Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Candi Borobudur adalah sebuah tempat wisata yang sangat terkenal baik
didalam maupun diluar negeri. Namun tak banyak orang yang mengetahui
sejarah candi Borobudur. Maka dari itulah saya membuat karya ilmiah ini yang
berjudul “SEJARAH CANDI BOROBUDUR” yang didalamnya terdapat berupa
sejarah-sejarah, arti nama candi Borobudur dan lainnya.Agar para pembaca
mengetahui sejarah candi Borobudur.
Sebagai penutup penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembimbing
yang telah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan dalam karya ilmiah yang berjudul “SEJARAH CANDI


BOROBUDUR” adalah sebagai berikut :
1. Nama Borobudur
2. Struktur Borobudur
3. Relief
4. Tahapan pembangunan Borobudur

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Nama Borobudur

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di


Borobudur,Magelang,Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di
sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi
ini didirikan oleh para penganut agama Budha Mahayana sekitar tahun 800-an
Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.Banyakteori yang berusaha
menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini
kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung"
(bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat
beberapa etimologirakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan
"para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan
lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara
konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara
berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan
beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang
berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di
tanah tinggi.

Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar


doktor pada 1950berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan,
pendiri Borobudur adalah raja dari dinasti Syailendra bernama Samaratungga
sekitar 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya,
Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu
setengah abad.

2
B. Struktur Borobudur
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam
tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar
dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-
tingkatannya beberapa stupa.

Borobudur yang bertingkat sepuluh menggambarkan secara jelas


filsafat mazhab Mahayana. bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan
sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan
menjadi Buddha.

Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang


masih dikuasai olehkama atau "nafsu rendah". Bagian ini sebagian besar tertutup
oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi.
Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita
Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga
orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.

Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli


dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia
yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa
dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara
alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha
terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.

Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan


ini dinamakanArupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di
mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa,
namun belum mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam

3
stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-
patung itu masih tampak samar-samar.

Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan


berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-
lubang. Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak
sempurna atau disebut juga unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai
patung Adibuddha, padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah ada
patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan
pemahatnya pada zaman dahulu. menurut kepercayaan patung yang salah dalam
proses pembuatannya memang tidak boleh dirusak. Penggalian arkeologi yang
dilakukan di halaman candi ini menemukan banyak patung seperti ini.

Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan


relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang
dikirimkan kepada Raja Thailand,Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia
Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia
Belanda ketika itu.

Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain.


Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-
lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong
inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi
candi ke arah kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-
tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentukpunden berundak, yang
merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia
Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan
sistem interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.

4
C. Relief

Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi. Relief-relief


ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa
Kuna yang berasal daribahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-relief cerita
jātaka.

Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada


pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan berakhir
di sebelah kanan pintu gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah timur
adalahtangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya
bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat bermakna sebagai
berikut :

 Karmawibhangga
Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi
dinding batur yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. Deretan
relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura
menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat. Relief
tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia
disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik
manusia dan pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan
manusia dalam lingkaran lahir - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah
berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk
menuju kesempurnaan.

 Lalitawistara
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief
(tetapi bukan merupakan riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang

5
Buddha dari sorga Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa
dekat kota Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan,
setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi
timur. Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di
dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang
Bodhisattwa selaku calon Buddha. Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang
Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan
Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura,
yang berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai
Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharmayang juga berarti
"hukum", sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda. Jataka dan Awadana

Jataka adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai


Pangeran Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang
membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga.
Sesungguhnya, pengumpulan jasa/perbuatan baik merupakan tahapan persiapan
dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.

Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi
pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya
dihimpun dalam kitabDiwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan
kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana. Pada relief candi Borobudur
jataka dan awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan
yang sama tanpa dibedakan. Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan
Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair
Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.

 Gandawyuha
deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang
berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi
tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura

6
didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan
untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.
D. Tahapan pembangunan Borobudur

1. Tahap pertama

Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan


antara 750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya
dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada
tata susun yang dibongkar.

2. Tahap kedua

Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu
undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.

3. Tahap ketiga

Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan
diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini
dengan satu stupa besar di tengahnya.

4. Tahap keempat

Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan lengkung
atas pintu.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

Penulisan memperoleh data dengan dua cara yaitu :

1. Cara Observasi, yakni penulis terlibat langsung ke tempat penelitian


2. Cara Kepustakaan, Yakni penulis mencari keterangan-keterangan yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan di ujikan dalam penyusuna
karya tulis.
Penulisan memperoleh data dengan dua cara yaitu :

1. Cara Observasi, yakni penulis terlibat langsung ke tempat penelitian


2. Cara Kepustakaan, Yakni penulis mencari keterangan-keterangan yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan di ujikan dalam penyusuna
karya tulis.

8
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Landasan Teori

Candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan karena letusan


gunung berapi sebagian besar bangunan Candi Borobudur tertutup tanah
vulkanik dan semak belukar selama berabad-abad. Pada tahun 1853, seluruh area
candi sudah bersih digali setelah Indonesia merdeka pada tahun 1959 pemerintah
Indonesia meminta bantuan UNESCO namun pembugaran ini dilakukan pada
tanggal 10 Agustus 1972 dan selesai pada tahun 1984 menurut H.C. Cornelius
seorang insinyur belanda yang menyelidiki lokasi penemuan Candi Borobudur
dan ikut membantu dalam penebangan pohon yang menutupi Candi Borobudur.
Cornelius sangat tertarik dengan candi ini dikarenakan bangunan ini mempunyai
nilai sejarah yang tinggi ditambah lagi dengan bentuk bangunan yang bagus,
tinggi, besar, dan mempunyai relief-relief yang indah serta patung budha yang
cukup banyak. Inilah yang menjadi daya tarik masyarakat.

B. Pemecahan Masalah

Candi Borobudur yang terletak di kabupaten Magelang, sangat membantu


sekali dalam pendidikan. Karena dengan adanya Candi Borobudur masyarakat
dapat mengenal budaya sejarah Indonesia, oleh karena itu Candi Borobudur
menjadi Warisan Budaya Indonesia yang sangat membantu bagi pendidikan
penelitian dan pariwisata. Dengan ini maka kita sebagai bangsa Indonesia harus
menjaga warisan budaya yang kita miliki agar anak cucu kita dapat

9
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Candi Borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang sampai
saat ini menjadi pusat perhatian masyarakat dunia, baik dari segi
keparawisataan,arkeologi dan pengetahuan. Maka dari itu kita harus menjaga dan
mengenalnya lebih jauh.

B. Saran

Mengelilingi Candi Borobudur tentu sangat melelahkan. Namun


kelelahan itu akan terbayar setimpal dengan keindahan yang akan kita dapatkan.
Dan didalam area Candi Borobudur banyak ditumbuhi pohon yang rindang, itu
dapat digunakan untuk bersantai ria melepas kelelahan. Bila anda pergi ke
Yogyakarta jangan lupa untuk mampir ke Borobudur yang begitu indah dan
eksotik karena didalamnya banyak sekali ilmu pengetahuan yang kita dapat.

10

Anda mungkin juga menyukai