Anda di halaman 1dari 9

Menganalisis Sumber Dana Bank Syariah

A. Pengertian Bank Syariah


Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana dari
masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan fungsi
intermediasi keuangan. Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam sistem
operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Sesuai UU No. 21 tahun
2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis
Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan
(maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim
dan obyek yang haram. Selain itu, UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan bank syariah
untuk menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).
Pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan syariah dari aspek
pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik dilaksanakan oleh OJK
sebagaimana halnya pada perbankan konvensional, namun dengan pengaturan dan sistem
pengawasan yang disesuiakan dengan kekhasan sistem operasional perbankan syariah.
Masalah pemenuhan prinsip syariah memang hal yang unik bank syariah, karena hakikinya
bank syariah adalah bank yang menawarkan produk yang sesuai dengan prinsip syariah.
Sistem dan mekanisme untuk menjamin pemenuhan kepatuhan syariah yang menjadi
isu penting dalam pengaturan bank syariah. Dalam kaitan ini lembaga yang memiliki peran
penting adalah Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Undang-undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah memberikan kewenangan kepada MUI yang fungsinya dijalankan
oleh organ khususnya yaitu DSN-MUI untuk menerbitkan fatwa kesesuaian syariah suatu
produk bank. Kemudian Peraturan Bank Indonesia (sekarang POJK) menegaskan bahwa
seluruh produk perbankan syariah hanya boleh ditawarkan kepada masyarakat setelah bank
mendapat fatwa dari DSN-MUI dan memperoleh ijin dari OJK. Pada tataran operasional pada
setiap bank syariah juga diwajibkan memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
fungsinya ada dua, pertama fungsi pengawasan syariah dan kedua fungsi advisory
(penasehat) ketika bank dihadapkan pada pertanyaan mengenai apakah suatu aktivitasnya
sesuai syariah apa tidak, serta dalam proses melakukan pengembangan produk yang akan
disampaikan kepada DSN untuk memperoleh fatwa. Selain fungsi-fungsi itu, dalam
perbankan syariah juga diarahkan memiliki fungsi internal audit yang fokus pada pemantauan
kepatuhan syariah untuk membantu DPS, serta dalam pelaksanaan audit eksternal yang
digunakan bank syariah adalah auditor yang memiliki kualifikasi dan kompetensi di bidang
syariah
B. Tujuan dan Fungsi Bank Syariah
Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Sedangkan fungsi dari perbankan syariah adalah :
1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana
kepada masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul
mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial
lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan
menyalurkannya kepada penoigelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi
wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. Struktur Perbankan Syariah


Berdasarkan Kegiatannya Bank Syariah dibedakan menjadi Bank Umum Syariah, Unit Usaha
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

D. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah

No Bank Konvensional Bank Syariah


.

1. Bebas nilai Berinvestasi pada usaha yang halal

2. Sistem bunga Atas dasar bagi hasil, margin keuntungan dan fee

3. Besaran bunga tetap Besaran bagi hasil berubah-ubah tergantung kinerja usaha

4. Profit Profit dan falah oriented (kebahagiaan dunia dan akhirat)


oriented (kebahagiaan
dunia saja)

5. Hubungan debitur-kreditur Pola hubungan:


1. Kemitraan (musyarakah dan mudharabah)
2. Penjual – pembeli (murabahah, salam dan istishna)
3. Sewa menyewa (ijarah)
4. Debitur – kreditur; dalam pengertian equity holder
(qard)

6. Tidak ada lembaga sejenis Ada Dewan Pengawas Syariah (DPS)


dengan Dewan Pengawas
Syariah
Perbedaan antara system bunga bank dengan prinsip bagi hasil bank Syariah:

No Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil


.

1. Asumsi selalu untung Ada kemungkinan untung/rugi

2. Didasarkan pada jumlah uang (pokok) Didasarkan pada rasio bagi hasil dari
pinjaman pendapatan/keuntungan yang diperoleh
nasabah pembiayaan

3. Nasabah kredit harus tunduk pada Margin keuntungan untuk bank (yang
pemberlakuan perubahan tingkat suku disepakati bersama) yang ditambahkan
bunga tertentusecarasepihakoleh bank, pada pokok pembiayaan berlaku sebagai
sesuai dengan fluktuasi tingkat suku harga jual yang tetap sama hingga
bunga di pasar uang. Pembayaranbunga berakhirnya masa akad. Porsi pembagian
yang sewaktu-waktu dapat meningkat atau bagi hasil berdasarkan nisbah (yang
menurun tersebut tidak dapat dihindari disepakati bersama) berlaku tetap sama,
oleh nasabah di dalam masa pembayaran sesuai akad, hingga berakhirnya masa
angsuran kreditnya. perjanjian pembiayaan (untuk pembiayaan
konsumtif)

4. Tidak tergantung pada kinerja usaha. Jumlah pembagian bagi hasil berubah-
Jumlah pembayaran bunga tidak ubah tergantung kinerja usaha (untuk
meningkat meskipun jumlah keuntungan pembiayaan berdasarkan bagi hasil)
berlipatganda saat keadaan ekonomi
sedang baik

5. Eksistensi bunga diragukan kehalalannya Tidak ada agama yang meragukan


oleh semua agama termasuk agama Islam keabsahan bagi hasil

6. Pembayaran bunga tetap seperti yang Bagi hasil tergantung pada keuntungan
dijanjikan tanpa pertimbangan proyek proyek yang dijalankan. Jika proyek itu
yang dijalankan oleh pihak nasabah tidak mendapatkan keuntungan maka
untung atau rugi kerugian akan ditanggung bersama kedua
pihak

E. Pengertian Sumber Dana


Pertumbuhan setiap bank dipengaruhi oleh perkembangan kemampuannya
menghimpun dana masyarakat. Dana adalah uang tunai yang dimiliki dan dikuasai oleh bank
dala bentuk tunai atau aktiva lain yang dapat diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang
dikuasai oleh bank tidak hanya berasalal dari pemilik bank tapi juga dari pihak lain yang
sewaktu-waktu ditarik kembali baik berangsur-angsur maupun sekaligus.
Sumber dana bank syariah diperoleh dengan cara menghimpun dana dari nasabah
yang kemudian digunakan untuk menggerakan seluruh kegiatan perbankan yang berpengaruh
pada kegiatan perekonomian. Perputaran dana diperoleh untuk memperoleh keuntungan/ laba
yang kemudian keuntungan akan dibagi antara bank dan nasabah dengan menerapkan prinsip
bagi hasil yang seadil-adilnya sesuai dengan kesepakatan yang sudah terjalin diawal
penerimaan dana.
Sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam rangka
membiayai kegiatan operasionalnya. Sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga keuangan di
mana kegiatan sehari-harinya adalah bergerak dibidang keuangan, maka sumber-sumber dana
juga tidak terlepas dari bidang keuangan. Untuk menopang kegiatan bank sebagai penjual
uang (memberikan pinjaman), bank harus lebih dahulu membeli uang (menghimpun dana),
sehingga dari selisih bunga tersebut bank mempe roleh keuntungan.

Kemampuan bank memperoleh sumber-sumber dana yang diinginkan sangat mempengaruhi


kelanjutan usaha bank. Dalam mencari sumber dana, bank harus mempertimbangkan
beberapa faktor seperti kemudahan untuk memperoleh dana tersebut, jangka waktu  sumber
dana serta biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh dana tersebut. Dalam hal ini,
bank harus pintar menentukan untuk apa dana tersebut digunakan, seberapa besar dana yang
dibutuhkan, sehingga tidak salah dalam menentukan pilihan.  Pemilihan sumber dana akan
menentukan besar kecilnya biaya yang ditanggung.oleh karena itu pemilihan sumber dana
bank harus dilakukan secara tepat.
F. Fungsi Sumber Dana Bank Syariah
1. Sebagai alat pembayaran kegiatan usahanya.
Dana yang dihimpun memiliki karakteristik yang berbeda baik dari jangka waktu maupun
harga (tingkat bunga) maupun cara penarikannya. Identifikasi terhadap sensitifitas dan jangka
waktu yang akan memudahkan bank dalam mengendalikan sumber dana melalui maturity
gap dan interest gap yang diinginkan bank. Alokasi dana tersebut diperuntukkan sebagai
berikut:

a. Demand Depost  untuk membiayai kebutuhan dana jangka pendek sepertiprimary


reserve, secondary reserve serta kredit jangka pendek.
b. Saving Deposit untuk membiayai kebutuhan penanaman jangka pendek berupaprimary
reserve dan kredit jangka panjang.
c. Time Deposit  untuk membiayai secondary reserve, kredit jangka menengah dan surat
berharga.
d. Capital Deposit  dapat dipakai untuk membiayai kredit jangka panjang, perdagangan
surat berharga dan aktiva tetap.

2. Dana berfungsi sebagai sumber likuiditas bank


Dana yang dihimpun selain untuk membiayai kegiatan usahanya yang bersifat produktif, juga
untuk memelihara likuiditas bank. Pemeliharaan likuiditas bisa dicermati dari dana yang
ditempatkan pada kas atau giro wajib (giro BI) atau bahkan padasecondary
reserve berupa marketable security berjangka pendek. Semakin banyak sumber dana yang
ditempatkan pada pos-pos tersebut, maka semakin likuid bank yang bersangkutan, sebaliknya
semakin mengecil dana yang ditempatkan pada pos tersebut mengindikasikan likuiditas bank
yang bersangkutan relatif tetap.

3. Sebagai tolok ukur kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan


Volume dana pihak ketiga dapat dijadikan indikasi tingkat kepercayaan masyarakat pada
bank yang bersangkutan. Semakin tinggi volume dana pihak ke tiga mengindikasikan bahwa
masyarakat relatif percaya kepada bank yang bersangkutan. Sebaliknya bila volume dana
pihak ketiga semakin mengecil maka mengindikasikan masyarakat semakin tidak percaya
pada bank tersebut.

Memang ada bank yang tertalu money center, artinya terlalu mengandalkan sumber dana
pasar uang. Namun terlalu fokus pencarian dana ke pasar uang juga terlalu beresiko. Oleh
karena itu sumber dana pihak ketiga yang relatif kecil tetap pertanda bahwa bank tersebut
memang kurang mendapat kepercayaan masyarakat atau calon deposan.

G. Sumber-sumber dana bank syariah:


1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri
a. Setoran modal dari pemegang saham
Merupakan modal dari para pemegang saham lama atau pemgang saham yang baru.
Dana yang disetor secara efektif oleh para pemegang saham pada waktu bank berdiri.
Pada umumnya modal setoran pertama dari pemilik bank sebagian digunakan untuk
sarana perkantoran, pengadaan peralatan kantor dan promosi untuk menarik minat
masyarakat. Dana ini berasal dari setoran para pemegang saham perusahaan/bank.
b. Cadangan Laba
Merupakan laba yang setiap tahun di cadangkan oleh bank dan sementara waktu belum
digunakan. Cadangan laba yaitu sebagian dari laba bank yang disisihkan dalam bentuk
cadangan modal dan cadangan lainnya yang akan dipergunakan untuk menutupi
timbulnya resiko di kemudian hari. Cadangan ini dapat diperbesar apabila bagian untuk
cadangan tersebut ditingkatkan atau bank mampu meningkatkan labanya.
c. Laba bank yang belum dibagi
Adalah laba yang memang belum dibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu
Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang relatif
lebih besar daripada jika meminjam ke lembaga lain. Sedangkan kerugiannya adalah
waktu yang diperlukan untuk memperoleh dana dalam jumlah besar memerlukan waktu
yang relatif lebih lama, hal ini dikarenakan penjualan saham kepada pihak lain bukanlah
sesuatu yang cepat dan mudah dilakukan.
2. Dana yang bersumber dari masyarakat luas
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan
merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana
ini. Adapun Dana masyarakat adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat, baik
perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh dari bank dengan menggunakan berbagai
instrumen produk simpanan yang dimiliki oleh bank.

Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam jenis
simpanan (rekening). Masing-masing jenis simpanan memiliki keunggulan tersendiri,
sehingga bank harus pandai dalam menyiasati pemilihan sumber dana. Sumber dana yang
dimaksud adalah:

a. Simpanan Giro (Demand Deposit)

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan mempergunakan cek, surat perintah pembayaran, lainnya, atau dengan cara
pemindahbukuan.

Sedangkan menurut Pasal 1 butir 6 UU No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan giro
adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan
pemindahbukuan.

Atau dengan kata lain giro adalah suatu istilah perbankan untuk suatu cara pembayaran
yang hampir merupakan kebalikan dari sistem cek. Suatu cek diberikan kepada pihak
penerima pembayaran (payee) yang menyimpannya di bank mereka, sedangkan giro
diberikan oleh pihak pembayar (payer) ke banknya, yang selanjutnya akan mentransfer
dana kepada bank pihak penerima, langsung ke akun mereka.

b. Simpanan Tabungan

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet
giro, dan/atau alat lain yang dipersamakan dengan itu (Pasal 1 butir 9 UU No. 10/1998)

Ada juga pendapat yang mengatakan tabungan adalah sebagian pendapatan masyarakat
yang tidak dibelanjakan disimpan sebagai cadangan guna berjaga-jaga dalam jangka
pendek. Faktor-faktor tingkat Tabungan, antara lain:

1. Tinggi rendahnya pendapatan masyarakat


2. Tinggi rendahnya suku bunga bank
3. adanya tingkat kepercayaan terhadap bank

c. Simpanan Deposito
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
perjanjian nasabah dengan bank (Pasal 1 butir 7 UU No. 10/1998).
Jenis jasa tabungan yang biasa ditawarkan oleh bank kepada masyarakat ini biasanya
memiliki jangka waktu tertentu di mana uang di dalamnya tidak boleh ditarik nasabah.
Bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada bunga tabungan biasa.
d. Sertipikat Deposito
Simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat
dipindahtangankan (Pasal 1 butir 8) sedangkan dalam pengertian lain dikatakan bahwa
setipikat deposito adalah simpanan berjangka atas pembawa atau atas tunjuk, yang dengan
izin Bank Indonesia dikeluarkan oleh bank sebagai bukti simpanan yang dapat
diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada pihak lain.
Perbedaan Deposito Berjangka dan Sertipikat Deposito

1. Bunga sertifikat deposito bisa diperhitungkan dimuka.


2. Sertifikat deposito diterbitkan atas tunjuk, sedang deposito diterbitkan atas nama. Jadi
pemegang sertifikat deposito siapapun dia, dapat mencairkan dana dalam sertifikat
deposito tersebut.
3. Sertifikat deposito dapat diperjualbelikan dan dipindah tangankan.
4. Sertifikat deposito tidak dapat diperpanjang secara otomatis.

Keuntungan Sertipikat Deposito

1. Perhitungan bunga dimuka, sehingga bunga yang anda peroleh dapat diinvestasikan
lagi di tempat lain
2. Tingkat suku bunga yang menarik, biasanya lebih tinggi daripada deposito biasa
3. Dapat dipergunakan sebagai jaminan kredit dan dapat diperjual belikan secara bebas.
4. Dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sesuai dengan ketentuan yang
berlaku

Kerugian Sertipikat Deposito

 Bila dana dicairkan sebelum jatuh tempo, maka akan kena penalti sejumlah tertentu.
 Bila sertifikat deposito hilang, maka penemunya bisa mencairkannya dengan mudah

3. Dana yang bersumber dari sumber atau lembaga lainnya

Merupakan Sumber dana tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber
dana pertama dan kedua di atas. Pencarian dari sumber dana ini relaitif labih mahal dan
sifatnya hanya sementara waktu saja. Kemudian dana yang diperoleh dari sumber ini
digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu.
Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari :
a. Kredit likuiditas dari Bank Indonesia

Merupakan kredit yang diberikan BI kepada bank-bank yang mengalami kesulitan


likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sector-sektor
tertentu.
b. Pinjaman antar bank (call money)

Merupakan pinjaman yang diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di
dalam lembaga kliring.Pinjaman ini bersifat jangka pendek dg bunga yang relatif tinggi.

c. Pinjaman dari bank-bank luar negeri

Merupakan pinjaman yang diperoleh oleh perbankkan dari pihak luar negeri

d. Surat berharga pasar uang (SBPU).

Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualkan kepada pihak
yang berminat,baik perusahaan keuangan maupun nonkeuangan.

4. Modal Inti (Core Capital)


Merupakan sumber yang paling penting, sejak awal sebelum dibentuknya bank syariah.
modal inti/ dana modal merupakan dana pribadi yang berasal dari dana pemilik yang
menyerahkan sebagian dana mereka sebagai bentuk dan tanda bahwa mereka merukapan
pemegang saham. Pada umumnya dana modal inti terdiri :

a. Modal yang disetor oleh para pemegang saham; sumber utama dari modal perusahaan adalah
saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila pemilik menyertakan dananya pada bank
melalui pembelian saham, dan untuk penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh
bank dengan mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru.

b. Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang disisihkan untuk menutup
timbulnya resiko kerugian dikemudian hari.

c. Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para pemegang saham,
tetapi oleh para pemegang saham sendiri (melalui Rapat Umum Pemegang Saham)
diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank. Laba ditahan ini juga merupakan cara untuk
menambah dana modal lebih lanjut.

5. Ekuasi Ekuitas (Mudharabah Account)

Bank menghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu akad kerja sama
antara pemilik dana (shahib al maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan suatu
usaha bersama, dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari.
Keuntungan yang diperoleh dibagi antara keduanya dengan perbandingan (nisbah)
sebelumnya. Kerugian financial menjadi beban pemilik dana sedangkan pengelola tidak
memperoleh imbalan atas usaha yang dilakukan. Berdasarkan prinsip ini, dalam
kedudukannya sebagai mudharib, bank menyediakan jasa bagi para investor berupa:

a. Rekening investasi umum, dimana bank menerima simpanan dari nasabah yang mencari
kesempatan investasi atas dana mereka dalam bentuk investasi berdasarkan prinsip
mudharabah mutlaqah.

b. Rekening investasi khusus, dimana bank bertindak sebagai manajer investasi bagi nasabah
institusi (pemerintah atau lembaga keuangan lain) atau nasabah korporasi untuk
menginvestasikan dana mereka pada unit-unit usaha atau proyek-proyek tertentu yang
mereka setujui.

c. Rekening Tabungan Mudharabah, prinsip mudharabah juga digunakan untuk jasa


pengelolaan rekening tabungan.

1. Rekening Giro (Curren Account)


Bank syariah juga menerima simpanan/ tabungan dalam bentuk rekening giro
dari nasabah. Secara umum yang dimaksud dengan giro adalah cek, bilyet giro atau
sarana perintah bayar lain. Dana ini kemudian diterima dalam bentuk wadi’ah
(titipan) atau mudharabah (bagi hasil).
Giro wadi’ah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadi’ah, yaitu
penitipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Dalam
konsep wadi’ah yad al-dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh mengunakan
atau memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Wadi’ah yad adhamanah
mempunyai implikasi yang sama dengan qard dimana nasabah bertindak sebagai
pihak yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai pihak yang dipinjami.
Pihak bank mempunyai hak untuk mengelola dan memanfaatkan dana tersebut
untuk kegiatan perbankan, tanpa kewajiban memberikan bagi hasil dari keuntungan
pengelolaan dana tersebut. Namun bank syari’ah diperkenankan memberikan intensif
berupa bonus (fee) dengan catatan tidak diperjanjikan sebelumnya.
Ketentuan giro:
a. Dana wadi’ah dapat digunakan oleh bamk untuk kegiatan komersial dengan syarat
bank harus menjamin pembayaran kembali nominal dana wadi’ah tersebut.
b. Keuntungan atau kerugian dar pengelolaan dana menjadi milik atau ditangung
bank, sedangkan pemilik tidak dijanjikan imbalan atau menanggung kerugian
bank. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu
insentif (fee) menarik dana masyarakat namun tidak dijanjikan diawa.
c. Pemilik dana wadiah dapat menarik kembali dananya sewaktu-waktu baik
sebagian ataupun seluruh.

2. Rekenig Tabungan (Saving Account)


dana yang diterima dalam rekening tabungan dapat digolongkan menjadi 3 jenis
kesepakatan:
a. Wadi’ah (titipan)
Wadi’ah dalam rekening giro dengan wadi’ah dalam rekening Tabungan memiliki
penerapan yang berbeda. Dalam rekening tabungan wadi’ah diartikan titipan yang
bisa digunakan oleh bank dengan lebih fleksibel untuk mendapatkan keuntungan ,
hasil dari keuntungan itu akan dibagi dengan nasabah sesuai kesepakatan di awal.
b. Qard (Pinjaman Kebajikan)
Bank menerima dana dari nasabah dengan disertai kesepakatan tanpa
diberlakukan adanya bunga dari dana yang dipinjamkan. Dana iniu dapat
digunakan bank untuk segala kegiatan perbankan yang menguntungkan dan hasil
keuntungan kegiatan dibagi dengan nasabah sesuai kesepakatan.
c. Mudharabah (bagi Hasil)
Merupakan bagi hasil dan juga bagi resiko kerugian yang mungkin akan terjadi
3. Rekening Investasi Umum (General Invesment Account)
Merupakan dana yang dihimpun dari nasabah, dimana dana ini umumnya merupakan
tabungan jangka pendek.
4. Rekening Investasi Khusus (Special Invesment Account)
Disebut juga investasi terikat merupakan penghimpunan dana simpanan tabungan dari
nasabah yang diperuntukan untuk mendanai suatu proyek yang dikelola oleh bank
syari’ah. Dalam mengalokasikan dana ini nasabah diberi kebebasan penuh dalam
menentukan proyek mana yang menurut naabah lebih menguntungkan untuk
berinvestasi. Rkrning Investasi Khusus mengutamakan mengelola dana yang besar,
sehingga kebanyakan nasabahnya merupakan investor besar/ institusi-institusi khusus.
5. Obligasi Syari’ah
Merupakan alternatif sumber dana yang bisa digunakan untuk jangka panjang (diatas
5 tahun). Prinsip yang digunakan mudharabah atau ijarah.

Anda mungkin juga menyukai