Anda di halaman 1dari 4

CONTOH 1: TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

Candi Borobudur, Candi Buddha Terbesar sebagai Situs Warisan Dunia

Candi Borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban di dunia. Banyak orang yang
sudah mengetahui Candi borobudur. Letak Candi Borobudur yang sangat startegis membuat candi ini
sering di kunjungi oleh wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal. Candi Borobudur
merupakan peninggalan bersejarah yang tidak dimiliki oleh negara lain. Apabila kita memandang
candi Borobudur dari kejauhan, bangunan ini tegak menjulang, megah dan indah. Apabila kita melihat
dari dekat, bangunan ini tertata rapi dari tumpukan batu, arca, dan dinding-dindingnya terdapat relief
yang rumit tetapi bernilai sangat tinggi. Setiap bangunan dan relief pada candi memiliki makna.
Makna pada bagunan itu menunjukkan betapa tinggi peradaban nenek moyang pada jaman dahulu.
Sulit dipercaya apabila Nenek moyang dapat membangun peradaban yang tinggi pada jaman yang
belum mengenal teknologi. Selain sebagai peninggalan bersejarah, Candi Borobudur digunakan oleh
masyarakat sebagai tempat beribadah agama Buddha atau sebagai tempat pemujaan para dewa. Dan
saat ini candi borobudur sering digunakan sebagai tempat pariwisata.

Sejarah Singkat Pendirian Candi


Sekitar tiga ratus tahun lampau, tempat candi ini berada masih berupa hutan belukar yang
oleh penduduk sekitarnya disebut Redi Borobudur. Untuk pertama kalinya, nama Borobudur diketahui
dari naskah Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi, disebutkan tentang biara
di Budur. Kemudian pada Naskah Babad Tanah Jawi (1709-1710) ada berita tentang Mas Dana,
seorang pemberontak terhadap Raja Paku Buwono I, yang tertangkap di Redi Borobudur dan dijatuhi
hukuman mati. Kemudian pada tahun 1758, tercetus berita tentang seorang pangeran dari Yogyakarta,
yakni Pangeran Monconagoro, yang berminat melihat arca seorang ksatria yang terkurung dalam
sangkar.
Pada tahun 1814, Thomas Stamford Raffles mendapat berita dari bawahannya tentang adanya
bukit yang dipenuhi dengan batu-batu berukir. Berdasarkan berita itu Raffles mengutus Cornelius,
seorang pengagum seni dan sejarah, untuk membersihkan bukit itu. Setelah dibersihkan selama dua
bulan dengan bantuan 200 orang penduduk, bangunan candi semakin jelas dan pemugaran dilanjutkan
pada 1825. Pada 1834, Residen Kedu membersihkan candi lagi, dan tahun 1842 stupa candi ditinjau
untuk penelitian lebih lanjut.

Letak

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di
sebelah barat laut Yogyakarta.

Arsitektur dan Relief


Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur
sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain
itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa. Borobudur yang bertingkat sepuluh
menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana. bagaikan sebuah kitab, Borobudur
menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan
menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh
kama atau "nafsu rendah". Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat
untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120
panel cerita Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga orang masih
dapat melihat relief pada bagian ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu,
tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara
alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-
ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan
Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan
ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan di
dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu
masih tampak samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang
terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini
pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga unfinished Buddha, yang
disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah ada
patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya pada zaman
dahulu. menurut kepercayaan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak boleh
dirusak. Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman candi ini menemukan banyak patung seperti
ini.
Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung
singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja Thailand,
Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah
dari pemerintah Hindia Belanda ketika itu.
Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah
lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi
candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara
berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur
bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang
merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia. Struktur Borobudur bila dilihat dari
atas membentuk struktur Mandala.Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan
sistem interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.
Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi. Relief-relief ini dibaca sesuai arah
jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta
daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-
relief cerita jātaka.Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu
gerbang sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu
gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang sesungguhnya (utama)
dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa
benar.
Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat bermakna sebagai berikut :
(1) Karmawibhangga. Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding
batur yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. Deretan relief tersebut bukan
merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai
korelasi sebab akibat. Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela
manusia disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik manusia dan
pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir -
hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang
akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan.
(2) Lalitawistara. Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi
bukan merupakan riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita,
dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief ini berderet dari
tangga pada sisi sebelah selatan, setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai
dari tangga sisi timur. Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di
dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku
calon Buddha. Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai
Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief
tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis
dinyatakan sebagai Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti
"hukum", sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda. (3) Jataka dan Awadana. Jataka adalah
cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta. Isinya merupakan pokok
penonjolan perbuatan baik, yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga.
Sesungguhnya, pengumpulan jasa/perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju
ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan
Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang
berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana. Pada relief
candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan
yang sama tanpa dibedakan. Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah
Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4
Masehi. (4) Gandawyuha. Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita
Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi
tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab
suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita
kitab lainnya yaitu Bhadracari.
Fungsi
Fungsi candi Borobudur hampir sama dengan fungsi candi pada umumnya, yaitu:
Tempat menyimpan relik atau disebut Dhatugarba (peninggalan-peninggalan benda suci).
Tempat sembahyang atau beribadat bagi umat Budha. Merupakan lambang suci bagi umat Budha,
cermin nilai-nilai tertinggi agama Budha dan mengandung rasa rendah hati yang disadari penciptanya
sedalam-dalamnya. Tanda peringatan dan penghormatan sang Budha.

Anda mungkin juga menyukai