Anda di halaman 1dari 65

MANAJEMEN

BANK SYARIAH

 Pengertian Bank Syariah


 Tujuan dan Ciri-Ciri Bank Syariah
 Bank Syariah di Indonesia
 Perangkat dan Produk Bank Syariah
Tujuan Instruksional Khusus :

“Diharapkan mahasiswa mampu


memahami sistem dan kelembagaan
bank syariah yang merupakan salah satu
sistem perbankan di Indonesia yang
berdasarkan prinsip-prinsip Syariah
serta memahami mekanisme
pengelolaan bank berdasarkan prinsip
syariah”
PENGERTIAN BANK SYARIAH :
Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan
prinsip-prinsip syariah.

PRINSIP SYARIAH :
Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dengan pihak lain, antara lain Mudharabah (Bagi hasil) ,
Musyarakah (Penyertaan Modal), Murabahah (Prinsip Jual
Beli), Ijarah (Sewa Murni Titipan), dan Ijarah Wa iqtina
(Pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak
bank oleh pihak lain).
TUJUAN BANK SYARIAH
Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk
ber-muamalat secara Islam.

Menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi

Meningkatkan kualitas hidup umat

Menanggulangi masalah kemiskinan

Menjaga stabilitas ekonomi dan moneter

Menyelamatkan ketergantungan umat Islam


terhadap bank non syariah
Karakteristik Bank Syariah
 Berdasarkan prinsip syariah
 Implementasi prinsip ekonomi islam dengan ciri :
beroperasi atas dasar bagi hasil
 Kegiatan usaha untuk memperoleh imbalan atas
jasa
 Tidak menggunakan “bunga” sebagai alat untuk
memperoleh pendapatan
 Azas utama : kemitraan, keadilan, transparansi,
dan universal.
 Tidak membedakan secara tegas, sektor moneter
dan sektor riil.

5
CIRI- CIRI OPERASIONAL BANK SYARIAH :
1. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian
diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal yang besarnya tidak kaku.
2. Menghindari penggunaan persentase dalam kewajiban pembayaran.
3. Dalam kontrak pembiayan proyek, bank syariah tidak menerapkan
perhitungan berdasarkan keuntungan pasti yang ditetapkan dimuka
4. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadiah)
5. DPS bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari sudut
syariahnya
6. Fungsi kelembagaan : selain menjembatani antara pihak pemilik dana
dengan pihak yang membutuhkan dana, juga melaksanakan fungsi amanah
DEWAN PENGAWAS SYARIAH
 Dewan Pengawas Syariah adalah lembaga yang mengawasi
aktivitas keuangan syariah di Indonesia agar berjalan sesuai
dengan prinsip atau syariat Islam.
 Adapun prinsip syariah yang dimaksud adalah kegiatan dalam
penghimpunan dana, pembiayaan dan kegiatan jasa yang tidak
mengandung unsur riba, maisir, gharar, haram, dan zalim.
 Anggota DPS direkomendasikan oleh Dewan Syariah Nasional
(DSN) yang berada di bawah naungan Majelis Ulama Indonesia
(MUI) untuk menjamin seluruh produk, layanan, dan
operasional lembaga keuangan syariah berdasarkan prinsip
atau syariat Islam.
 Dari segi hukum, anggota DPS diangkat berdasarkan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) atas rekomendasi MUI. DPS
wajib dibentuk oleh lembaga keuangan yang memiliki unit
usaha syariah.
Fungsi dan Tugas Dewan Pengawas Syariah

 ecara umum, DPS memiliki dua fungsi yaitu sebagai penasihat


dan meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional (DSN)
untuk produk keuangan syariah terbaru yang belum memiliki
fatwa.
 Fungsi penasihat adalah fungsi di mana DPS untuk
menasihati lembaga keuangan agar kebijakan bisnisnya tetap
pada syariat Islam.
 Secara umum berikut ini adalah 5 poin mengenai tugas,
wewenang, dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah:
Fungsi dan Tugas Dewan Pengawas Syariah

 Memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional


bank terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh DSN.
 Menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional dan
produk yang dikeluarkan bank.
 Memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan
operasional bank secara keseluruhan dalam laporan publikasi
bank.
 Mengkaji jasa produk baru yang belum ada fatwa untuk
dimintakan fatwa kepada DSN.
 Menyampaikan laporan hasil pengawasan syariah sekurang-
kurangnya setiap enam bulan kepada direksi, komisaris, DSN,
dan Bank Indonesia.
Fungsi Bank Syariah
Fungsi Aplikasi Produk

Penghimpunan dana :
Manager Investasi Prinsip wadiah & Mudharabah

Penyaluran dana :
Investor Prinsip Jual beli :Murabahah
Bagi hasil : Mudharabah, Musyarakah

Produk Jasa :
Jasa Layanan Wakalah, kafalah, hiwalah

Dana Kebajikan :
* Penghimpunan dan
Sosial Penyaluran Qarrhul Hasan
* Penghimpunan dan penyaluran ZIS

10
Perbedaan bank Syariah dengan
Konvensional
Bank Syariah Bank Konvensional

Manager Investasi,
Fungsi dan Kegiatan Intermediasi
Investor,
Jasa Keuangan, Jasa Keuangan
Sosial
Hubungan dgn
Nasabah Kemitraan Pinjam meminjam

11
5. Perbedaan Bunga dengan Bagi Hasil
No Bunga Bagi Hasil
1. Penentuan bunga dibuat sewaktu Penentuan bagi hasil dibuat sewaktu
perjanjian tanpa berdasarkan perjanjian dengan berdasarkan
kepada untung rugi kepada untung rugi

2. Dihitung berdasarkan modal yang Dihitung berdasarkan jumlah


ada keuntungan/ hasil penjualan yang
diperoleh

3. Pembayaran bunga tetap seperti Bagi hasil tergantung pada


perjanjian, tanpa keuntungan proyek, apabila
mempertimbangkan apakah proyek mengalami kerugian maka akan
yang dilaksanakan untung atau rugi ditanggung bersama.

4. Jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah pemberian hasil meningkat


meningkat walaupun jumlah sesuai dengan peningkatan
keuntungan berlipat ganda keuntungan yang didapat.

5. Pembayaran bunga adalah haram Pembagian keuntungan adalah halal.

12
Perbandingan Operasi Bank Syariah
dengan Bank Konvensional

Pembayaran bagi hasil Menerima Pendapatan

Shahibul Maal Mudharib Mudharib


Penghimpunan Penyaluran
Dana Dana
Deposan Bank Nasabah /
Debitur

Membayar bunga tetap Menerima bunga tetap

13
BANK SYARIAH DI INDONESIA :
 Bank Muamalat Indonesia, beroperasi 1 Mei 1992
 BPR Syariah dan Bank Umum Syariah

PERANGKAT YANG DIGUNAKAN DALAM BANK SYARIAH :


a. Surat Berharga Pasar Uang mudharabah
b. Ba’i al-Dayn
c. PUAS (Pasar Uang antar Bank Syariah)
d.SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia)
STRUKTUR BANK SYARIAH :

DPS

Bag. / Dept.
Direksi
Terkait
Definisi “Bank Syariah”
 Dari aspek bahasa, istilah “bank syariah”
terbentuk dari 2 kata dasar, yaitu :
1. bank
2. Syariah

 Definisi menurut UU Perbankan Syariah :


Bank Syariah adalah Bank yang
menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Definisi “bank”
 Definisi “bank” menurut UU Perbankan dan
UU Perbankan Syariah : Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk Simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat
17
18
SISTEM OPERASIONAL LK

UU No. 10/1998

Konvensional Syariah

Basisnya BUNGA Pengharaman BUNGA

19
Perbedaan Mendasar Antara Bank
Syariah dengan Bank Konvensional
Keterangan Bank Konvensional Bank Syariah
Non-bunga (bagi hasil,
Sistem yang digunakan dalam produk Berbasis bunga marjin, sewa, fee)

Hanya Dewan Komisaris dan Dewan Komisaris, Direksi &


Susunan Pengurus Direksi Dewan Pengawas Syariah

Jenis pengikatan / akad Hanya satu jenis pengikatan Beragam jenis akad

Berfluktuasi, sesuai kinerja


Hasil investasi setiap bulannya Tetap bank

Hanya bisnis
Penyaluran dana Semua bisnis yang menguntungkan yang
menguntungkan
sesuai prinsip syariah

Dapat berperan sebagai


Fungsi sosial Tidak ada
Lembaga Amil Zakat (LAZ)
PERBEDAAN BUNGA DAN BAGI HASIL
Perihal Sistem Bagi Hasil Sistem Bunga

Penentuan besarnya hasil. Sesudah berusaha, sesudah Sebelumnya.


ada untungnya.

Yang ditentukan sebelumnya. Menyepakati proporsi Bunga, besarnya nilai Rupiah.


pembagian untuk untuk masing-
masing pihak, misalnya 50:50,
40:60, 35:65, dst.

Jika terjadi kerugian. Ditanggung kedua pihak, Ditanggung nasabah saja.


nasabah dan lembaga.

Dasar perhitungan. Dari untung yang bakal Dari dan yang dipinjamkan,
diperoleh, belum tentu besarnya. fixed, tetap.

Titik perhatian usaha. Keberhasilan usaha menjadi Besarnya bunga yang harus
perhatian bersama: nasabah dibayar nasabah atau pasti
dan lembaga. diterima bank.
Besarnya prosentase. Proporsi: (%) kali jumlah untung Pasti: (%) kali jumlah pinjaman
yang belum diketahui = belum yang telah diketahui pasti.
diketahui.

21
Para Pelaku
I. Perkembangan Perbankan Syariah:
Kelompok Bank December-08
TOTAL
Group of Banks KP/UUS KPO/KC KCP UPS KK

Bank Umum Syariah 5 128 201 36 215 585


Islamic Commercial Banks
1. PT Bank Muamalat Indonesia 1 52 10 13 83 159
2. PT Bank Syariah Mandiri 1 57 55 23 124 260
3. PT Bank Syariah Mega Indonesia 1 13 130 0 8 152
4. PT Bank Syariah BRI 1 4 5 0 0 10
5. PT Bank Syariah Bukopin 1 2 1 0 0 4
Kelompok Bank December-08
TOTAL
Group of Banks KP/UUS KPO/KC KCP UPS KK

Unit Usaha Syariah 27 134 67 0 9 237


Islamic Banking Unit
1. PT Bank IFI 1 1 0 0 0 2
2. PT Bank Negara Indonesia 1 24 25 0 0 50
3. PT Bank Jabar 1 5 3 0 0 9
4. PT Bank Rakyat Indonesia 1 27 16 0 0 44
5. PT Bank Danamon 1 8 3 0 0 12
6. PT Bank Bukopin 1 5 1 0 0 7
7. PT Bank International Indonesia 1 6 0 0 0 7
8. HSBC, Ltd. 1 0 4 0 0 5
9. PT Bank DKI 1 3 1 0 5 10
10. BPD Riau 1 2 0 0 1 4
11. BPD Kalsel 1 2 0 0 0 3
12. PT Bank Niaga 1 5 5 0 0 11
13. BPD Sumut 1 2 0 0 0 3
14. BPD Aceh 1 3 4 0 0 8
15. Bank Permata 1 8 0 0 0 9
16. Bank Tabungan Negara 1 17 0 0 0 18
17. BPD NTB 1 1 0 0 0 2
18. BPD Kalbar 1 1 0 0 0 2
19. BPD Sumsel 1 1 0 0 0 2
20. BPD Kaltim 1 3 0 0 0 4
21. BPD DIY 1 1 0 0 0 2
22. BPD Sulawesi Selatan 1 2 0 0 0 3
23. BPD Sumatera Barat 1 2 0 0 0 3
24. BPD Jawa Timur 1 1 0 0 0 2
25. PT Bank Ekspor Indonesia 1 1 0 0 0 2
26. PT Bank Lippo 0

Sumber data: BI diolah oleh BS


27. Bank Tabungan Pensiunan Nasional 1 3 5 0 3 12
28. BPD Jawa Tengah 1 0 0 0 0 1

22
. Perkembangan Perbankan Syariah:
Pertumbuhan Bisnis

Rata-rata Pertumbuhan pertahun (in Trilion)


Pembiayaan 4.741
Pendanaan 4.478
Aset 5.971
49,56

38,20
36,54 36,85

27,94
28,01
26,72

20,45
20,88
20,67
15,21 15,23
11,32 15,58
11,72
7,94
5,56
2,73 4,09 5,76
1,79 3,28
1,27 2,05 2,92
1,03 1,81

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Aset Financing Funding

In Trillion Rp
Sumber data: BI diolah oleh BS
23
. Perkembangan Perbankan Syariah:
Peningkatan Pangsa Pasar di
Indonesia
2,14%

1,84%
1,58%
1,42%
1,20%

0,65%

0,37%
0,25%
0,17%

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Sumber data: BI diolah oleh BSM


24
. Perkembangan Perbankan Syariah:
Market Share Perbankan Syariah terhadap Perbankan Umum
(konvensional)

TOTAL BANKS vs
SHARIA BANKING
TOTAL BANKS

IDR billion Nominal Market Share

ASSETS 2,261.00 49.55 2.14%

FUNDING 1,716.44 36.85 2.10%

FINANCING 1,269.49 38.19 2.92%

LDR (FDR) 73.95% 103.64%

Source: Directorate of Sharia Banking-Bank Indonesia, Desember 2008

Perkembangan Market Share


Perbankan Syariah 2,14%

Market share perbankan syariah relatif masih kecil 1,84%

dibandingkan dengan perbankan konvensional, 1,42%


1,58%

namun terus mengalami kenaikan


1,20%

0,65%

0,37%
0,25%
0,17%

umber data: BI diolah oleh BSM 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

25
. Perkembangan Perbankan Syariah:
Perkembangan
FDR
TOTAL BANK BANK SYARIAH

73.95% 103.64%

Source: Directorate of Sharia Banking-Bank Indonesia, Des 2008

TAHUN
DETAIL
2003 2004 2005 2006 2007 2008
FDR PERBANKAN SYARIAH 96.56% 96.64% 97.76% 98.90% 105.70% 103.64%

Bukti bahwa bank syariah memiliki


peranan lebih besar dalam menggerakkan
sektor riil
umber data: BI diolah oleh BSM
26
. Perkembangan Perbankan Syariah
Peran Secara Umum
Manfaat yang diberikan perbankan syariah
1. LDR (FDR) tinggi  Keberpihakan pada
sektor riil tinggi

2. Porsi UMKM tinggi


66,8%  Keberpihakan pada
72,7%
70,0% 70,9%

sektor UMKM tinggi.

33,2%
30,0% 29,1%
27,3%

Des'05 Des'06 Des'07 Dec-08

umber data: BI diolah oleh BSM UMKM NON UMKM

27
Jenis-jenis Akad Bank Syariah
Penghimpunan Dana Penyaluran Dana Jasa-jasa Perbankan
Wadiah Piutang Rahn
- Giro - Qardh Wakalah
- Tabungan - Murabahah Kafalah
Mudharabah - Salam Hawalah
- Tabungan - Istishna Sharf
- Deposito Investasi
- Mudharabah :
a. Mutlaqah
b. Muqayyadah
- Musyarakah
Sewa
- Ijarah
- Ijarah Muntahiyyah Bittamlik
29
30
PENGHIMPUNAN DANA
Wadiah
 Akad titipan dimana barang yang dititipkan dapat diambil
sewaktu-waktu.
 Pihak yang menerima titipan dapat meminta jasa untuk
keamanan dan pemeliharaan barang yang dititipkan.
 Wadi’ah berasal dari wada’asy syai-a, yang artinya
meninggalkan atau menitipkan sesuatu pada orang
lain yang sanggup menjaga sebagai titipan murni
dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun
badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja si penitip menghendakinya.
 Dalam ekonomi syariah, wadiah adalah titipan nasabah yang harus
dijaga dan dikembalikan setiap saat nasabah yang bersangkutan
menghendaki. Bank bertanggungjawab atas pengembalian titipan
tersebut.
 Wadiah merupakan akad tabarru’at (tolong menolong atau saling
membantu), sehingga masuk dalam kategori akad nonprofit. Namun,
akad ini bisa menjadi akad mu’awadhah (transaksi pertukaran) atau
tijarah (transaksi motif profit) jika disepakati ada skema bisnis
berupa jual beli manfaat barang (sewa fasilitas) dan/atau jual beli
manfaat perbuatan (jasa) atas penitipan sesuatu tersebut.
JENIS JENIS WADIAH
 Ada 2 jenis wadiah :
 Wadiah Amanah → Pihak yang menerima titipan tidak diperkenankan mengambil
manfaat dari barang yang dititipkan (contoh : safe deposit box).
 Wadiah yang asli, tidak terjadi pengubahan esensi akad, titipan yang
berlaku sesuai kaidah asal titipan, yakni menjaga amanah. Penerima
titipan tidak mempergunakan barang titipan dan tidak bertanggung
jawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang titipan
selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan penerima
titipan dalam memelihara titipan tersebut.
 Contoh: Save Deposit Box (SDB). Nasabah menitipkan barang kepada
Bank Syariah. Sejak awal transaksi disepakati adanya jual beli manfaat
barang (sewa penyimpanan) dan/atau jual beli manfaat perbuatan
(jasa penjagaan atau pemeliharaan) barang titipan tersebut, sehingga
Bank Syariah boleh mengenakan fee kepada Nasabah.
 Wadiah Yaddhamanah → Pihak yang menerima titipan boleh mengambil
manfaat dari barang yang dititipkan (contoh : giro & tabungan)
 Wadiah dimana penerima titipan dapat memanfaatkan barang
titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin
untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat
kala si pemilik menghendakinya.
 Wadiah yad dhamanah ini terjadi tahawwul al aqd (perubahan
akad) dari akad titipan menjadi akad pinjaman oleh karena
titipan tersebut dipergunakan oleh penerima titipan.
 Dengan demikian, pada skema wadiah yad dhamanah ini
berlaku hukum pinjaman qardh (jika barang titipan
dihabiskan) atau pinjaman ariyah (jika barang titipan tidak
dihabiskan).
35
Mudharabah
 Akad usaha dua pihak dimana salah satunya memberikan modal
(Shahibul Maal) sedangkan yang lainnya memberikan keahlian
(Mudharib).
 Modal 100% berasal dari shahibul maal.
 Nisbah keuntungan disepakati di muka oleh kedua belah pihak,
termasuk penentuan revenue (pendapatan kotor dari perusahaan) atau
profit sharing (membagi keuntungan bersih dari usaha atau investasi yang sudah
dijalankan. Besarnya keuntungan untuk pihak bank dan nasabah sudah diputuskan
saat akad akan ditandatangani)
 Jika untung maka dibagi sesuai nisbah yang disepakati
 Jika rugi seluruhnya ditanggung oleh shahibul maal (jika
kerugian bukan karena kelalaian mudharib).
 Modal dapat dikembalikan kepada shahibul maal secara
berangsur-angsur.
Mudharabah
 Ada 2 jenis mudharabah :
Mudharabah Mutlaqah → Mudharib diberikan kebebasan
dalam mengelola dana shahibul maal (sepanjang memenuhi
syariah Islam).
Mudharabah Muqayyadah → Mudharib wajib mengelola
dana sesuai keinginan shahibul maal, misalnya kepada
proyek/nasabah tertentu. Dalam perbankan disebut dengan
istilah chanelling (dalam hal ini, bank menerima fee).
38
PENYALURAN DANA
Use of Funds

Murabahah
 Prinsip Jual Beli Salam
Istishna
 (Bai,)

 Prinsip Sewa Beli


 (ijarah wa iqtina)
Musyarakah
Mudharabah Mutlaqah
 Prinsip Bagi Hasil Mudharabah Muqayyadah
 (Syirkah)

 Prinsip pembiayaan
 lain Qardh (Dana Talangan)
Hiwalah (anjak piutang)
Rahn (Gadai)

39
Murabahah
 Akad jual-beli dimana bank bertindak selaku penjual dan
nasabah selaku pembeli.
 Harga beli diketahui bersama dan tingkat keuntungan untuk
bank disepakati di muka.
 Bank dapat meminta uang muka dari nasabah
 Dalam fiqih klasik, murabahah dilakukan secara tunai, dalam
praktek perbankan, nasabah dapat membayar secara cicilan.
 Karena tidak membayar secara tunai, nasabah dapat diminta
untuk memberikan jaminan.
 Apabila nasabah melunasi sebelum jatuh tempo, maka dapat
diberikan diskon sesuai kesepakatan bersama.
Murabahah
 Dalam fiqih klasik, penjual membeli barang langsung dari penjual pertama.
 Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan Nasabah.
 Bank syariah membeli barang yang diperlukan Nasabah kemudian menjualnya
kepada Nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan
margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan Nasabah.
 Salah satu contoh penerapan murabahah di Bank Muamalat terdapat dalam produk
pembiayaan KPR.
 Dalam Murabahah, harga dan keuntungan disepakati antara penjual dan pembeli.
Jenis dan Jumlah barang dijelaskan dengan rinci.
 Barang yang dijual oleh bank kepada Nasabah harus sudah dimiliki langsung oleh
pihak bank, kemudian barang diserahkan setelah akad jual-beli dan pembayaran
bisa dilakukan secara mengangsur/cicilan atau sekaligus.
 Dalam perbankan syariah, umumnya aplikasinya sebagai berikut :
 Bank melakukan pemesanan barang kepada supplier, namun barang dikirim
langsung kepada nasabah. Ini dilakukan karena bank tidak memiliki gudang
penyimpanan barang.
 Nasabah membeli sendiri langsung dari supplier selaku wakil bank. Dalam hal ini
bank melakukan akad wakalah dengan nasabah.
Skema Murabahah

kredit investasi

1. Negosiasi

2. Akad Jual Beli

BANK 6. Bayar NASABAH

5. Terima
SUPPLIER Barang dan
PENJUAL Dokumen
4. Kirim
42
Salam
 Akad jual beli tangguh/pesanan dimana pembayaran dilakukan
di muka dan barang diterima beberapa waktu kemudian.
 Dalam pembiayaan ini bank bertindak selaku pembeli
sedangkan nasabah bertindak selaku penjual. Uang pembelian
diberikan dimuka kepada nasabah.
 Barang yang dipesan harus memiliki spesifikasi dan jumlah
satuan yang jelas dan standar.
 Biasanya diterapkan untuk pembiayaan produk pertanian
(agrobased industries) atau produk2 yang terstandarisir.
Salam
 Bank dapat menjual barang tersebut sebelum jatuh tempo
kepada pihak lain dengan cara yang sama (salam) tapi tidak
boleh dikaitkan dengan Salam yang pertama. Produk ini disebut
Salam Paralel.
 Salam Paralel dilarang dilakukan terhadap nasabah yang sama,
karena dikhawatirkan terkena hukum riba.
 Apabila nasabah gagal (wan prestasi, default) menyerahkan
barang yang dipesan, maka kewajiban terhadap bank tidak
berubah. Artinya penyerahan barang harus tetap dilakukan,
meskipun harus ditunda karena kegagalan
Skema Bai Salam

NASABAH
4. Kirim Pesanan PEMBELI
PENJUAL

3. Kirim Dokumen 3. Bayar

1. Pemesanan 2. Negosiasi
barang nasabah pesanan dengan
bayar tunai kriteria

BANK
SYARIAH

45
Ijarah
 Akad sewa-menyewa, di mana bank sebagai pemberi sewa (mu’jir) dan
nasabah sebagai penyewa (musta’jir).
 Pada umumnya bank tidak memiliki barang, tapi menyewa dari pihak lain dan
kemudian menyewakannya lagi kepada nasabah dengan nilai sewa yang
lebih tinggi. Hal ini dibolehkan selama tidak ada kaitan antara akad sewa
pertama dengan akad kedua.
 Sebagai mu’jir, bank bertanggungjawab atas pemeliharaan asset yang
disewa.
 Dalam perbankan syariah, salah satu contoh transaksi Ijarah
bisa dilihat dalam pinjaman multiguna.
 Contohnya, seseorang menjaminkan sepeda motornya ke bank
untuk mendapatkan pinjaman. Hak guna sepeda motor tersebut
berpindah ke bank, namun tidak atas kepemilikannya. Setelah
nasabah melunaskan pinjamannya, maka hak guna sepeda
motor tersebut kembali ke nasabah.
Skema Ijarah wa Iqtina

B. Milik
PENJUAL/ OBYEK
NASABAH
SUPPLIER SEWA

3. Sewa
Beli
2. Beli
Objek A. Milik 1. Butuh
Sewa obyek sewa

BANK
SYARIAH

47
Skema
Mudharabah Mutlaqah
PERJANJIAN
BAGI HASIL

MUDHARIB BANK

KEAHLIAN/ MODAL
KETRAMPILAN 100%

PROYEK/USAHA
Nisbah Nisbah
X% Y%
PEMBAGIAN
KEUNTUNGAN

MODAL

48
Istishna
 Akad istishna mirip dengan Salam. Perbedaannya terletak pada obyek yang
dibiayai dan cara pembayaran.
 pembiayaan suatu barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
Nasabah dan penjual atau pembuat barang
 Pada Istishna obyek yang dibiayai bersifat ‘customized’, sehingga harus dibuat
lebih dahulu. Pada Salam, obyek yang dibeli/dibiayai terstandarisasi.
 Pada Salam pembayaran oleh bank dibayar dimuka sekaligus, sedangkan pada
istishna, pembayaran oleh bank dapat dicicil/ bertahap.
 Umumnya diterapkan pada produk jasa konstruksi, seperti pembiayaan
pembangunan/renovasi rumah.
 Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli/mustashni') dan penjual (pembuat/shani').
Skema Istishna’

Produsen Pilihan Bank Produsen Pilihan Nasabah

NASABAH NASABAH
PRODUSEN PRODUSEN
KONSUMEN KONSUMEN Wakil dan Pesan
PEMBUAT PEMBUAT
(PEMBELI) (PEMBELI)

1. Pesan 1. Pesan Beli

2. Beli 2. Pesan
3. Jual 3. Jual Beli & Beli

BANK BANK
PENJUAL PENJUAL

50
Musyarakah
 Akad join venture  adalah perusahaan yang didirikan oleh dua atau lebih
entitas bisnis dengan tujuan untuk menyatukan sumber daya dan
menjalankan bisnis dalam jangka waktu tertentu, di mana bank dan
nasabah sama-sama memberikan modal (patungan) dalam usaha
yang akan dijalankan.
 Nisbah keuntungan disepakati di muka oleh kedua belah pihak,
termasuk penentuan revenue atau profit sharing.
 Porsi nisbah boleh berbeda dengan porsi modal, asalkan disepakati
bersama.
 Keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati.
 Kerugian ditanggung sesuai porsi modal masing-masing.
 Selaku partner bisnis, bank berhak ikut serta dalam pengaturan
manajemen
Skema Musyarakah

Nasabah Parsial: Bank Syariah Parsial:


Asset Value Pembiayaan

PROYEK/
USAHA

KEUNTUNGAN

Bagi Hasil Keuntungan


Sesuai porsi kontribusi modal
(Nisbah)

52
Ijarah Muntahiyyah Bittamlik
 Akad sewa-menyewa, di mana penyewa (musta’jir) diberikan opsi untuk
memiliki obyek yang disewanya (Financial Lease adalah kegiatan sewa guna
usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk
membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati.
Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek
sewa guna usaha.).
 Dimungkinkan apabila bank memiliki obyek yang disewakan.
 Ijarah Muntahiyyah Bittamlik pada dasarnya terdiri dari dua akad, yaitu akad
sewa dan janji (opsi) pemilikan.
 Peralihan kepemilikan tidak bisa dilakukan apabila akad sewa belum berakhir.
 Selama kepemilikan belum beralih, bank bertanggungjawab atas pemeliharaan
asset yang disewa
Skema Ijarah

B. Milik
PENJUAL/ OBYEK
NASABAH
SUPPLIER SEWA

3. Sewa
Beli
2. Beli
Objek A. Milik 1. Butuh
Sewa obyek sewa

BANK
SYARIAH

54
Rahn

 Rahn dalam syariah memiliki dua makna :


 Fiducia: penyerahan barang, tapi hanya
dokumennya saja yang ditahan. Barang masih
digunakan oleh pemilik.
 Gadai: penyerahan barang secara fisik, sehingga
pemilik tidak dapat menggunakannya lagi.
 Umumnya dipergunakan sebagai pengikatan
jaminan atas pinjaman yang diberikan.
Qardh
 Akad hutang-piutang uang, tanpa bunga.
 Umumnya digunakan untuk pinjaman kesejahteraan

karyawan.
 Dapat pula disalurkan sebagai bagian dari fungsi sosial

bank syariah (dalam hal ini penerima qardh harus


merupakan mustahiq).
57
Jasa-jasa Perbankan
 Wakalah (Perwakilan)
 Produk: Transfer, Inkaso, Debit Card, L/C
 Kafalah (Penjaminan)
 Produk: Bank Guarantee, L/C, Charge Card
 Hawalah (Pengalihan Piutang)
 Produk: Bill Discounting, Anjak Piutang, Post Dated Check
 Sharf (Pertukaran mata uang)
 Produk: Jual beli Valuta Asing.
Dalam penyediaan jasa-jasa di atas, bank memperoleh ujrah (fee based
income). Karena ujrah diperoleh dari pemanfaatan asset/teknologi milik
bank sendiri, maka tidak termasuk yang dibagihasilkan.
WAKALAH
 Wakalah adalah perjanjian pemberian kuasa
kepada pihak lain yang ditunjuk untuk
mewakilinya dalam melaksanakan suatu
tugas atas nama pemberi kuasa.
 Wakalah dalam prakteknya pada perbankan

syariah terdapat dalam pelayanan jasa


transfer uang, jasa pembayaran dalam
perdagangan internasional atau letter of
credit (L/C) dan jasa penagihan atas suatu
kewajiban kepada yang tertagih berdasarkan
warkat untuk kepentingan nasabah/penagih
(inkaso).
KAFALAH
 Kafalah adalah suatu jaminan yang diberikan
oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua yang
ditanggungnya.
 Pada prakteknya dalam perbankan syariah

yaitu dengan cara bank melakukan


penjaminan kepada pihak lain atas semua
kewajiban nasabahnya kepada pihak tersebut,
kemudian bank akan mengambil upah (fee)
kepada nasabah atas penjaminan tersebut
(bank garansi).
HIWALAH
 Hiwalah adalah pengalihan kewajiban dari
suatu pihak yang mempunyai kewajiban
kepada pihak lain.
 Hiwalah pada prakteknya dalam perbankan

syariah dilakukan dengan cara bank akan


memenuhi kewajiban nasabah kepada pihak
lain (talang), dan kemudian nasabah akan
membayarkan fee atas jasa talang yang
dilakukan oleh bank
SHARF
Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta
dengan valuta lainnya.
 Transaksi jual beli mata uang asing (valuta

asing) dapat dilakukan baik dengan sesama


mata uang yang sejenis, misalnya rupiah
dengan rupiah maupun yang tidak sejenis,
misalnya rupiah dengan dolar atau sebaliknya
63
Peta Penyebaran Perbankan Syariah
Peta Potensi Pengembangan Perbankan
Syariah

Sangat Potensial

Potensial

Cukup Potensial

Kurang Potensial

Anda mungkin juga menyukai