Anda di halaman 1dari 9

Nama : Abdul weris

Nim : 11907107
Kelas : 4A
PRODI : PERBANKAN SYARIAH
UTS & UAS : FIQIH PERBANKAN SYARIAH
DOSEN: MANSYUR, S.Pd.I, M.Pd.I

Soal UTS

1. Jelaskan, pemahaman anda tentang riba dan bunga, bagaimana kaitan dengan operasional perbankan
syariah ?
2. Sebutkan dan jelaskan perbedaan perbankan syariah dan konvensional !
3. Sebutkan dan jelaskan jenis prinsip keuangan syariah yang diimplementasikan pada bank syariah !
4. Bagaimana respon masyarakat dengan adanya perbankan syariah beroperasi !
5. Apakah perbankan syariah sudah memenuhi standar keuangan yang berprinsip syariah? jelaskan !
6. Sebutkan dan jelaskan produk dan prinsip perbankan syariah baik dalam pendanaan maupun pembiayaan !
7. Apa pengertian Ba’i (jual beli), apa saja dasar Masru’iyah, apa saja bentuk-bentuk ba’i, bagaimana
berdasarkan alat tukar dan barang dan bagaimana sistem bagi hasil, jelaskan !

Jawaban

1. . Riba secara bahasa bermakna tambahan atau meminta kelebihan uang dari nilai awal. Secara lebih spesifik lagi
riba adalah meminta tambahan uang dari pinjaman awal baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam
yang bertentangan dengan prinsip syariah Islam. Dalam hal ini pinjam meminjam atau jual beli tersebut masuk
kategori transaksi yang haram. Misalnya si A memberi pinjaman kepada si B, dengan syarat si B harus
mengembalikan uang pokok pinjaman beserta sekian persen tambahannya. Secara garis besar riba dikelompokkan
menjadi 2, yaitu riba utang piutang (untuk transaksi pinjam meminjam) dan riba jual beli.

A. Riba dalam Transaksi Utang Piutang

Ada dua macam riba dalam transaksi utang piutang

Riba Qardh, yaitu sejumlah kelebihan tertentu yang diminta oleh pihak yang memberi utang terhadap yang berutang
saat mengembalikannya. Misalnya si A bersedia meminjamkan si B uang sebesar Rp300 ribu, asalkan si B bersedia
mengembalikannya sebesar Rp325 ribu.

Riba Jahiliyah, yaitu utang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak mampu membayar utangnya tepat
waktu. Misalnya si A meminjam Rp1 juta kepada si B dengan janji waktu setahun pengembalian utangnya. Setelah
jatuh temponya, si A belum bisa mengembalikan utangnya kepada si B. Maka B mau menambah jangka waktu
pengembalian utang, asalkan si A bersedia memberi tambahan dalam pembayaran utangnya. Sehingga tanggungan
utang si A menjadi berlipat ganda.

B. Riba dalam Transaksi Jual Beli

Dalam transaksi jual beli, ada dua macam riba:

-Riba Fadhl, yaitu jual beli dengan cara tukar barang sejenis namun dengan kadar atau takaran yang berbeda untuk
tujuan mencari keuntungan. Misalnya cincin emas 24 karat seberat 5 gram ditukar dengan emas 24 karat namun
seberat 4 gram. Kelebihannya itulah yang termasuk riba.
-Riba Nasi’ah, (riba karena adanya penundaan). Riba nasi’ah adalah riba yang terjadi karena adanya pembayaran
yang tertunda pada transaksi jual beli dengan tukar menukar barang baik untuk satu jenis atau berlainan jenis
dengan menunda penyerahan salah satu barang yang dipertukarkan atau kedua-duanya. Misalnya membeli buah-
buahan yang masih kecil-kecil di pohonnya, kemudian diserahkan setelah buah-buahan tersebut besar atau layak
dipetik.

Bunga bank adalah biaya yang dibayarkan saat membayar jasa atas peminjaman uang yang diberikan oleh bank
dalam periode tertentu. Bunga ditentukan melalui persentase dari jumlah simpanan atau jumlah pinjaman.

Apakah bunga bank haram dan sama dengan riba kaitannya dengan perbankan syariah. Islam melarang riba, dalam
hukum islam riba itu haram sedangkan bunga bank itu sendiri hukumnya juga haram menurut beberapa pendapat
ulama. Bank syariah hadir dengan menerapkan sistem bunga bagi hasil dan menghilangkan sistem bunga yang
mengandung unsur haram. Pada bank syariah, sistem perbankan yang diterapkan dinilai akan saling menguntungkan
untuk nasabah dan bank, menekankan aspek keadilan, investasi yang beretika, memegang nilai kebersamaan dan
persaudaraan, serta menghindari hal-hal yang spekulatif dalam transaksi keuangan.

Bunga bank termasuk riba, sehingga bunga bank juga diharamkan dalam ajaran Islam. Riba bisa saja terjadi pada
pinjaman yang bersifat konsumtif, maupun pinjaman yang bersifat produktif. Dan pada hakikatnya riba dalam bunga
bank memberatkan peminjam

2. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah

1. Cara Mengelola Dana

Pengelolaan dana di bank konvensional bisa dilakukan pada berbagai lini bisnis yang dianggap aman dan
menguntungkan. Selama pengelolaan dana ini tidak menyalahi aturan dan hukum yang berlaku maka pihak bank
memiliki kebebasan untuk menjalankan dan mengelola dana tersebut. Bank juga memiliki sejumlah kewajiban
kepada nasabahnya terkait dengan dana simpanan dan investasi yang disetorkan ke bank yang bersangkutan.

Dalam bank syariah, dana nasabah yang diterima dalam bentuk titipan atau investasi tidak bisa dikelola pada semua
lini bisnis secara sembarangan. Pengelolaan dan investasi yang dilakukan bank syariah harus berdasarkan syariat
Islam, di mana lini bisnis yang dipilih harus yang memenuhi aturan syariat Islam.

2. Sistem Operasional

Bank konvensional dijalankan berdasarkan standar operasional perbankan yang telah ditetapkan pemerintah dan
tunduk pada aturan hukum yang berlaku di Indonesia. Hal ini diatur pemerintah melalui lembaga keuangan dan
pihak lainnya yang dianggap berkepentingan dengan masalah tersebut. Sementara bank syariah tentunya mengikuti
aturan syariat Islam. Semua kegiatan operasional yang dijalankan akan dilakukan berdasarkan ketentuan yang telah
dikeluarkan melalui fatwa MUI yang diambil berdasarkan ketentuan syariat Islam.

3. Cara Mendapatkan Keuntungan

Dalam kegiatan operasionalnya, baik bank konvensional maupun syariah sama-sama membutuhkan dan
memberikan keuntungan kepada nasabah atas usaha yang dijalankan. Meski demikian, kedua bank ini menerapkan
perhitungan yang berbeda dalam hal keuntungan bisnis usaha. Bank konvensional menjalankan usahanya dengan
memberikan keuntungan dalam jumlah tertentu dalam bentuk suku bunga bagi nasabahnya. Suku bunga ini akan
diatur berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan pemerintah melalui lembaga keuangan dan perbankan di mana
besaran suku bunga harus menguntungkan pihak bank. Sementara itu, bank syariah tidak menerapkan sistem bunga
pada layanan mereka. Bank ini dijalankan berdasarkan syariat Islam, sebab bunga dilarang karena dianggap tidak
sesuai syariat. Bank syariah menggunakan sistem bagi hasil dan mendapatkan sejumlah keuntungan dari sistem
tersebut.

4. Metode Transaksi
Seluruh aturan serta kebijakan transaksi yang ditemui dalam bank konvensional telah diatur dan dijalankan
berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. Sementara pada bank syariah, secara khusus beberapa transaksi telah
diatur berdasarkan fatwa MUI, di antaranya adalah sebagai berikut:

Akad al-Mudharabah (bagi hasil)

Al-Musyarakah (perkongsian)

Al-Musaqat (kerja sama tani)

Al-Ba’i (bagi hasil)

Al-Ijarah (sewa-menyewa)

Al-Wakalah (keagenan)

5. Denda Keterlambatan

Nasabah pada bank konvensional dibebankan uang tambahan atau bunga apabila terlambat melakukan
pembayaran. Besaran bunga ini akan makin bertambah, jika nasabah tidak mampu membayar pada periode
berikutnya. Berbeda dengan bank konvensional, bank syariah tidak memiliki ketentuan beban uang tambahan yang
harus dibayarkan bagi nasabah yang melakukan keterlambatan pembayaran.Namun, terdapat sanksi yang dikenakan
bagi nasabah yang mampu membayar tetapi sengaja menunda pembayaran.Sanksi dapat berupa uang dengan
jumlah sesuai dengan akad yang sudah disetujui dan ditandatangani.

6. Proses Perjanjian

Pada proses perjanjian atau akad bank konvensional, nasabah cukup melakukan perjanjian dengan hukum.
Sementara pada bank syariah, akad harus sesuai dengan hukum Islam. Dalam bank syariah, akad harus menyertai
rukun, seperti adanya

penjual,

pembeli,

barang,

harga, serta

ijab dan kabul.

Selain itu, syarat yang termasuk dalam kategori barang dan jasa harus halal, harga barang dan jasa pun harus jelas,
begitu juga dengan tempat penyerahannya. Barang yang ditransaksikan juga harus dalam kepemilikan penjual.

3. Berikut ini adalah prinsip sistem keuangan Islam sebagaimana diatur melalui Al -- Qur'an dan As -- Sunah :

-Pelarangan Riba. Riba (dalam bahasa Arab) didefinisikan sebagai "kelebihan" atas sesuatu akibat penjualan ataupun
pinjaman. Riba/Ribit (bahasa Yahudi) telah dilarang tanpa adanya perbedaan pendapat diantara para ahli fikih. Riba
merupakan pelanggaran atas sistem keadilan sosial, persamaan dan hak atas barang.

-Pembagian Risiko. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari pelanggaran riba yang menetapkan hasil bagi pemberi
modal di muka. Sedangkan melalui pembagian risiko maka pembagian hasil akan dilakukan di belakang yang
besarannya tergantung dari hasil yang diperoleh.

-Menganggap uang sebagai Modal Potensial. Dalam masyarakat industri dan perdagangan yang sedang berkembang
saat ini (konvensional), fungsi uang tidak hanya sebagai alat tukar saja, tetapi juga sebaagai komoditas (hajat hidup
yang sifatnya terbatas) dan sebagai modal potensial. Dalam fungsinya sebagai komoditas, uang dipandang dalam
kedudukan yang sama dengan barang yang dijadikan sebagai objek transaksi untuk mendapatkan keuntungan (laba).

-Larangan melakukan kegiatan Spekulatif. Hal ini sama dengan pelarangan untuk transaksi yang memilliki tingkat
ketidakpastian yang sangat tinggi, judi dan transaksi yang memiliki risiko yang sangat besar.

-Kesucian Kontrak. Oleh karena islam menilai perjanjian sebagai suatu yang tinggi nilainya sehingga seluruh
kewajiban dan pengungkapan yang terkait dengan kontrak harus dilakukan. Hal ini akan mengurangi risiko dan
informasi atas informasi yang asimetri dan timbulnya moral hazard.

-Aktivitas usaha harus sesuai syariah. Seluruh kegiatan tersebut haruslah merupakan kegiatan yang diperbolehkan
menurut syariah. Dengan demikian, usaha seperti minuman keras, judi, peternakan babi yang haram juga tidak boleh
dilakukan.

4. respon masyarakat begitu antusias terhadap perbankan syariah. Penjelasan: ada beberapa masyarakat anti
dengan riba, dengan adanya bank syariah bisa menjadi alternatif bagi masyarakat untuk menabung ataupun
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan perbankan tetapi menggunakan sistem syariah.

5. pada praktinya apakah Bank Syari’ah sudah benar-benar Syari’ah? Adalah benar jika dikatakan bahwa Bank
Syari’ah belum sepenuhnya menjalankan konsep berdasarkan prinsip syari’ah. Sebagai contoh penerapan akad
Mudharabah di Bank Syari’ah yang dalam praktiknya mengharuskan ada jaminan kepada pihak bank syariah. Sistem
bagi hasil menggunakan sistem revenue sharing, dimana biaya (seperti biaya tenaga kerja, administrasi, penyusutan,
dan biaya operasional lainnya) tidak dibebankan bersama, melainkan dibebankan hanya pada pengelola (mudharib).
Keuntungan pengelola diperoleh dari pendapatan (laba kotor) dikurangi biaya kemudian dikali persentase bagi hasil.
Sedangkan keuntungan pemodal diperoleh dari pendapatan (laba kotor) dikali persentase bagi hasil. Praktik tersebut
menyalahi syari’ah, dimana yang dijadikan patokan seharusnya adalah prinsip profit and lost sharing (bagi-hasil
keuntungan dan kerugian), bukan sekedar revenue sharing saja (bagi-hasil pendapatan).

6.

1. Tabungan syariah

Tabungan syariah terikat dengan adanya kesepakatan atau akad antara nasabah dan bank, yaitu akad mudharabah
tentang simpanan yang pengelolaannya diberikan kepada bank dengan sistem bagi hasil. Produk syariah ini
menerapkan sistem bagi hasil. Jadi, bukan bunga karena adanya unsur riba yang tidak halal. Bank syariah berperan
mengelola dana simpanan untuk disalurkan sebagai modal usaha produktif yang sesuai dengan prinsip syariah.
Keuntungannya diberikan dalam bentuk bagi hasil kepada nasabah sesuai kesepakatan.

2. Deposito syariah

Deposito syariah adalah produk simpanan berjangka yang dikelola bank syariah. Produk ini bisa didapatkan untuk
nasabah perorangan dan perusahaan dengan menggunakan prinsip mudharabah.

Deposito syariah bisa ditarik setelah jangka waktu simpanan telah berakhir atau jatuh tempo, yaitu pilihan 1 bulan, 3
bulan, 6 bulan, 12 bulan, hingga 24 bulan.

Keuntungan deposito di bank syariah berupa nisbah atau bagi hasil. Umumnya, nisbah yang ditawarkan adalah 60:40
untuk nasabah dan bank.

Melihat angka tersebut, gak heran kalau banyak kalangan menilai keuntungan deposito bank syariah lebih tinggi.

Apa manfaat memiliki deposito syariah?

* Pembagian keuntungan bisa kamu atur sendiri dan bisa dijadikan jaminan pembiayaan.
* Pengelolaan dana secara syariah jadi dipastikan halal.

* Adanya fasilitas automatic roll over (ARO).

* Dana nasabah dipastikan aman karena dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

3. Gadai syariah

Gadai syariah adalah produk pinjaman tunai dari bank syariah kepada nasabahnya. Khususnya dalam hal ini, gadai
syariah menggunakan akad rahn atau ijarah. Sebagai syarat utama, nasabah wajib menyerahkan barang jaminan.
Pada penerapannya, jika nasabah atau debitur tidak sanggup melunasi cicilan, barang jaminan akan dijual untuk
menutupi utang. Jika harga jualnya melebihi utang, kelebihannya akan dikembalikan kepada debitur. Untuk biaya
administrasi, debitur dikenakan biaya pemeliharaan barang. Sebagaimana dalam pandangan Islam bahwa barang
gadai tetap menjadi milik debitur, otomatis biaya pemeliharaan akan ditanggung debitur yang kemudian dibayarkan
kepada kreditur atau bank.

4. Pembiayaan atau pinjaman syariah

Pinjaman syariah adalah produk pinjaman dari bank syariah. Nasabah wajib melunasi utang tersebut dalam bentuk
pembayaran langsung atau cicilan.

Transaksi semacam ini tidak tidak tergolong riba selama bertujuan tolong-menolong dan tetap mengikuti syariat.
Keuntungan bank didapatkan dari margin harga beli barang di toko dengan harga jual kepada nasabah.

Misalnya, nasabah meminjam uang tunai untuk membeli komputer, bank syariah akan membelikannya terlebih
dahulu di toko. Lalu, komputer itu dijual kepada nasabah dengan harga yang telah dimasukkan margin.

Contoh lainnya dikenal dengan sistem bagi hasil, yaitu saat kita pinjam sejumlah uang untuk modal usaha. Bank akan
dapat beberapa persen dari profit usaha kita nantinya. Persentase profit sharing akan disetujui bersama di muka.

5. Giro syariah

Giro syariah adalah produk simpanan di bank syariah yang dana bisa ditarik dengan menggunakan cek atau bilyet
giro selain kartu ATM.

Nasabah giro, disebut juga dengan giran, bisa dari perorangan atau badan hukum yang membutuhkan kemudahan
bertransaksi dalam jumlah yang sangat besar kapan saja.

Soal UAS

1. Jelaskan oleh anda pasar uang, jual beli saham, dan trading valas dalam pandangan islam serta peranan perbankan
syariah dalam perekonomian !

2. Jelaskan pemahaman anda tentang riba dan bunga, bagaimana kaitan dengan operasional perbankan syariah dan
bagaimana respon masyarakat dengan adanya perbankan syariah beroperasi !

3. Sebutkan dan jelaskan jenis perinsip keuangan syariah yang diimplementasikan pada bank syariah dan apakah
perbankan syariahsudah memenuhi standar keuangan yang berprinsip syariah, jelaskan !

4. Menurut anda, apakah perbankan syariah sudah memenuhi prinsip-prinsip keuangan syariah, jelaskan dan
sebutkan serta uraikan tiga jenis prinsip dalam jasa perbankan syariah. Bagaimana operasionalnya !
5. Apa kritik dan saran anda terhadap operasional bank syariah, dan bagaimana usul anda untuk meningkatkan
kinerja dan kemajuan bank syariah !

Jawaban

1. Mengenai pasar uang, dalam islam pasar uang yang dibolehkan hanya pasar uang yang tidak menggunakan sistem
bunga dan jual beli saham dalam islam diperbolehkan selama memenuhi syarat hukum islam sedangkan Mengenai
trading valas, Sebuah transaksi jual beli apapun termasuk valuta asing diperbolehkan apabila barang yang
diperjualbelikan bukanlah barang yang haram.

Peran Adapun tujuan berdirinya perbankan Syariah di Indonesia yaitu :

-Mengarahkan kegiatan ekonomi umat yang bermuamalat secara Islam, agar terhindar dari unsur riba
dan gharar (tipuan) sehingga merugikan masyarakat.

-Menciptakan keadilan di bidang ekonomi dengan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak
terjadi kesenjangan.

- Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan membuka peluang usaha untuk meningkatkan sektor
perekonomian Indonesia.

- Mengatasi masalah kemiskinan dengan melakukan pemberdayaan program pembinaan pengusaha produsen,
pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja, program
pengembangan usaha bersama.

-Menjaga stabilitas ekonomi dan moneter.

- Menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-syariah.

2. Riba secara bahasa bermakna tambahan atau meminta kelebihan uang dari nilai awal. Secara lebih spesifik lagi
riba adalah meminta tambahan uang dari pinjaman awal baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam
yang bertentangan dengan prinsip syariah Islam. Dalam hal ini pinjam meminjam atau jual beli tersebut masuk
kategori transaksi yang haram. Misalnya si A memberi pinjaman kepada si B, dengan syarat si B harus
mengembalikan uang pokok pinjaman beserta sekian persen tambahannya. Secara garis besar riba dikelompokkan
menjadi 2, yaitu riba utang piutang (untuk transaksi pinjam meminjam) dan riba jual beli.

A. Riba dalam Transaksi Utang Piutang

Ada dua macam riba dalam transaksi utang piutang:

-Riba Qardh, yaitu sejumlah kelebihan tertentu yang diminta oleh pihak yang memberi utang terhadap yang
berutang saat mengembalikannya. Misalnya si A bersedia meminjamkan si B uang sebesar Rp300 ribu, asalkan si B
bersedia mengembalikannya sebesar Rp325 ribu.

-Riba Jahiliyah, yaitu utang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak mampu membayar utangnya tepat
waktu. Misalnya si A meminjam Rp1 juta kepada si B dengan janji waktu setahun pengembalian utangnya. Setelah
jatuh temponya, si A belum bisa mengembalikan utangnya kepada si B. Maka B mau menambah jangka waktu
pengembalian utang, asalkan si A bersedia memberi tambahan dalam pembayaran utangnya. Sehingga tanggungan
utang si A menjadi berlipat ganda.

B. Riba dalam Transaksi Jual Beli


Dalam transaksi jual beli, ada dua macam riba:

-Riba Fadhl, yaitu jual beli dengan cara tukar barang sejenis namun dengan kadar atau takaran yang berbeda untuk
tujuan mencari keuntungan. Misalnya cincin emas 24 karat seberat 5 gram ditukar dengan emas 24 karat namun
seberat 4 gram. Kelebihannya itulah yang termasuk riba.

-Riba Nasi’ah, (riba karena adanya penundaan). Riba nasi’ah adalah riba yang terjadi karena adanya pembayaran
yang tertunda pada transaksi jual beli dengan tukar menukar barang baik untuk satu jenis atau berlainan jenis
dengan menunda penyerahan salah satu barang yang dipertukarkan atau kedua-duanya. Misalnya membeli buah-
buahan yang masih kecil-kecil di pohonnya, kemudian diserahkan setelah buah-buahan tersebut besar atau layak
dipetik.

Sedangkan bunga bank adalah biaya yang dibayarkan saat membayar jasa atas peminjaman uang yang diberikan
oleh bank dalam periode tertentu. Bunga ditentukan melalui persentase dari jumlah simpanan atau jumlah
pinjaman.

Apakah bunga bank haram dan sama dengan riba kaitannya dengan perbankan syariah. Islam melarang riba, dalam
hukum islam riba itu haram sedangkan bunga bank itu sendiri hukumnya juga haram menurut beberapa pendapat
ulama. Bank syariah hadir dengan menerapkan sistem bunga bagi hasil dan menghilangkan sistem bunga yang
mengandung unsur haram. Pada bank syariah, sistem perbankan yang diterapkan dinilai akan saling menguntungkan
untuk nasabah dan bank, menekankan aspek keadilan, investasi yang beretika, memegang nilai kebersamaan dan
persaudaraan, serta menghindari hal-hal yang spekulatif dalam transaksi keuangan.

Mengenai respon dengan adanya perbankan syariah beoperasi, masyarakat begitu antusias terhadap perbankan
syariah. Penjelasan: ada beberapa masyarakat anti dengan riba, dengan adanya bank syariah bisa menjadi alternatif
bagi masyarakat untuk menabung ataupun melakukan kegiatan yang berhubungan dengan perbankan tetapi
menggunakan sistem syariah.

3. Berikut ini adalah prinsip sistem keuangan Islam sebagaimana diatur melalui Al -- Qur'an dan As -- Sunah :

-Pelarangan Riba. Riba (dalam bahasa Arab) didefinisikan sebagai "kelebihan" atas sesuatu akibat penjualan ataupun
pinjaman. Riba/Ribit (bahasa Yahudi) telah dilarang tanpa adanya perbedaan pendapat diantara para ahli fikih. Riba
merupakan pelanggaran atas sistem keadilan sosial, persamaan dan hak atas barang.

-Pembagian Risiko. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari pelanggaran riba yang menetapkan hasil bagi pemberi
modal di muka. Sedangkan melalui pembagian risiko maka pembagian hasil akan dilakukan di belakang yang
besarannya tergantung dari hasil yang diperoleh.

-Menganggap uang sebagai Modal Potensial. Dalam masyarakat industri dan perdagangan yang sedang berkembang
saat ini (konvensional), fungsi uang tidak hanya sebagai alat tukar saja, tetapi juga sebaagai komoditas (hajat hidup
yang sifatnya terbatas) dan sebagai modal potensial. Dalam fungsinya sebagai komoditas, uang dipandang dalam
kedudukan yang sama dengan barang yang dijadikan sebagai objek transaksi untuk mendapatkan keuntungan (laba).

-Larangan melakukan kegiatan Spekulatif. Hal ini sama dengan pelarangan untuk transaksi yang memilliki tingkat
ketidakpastian yang sangat tinggi, judi dan transaksi yang memiliki risiko yang sangat besar.

-Kesucian Kontrak. Oleh karena islam menilai perjanjian sebagai suatu yang tinggi nilainya sehingga seluruh
kewajiban dan pengungkapan yang terkait dengan kontrak harus dilakukan. Hal ini akan mengurangi risiko dan
informasi atas informasi yang asimetri dan timbulnya moral hazard.
-Aktivitas usaha harus sesuai syariah. Seluruh kegiatan tersebut haruslah merupakan kegiatan yang diperbolehkan
menurut syariah. Dengan demikian, usaha seperti minuman keras, judi, peternakan babi yang haram juga tidak boleh
dilakukan.

Lalu mengenai apakah perbankan syariah pada praktinya apakah Bank Syari’ah sudah benar-benar Syari’ah? Adalah
benar jika dikatakan bahwa Bank Syari’ah belum sepenuhnya menjalankan konsep berdasarkan prinsip syari’ah.
Sebagai contoh penerapan akad Mudharabah di Bank Syari’ah yang dalam praktiknya mengharuskan ada jaminan
kepada pihak bank syariah. Sistem bagi hasil menggunakan sistem revenue sharing, dimana biaya (seperti biaya
tenaga kerja, administrasi, penyusutan, dan biaya operasional lainnya) tidak dibebankan bersama, melainkan
dibebankan hanya pada pengelola (mudharib). Keuntungan pengelola diperoleh dari pendapatan (laba kotor)
dikurangi biaya kemudian dikali persentase bagi hasil. Sedangkan keuntungan pemodal diperoleh dari pendapatan
(laba kotor) dikali persentase bagi hasil. Praktik tersebut menyalahi syari’ah, dimana yang dijadikan patokan
seharusnya adalah prinsip profit and lost sharing (bagi-hasil keuntungan dan kerugian), bukan sekedar revenue
sharing saja (bagi-hasil pendapatan).

4. Bank Syari’ah belum sepenuhnya menjalankan konsep berdasarkan prinsip syari’ah. Sebagai contoh penerapan
akad Mudharabah di Bank Syari’ah yang dalam praktiknya mengharuskan ada jaminan kepada pihak bank syariah.
Sistem bagi hasil menggunakan sistem revenue sharing, dimana biaya (seperti biaya tenaga kerja, administrasi,
penyusutan, dan biaya operasional lainnya) tidak dibebankan bersama, melainkan dibebankan hanya pada pengelola
(mudharib). Keuntungan pengelola diperoleh dari pendapatan (laba kotor) dikurangi biaya kemudian dikali
persentase bagi hasil. Sedangkan keuntungan pemodal diperoleh dari pendapatan (laba kotor) dikali persentase bagi
hasil. Praktik tersebut menyalahi syari’ah, dimana yang dijadikan patokan seharusnya adalah prinsip profit and lost
sharing (bagi-hasil keuntungan dan kerugian), bukan sekedar revenue sharing saja (bagi-hasil pendapatan).

Ada sejumlah prinsip dalam Islam yang mendasari produk dan kegiatan perbankan syariah. Apa saja itu? Salah
satunya kita ambil 3 prinsip diantaranya:

1) Mudharabah

Adalah akad kerja sama antara shahibul maal (pemilik modal) dan mudharib (pengelola dana) yang pembagian
keuntungannya berdasarkan bagi hasil menurut kesepakatan awal.

Apabila usaha yang dijalankan mengalami kerugian, seluruh kerugian ditanggung shahibul maal, kecuali ditemukan
adanya kelalaian atau kesalahan yang diperbuat mudharib, seperti penyelewengan, kecurangan, dan
penyalahgunaan dana. Prinsip mudharabah dibagi menjadi dua, yakni mudharabah mutlaqah dan mudharabah
muqayyadah.

2) Musyarakah

Musyarakah adalah akad kerja sama di antara dua atau lebih shahibul maal untuk mendirikan usaha bersama dan
bersama-sama mengelolanya. Perihal keuntungan dibagi sesuai kesepakatan, sedangkan kerugiannya ditanggung
menurut kontribusi modal masing-masing. Jenis-jenisnya ada empat, yakni Syirkah Mufawadhah, Syirkah ‘inan,
Syirkah a’mal, dan Syirkah Wujuh.

3) Wadiah

Adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain. Prinsip wadiah digolongkan menjadi dua macam, yakni Wadiah
Yad Amanah dan Wadiah Yad dhamanah. Keduanya berbeda: Wadiah Yad Amanah bisa diartikan si penerima wadiah
tidak bertanggung jawab jika ada kehilangan dan kerusakan pada wadiah yang bukan disebabkan kelalaian atau
kecerobohan penerima wadiah

5. saran dan usul saya adalah sbb:

-Menjaga pelaksanaan prinsip-prinsip syariah

Bank syariah sangat perlu untuk terus menjaga prinsip-prinsip syariah dalam melaksanakan kegiatannya. Prinsip-
prinsip tersebut adalah bebas dari tiga hal, yaitu maisir (perjudian/gambling), gharar (penipuan), dan riba' (bunga).

-Meningkatkan pelayanan kepada nasabah

Pelayanan bank syariah kepada nasabah harus terus ditingkatkan, terutama di setiap kantor cabang. Harapan
nasabah adalah mendapatkan pelayanan yang ramah, cermat, dan cepat.

-Mengoptimalkan pemasaran kepada masyarakat

Bisa jadi nasabah bank syariah masih kurang karena pemasaran yang dilakukan belum optimal. Bank syariah perlu
membuat dan melaksanakan strategi pemasaran yang tepat sasaran. Pemasaran, baik secara langsung (hard selling)
maupun tidak langsung (soft selling), harus berlangsung seiring sejalan.

-Memberikan reward bagi nasabah setia

Bank syariah perlu memberikan reward kepada nasabah setia. Reward ini diberikan sebagai bentuk apresiasi
terhadap kepercayaan nasabah. Misalnya, bank syariah memberikan umrah gratis bagi seseorang yang telah menjadi
nasabah selama sepuluh tahun atau lebih.

-Menjalankan fungsi sosial

Berdasarkan pasal 4 ayat (2) UU Perbankan Syariah, bank syariah dapat menjalankan fungsi sosial yaitu menerima
dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi
pengelola zakat.

Anda mungkin juga menyukai