Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua orang mendambakan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera
sebagaimana yang dicita-citakan masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur bagi
seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapainya berbagai sistem kenegaraan muncul,
seperti demokrasi. Cita-cita suatu masyarakat tidak mungkin dicapai tanpa
mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia. Namun masih banyak permasalahan
bagi bangsa Indonesia, permasalahan yang timbul tersebut mengakibatkan banyaknya
konflik ataupun kekacauan yang terjadi dimasyarakat. Gonjang-ganjing ini tidak bisa
dibiarkan lebih lanjut karena akan sangat berakibat buruk bagi kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara di negeri ini.

Alangkah baiknya bila permasalah yang seiring waktu terus timbul akhir- akhir
ini dapat diselesaikan dengan tuntas, cepat dan transparan agar masyarakat tahu betul
posisi dan solusi dari masalah tersebut. Tetapi apa yang kita lihat akhir-akhir ini?
Maraknya adu fisik maraknya percecokan untuk menyelesaikan masalah yang timbul.
Apakah begini kondisi masyarakat kita saat ini? Mudah marah, terpancing emosi dan
tidak mempunyai tenggang rasa. Sebagai warga negara yang baik hendaknya kita
semua sadar akan koridor- koridor yang layak dan patuh kepada hukum. Negara
Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila, jadi selayaknya semua
permasalahan yang akan mengakibatkan perkelahian dapat dituntaskan dengan baik.

Negara yang harusnya menghargai nilai-nilai keluhuran adat ketimuran, adat


yang sopan santun, ramah kepada semua orang serta kekeluargaan. Berpegang teguh
kepada undang-undang yang berlaku juga merupakan cerminan cinta kita kepada
Indonesia. Semoga permasalah yang ada sekarang ini cepat tuntas dan tidak menjadi
bom waktu dimasa mendatang. Bangsa Indonesia belum terlambat mewujudkan
masyarakat madani asalkan semua potensi sumber daya manusia mendapat kesempatan
berkembang dan dikembangkan. Mewujudkan masyarakat madani banyak tantangan
yang harus dilalui. Untuk itu perlu adanya strategi peningkatan peran dan fungsi
masyarakat dalam mengangkat martabat manusia menuju masyarakat madani itu
sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Masyarakat Madani?
2. Sejarah Pemikiran Masyarakat Madani?
3. Karakteristik Masyarakat Madani?
4. Paradigma dan Praktek Masyarakat Madani di Indonesia?
5. Gerakan sosial untuk memperkuat Masyarakat Madani
6. Organisasi non Pemerintah dalam Ranah Masyarakat Madani
7. Masyarakat madani dan Relevansinya dangan penerapan Good Governance

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini agar pembaca dapat memahami apa itu
masyarakat madani serta sejarah lahirnya masyarakat madani di indonesia, dan
bagaimana Karakteristik masyarakat madani di indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat Madani

Sejarah masyarakat madani atau masyarakat sipil lahir pertama kalinya dalam
perjalanan politik masyarakat sipil di barat. Istilah masyarakat sipil luas dengan
istiliah Civil Society. Yang didefenisikan oleh para ahli bahwasanya karagkter dari
masyarakat sipil sebagai komonitas sosial dan politik pada umumnya memiliki
peran dan fungsi yang berbeda dengan lembaga negara.

Istilah “Masyarakat Madani” dimunculkan pertama kalinya di kawasan asia


tenggara oleh Cendikiawan Malaysia yang bernama Anwar Ibrahim. Masyarakat
madani berbeda dengan masyarakat civil barat yang beriorientasi penuh pada
kebebasan individu, menurut mantan perdana mentri malaysia itu Masyarakat
Madani adalah sistem sosial yang tumbuh berdasarkan prinsip moral yang
menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dan mayarakat yang berupa
pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan undang-undang dan
bukan nafsu keinginan individu. Ia juga mngatakan masyarakat madani memiliki
ciri-ciri yang khas yaitu kemajemukan kebudayaan (Multicultural), Hubungan
timbal balik (Reprocity) dan sikap yang saling memahami dan menghargai. Anwar
Menjelaskan watak masyarakat madani yang ia maksud adalah guiding ideas,
dalam melaksanakan ide-ide yang mendasari keberadaanya yaitu prinsip moral,
keahlian, kesamaan, musyawarah dan demokratis.

Dawam Rahardjo juga mengemukakan defenisi masyaraakat madani adalah


proses penciptaan peradaban yang mengacu pada nilai-nilai kebijakan bersama.
Menurutnya masyarakat madani adalah warga negara bekerja sama membangun
ikatan sosial, jaringan produktif, solidaritas kemanusiaan yang bersifat non
negara. Ia juga mengemukakan dasar utama masyarakat madani adalah persatuan
dan integrasi nasional yang didasarkan pada suatu pedoman hidup,
menghindarkan diri dari konflik permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan
hidup dalam suatu persaudaraan.

Sejalan dengan iitu, Azyumardi Azra juga mengemukakan bahwa masyarakat


madani lebih dari sekedar gerakan prodemokrasi yang mengacu pada
pembentukan masyarakat bekwalitas dan ber-tamaddun (Civility). Menurut tokoh
cendikiawan muslim indonesia Norcholish Madjid istilah masyarakat madani
mengandung makna toleransi kesediaan priadi untuk menerima berbagai macam
pandangan politik dan tingkah laku sosial.

2
B. Sejarah Pemikiran Masyarakat Madani
Sejarah Civil Society tidak terlepas dari filsuf yunani Aris Toteles (384- 322
SM) yang mengandung konsep Civil Society sebagai sistem kenegaraan atau
identik dengan negara itu sendiri. Pada masa sekarang konsep Civil Society
dikenal dengan Istilah Koinonia Politeke yaitu sebuah koonitas politik tempat
warga negara dapat terlibat lansung dalam peraturan ekonomi-politik dalam
mengambil keputusan. Istilah Koinonia Politeke dikeukakan Aris Toteles untuk
menggambarkan sebuah masyarakat politis dan etis dimana warga negara
didalamnya berkedudukan sama didepan hukum. Yang kemudian mengalami
perubahan dengan pengertain Civil Society yaitu masyarakat sipil diluar dan
penyeimbang warga negara.

Seorang negarawan Romawi bernama Marcus Tullius Cicero (106-43 SM)


memiliki pandangan yang berbeda dengan Aris Toteles. Ia mengistilahkan
Masyarakat Sipil dengan societies cvilies yaitu sebuah komonitas yang
mendominasi komonitas yang lain dengan radisi politik kota sebagai komponen
utamanya. Istilah ini lebih menekankan pada konsep negara kota (City-state) yaitu
menggambarkan kerajaan, kota, dan bentuk korporasi lainya yang menjelma
menjadi entitas dan teorganisir.

Kemudian Rumusan Civil Society dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1588-


1679 M) dan Jhon Locke (1632-1704) yang memandang perkembangan civil
society sebagai lanjutan dari evaluasi masyarakat yang berlansung secara alamiah.
Menurut Hobbes entitas negara civil society mempunyai peranan untuk meredam
konflik dalam masyarakat sehingga ia harus memiliki kekuasaan mutlak untuk
mengontrol dan mengawasi secara ketat pola-pola interaksi setiap warga negara.

Namun Menurut Jhon Locke, Kehadiran civil society untuk melindungi


kebebasan dan hak milik warga negara. Mengingat sifatnya seperti itu civil society
tidak absolut dan tidak membatasi perananya pada wilayah yang tidak dapat
dikelola warga negara untuk memperoleh haknya secara adil dan profesional.

Pada tahun 1767 Adam ferguson mengkontektualisasikan civil society


dengan konteks sosial dan politik di skotlandia dengan perkembangan kapitalisme
yang berdampak pada krisis sosial. Berbeda dengan pndangan sebelumnya ia lebih
menekankan visi etis pada civil society dalam kehidupan sosial. Menurutnya
ketimpangan sosial akibat kapitalisme harus dihilangkan. Ia yakin bahwa publik
secara alamiah memiliki spirit solidaritas sosial dan sntimen moral yang
menghalangi munculnya kembali despotisme. Kekhawatiran ia semakin
menguatnya sistem individualistis dan berkurangnya tanggung jawab sosial
mayarakat mewarnai paandangan tenag civil society waktu itu.

Pada 29 januari 1737- 8 juni 1809 aktivis politik Asal Inggris-Amerika yang
bernama Thomas Paine civil society sebagai suatu yang berlawanan dengan
lembaga negara bahkan ia dianggap sebagai antitetis negara. Berdasarkan

3
paradigma ini peran negara sudah saatnya untuk dibatasi. menurut paradigma ini
negara tidak lain hanyalah keniscayaan buruk belaka. Konsep negara yang absah
menurut pemikiran ini adalah perwujudan dari delegasi kekuasaan yang diberikan
oleh masyarakat demi terciptanya kesejahteraan bersama. Dengan demikian
menurutnya civil society adalah ruang dimana warga negara dapat
mengembangkan kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan kepentinganya
secara bebas dan tanpa paksaan.

Kemudian pada tahun 1770-1831 G.W.F. Hegel, Karl Max (1818-1883), dan
Antonio Gramsci (1891-1837) mengembangkan Istilah civil society ialah elemen
ideologis keelas dominan. Pemahaman ini merupakan reaksi atas pandangan paine
yang memisahkan civil society dari negara. Berbeda dengan pandangan paine,
Hegel Memandang civil society sebagai kelompok subordinatif terhadap negara.
Menurut Ryaas Rasyid seorang pakar politik indonesia, menurutnya pandangan
ini erat kaitanya dengan perkembangan sosial masyarakat borjuasi eropa yang
ditandai dengan pelepasan diri dari cengkraman dominasi negara.

Selanjutnya hegel menjelaskan bahwa struktur sosial civil society terdaat tiga
entitas sosial : keluarga, masyarakat sipil, dan negara. Keluarga merupakan ruang
sosialisasi pribadi anggota masyarakat yang bercirikan keharmonisan. Sedangkan
masyarakat sipil merupakan tempat berlansungya percaturan sebagai kepentingan
pribadi dan golongan terutama kepentingan ekonomi. Menurutnya negara
merupaka ide universa yang bertugas melindungi kepentingan politik warganya
dan mempunyai hak penuh untuk intervensi terhadap civil society.

4
Berbeda dengan hegel, karl max memandang civil society sebagai masyarakat borjuis.
Dalam konteks hubungan produksi kapitalis. Keberadaan civil societymerupakan kendala
besar bagi upaya pembebasan manusia dari penindasan kelas pemiik modal. Oleh karena itu
civil society harus dilenyapkan demi terwujudnya tatanan masyarakat tanpa kelas.

Berbeda dengan max. Antonio Gramsci tidak memandang masyarakat sipil dalam
konteks relasi produksi tetapi lebih pada sisi idiologis. Gramsci meletakan masyaraakat
madani pada struktur berdampingan degan negara yang disebut sebagaiPolitical society.
Menurutnya civil society merupakan tempat perebutan posisi hegemoni untuk membentuk
konsensus dalam masyarakat. Ia memberiakan pandangan penting kepada kaum
cendikiawan sebagai aktor dalam proses utama perubahan sosial dan politik.

Selanjutnya wacana civil society sebagai reaksi terhadap mazhab hegelian dikembangkan
oleh Alexis de Tocqueville (1805-1859 M) yang bersumber dari pengalamanya mengamati
budaya demokrasi america. Menurutnya Tocqueville kekuatan politik dalam masyarakat
sipil merupakan kekuatan utama yang menjadikan demokrasi amerika mempunyai daya
tahan yang kuat. Berkaca pada budaya amerika yang berciri Plural, Mandiri, dan
kedewasaan berpolitik warga negara manapun mampu mengimbangi dan mengontrol
kekuatan negara.

Berbeda dengan hegelian, pemikiran Tocqueville lebih menempatkan masyarakat sipil


sebagai suatu yang tidak apriori maupun tersubordinasi lembaga negara. Sebaliknya civil
society bersifat otnom dan memiliki kepastian politik cukip tinggi sehingga mampu
menjadikan kekuatan penyeimbang terhadap kecenderungan intervensi negara atas warga
negara.

Dari sekian banyak pandangan mengenai civil society, Mazhab Gramscian dan
Tocquevillian telah menjadi inspirasi gerakan prodemokrasi di eropa timur dan eropa tengah
pada dasawarsa 80-an. Pengalaman kawasan ini hidup dibawah dominasi negara terbukti
telah melumpuhkan kehidupan masyarakat sipil.

Tidak hanya di eropa timur dan eropa tengah , muzhab pemikiran civil societytocquelville
juga dikembangkan oleh cendikiawan muslim indonesia Dawam Rahardjo dengan konsep
masyarakat madaninya, rahardjo mengilustrasikan bahwa peranan pasar sangat menenukan
unsur-unsur dalam masyarakat madani sedangkan menurut Wutnow dalam hubungan anrata
unsur-unsur pokok masyarakat madani faktorValuntary sangat menentukan pola interaksi
antara negara dan pasar.

Didalam tatanan pemerintahan yang demokratis komponen rakyat disebut masyarakat


madani (Civil Society) yang harus memperoleh peranan utama. Dalam sistem demokrasi
kekuasaan tidak hanya ditangan penguasa melainkan ditangan rakyat. Jadi peran sektor
swasta sangat mendukung terciptanya proses keseimbangan kekuasaan dalam koridor
pemerintahan yang baik, seketika peran swasta bisa berada diatas ini terjadi jika pembuatan
kebijakan publik berkolusi dan tergoda untuk memberikan akses yang longgar pada
konglomerat ataupun usahawan.

C. Karakteristik Masyarakat Madani


Munculnya masyarakat madani disebabkan unsur-unsur sosial dalam tatanan masyarakat.
Unsur tersebut merupakan kesatuan yang saling mengikat dan menjadikan karagter khas
masyarkat madani. Unsur pokok yang harus
5
dimiliki masyarakat madani yaitu : republik yang bebas, demokrasi, toleransi,
kemajemukan, dan keadilan sosial.

1. Wilayah Publik Yang Bebas


Merupakan sarana untuk mengemukakan pendapat warga negara, yang mana didalamnya
semua warga negara memiliki posisi dan hak yang sama untuk melakukan transaksi sosial
dan politik tanpa rasatakut dan terancam oleh kekuatan-kekuatan civil society.

2. Demokrasi
Demokrasi adalah persyaratan mutlak lainya bagi keberadaan civil society yang murni.
Tanpa demokrasi, masyarakat sipil tidak akan terwujud yang mana demokrasi adalah suatu
tatanan politik sosial yang bersumber dan dilakukan, oleh, dari, dan untuk warga negara.

3. Toleransi
Merupakan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat. Menurut
Nurcholish Madjid toleransi adalah persoalan ajaran dan kewajiban melaksanakan ajaran itu.
Jika toleransi menghasilkan tata cara pergaulan yang menyenangkan antara kelompok yang
berbeda-beda maka hasil itu dipahami sebagai hikmah atau manfaat dari ajaran yang benar.
Toleransi bukan hanya tuntutan sosial masyarakat majemuk saja , tapi juga menjadi bagian
terpenting pelaksanaan ajaran moral.
4. Kemajemukan
Disebut juga pluralisme yang tidak hanya dipahami seagai sebatas sikap harus mengakui
dan memahami kenyataan sosial yang beragam, tetapi harus disertai dengan sikap ttulus
untuk menerima kenyataan pandangan sebagai suatu yang alamiah dan rahmat tuhan yang
bernilai positif bagi kehidupan masyarakat.

5. Sosial
Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang propersional atas hak
dan kewajiban warga negara yang mencakup segala aspek kehidupan ekonomi, politik,
pengetahuan, dan pelengkapan. Dengan pengertian lain keadilan sosial adalah hilangnya
monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau
golongan tertentu.

Terdapat 3 karakteristik dasar dalam masyarakat madani, yakni:


1. diakuinya semangat pluralisme
2. tingginya sikap toleransi
3. tegaknya prinsip demokrasi dengan ciri seperti:
a. Keimanan dan ketaqwaan yang kokoh.
b. Berpendidikan maksimal (berkualitas).
c. Kembali menjadi insan Pancasilais.
d. Memiliki cita-cita (komitmen) dan harapan (secara kolektif) untuk setara dengan
negara-negara maju.
e. Memiliki kepercayaan diri untuk bersaing.
f. Loyalitas terhadap bangsa dan negara Indonesia (bakan terhadap partai politik saja).

D. Paradigma Dan Praktik Masyarakat Madani di Indonesia


Indonesia memiliki tradisi kuat civil society (masyarakat madani) bahkan jauh sebelum
negera bangsa berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili oleh kiprah
beragam organisasi sosial keagamaan dan pergerakan nasional dalam perjuangan merebut
6
kemerdekaan. Terdapat beberapa strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang
bagaimana seharusnya bangunan masyarakat madani bisa terwujud di Indonesia, yaitu :
1. pandangan integrasi nasional dan politik. Menyatakan bahwa sistem demokrasi tidak
mungkin berlangsung dalam kenyataan hidup sehari-hari dalam masyarakat yang
belum memiliki kesadaran dalam hidup berbangsa dan bernegara.
2. pandangan reformasi sistem politik demokrasi. Menekankan bahwa untuk
membangun demokrasi tidak usah terlalu bergantung pada pembangunan ekonomi.
Pembangunan institusi politik yang demokratis lebih diutamakan.
3. paradigma membangun masyarakat madani sebagai basis utama pembangunan
demokrasi, pandangan ini merupakan paradigma alternatif.

Berdasarkan pada tiga pardigma diatas, pengembangan demokrasi dan masyarakat


madani selayaknya tidak hanya bergantung pada salah satu pandangan tersebut. Setidaknya
tiga paradigma ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi di maa transisi
sekarang melalui cara :
1. Memperluas golongan menengah melalui pemberian kesempatan bagi kelas menengah
untuk berkembang menjadi kelompok masyarakat madani yang mandiri secara politik
dan ekonomi.
2. Mereformasi sistem politik demokrasi melalui pemberdayaan lembaga- lembaga-
lembaga demokrasi yang ada berjalan sesuai prinsip-prinsip demokrasi.
3. Penyelenggara pendidikan politik (pendidikan demokrasi) bagi warga negara secara
keseluruhan.

E. Gerakan sosial untuk memperkuat Masyarakat Madani

F. Organisasi non Pemerintah dalam Ranah Masyarakat Madani


Istilah Organisasi Non Pemerintahan adalah terjemahannya NGO (non governmental
organization), istilah ini merujuk pada organisasi non Negara yang mempunyai kaitan
dengan organisasi non pemerintahan, istilah ini perlahan-lahan menyebar dan dipakai
oleh komunitas internasional. Dalam arti umum, pengertian organisani non pemerintah
mencakup semua organisasi masyarakat yang berada di luar struktur dan jalur formal
pemerintah, dan tidak dibentuk oleh atau merupakan bagian dari birokrasi pemerintah.
Istilah organisasi no pemerintah bagi mereka yang tidak setuju memakai istilah ini
berpotensi memunculkan pengertian idak menguntungkan pemerintah khususnya
menolak menggunakan istilah itu dengan alas an maka organisasi non pemerintah
terkesan “memperhadapkan” serta seolah-olah ”oposan pemerintah.

Pengertian organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya yang bersifat non


pemerintah, didalamnya bisa termasuk serikat kerja,kaum buruh, himpunan para petani
atau nelayan,rumah tangga, rukun warga,yayasan social,lembaga keagammaan, klub
olahraga,perkumpulan mahasiswa, organisasi profesi, partai politik atau pun asosiasi
bisnis swasta.

G. Masyarakat madani dan Relevansinya dangan penerapan Good Governance

7
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip
moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan
masyarakat akan berupa pemikiran seni, pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan
undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu.
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar
terciptanya kesejahteraan umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat
membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat
menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di
dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun beberapa
kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan materi yang ada di bab II ialah
bahwa di dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah
berpacu.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada
potensi manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di
dalam diri manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani.
Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam membangun agama
Islam maka akan semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila
seseorang memiliki potensi yang kurang di dalam membangun agamanya maka
hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba
dalam meningkatkan potensi diri melalui latihan-latihan spiritual dan praktek-praktek
di masyarakat.

B. SARAN
Melalui makalah ini saya berharap semoga pembahasan mengenai
Masyarakat Madani, sedikit banyaknya dapat dipahami oleh pembaca, selain itu
Saya sebagai penulis mohon maaf apabila masih terdapat kesalahan-kesalahan
dalam penyusunan makalah ini, untuk itu saya mengharapkan kritikan dan saran dari
pembaca, untuk kesempurnaan dari makalah saya ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Elvina, Inggrid. 2014. Makalah Masyarakat Masyarakat Madani,(online).


(http://ingridelvina.blog.uns.ac.id/2014/10/27/makalah-masyarakat- madani/.
Diunduh pada Rabu, 16 Desember 2015)
Safitri, Dewi. 2015. Makalah Masyarakat Masyarakat Madani (online). (http://dewi-
13202036.blogspot.co.id/2015/04/makalah-masyarakat-madani_27.html.
Diunduh pada Rabu, 16 Desember 2015

9
10

Anda mungkin juga menyukai