema-skema produk perbankan syariah


Dalam operasionalnya, bank syariah menggunakan beberapa skema yang
bersesuaian dengan syariah sebagaimana dijelaskan sbb:

Pendanaan/Penghimpunan dana: Wadiah dan mudharabah.

 Wadiah (titipan)

Dengan skema wadiah, nasabah menitipkan dananya kepada bank syariah.


Nasabah memperkenankan dananya dimanfaatkan oleh bank syariah untuk
beragam keperluan (yang sesuai syariah). Namun bila nasabah hendak menarik
dana, bank syariah berkewajiban untuk menyediakan dana tersebut. Umumnya
skema wadiah digunakan dalam produk giro dan sebagian jenis tabungan.

 Mudharabah (investasi)

Dengan skema mudharabah, nasabah menginvestasikan dananya kepada bank


syariah untuk dikelola. Dalam skema ini, BSB berfungsi sebagai manajer investasi
bagi nasabah dana. Nasabah mempercayakan pengelolaan dana tersebut untuk
keperluan bisnis yang menguntungkan (dan sesuai syariah). Hasil keuntungan dari
bisnis tersebut akan dibagi hasilkan antara nasabah dana dengan BSB sesuai
nisbah yang telah disepakai di muka.

Pembiayaan/Penyaluran
dana:  Murabahah,  ijarah,  istishna,  mudharabah,  musyarakah  dsb.

 Murabahah

Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah akan
membeli barang kebutuhan nasabah untuk kemudian menjual barang tersebut
kepada nasabah dengan marjin yang telah disepakati. Harga jual (pokok
pembiayaan + marjin) tersebut akan dicicil setiap bulan selama jangka waktu
yang disepakati antara nasabah dengan bank syariah. Karena harga jual sudah
disepakati di muka, maka angsuran nasabah bersifat tetap selama jangka waktu
pembiayaan. Skema ini juga banyak dipergunakan BSB dalam pembiayaan modal
kerja atau investasi yang berbentuk barang. Sekitar 70% pembiayaan bank
syariah menggunakan skema murabahah.

 Ijarah

Merupakan akad sewa antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah
membiayai kebutuhan jasa atau manfaat suatu barang untuk kemudian disewakan
kepada nasabah. Umumnya, nasabah membayar sewa ke bank syariah setiap
bulan dengan besaran yang telah disepakati di muka.

 Istishna

Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah, namun barang
yang hendak dibeli sedang dalam proses pembuatan. Bank syariah membiayai
pembuatan barang tersebut dan mendapatkan pembayaran dari nasabah sebesar
pembiayaan barang ditambah dengan marjin keuntungan. Pembayaran angsuran
pokok dan marjin kepada bank syariah tidak sekaligus pada akhir periode,
melainkan dicicil sesuai dengan kesepakatan. Umumnya bank syariah
memanfaatkan skema ini untuk pembiayaan konstruksi.

 Mudharabah

Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah menanggung


sepenuhnya kebutuhan modal usaha/investasi.

 Musyarakah

Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah tidak menanggung
sepenuhnya kebutuhan modal usaha/investasi (biasanya sekitar 70 s.d. 80%).

Jasa:  Wakalah,  rahn,  kafalah,  sharf  dsb.

 Wakalah

Wakalah berarti perwalian/perwakilan. Artinya BSB bekerja untuk mewakili


nasabah dalam melakukan suatu hal.

 Rahn

Rahn bermakna gadai. Artinya bank syariah meminjamkan uang (qardh) kepada


nasabah dengan jaminan yang dititipkan nasabah ke bank syariah. Bank syariah
memungut biaya penitipan jaminan tersebut untuk menutup biaya dan keuntungan
bank syariah.
BSB mengaplikasikan skema ini pada iB SiaGa Emas.

 Kafalah

Dengan skema kafalah, bank syariah menjamin nasabahnya. Bila terjadi sesuatu


dengan nasabah, bank syariah akan bertanggung jawab kepada pihak ke-3 sesuai
kesepakatan awal.

 Sharf

Merupakan jasa penukaran uang.

Anda mungkin juga menyukai