(F1C021042)
HABIBI MAULANA
(F1C021046)
H AYAT U N N U P U S (F1C021047)
A. Pendahuluan
Masyarakat Madani (dalam bahasa Inggris: civil society) dapat diartikan sebagai
suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai
kehidupannya. Kata madani sendiri berasal dari bahasa arab yang artinya civil atau
civilized (beradab). Istilah masyarakat madani adalah terjemahan dari civil atau
civilized society, yang berarti masyarakat yang berperadaban.
Untuk pertama kali istilah Masyarakat Madani dimunculkan oleh Anwar Ibrahim,
mantan wakil perdana menteri Malaysia. Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat
madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang
menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat
Inisiatif dari individu dan masyarakat akan berupa pemikiran, seni, pelaksanaan
pemerintah yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan
individu.
Di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat madani menurut para ahli.
1. Mun’im (1994)
2. Hefner
4. Munawir (1997)
Menurutnya, masyarakat madani itu berasal dari Bahasa Arab. Kata Madani
berasal dari kata madana yang artinya mendiami, membangun, atau tinggal.
Namun berubah lagi menjadi madaniy yang berarti orang kota, beradab, dan
orang sipil. Dengan begitu, bisa kita simpulkan bahwa kata madani dalam Bahasa
Arab memiliki banyak arti. Sedangkan konsep madani menurut Majid (1997)
seringkali dipandang sebagai masyarakat yang sudah berjasa dalam menghadapi
rancangan kekuasaan serta menentang pihak pemerintah yang sewenang-wenang
di Negara Eropa Selatan, Amerika Latin, dan juga Eropa Timur.
5. Hall (1998)
Hall mengatakan bahwa masyarakat madani biasanya identik dengan istilah civil
society. Dimana hal tersebut berarti sebuah ide, bayangan, angan-angan, serta
cita-cita suatu komunitas yang bisa mengejawantahkan kehidupan sosial. Di
dalam masyarakat madani, para anggotanya akan berpegang teguh pada
kemanusiaan dan juga peradaban.
C. Sejarah
Filsuf Yunani Aristoteles(384-322 SM) yang memandang civil society sebagai
sistem kenegaraan atau identik dengan negara itu sendiri. Pandangan ini merupakan
fase pertama sejarah wacana civil society. Pada masa Aristoteles, civil
society dipahami sebagai sistem kenegaraan dengan menggunakan istilah ‘’koinonia
politike’’, yakni sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat langsung dalam
berbagai percaturan ekonomi-politik dan pengambilan keputusan.
Rumusan civil society selanjutnya dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1588-
1679 M ) dan John Locke (1632-1704), yang memandangnya sebagai kelanjutan dari
evolusi natural society. Menurut Hobbes, sebagai antitesa negara civil society
mempunyai peran untuk meredam konflik dalam masyarakat sehingga ia harus
memiliki kekuasaan mutlak, sehingga ia mampu mengontrol dan mengawasi secara
ketat pola-pola interaksi (perilaku politik) setiap warga negara. Berbeda dengan John
Locke, kehadiran civil society adalah untuk melindungi kebebasan dan hak milik
setiap warga Negara.
Fase kedua, pada tahun 1767 Adam Ferguson mengembangkan wacana civil
society dengan konteks sosial dan politik di Skotlandia. Ferguson, menekankan visi
etis pada civil society dalam kehidupan sosial. Pemahamannya ini lahir tidak lepas
dari pengaruh dampak revolusi industri dan kapitalisme yang melahirkan
ketimpangan sosial yang mencolok.
Fase ketiga, pada tahun 1792 Thomas Paine mulai memaknai wacana civil
society sebagai sesuatu yang berlawanan dengan lembaga negara, bahkan dia
dianggap sebagai antitesa negara. Menurut pandangan ini, negara tidak lain hanyalah
keniscayaan buruk belaka. Konsep negara yang absah, menurut mazhab ini, adalah
perwujudan dari delegasi kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat demi terciptanya
kesejahteraan bersama. Semakin sempurna sesuatu masyarakat sipil, semakin besar
pula peluangnya untuk mengatur kehidupan warganya sendiri.
Fase keempat, wacana civil society selanjutnya dikembangkan oleh Hegel (1770-
1837 M), Karl Marx (1818-1883 M) dan Antonio Gramsci (1891-1937 M). Dalam
pandangan ketiganya civil society merupakan elemen ideologis kelas dominan.
Fase kelima, wacana civil society sebagai reaksi terhadap mazhab Hegelian yang
dikembangkan oleh Alexis de Tocqueville (1805-1859 M). Pemikiran Tocqueville
tentang civil society sebagai kelompok penyeimbang kekuatan Negara. Menurut
Tocqueville, kekuatan politik dan masyarakat sipil merupakan kekuatan utama yang
menjadikan demokrasi Amerika mempunyai daya tahan yang kuat.
Adapun tokoh yang pertama kali menggagas istilah civil society ini adalah Adam
Ferguson dalam bukunya ”Sebuah Esai tentang Sejarah Masyarakat Sipil’’ (An Essay
on The History of Civil Society) yang terbit tahun 1773 di Skotlandia. Ferguson
menekankan masyarakat madani pada visi etis kehidupan bermasyarakat.
Pemahamannya ini digunakan untuk mengantisipasi perubahan sosial yang
diakibatkan oleh revolusi industri dan munculnya kapitalisme, serta mencoloknya
perbedaan antara individu.
Masyarakat madani merupakan konsep tentang masyarakat yang mampu
memajukan dirinya melalui aktifitas mandiri dalam suatu ruang gerak yang tidak
mungkin Negara melakukan intervensi terhadapnya. Hal ini terkait erat dengan
konsep masyarakat madani dengan konsep demokrasi dan demokratisasi, karena
demokrasi hanya mungkin tumbuh pada masyarakat madani dan masyarakat madani
hanya berkembang pada lingkungan yang demokratis.
Secara historis kelembagaan civil society muncul ketika proses transformasi
akibat modernisasi yang terjadi dan menghasilkan pembentukan sosial baru yang
berbeda dengan masyarakat tradisional. Hal ini dapat ditelaah ulang ketika terjadi
perubahan sosial pada masa colonial, utamanya ketika kapitalisme mulai dikenalkn
oleh Belanda. Hal itu telah mendorong terjadinya pembentukan sosial lewat proses
industrialisasi, urbanisasi, dan pendidikan modern. Pada akhirnya muncul kesadaran
dikalangan kaum elit pribumi yang kemudian mendorong terbentuknya organisasi
sosial modern diawal abad ke-XX, gejala ini menandai mulai berseminya masyarakat
madani.
Pada awal ini gerakan-gerakan organisasi melibatkan pekerja dan intelektual yang
masih muda dan ditandai juga dengan timbulnya kesadaran para buruh tentang
kebutuhan mereka untuk berorganisasi dalam rangka menuju kearah yang lebih baik.
Pada tahun 1980, terjadi perubahan politik yang cukup signifikan yang dipandang
sebagai proses demokratisasi dan pembangungan masyarakat madani di Indonesia.
Mei 1998 dan diikuti dengan perubahan-perubahan sosial dan politik sangat penting
dan potensial bagi terciptanya masyarakat madani.
D. Sejarah Masyarakat Madani di Indonesia
Konsep masyarakat madani pertama kali diperkenalkan oleh para ahli Muslim
pada abad ke-12 sebagai suatu sistem sosial dan politik yang berlandaskan pada nilai-
nilai Islam. Konsep ini kemudian diperkenalkan ke Indonesia oleh para ulama pada
masa penjajahan Belanda. Pada awalnya, konsep masyarakat madani di Indonesia
lebih banyak diimplementasikan dalam ranah keagamaan, seperti pada lembaga-
lembaga pendidikan dan keagamaan. Namun, setelah kemerdekaan Indonesia pada
tahun 1945, konsep masyarakat madani mulai diterapkan dalam ranah politik dan
sosial.
Pada masa pemerintahan Soekarno, konsep masyarakat madani dianggap sebagai
ancaman bagi pemerintah karena dianggap sebagai ideologi yang berasal dari Barat.
Namun, pada masa pemerintahan Soeharto, konsep masyarakat madani mulai
mendapatkan perhatian yang lebih besar, terutama setelah diterbitkannya Pakta Sosial
Masyarakat Madani pada tahun 1973. Pakta ini berisi tentang komitmen pemerintah
untuk membangun suatu masyarakat yang berlandaskan pada nilai-nilai demokrasi,
hak asasi manusia, kebebasan, dan keterbukaan. Setelah reformasi tahun 1998, konsep
masyarakat madani semakin diperkuat dalam konstitusi Indonesia, yaitu Undang-
Undang Dasar 1945. Pasal 28I ayat (3) UUD 1945 menyebutkan bahwa setiap orang
berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Hal ini
menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia telah memperkuat konsep masyarakat
madani sebagai landasan bagi negara yang demokratis dan terbuka.
E. Unsur-unsur Masyarakat Madani
Free Public Sphere adalah ruang publik yang bebas sebagai sarana untuk
mengemukakan pendapat warga masyarakat. Di wilayah ruang publik ini semua
warga Negara memiliki posisi dan hak yang sama untuk melakukan transaksi sosial
dan politik tanpa rasa takut dan terancam oleh kekuatan – kekuatan di luar civil
society.
Secara teoritis, The Free Public Sphere dapat diartikan sebagai suatu kawasan di
mana setiap orang sebagai warga negara memiliki akses penuh terhadap semua
aktivitas publik. Warga negara memiliki hak untuk mengambil tindakan independen
dalam mengungkapkan pendapat, mengasosiasikan, mengumpulkan, dan menerbitkan
publikasi kepentingan umum. Bagi Arendt, perjuangan menciptakan ruang publik
yang bebas merupakan prasyarat untuk mewujudkan masyarakat politik yang tahan
terhadap hegemoni negara. Sebab, hanya dalam ruang publik yang bebas aksi politik
nyata benar-benar dapat mengangkat harkat dan martabat manusia. Sebagai prasyarat,
dalam rangka membangun dan mewujudkan civil society dalam suatu masyarakat,
ruang publik menjadi bagian yang perlu diperhatikan.
2. Demokrasi
Demokrasi adalah prasayarat mutlak lainnya bagi keberadaan civil society yang
murni (genuine). Tanpa demokrasi masyarakat sipil tidak mungkin terwujud.
Demokrasi tidak akan berjalan stabil bila tidak mendapat dukungan riil dari
masyarakat. Secara umum demokrasi adalah suatu tatanan sosial politik yang
bersumber dan dilakukan oleh, dari, dan untuk warga negara.
3. Toleransi
4. Pluralisme
5. Keadilan social
Masyarakat madani identik dengan sifatnya yang beradab. Mereka selalu menjunjung
tinggi nilai dan norma serta hukum yang mereka topang. Semua itu mereka pegang
dengan ilmu, iman, dan juga teknologi. Hal tersebut berarti, masyarakat madani
memiliki kehidupan yang berdasarkan aturan yang sudah berlaku. Mulai dari nilai,
hukum, norma, dan lainnya. Ketaatan mereka didasarkan pada iman, ilmu, dan
teknologi yang sudah mereka pelajari. Kemudian dikembangkan dengan kekuatan
iman serta keyakinan mereka terhadap Sang Pencipta.
Sebagai manusia yang mempunyai keyakinan serta keimanan yang kuat kepada Tuhan
Sang Pencipta, masyarakat madani sudah membuktikan bahwa mereka adalah
masyarakat yang beradab. Dimana mereka memiliki adab yang baik dan bertata
krama. Selain itu, mereka juga mempunyai tata krama kepada sesama manusia serta
Tuhannya.
Ciri selanjutnya yaitu masyarakat madani menilai bahwa status mereka itu semuanya
sama. Entah itu perempuan maupun laki-laki. Keterbukaan atau transparansi itu
artinya mereka akan menjalani kehidupan dengan sikap yang jujur dan tidak
memerlukan adanya hal-hal yang harus ditutupi.
Sehingga hal tersebut akan menumbuhkan rasa saling percaya antara satu anggota
dengan anggota yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat ini memiliki
nuansa yang demokratis. Dimana demokratisasi mereka dapat diciptakan dengan
adanya Lembaga Swadaya Masyarakat, partai politik, pers yang bebas, dan juga
toleransi.
Mengapa bisa seperti itu? Karena dalam masyarakat sosial berkaitan dengan wacana
kritik sosial yang rasional. Dimana anggota masyarakat secara eksplisit dan jelas
menciptakan demokrasi. Jadi, masyarakat madani hanya dapat dijamin oleh negara
yang menganut sistem demokrasi, seperti halnya Indonesia.
Ruang publik yang bebas biasanya juga disebut sebagai free public sphere. Ini
merupakan wilayah yang memungkinkan masyarakat untuk mempunyai hak serta
kewajiban warga negara. Dimana mereka memiliki akses penuh dalam berbagai
kegiatan politik, berserikat dan juga bekerjasama, menyampaikan pendapat yang
berbeda, dan juga berkumpul serta mendapatkan informasi secara luas.
5. Supremasi Hukum
Dalam KBBI, supremasi hukum artinya kekuasaan tertinggi di dalam hukum yang
berarti bahwa ada jaminan terciptanya keadilan yang bisa diwujudkan. Hal ini bisa
terjadi apabila sebuah negara menempatkan hukum sebagai kekuasaan tertinggi.
Perlu digaris bawahi, bahwa keadilan yang dimaksud dapat terwujud jika hukum yang
ada diberlakukan secara netral. Ini artinya, tidak ada pengecualian untuk mendapatkan
suatu kebenaran atas nama hukum.
6. Keadilan Sosial
Keadilan sosial atau disebut juga social justice adalah sebuah keseimbangan dan juga
pembagian yang proporsional antara hak serta kewajiban suatu warga negara dan
negara itu sendiri. Dimana hal itu meliputi aspek kehidupan. Artinya, warga negara
mempunyai hak serta kewajiban atas negaranya. Begitu juga negara, mereka juga
mempunyai hak serta kewajiban atas warganya.
Hak dan kewajiban tersebut mempunyai porsi yang seimbang. Sehingga akan
menghasilkan output yang seimbang juga. Kemajemukan atau keberagaman tentu
akan terjadi di dalam masyarakat. Terlebih di dalam suatu negara yang memiliki
berjuta warga negara. Dimana mereka berasal dari berbagai kelompok yang berbeda-
beda.
Jadi, yang dimaksud dengan pluralisme yaitu suatu sikap menerima dan mengakui
secara tulis bahwa masyarakat yang ada di sebuah negara itu bersifat majemuk atau
beragam. Hal ini bisa menjadi faktor terwujudnya masyarakat yang multikultural.
Mulai dari kebudayaan, nilai, adat istiadat, norma, dan juga bahasa, suku agama, serat
etnis. Sebagai anggota masyarakat madani, seperti halnya masyarakat Indonesia. Kita
memiliki beragam bahasa, suku, agama, budaya, etnis, dan lainnya. Tentu sikap
pluralisme harus kita miliki dan juga berkeyakinan bahwa sebuah kemajemukan akan
memberikan nilai positif yang berasal dari Tuhan.
7. Partisipasi Sosial
Untuk menjalin hubungan serta kerjasama antara kelompok maupun individu, kita
perlu berpartisipasi dalam lingkungan sosial. Hal ini bertujuan untuk mencapai dan
mewujudkan tujuan tertentu.
Dengan adanya partisipasi sosial yang bersih, maka itu adalah awal dari terciptanya
masyarakat madani. Hal tersebut dapat terjadi jika ada nuansa yang bisa membuat hak
serta kewajiban individu terjaga dengan sangat baik. Itu artinya, masyarakat madani
perlu menyeimbangkan antara hak serta kewajibannya. Sehingga akan tercipta
keadilan sosial seperti yang sudah disebutkan di atas
G. Karakteristik Masyarakat Madani di Indonesia
Selain itu, masyarakat madani di Indonesia juga ditandai dengan keterlibatan aktif
dari masyarakat sipil dan organisasi non-pemerintah dalam memperjuangkan hak-hak
dan kepentingan publik. Organisasi-organisasi ini berperan penting dalam
memperjuangkan hak-hak sosial, ekonomi, dan politik, serta memonitor kinerja dari
lembaga-lembaga pemerintah dan memastikan akuntabilitas dari proses pengambilan
keputusan publik. Terakhir, masyarakat madani di Indonesia juga ditandai dengan
keterbukaan dan akuntabilitas dari lembaga-lembaga pemerintah. Hal ini tercermin
dalam adanya kebijakan transparansi dan akuntabilitas yang diterapkan oleh lembaga-
lembaga pemerintah, seperti kebijakan publik yang terbuka untuk umum, dan
mekanisme pengawasan dan pengaduan yang dapat diakses oleh masyarakat.
Lembaga Swadaya Masyarakat adalah institusi sosial yang dibentuk oleh swadaya
masyarakat yang tugas utamanya adalah membantu dan memperjuangkan aspirasi
dan kepentingan masyarakat yang tertindas. LSM dalam konteks masyarakat
madani bertugas mengadakan pemberdayaan kepada masyarakat mengenai hal-hal
yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya mengadakan pelatihan dan
sosialisasi program-program pembangunan masyarakat.
Pers
Pers adalah institusi yang berfungsi untuk mengkritisi dan menjadi bagian dari
sosial kontrol yang dapat menganalisis serta mempublikasikan berbagai kebijakan
pemerintah yang berhubungan dengan warga negaranya. Selain itu, pers juga
diharapkan dapat menyajikan berita secara objektif dan transparan.
Supremasi Hukum
Setiap warga negara, baik yang duduk dipemerintahan atau sebagai rakyat harus
tunduk kepada aturan atau hukum. Sehingga dapat mewujudkan hak dan
kebebasan antar warga negara dan antar warga negara dengan pemerintah melalui
cara damai dan sesuai dengan hukum yang berlaku. Supremasi hukum juga
memberikan jaminan dan perlindungan terhadap segala bentuk penindasan
individu dan kelompok yang melanggar norma-norma hukum dan segala bentuk
penindasan hak asasi manusia.
Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi merupakan tempat para aktivis kampus (dosen dan mahasiswa)
yang menjadi bagian kekuatan sosial dan masyarakat madani yang bergerak
melalui jalur moral porce untuk menyalurkan aspirasi masyarakat dan mengkritisi
berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah. Namun, setiap gerakan yang dilakukan
itu harus berada pada jalur yang benar dan memposisikan diri pada real dan
realitas yang betul-betul objektif serta menyuarakan kepentingan masyarakat.
Sebagai bagian dari pilar penegak masyarakat madani, maka Perguruan Tinggi
memiliki tugas utama mencari dan menciptakan ide-ide alternatif dan konstruktif
untuk dapat menjawab problematika yang dihadapi oleh masyarakat.
Partai Politik
Partai Politik merupakan wahana bagi warga negara untuk dapat menyalurkan
aspirasi politiknya. Partai politik menjadi sebuah tempat ekspresi politik warga
negara sehingga partai politik menjadi prasyarat bagi tegaknya masyarakat
madani.
(1) Pluralistik/keberagaman,
(2) sikap saling pengertian antara sesama anggota masyarakat,
(3) toleransi yang tinggi dan
(4) memiliki sanksi moral.
Karakteristik-karakteristik tersebut diharapkan senantiasa mewarnai kehidupan
masyarakat madani model Indonesia nantinya. keberadaan masyarakat Indonesia
dapat dicermati melalui perjalanan bangsa Indonesia. Secara historis perwujudan
masyarakat madani di Indonesia sebenarnya sudah mulai dicita-citakan semenjak
terjadinya perubahan sosial ekonomi pada masa kolonial, terutama ketika kapitalisme
mulai diperkenalkan oleh Belanda. Hal ini ikut mendorong terjadinya pembentukan
sosial melalui proses industrialisasi, urbanisasi, dan pendidikan modern. Hasilnya
antara lain munculnya kesadaran baru di kalangan kaum elit pribumi yang mendorong
terbentuknya organisasi sosial modern.
Setelah orde baru tumbang dan diganti oleh era reformasi, perkembangan
masyarakat madani kembali menorehkan secercah harapan. Hal ini dikarenakan
adanya perluasan jaminan dalam hal pemenuhan hak-hak asasi setiap warga negara
yang intinya mengarahkan pada aspek kemandirian dari setiap warga negara. Dari
zaman orde lama sampai era reformasi saat ini, permasalahan perwujudan masyarakat
madani di Indonesia selalu menunjukkan hal yang sama.
Mencermati keadaan sekarang, maka diperlukan sebuah strategi jitu untuk mencapai
kehidupan yang madani. Proses pemberdayaan tersebut menurut Dawam Rahardjo
dapat dilakukan dengan tiga model strategi sebagaimana sebagai berikut:
2. Sikap toleran Wajah budaya Indonesia yang bhinneka menuntut sikap toleran yang,
tinggi dari setiap anggota masyarakat. Sikap toleransi tersebut harus dapat
diwujudkan oleh semua anggota dan lapisan masyarakat sehingga terbentuk suatu
masyarakat yang kompak tapi beragam sehingga kaya akan ide-ide baru.
L. Kesimpulan
1. Masyarakat madani atau civil society dapat diartikan sebagai suatu corak
kehidupan masyarakat yang terorganisir, mempunyai sifat kesukarelaan,
keswadayaan, kemandirian, namun mempunyai kesadaran hukum yang tinggi.
2. Masyarakat Indonesia mempunyai karakteristik yang berbeda dengan negara
lainnya. Karakteristik tersebut diantaranya adalah:
a) Pluralistik/keberagaman,
b) Sikap saling pengertian antara sesama anggota masyarakat,
c) Toleransi yang tinggi dan
d) Memiliki sanksi moral.
a) sikap demokratis,
b) sikap toleran,
c) saling pengertian,
d) berakhlak tinggi, beriman dan bertaqwa,
e) berwawasan global.
Daftar Pustaka
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Masyarakat_madani
https://www.gramedia.com/literasi/masyarakat-madani/
https://www.google.com/url?
sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0CAMQw7AJah
cKEwjYoabKg9n-AhUAAAAAHQAAAAAQAg&url=https%3A%2F
%2Fmedia.neliti.com%2Fmedia%2Fpublications%2F121296-ID-konsep-masyarakat-
madani-dii-indonesia-
d.pdf&psig=AOvVaw1Rh21q1Rltu0YsP4goG2u5&ust=1683199120378685