PENDAHULUAN
Hal paling umum yang manjadi salah satu penggerak ekonomi konvensional
adalah riba atau interest. Suku bunga yang menjadi mesin penggerak perekonomian
konvensional memang menjadi rancu penggunaanya dalam sistem konvensional
sendiri. Menurut Adiwarman Karim, suku bunga sendiri pada awalnya
merupakan rate of return bagi kepemilikan modal, atau imbal jasa atas modal yang
digunakan dalam proses produksi, bukan merupakan sebuah keuntungan atau uang
yang dipinjamkan kepada investor yang menjalankan perekonomian. Namun seiring
berjalannya waktu, riba atau interest akhirnya lazim digunakan untuk menggerakan
perekonomian, terutama institusi perbankan sebagai sebuah medium of intermesdiary.
Dalam ekonomi islam, riba dapat diartikan sebagai sebuah tambahan atas
pinjaman yang diberikan kepada pihak peminjam terhadap pihak yang dipinjamkan
tanpa keikhlasan dari pihak yang meminjamkan. Ekonomi Islam kini menganggap
bahwa interest rate sebagai perannya dalam menggerakkan perekonomian
konvensional sekarang dapat diubah dengan rate on kapital, yaitu pendapatan atas
modal barang dan jasa dalam proses produksi. Dengan alasan ini, Adiwarman Karim
menjelaskan bahwa perbankan Islam dapat menggerakan perputaran kegiatan atau
aktivitasnya dengan ikut masuk ke dalam proses produksi yaitu dengan ikut atau
berperan aktif dalam kegiatan usaha. Oleh karena itu, maka dua produk perbankan
Islam yang sekarang ada terbentuk dari ide dasar
ini. Mudharobah dan musyarokah dapat dikedepankan sebagai dua produk Islam
yang muncul dari ide dasar bahwa perbankan Islam haruslah perbankan yang
mengambil untung dari ikut berperannya mereka dalam proses produksi dengan
mendapat bagian dri bagi hasil pendataan atau dari untung usaha yang didapatkan
perusahaan yang menjadi rekan usahanya.
1
Selain produk Mudharobah dan Musyarokah, perbankan Islam juga
menganut prinsip dual system. Perbankan Islam selain berperan sebagai partner usaha
juga dapat berperan sebagai penjual dalam akadMudharobah, ijarah, atau ishtinah.
Dengan peran perbankan Islam sebagai pedagang inilah maka perbankan Islam kini
mendapatkan selisih keuntngan yang sudah ditetapkan di awal dengan barang yang
disepakati untuk diperjualbelikan. Akad jual beli ini lah yang selama ini menjadi
produk yang banyak di gunakan oleh institusi syariah karena perhitungan dan sifat
produknya yangg lebih mudah digunakan dalam buisnis syariah. Dengan
digunakannya produk Mudharobah, ijarah, atau istisna ini memang membuat banyak
orang awam merasa produk syariah menjadi mirip perbankan dengan perbankan
konvensional. Apalagi penempatan margin keuntungan yang jauh beda dengan
interest rate. Terlepas dari pembelaan bank syariah terhadap hal ini, kritik mengenai
produk yang berlandaskan akad jual beli ini patut menjadi perhitungan sendiri bagi
perbankan syariah.
A. Latar Belakang
2
memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat
bangkit dan menghasilkan laba.
Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undang-
undang yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang
Perbankan.
Adanya Perbankan syariah di Indonesia bertujuan untuk mewadahi penduduk di
Negara Indonesia yang hampir seluruh penduduknya beragama Islam.
Dengan adanya bank tersebut diharapkan tidak adanya kerancuan dalam
proses muamalah bagi para pemeluk agama islam,sehingga mereka terjaga dari
keharaman akibat tidak adanya suatu wadah yang melayani mereka dalam bidang
muamalah yang bersifat islami.
Namun realitas yang ada,dari 80% penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak
lebih dari 10% di antara mereka yang bertransaksi secara syar’I lebih-lebih dalam hal
perbankan.Sampai saat ini perbankan syariah di Indonesia belum mampu menunjukan
eksistensinya,banyak masyarakat yang tidak menaruh kepercayaan terhadap
perbankkan syariah.Bahkan para ulama-ulama di negeri ini pun sebagian besar masih
menyimpan uangnya di bank konvensional.Hal tersebut terjadi karena kurangnya
pemahaman mengenai sisitem operasi perbankan syariah Sistem dalam bank syariah
di anggap sama dengan sistem operasi yang ada dalam bank konvensional.
Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat terhadap bank
syariah dan berakibat kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah.
Hal tersebut menjadi landasan untuk menyadarkan masyarakat akan keurgenan
perbankkan islam di Negara ini.khusunya bagi mereka yang beragama islam.Upaya-
upaya pensosialisaian mekanisme dan syariah di rasa perlu,sehingga masyarakat tidak
lagi terjebak dalam transaksi-transaksi yang tidak islami dan masyarakat kembali
manaruh kepercayaan terhadap transaksi syariah seperti pada zaman Rosulullah dan
para sahabat.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Bank syariah adalah suatu bank yang dalam aktivitasnya; baik dalam
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan
mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah.
Pada dasarnya ketiga fungsi utama perbankan (menerima titipan dana,
meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang) adalah boleh dilakukan, kecuali bila
dalam melaksanakan fungsi perbankan melakukan hal – hal yang dilarang
syariah. Dalam praktik perbankan konvesional yang dikenal saat ini, fungsi tersebut
dilakukan berdasarkan prinsip bunga. Bank konvensional memang tidak serta merta
identik dengan riba, namun kebanyakan praktik bank konvnsionaldapat digolonglan
sebagai transaksi ribawi.
4
C. Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional
Beroperasi dengan
pendekatan sektor Beroperasi dengan pendekatan sektor
3 Operasional
keuangan, tidak langsung riil
terkait dengan sektor riil
Multi produk (jual beli, bagi hasil,
4 Produk Produk tunggal (kredit)
jasa)
Pendapatan yang diterima
Pendapatan yang diterima deposan
deposan tidak terkait
5 Pendapatan terkait langsung dengan pendapatan
dengan pendapatan yang
yang diperolah bank dari pembiayaan
diperoleh bank dari kredit
6 Mengenal negative spread Tidak mengenal negative spread
Bank Indonesia dan Al Qur’an. Sunnah, fatwa ulama,
7 Dasar Hukum
Pemerintah Bank Indonesia, dan Pemerintah
Tidak berdasarkan bunga(riba),
Berdasarkan atas bunga
8 Falsafah spekulasi (maisir), dan
(riba)
ketidakjelasan(gharar)
9 Operasional Dana Masyarakat (Dana Dana Masyarakat (Dana Pihak
Pihak Ketiga/DPK) berupa Ketiga/DPK) berupa titipan
titipan simpanan yang ( wadi’ah) dan
harus dibayar bunganya investasi(mudharabah)yang baru
pada saat jatuh tempo akan mendapat hasil jika
Penyaluran dan pada “diusahakan“ terlebih dahulu
5
sektor yang
menguntungkan, aspek Penyaluran dana (financing) pada
halal tidak menjadi usaha yang halal dan menguntungkan
pertimbangan agama
Tidak diketahui secara Dinyatakan secara eksplisit dan tegas
10 Aspek sosial
tegas yang tertuang dalam visi dan misi
Tidak memiliki Dewan Harus memiliki Dewan Pengawas
11 Organisasi
Pengawas Syariah(DPS) Syariah(DPS)
Uang adalah komoditi
Uang bukan komoditi, tetapi
12 Uang selain sebagai alat
hanyalah alat pembayaran
pembayaran
6
Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai
pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan
Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai
akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana
Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang
hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak
memiliki nilai intrinsic
Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua
belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka
peroleh dari sebuah transaksi
Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak
diharamkan pada Islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh
didanai oleh perbankan syariah.
7
G. Perbedaan imbalan yang berdasarkan Bunga dan bagi Hasil
Bunga Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada waktu akad Penentuan besarnya rasio bagi hasil
tanpa berpedoman pada untung atau rugi dibuat pwaktu akad dengan berpedoman
ada pada kemungkinan untung rugi
Besarnya presentasi berdasarkan pada Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan
jumlah uang yang dipinjam pada jumlah keuntungan yang diperoleh
Pembayaran bunga tetap seperti yang Bagi hasil tergantung pada keuntungan
dijanjikan tanpa mempertimbangkan proyek yang dijalankan sekiranya itu
apakah proyek yang dijalankan oleh pihak terjadi kerugian maka akan ditanggung
nasabah untung atau rugi bersama oleh kedua pihak.
Jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah pembagian laba meningkat
meningkat sekalipun julah keuntungan sesuai dengan peningkatan jumlah
berlipat pendapatan
Eksistansi bunga diragukan Tidak ada yang meragukan keabsahan
bagi hasil
8
3. Kebenaran, mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan
nasehat untuk saling meningkatkan produktivitas.
Lima transaksi yang lazim dipraktekkan perbankan syariah adalah:
1. Tarnsaksi yang tidak mengandung ribal.
2. Transaksi yang ditujukan untuk memiliki barang dengan cara jual
beli(murabaha)
3. Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan jaa dengan cara sewa(ijarah)
4. Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan modal kerja dengan cara bagi
hasil (mudharabah).
5. Transaksi deposito, tabungan, giro yang imbalannya adlah bagi hasil
(mudharabah) dan transaksi titipan(wadi’ah).
9
perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bi
tsaman ajil). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad,
sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.
Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan
belum ada. Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada
bank, maka bank akan menjualnya kepada nasabah itu sendiri secara tunai atau
secara angsuran. Umumnya transaksi ini diterapkan dalam penbiayaan barang
yang belum ada, seperti pembelian komoditi dijual kembali secara tunai atau
secara cicilan.
Istishna
Produk istishna menyerupai produk salam, namun dalam istishna
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin)
pembayaran. Skim istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada
pembiayaan manufaktur dan kontruksi. Ketentuan umum Istishna sebagai
berikut :
Spesifikasi barang pesanan harus jelas, seperti jenis, macam, ukuran, mutu,
dan jumlah. Harga jual yang disepakati dicantumkan dalam akad Istishna dan
tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan harga
setelah akad ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung
nasabah.
10
muntahiya nittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya
kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.
Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana
pemilik modal mempercayakan seju7mlah modal kepada pengelola dengan
suatu perjanjian pembagian keuntungan.Bentuk ini menegaskan kerjasama
dengan kontribusi 100% modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.
Beberapa ketentuan umum mudharabah adalah;
11
- Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal
harus diserahkan tunai;
- Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat
diperhitungkan dengan dua cara: perhitungan dari pendapatan proyek
(revenue sharing) dan perhitungan dari keuntungan proyek (profit loss
sharing).
- Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad pada setiap
bulan atau waktu yang disepakati.
- Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, namun tidak
berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah.
d. Akad Pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan
juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari
keuntungan, namun ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembayaran.
Meskipun tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini
diperbolehkan untuk meminta pengganti biaya – biaya yang dikeluarkan untuk
melaksanakan akad ini. Besarnya pengganti biaya ini sekadar untuk menutupi
biaya yang benar – benar timbul.
12
Rahn (Gadai)
Tujuan akad rahn adalah memberikan jaminan pembayaran kembali kepada
bank dalam memberikan pembiayaan. Barang yang digadaikan wajib
memenuhi kriteria sebagai berikut :
- Milik nasabah sendiri,
- Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar,
- Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.
Atas izin bank, nasabah dapat menggnakan barang tertentu yang digadaikan
dengan tidak mengurangi nilai dan merusak barang yang digadaikan. Apabila
barang yang digadaikan rusak atau cacat, maka nasabah harus
bertanggungjawab.
Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya
dalam empat hal yaitu:
- Sebagai pinjaman talangan haji, diman nasabah calon haji diberikan
pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan
haji.
- Sebagai pinjaman tunai (cash advance) dari produk kartu kredit syariah,
dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai melalui8
bank (ATM). Nasabah akan mengembalikannya sesuai waktu yang
ditentukan.
- Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, di mana menurut
perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila diberikan
pembiayaan dengan skema jual beli, ijarah, atau bagi hasil.
- Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank menyediakan
fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank.
Pengurus bank akan mengembalikannya secara angsur melalui
potongan gajinya.
13
Wakalah (Perwakilan )
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan
kuasa pada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu,
seperti pembukuan L/C (Letter of Credit), inkaso dan transfer uang.
Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus
cakap hukum. Khusus untuk pembukuan L/C, apabila dana nasabah tidak
cukup, maka penyelesaian L/C (settlement L/C) dapat dilakukan dengan
pembiayaan murabahah, salam, ijarah, mudharabah, atau musyarakah.
14
Ketentuan umum dari produk ini adalah :
Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau
ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imabalan dan tidak
menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberi bonus kapada pemilik
dana sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat namun tidak
boleh diperjanjikan di muka.
Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin
penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati
selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.Khusus bagi pemilik
rekening giro, bank dapat memberikan buku cek, bilyet giro, dan debit card.
Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya
administrasi untuk sekadar menutupi biaya yang benar – benar terjadi.
Ketentuan – ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan
tabungan berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Yang termasuk dalam produk Bank Syariah dalam menghimpun dana yaitu :
1. Giro Syariah
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek/ bilyet giro, atau dengan cara
pemindahbukuan.
2. Tabungan Syariah
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek/bilyet giro.
3. Deposito Syariah
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dengan bank.
15
b. Prinsip Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak
pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola.
Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.
Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian
pengelola, maka si pengelolalah yang bertanggung jawab.
Jenis-Jenis Mudharabah
Mudharabah Mutlaqah
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito
sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana, yaitu tabungan mudharaba
dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, tidak ada pembatasan bagi
bank dalam menggunakan dana yang dihimpun.
Mudharabah Muqayyadah
Adalah jenis mudharabah yang pada akadnya dicantumkan persyaratan-
persyaratan tertentu misalnya hanya boleh digunakan untuk usaha tertentu, di
kota tertentu, dan dalam waktu tertentu. Ikatan-ikatan ini membuat akad
mudharabah menjadi terikat dan sempit sehingga disebut mudharabah
muqayyadah (restricted mudharabah). Mudharabah Muqayyah terbagi 2
yaitu:
16
Mudharabah Muqayyadah off Balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah
langsung kepada usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara
(arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan
pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat – syarat
tertentu yang harus dipenuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha
yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya.
b. Ijarah (sewa)
Jenis kegiatan ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan (safe
deposit box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian). Bank
dapat imbalan sewa dari jasa tersebut.
17
5. Mekanisme bank syariah didasarkan pada prinsip efisiensi, keadilan
dan kebersmaan.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian kita sepakati bersama bahwa perbankan islam adalah lembaga
keuangan yang menjalankan aktivitas perbankan konvensional murni yang tidak sama
sekali ada kaitannya dengan kegiatan keagamaan yang akan menimbulkan kontradiksi
apabila terjadi sebuah kesalahan, maka agama islam termasuk di dalamnya umat
islam itu akan tersalahkan.
B. Saran
Maka tugas kita selaku akademisi adalah bagaimana kita mengembangkan dan
menerapkan kegiatan perbankan islam pada masyarakat dunia, sehingga tidak ada
kata alergi ketika masyarakat mendengar istilah – istilah kegiatan perbankan islam.
Harapan kita bahwa sudah cukup sampai disini saja kegiatan dunia bisnis baik yang
basis finansial, Investasi, perbankan, real, pasar modal, pasar barang dll. Yang hanya
menguntungkan sebagian pihak dan dipihak lain tertidas.
19
Mari kita jadikan Perbankan islam sebagai sarana untuk menciptakan dunia bisnis
baru yang bernafaskan positif yang dapat memberikan kesejahteraan bagi semua.
20
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Azwar Karim Adiwarman. Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan. Rajawali Pers.
Jakarta.2013.
Frianto Pandia, Elly Santi Ompusunggu, Achmad Abror. Lembaga Keuangan. Rineka
Cipta, Jakarta 2005
Machmud Amir & Rukmana. 2010. Bank Syariah, Jakarta. Erlangga
Sumber lain :
http://www. Makalahegi.blogspot.com Diakses pada tanggal 01 Mei 2014
http://www. Eramoeslem.com”ekonomi syariah
21