Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kekayaan alam yang dimiliki oleh suatu Negara tidak selamanya membawa
berkah. Kekayaan alam yang dimiliki bangsa indonesia mampu menjadi daya tarik bagi
orang-orang eropa dan bangsa jepang. Bangsa spanyol,Portugis,Inggris,Belanda mulai
berdatangan ke Indonesia disusul oleh bangsa jepang. Tujuan kedatangan mereka ada
3,yaitu Glory, Gold ,dan Gospel. Semula mereka hanya tertarik watak mengambil rempah-
rempah saja, tetapi kemudian berkembang untuk menguasai dan sploitasi seluruh SDA dan
SDM yang dimiliki Indonesia. Sumber daya manusia digunakan untuk memenuhi tenaga
kerja murah. Eksploitasi SDA dan SDM tersebut mampu mengisi kas keuangan mereka
yang kosong.
Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia telah membawa dampak yang sangat besar
bagi Indonesia. Pada awalnya, kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia adalah untuk
berdagang, tetapi lambat laun mereka kemudian menguasai wilayah Indonesia untuk
dijarah kekayaan alamnya sebagai modal pembangunan negara mereka.
Kolonialisme dan imperialisme yang terjadi di Indonesia sejak awal abad ke- 18
telah menjadikan Indonesia mengalami kesengsaraan, yaitu dengan dijadikannya Indonesia
sebagai negara terjajah berada di bawah kekuasaan bangsa-bangsa Eropa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Imperialisme?
2. Bagaimana awal kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia?
3. Apa yang tujuan kedatangan Portugis ke Indonesia?
4. Bagaimana Imperialisme yang di lakukan Portugis terhadap Indonesia?
5. Bagaimana perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia terhadap Portugis?
6. Apa pengaruh kedatangan bangsa Portugis di Indonesia?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Imperialisme
Imperialisme berasal dari kata latin “imperare” yang artinya menguasai.Orang yang
menguasai disebut imperator yang berarti raja atau penguasa. Imperium adalah daerah
yang dikuasai imperator. Imperator menguasai bangsa yang mendiami wilayah imperium
dengan alasan agar mereka merasa lebih aman atau lebih sejahtera. Jadi imperialisme
adalah suatu sistem penjajahan langsung dari suatu negara terhadap negara lain. Penjajahan
dilakukan dengan jalan membentuk pemerintahan jajahan atau dengan menanamkan
pengaruh dalam semua bidang kehidupan daerah yang dijajah.
Imperialisme ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia untuk
kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya. "Menguasai" disini tidak
perlu berarti merebut dengan kekuatan senjata, tetapi dapat dijalankan dengan
kekuatanekonomi, kultur, agama dan ideologi, asal saja dengan paksaan. Imperium disini
tidak perlu berarti suatu gabungan dari jajahan-jajahan, tetapi dapat berupa daerah-daerah
pengaruh, asal saja untuk kepentingan diri sendiri.

B. Awal Kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia


Portugis mencapai India pada tahun 1498 dengan melalui jalur pantai Barat Afrika
dan melewati Tanjung Pengharapan yang terletak di selatan benua Afrika. Tujuan Portugis
adalah menguasai daerah-daerah penghasil rempah-rempah, sehingga Portugis tidak segan-
segan menyerang dan menaklukkan kota-kota pelabuhan yang tidak mau tunduk.
Setelah menaklukkan dan mendirikan kantor dagang di Goa India, Portugis
melanjutkan ekspedisinya yang berhasil merebut Malaka pada tahun 1511 dan Maluku
tahun 1512. Portugis mendirikan benteng-benteng untuk mempertahankan kekuasaan di
daerah-daerah yang sudah didudukinya. Daerah-dareah tersebut kemudian dijadikan
sebagai bagian kerajaan Portugis yang berada di seberang lautan yang menandai
dilaksanakannya politik imperialisme.
Pertemuan antara Portugis dengan orang Indonesia sudah terjadi sejak Portugis
menguasai Goa, India. Ketika Portugis menyerang Malaka, keadaan di Malaka tidak siap
untuk melawan serangan Portugis. Ketidaksiapan dalam menghadapi serangan Portugis
dikarena faktor kekuatan militer dan persenjataan yang tidak seimbang.
Penguasaan terhadap Maluku terjadi ketika sedang adanya persaingan antara
kerajaan Ternate dan Tidore. Dalam hal ini Ternate meminta bantuan kepada Portugis
untuk membantu mendirikan benteng pertahanan. Portugis memanfaatkan dengan baik
situasi ini dengan memberikan bantuan kepada Ternate dengan meminta imbalan hak
monopoli rempah-rempah.

C. Tujuan Kedatangan Bangsa Portugis


Secara umum, kedatangan bangsa Portugis dan Bangsa Eropa lainnya ke Asia
termasuk ke Indonesia dilandasi keinginan mereka untuk berdagang, menyalurkan jiwa
penjelajah, dan menyebarkan agama

2
Sejak abad ke -13, rempah-rempah memang merupakan bahan dagang yang sangat
menguntungkan. Hal ini mendorong orang-orang Eropa berusaha mencari harta kekayaan
ini sekalipun menjelajah semudera. Keinginan ini diperkuat dengan adanya jiwa
penjelajah. Bangsa Eropa dikenal sebagai bangsa penjelajah, terutama untuk menemukan
daerah-daerah baru. Mereka berlomba-lomba meninggalkan Eropa. Mereka yakin bahwa
jika berlayar ke satu arah, maka mereka akan kembali ke tempat semula. Selain itu, orang-
orang Eropa terutama Protugis dan Spanyol yakin bahwa di luar Eropa ada Prestor John
(kerajaan dan penduduknya beragama Kristen). Oleh karena itu, mereka berani berlayar
jauh. Mereka yakin akan bertemu dengan orang-orang seagama.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa Eropa termasuk
Portugis ke Indonesia adalah 3G yaitu:
1. Gold yaitu untuk mencari emas atau kekayaan
2. Grory yaitu untuk mencari kejayaan atau kekuasaan
3. Gospel yaitu untuk menyebarkan agama Kristen.

D. Imperialisme Portugis di Indonesia


Keahlian bangsa Portugis dalam navigasi, pembuatan kapal dan persenjataan
memungkinkan mereka untuk melakukan ekspedisi eksplorasi dan ekspansi. Dimulai
dengan ekspedisi eksplorasi yang dikirim dari Malaka yang baru ditaklukkan dalam tahun
1512, bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang tiba di kepulauan yang
sekarang menjadi Indonesia, dan mencoba untuk menguasai sumber rempah-rempah yang
berharga dan untuk memperluas usaha misionaris Katolik Roma. Upaya pertama Portugis
untuk menguasai kepulauan Indonesia adalah dengan menyambut tawaran kerjasama dari
Kerajaan Sunda.
Pada awal abad ke-16, pelabuhan-pelabuhan perdagangan penting di pantai utara
Pulau Jawa sudah dikuasai oleh Kesultanan Demak, termasuk dua pelabuhan Kerajaan
Sunda yaitu Banten dan Cirebon. Khawatir peran pelabuhan Sunda Kelapa semakin lemah,
raja Sunda, Sri Baduga (Prabu Siliwangi) mencari bantuan untuk menjamin kelangsungan
pelabuhan utama kerajaannya itu. Pilihan jatuh ke Portugis, penguasa Malaka. Dengan
demikian, pada tahun 1512 dan 1521, Sri Baduga mengutus putra mahkota, Surawisesa, ke
Malaka untuk meminta Portugis menandatangani perjanjian dagang, terutama lada, serta
memberi hak membangun benteng di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1522, pihak Portugis siap membentuk koalisi dengan Sunda untuk
memperoleh akses perdagangan lada yang menguntungkan. Tahun tersebut bertepatan
dengan diselesaikan penjelajahan dunia oleh Magellan.
Komandan benteng Malaka pada saat itu adalah Jorge de Albuquerque. Tahun itu
pula dia mengirim sebuah kapal, São Sebastião, di bawah komandan Kapten Enrique
Leme, ke Sunda Kalapa disertai dengan barang-barang berharga untuk dipersembahkan
kepada raja Sunda. Dua sumber tertulis menggambarkan akhir dari perjanjian tersebut
secara terperinci. Yang pertama adalah dokumen asli Portugis yang berasal dari tahun 1522
yang berisi naskah perjanjian dan tandatangan para saksi, dan yang kedua adalah laporan
kejadian yang disampaikan oleh João de Barros dalam bukunya "Da Asia", yang dicetak
tidak lama sebelum tahun 1777/78.

3
Menurut sumber-sumber sejarah ini, raja Sunda menyambut hangat kedatangan
orang Portugis. Saat itu Prabu Surawisesa telah naik tahta menggantikan ayahandanya dan
Barros memanggilnya "raja Samio". Raja Sunda sepakat dengan perjanjian persahabatan
dengan raja Portugal dan memutuskan untuk memberikan tanah di mulut Ciliwung sebagai
tempat berlabuh kapal-kapal Portugis. Selain itu, raja Sunda berjanji jika pembangunan
benteng sudah dimulai maka beliau akan menyumbangkan seribu karung lada kepada
Portugis. Dokumen kontrak tersebut dibuat rangkap dua, satu salinan untuk raja Sunda dan
satu lagi untuk raja Portugal; keduanya ditandatangani pada tanggal 21 Agustus 1522.
Pada dokumen perjanjian, saksi dari Kerajaan Sunda adalah Padam Tumungo,
Samgydepaty, e outre Benegar e easy o xabandar, maksudnya adalah "Yang Dipertuan
Tumenggung, Sang Adipati, Bendahara dan Syahbandar Sunda Kelapa". Saksi dari pihak
Portugis, seperti dilaporkan sejarawan Porto bernama João de Barros, ada delapan orang.
Saksi dari Kerajaan Sunda tidak menandatangani dokumen, mereka melegalisasinya
dengan adat istiadat melalui "selamatan". Sekarang, satu salinan perjanjian ini tersimpan di
Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta.
Pada hari penandatangan perjanjian tersebut, beberapa bangsawan Kerajaan Sunda
bersama Enrique Leme dan rombongannya pergi ke tanah yang akan menjadi tempat
benteng pertahanan di mulut Ci Liwung. Mereka mendirikan prasasti, yang disebut Luso-
Sundanese padrão, di daerah yang sekarang menjadi Kelurahan Tugu di Jakarta Utara.
Adalah merupakan kebiasaan bangsa Portugis untuk mendirikan padrao saat mereka
menemukan tanah baru. Padrao tersebut sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Portugis gagal untuk memenuhi janjinya untuk kembali ke Sunda Kalapa pada
tahun berikutnya untuk membangun benteng dikarenakan adanya masalah di Goa/India.
Perjanjian inilah yang memicu serangan tentara Kesultanan Demak ke Sunda
Kelapa pada tahun 1527 dan berhasil mengusir orang Portugis dari Sunda Kelapa pada
tanggal 22 Juni 1527. Tanggal ini di kemudian hari dijadikan hari berdirinya Jakarta.
Gagal menguasai pulau Jawa, bangsa Portugis mengalihkan perhatian ke arah timur
yaitu ke Maluku. Melalui penaklukan militer dan persekutuan dengan para pemimpin
lokal, bangsa Portugis mendirikan pelabuhan dagang, benteng, dan misi-misi di Indonesia
bagian timur termasuk pulau-pulau Ternate, Ambon, dan Solor. Namun demikian, minat
kegiatan misionaris bangsa Portugis terjadi pada pertengahan abad ke-16, setelah usaha
penaklukan militer di kepulauan ini berhenti dan minat mereka beralih kepada Jepang,
Makao dan Cina; serta gula di Brazil.
Kehadiran Portugis di Indonesia terbatas pada Solor, Flores dan Timor Portugis
setelah mereka mengalami kekalahan dalam tahun 1575 di Ternate, dan setelah penaklukan
Belanda atas Ambon, Maluku Utara dan Banda. Pengaruh Portugis terhadap budaya
Indonesia relatif kecil: sejumlah nama marga Portugis pada masyarakat keturunan Portugis
di Tugu, Jakarta Utara, musik keroncong, dan nama keluarga di Indonesia bagian timur
seperti da Costa, Dias, de Fretes, Gonsalves, Queljo, dll. Dalam bahasa Indonesia juga
terdapat sejumlah kata pinjaman dari bahasa Portugis, seperti sinyo, nona, kemeja, jendela,
sabun, keju, dll.

4
E. Perlawanan Rakyat Terhadap Portugis
Setelah Malaka dapat dikuasai oleh Portugis 1511, maka terjadilah persaingan dagang
antara pedagang-pedagang Portugis dengan pedagang di Nusantara. Portugis ingin selalu
menguasai perdagangan, maka terjadilah perlawanan-perlawanan terhadap Portugis.
Perlawanan tersebut antara lain:

1) Perlawanan di Aceh terhadap Portugis


Sejak Portugis dapat menguasai Malaka, Kerajaan Aceh merupakan saingan terberat dalam
dunia perdagangan. Para pedagang muslim segera mengalihkan kegiatan
perdagangannyake Aceh Darussalam. Keadaan ini tentu saja sangat merugikan Portugis
secara ekonomis, karena Aceh kemudian tumbuh menjadi kerajaan dagang yang sangat
maju. Melihat kemajuan Aceh ini, Portugis selalu berusaha menghancurkannya, tetapi
selalu menemuikegagalan. Keberhasilan Aceh untuk memperhatankan diri dari ancaman
Portugis disebabkan:
a. Aceh berhasil bersekutu dengan Turki, Persia, dan India.
b. Aceh memperoleh bantuan kapal, prajurit, dan makanan dari pedagang muslim di
Pulau Jawa.
c. Kapal Aceh dilengkapi persenjataan yang cukup baik dan prajurit yang tangguh.

Di antara raja-raja Kerajaan Aceh yang melakukan perlawanan adalah:


1) Sultan Ali Mughayat Syah (1514–1528)
2) Berhasil membebaskan Aceh dari upaya penguasaan bangsa Portugis
3) Sultan Alaudin Riayat Syah (1537–1568)
4) Berani menentang dan mengusir Portugis yang bersekutu dengan Johor.
5) Sultan Iskandar Muda (1607–1636)
6) Raja Kerajaan Aceh yang terkenal sangat gigih melawan Portugis adalah Iskandar
Muda. Pada tahun 1615 dan 1629, Iskandar Muda melakukan serangan terhadap
Portugis di Malaka.
Usaha-usaha Aceh Darussalam untuk mempertahankan diri dari ancaman Portugis antara
lain:
a) Aceh berhasil menjalin hubungan baik dengan Turki, Persia, dan Gujarat (India),
b) Aceh memperoleh bantuan berupa kapal, prajurit, dan makanan dari beberapa
pedagang muslim di Jawa,
c) kapal-kapal dagang Aceh dilengkapi dengan persenjataan yang cukup baik dan
prajurit yang tangguh,
d) meningkatkan kerja sama dengan Kerajaan Demak dan Makassar.
Permusuhan antara Aceh dan Portugis berlangsung terus tetapi sama-sama tidak
berhasil mengalahkan, sampai akhirnya Malaka jatuh ke tangan VOC tahun 1641. VOC
bermaksud membuat Malaka menjadi pelabuhan yang ramai dan ingin menghidupkan
kembali kegiatan perdagangan seperti yang pernah dialami Malaka sebelum kedatangan
Portugis dan VOC.
Kemunduran Aceh mulai terlihat setelah Iskandar Muda wafat dan penggantinya
adalah Sultan Iskandar Thani (1636–1841). Pada saat Iskandar Thani memimpin Aceh
masih dapat mempertahankan kebesarannya. Tetapi setelah Aceh dipimpin oleh Sultan

5
Safiatuddin 91641–1675) Aceh tidak dapat berbuat banyak mempertahankan
kebesarannya.

2) Ternate melawan Portugis


Pada awalnya Portugis diterima dengan baik oleh raja setempat dan diijinkan
mendirikan benteng, namun lama-kelamaan, rakyat Ternate mengadakan perlawanan.
Perlawanan ini terjadi karena sebab-sebab berikut ini:
a. Portugis melakukan monopoli perdagangan.
b. Portugis ikut campur tangan dalam pemerintahan.
c. Portugis ingin menyebarkan agama Katholik, yang berarti bertentangan dengan
agama yang telah dianut oleh rakyat Ternate.
d. Portugis membenci pemeluk agama Islam karena tidak sepaham dengan
mereka.
e. Portugis sewenang-wenang terhadap rakyat.
f. Keserakahan dan kesombongan bangsa Portugis.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka kehendak Portugis ditolak oleh raja Ternate.
Rakyat Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun bersatu dengan Tidore melawan Portugis,
sehingga Portugis dapat didesak. Pada waktu terdesak, Portugis mendatangkan bantuan
dari Malaka dipimpin oleh Antoni Galvo, sehingga Portugis mampu bertahan di Maluku.
Pada tahun 1565, rakyat Ternate bangkit kembali di bawah pimpinan Sultan Hairun.
Portugis berusaha menangkap Sultan Hairun, namun rakyat bangkit untuk melawan
Portugis dan berhasil membebaskan Sultan Hairun dan tawanan lainnya. Akan
tetapiPortugis melakukan tindakan licik dengan mengajak Sultan Hairun berunding. Dalam
perundingan, Sultan Hairun ditangkap dan dibunuh. Perlawanan rakyat Ternate dilanjutkan
di bawah pimpinan Sultan Baabullah (putera Sultan Hairun). Pada tahun 1574
bentengPortugis dapat direbut, kemudian Portugis menyingkir ke Hitu dan akhirnya
menguasai dan menetap di Timor-Timur sampai Tahun 1975.

3) Perlawanan Kerajaan Demak


Untuk menyingkirkan Portugis dari Malaka, Pangeran Sabrang Lor atau Dipati
Unusmenghimpun dan mengirimkan pasukan dari Jawa,Makasar,Lampung dan
bekerjasama dengan kerajaan Aceh untuk merebut pelabuhan Malaka namun gagal karena
kalah persenjataan bahkan Dipati Unus tertembak namun masih selamat sampai di Jawa.
Untuk menghalangi kekuasaan Portugis atas Jawa pengganti Dipati Unus yaitu Sultan
Trenggonomemperluas kekuasaan ke Jawa Barat dan Jawa Timur.Tetapi Pasuruan dan
Blambangan tidak berhasil ditaklukkan.

F. Pengaruh Kedatangan Portugis ke Indonesia


Zaman kekuasaan colonial Portugis yang berlangsung dari tahun 1511-1641 di
wilayah Indonesia meninggalkan bekas-bekasnya di dalam kebudayaan Indonesia saat ini.
Peninggalan-peninggalan zaman kolonial Portugis baik yang berupa yang berupa
kebudayaan rohani maupun jasmani masih dapat kita saksikan hingga sekarang.
Semboyan dari penjelajahan bangsa Portugis, yaitu berusaha untuk menyebarkan
agama Katolik pada daerah-daerah yang dikuasainya. Fransiscus Xaverius, seorang

6
misionaris, telah meyebarluaskan agama Katolik di Ambon. Banyak orang Ambon yang
akhirnya memeluk agama Katolik dan terlihat dari nama-namanya yang meniru nama-
nama bangsa Portugis seperti, De Pereira, De Fretes, Lopies, De Quelju, Diaz, dan
sebagainya.
Benda-benda peninggalan bangsa Portugis kemudian dianggap keramat oleh bangsa
Indonesia seperti meriam-meriam yang terkenal dengan nama Nyai Setomi di Solo, Si
Jagur di Jakarta, Ki Amuk di Banten dan sebagainya. Khusus meriam Si Jagur yang
terdapat di Jakarta dianggap sebagai alat perantara kekuatan gaib untuk mendapatkan anak.
Pengaruh lainnya seperti bahasa Portugis yang turut memperkaya jumlah kata-kata
dalam bahasa Indonesia, seperti kata San Domingo (Tuhan yang keramat), gereja,
mentega, mona (dari kata madona), sinyo (dari kata signor) dan sebagainya. Adapun seni
musik yang digemari oleh masyarakat Indonesia adalah seni musik keroncong yang berasal
dari seni musik Portugis. Keroncong berbahasa Portugis yang pernah terkenal di Indonesia
adalah keroncong Morisco.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa negeri kita Indonesia tecinta ini dulu
sampai sekarang memang sangat kaya baik SDA (Sumber Daya Alam) maupun SDM
(sumber Daya Manusia). Hal ini menyebabkan bangsa-bangsa dari Eropa dan dari Jepang
tertarik untuk dating berdagang yang berujung pada penjajahan dimana penjajahan ini
memberikan dampak yang ekstra buruk bagi bangsa kita.adapun bangsa Eropa yang pernah
menjajahan Indonesia yaitu portugis, spanyol,Inggris, dan Belanda serta dari Asia Timur
yaitu Jepang yang seharusnya pada sat itu menjaga dan melindungi kita sebagai sebenua
Asia bukannya menyiksa dan menginjak-injak bangsa ini bagaikan sampah yang tiada
artinya. Namun penderitaan itu akhirnya terbalaskan dengan proklamasi kemerdekaan
Indonesia.

B. Saran
Sebagai warga Negara Indonesia dan penerus bangsa, sudah menjadi kewajiban
kita untuk menjaga nilai luhur-luhur bangsa, mengambil nilai-nilai yang dapat dipetik dari
para pahlawan, seperti nilai rela berkorban, semangat berjuang dan rasa solidaritas yang
tinggi. Jangan sampai bangsa kita ini dijajah untuk kesekian kalinya.

Anda mungkin juga menyukai