2. Sistem Operasional
Bank konvensional dijalankan berdasarkan standar opersional perbankan yang telah
ditetapkan pemerintah dan tunduk pada aturan hukum yang berlaku di Indonesia.
Hal ini diatur pemerintah melalui lembaga keuangan dan pihak lainnya yang dianggap
berkepentingan dengan masalah tersebut.
Sementara bank syariah tentunya mengikuti aturan syariat Islam.
Semua kegiatan operasional yang dijalankan akan dilakukan berdasarkan ketentuan yang
telah dikeluarkan melalui fatwa MUI yang diambil berdasarkan ketentuan syariat Islam.
3. Cara Mengelola Dana
Pengelolaan dana di bank konvesional bisa dilakukan pada berbagai lini bisnis yang dianggap
aman dan menguntungkan.
Selama pengelolaan dana ini tidak menyalahi aturan dan hukum yang berlaku maka pihak
bank memiiki kebebasan untuk menjalankan dan mengelola dana tersebut.
Bank juga memiliki sejumlah kewajiban kepada nasabahnya terkait dengan dana simpanan
dan investasi yang disetorkan ke bank yang bersangkutan.
Dalam bank syariah, dana nasabah yang diterima dalam bentuk titipan atau investasi tidak
bisa dikelola pada semua lini bisnis secara sembarangan.
Pengelolaan dan investasi yang dilakukan bank syariah harus berdasarkan syariat Islam, di
mana lini bisnis yang dipilih harus yang memenuhi aturan syariat Islam.
4. Metode Transaksi
Seluruh aturan serta kebijakan transaksi yang ditemui dalam bank konvesional telah diatur
dan dijalankan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.
Sementara pada bank syariah, secara khusus beberapa transaksi telah diatur berdasarkan
fatwa MUI, di antaranya adalah sebagai berikut:
Akad al-Mudharabah (bagi hasil)
Al-Musyarakah (perkongsian)
Al-Musaqat (kerja sama tani)
Al-Ba’i (bagi hasil)
Al-Ijarah (sewa-menyewa)
Al-Wakalah (keagenan)
5. Denda Keterlambatan
Nasabah pada bank konvesional dibebankan uang tambahan atau bunga apabila terlambat
melakukan pembayaran.
Besaran bunga ini akan makin bertambah, jika nasabah tidak mampu membayar pada periode
berikutnya.
Berbeda dengan bank konvesional, bank syariah tidak memiliki ketetuan beban uang
tambahan yang harus dibayarkan bagi nasabah yang melakukan keterlambatan pembayaran.
Namun, terdapat sanksi yang dikenakan bagi nasabah yang mampu membayar tetapi sengaja
menunda pembayaran.
Sanksi dapat berupa uang dengan jumlah sesuai dengan akad yang sudah disetujui dan
ditandatangani.
6. Proses Perjanjian
Pada proses perjanjian atau akad bank konvesional, nasabah cukup melakukan perjanjian
dengan hukum.
Sementara pada bank syariah, akad harus sesuai dengan hukum Islam.
Dalam bank syariah, akad harus menyertai rukun, seperti adanya:
penjual,
pembeli,
barang,
harga, serta
ijab dan kabul.
Selain itu, syarat yang termasuk dalam kategori barang dan jasa harus halal, harga barang dan
jasa pun harus jelas, begitu juga dengan tempat penyerahannya.
Barang yang ditransaksikan juga harus dalam kepemilikan penjual.