DISUSUN OLEH :
HELENA RUI KADARWATI
NIM. P17324417308
DISUSUN OLEH :
HELENA RUI KADARWATI
NIM. P17324417308
ABSTRAK
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah infeksi yang banyak di alami oleh ibu
sebagian besar merupakan akibat dari adanya komplikasi / penyulit kehamilan, seperti febris,
koriomanionitis, infeksi saluran kemih, dan sebanyak 65% adalah karena Ketuban Pecah
Dini ( KPD ). Di Indonesia pada tahun 2015 memiliki angka kematian ibu yaitu 339 per
100.000 kelahiran hidup ( WHO, 2015 ). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten
Karawang, angka kematian ibu di Kabupaten Karawang pada tahun 2014 mengalami
penurunan dari tahun 2013 yaitu dari 64 kasus menjadi 59 kasus. Jumlah pasien di
Puskesmas Jatisari dari tercatat 44 kasus KPD dari total 293 ibu bersalin, pada bulan Januari
- Mei 2018 berjumlah 21 orang dalam persen sekitar 19,1 %.
Tujuan : untuk mengetahui bagaimana gambaran penatalaksanaan asuhan kebidanan pada
klien dengan Ketuban Pecah Dini di Puskesmas Jatisari.
Penelitian : Mengunakan metoda kualitatif, pengambilan data melalui observasi dan
wawancara.
Kesimpulan : Penatalaksanaan ANC belum ada antisipasi terjadinya Ketuban Pecah Dini.
Dalam prosedur SMS Geteway belum ada protap dan berdasarkan SMS Getway kasus
rujukan Ketuban Pecah Dini 14 jam pembukaan 5 cm untuk di observasi di Puskesmas
Jatisari.
Saran : Bagi Bidan di Puskesmas Jatisari di harapkan dapat mengantisipasi terjadinya KPD
sedini mungkin sesuai dengan asuhan KPD dan diharapkan mempunyai protat SMS
Geteway secara baku.
Kata kunci : Ketuban Pecah Dini.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN KTI ................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
ABSTRAK .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
viii
2.2. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini................................................ 14
2.3. Penatalaksanan Post Partum .............................................................. 16
2.4. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir ...................................................... 16
2.5. Alur Rujukan SMS Gateway ............................................................. 17
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 18
3.1. Kronologis Kasus .............................................................................. 18
3.1.1. Antenatal Care .......................................................................... 18
3.1.2. Intranatal Care .......................................................................... 20
3.1.3. Postnatal Care ........................................................................... 22
3.1.4. Bayi Baru Lahir ........................................................................ 25
3.1.5. Pendokumentasian.................................................................... 26
3.2. Pembahasan ....................................................................................... 27
3.2.1. Antenatal Care .......................................................................... 27
3.2.2. Intranatal Care .......................................................................... 31
3.2.3. Postnatal Care ........................................................................... 33
3.2.4. Bayi Baru Lahir ........................................................................ 36
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 41
4.1. Kesimpulan ........................................................................................ 41
4.2. Saran .................................................................................................. 42
Daftar Referensi .......................................................................................... 44
Daftar Lampiran .......................................................................................... 46
ix
LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita terjadi saat hamil, bersalin,
atau 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau
tidak langsung terhadap persalinan. Pada bagian ini derajat kesehatan masyarakat
Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di Negara berkembang.Sekitar 80%
Jumlah kematian ibu relative menurun pada tahun 2014 dan 2015
dibandingkan pada tahun 2013. Saat ini Angka Kematian Ibu ( AKI ) mencapai
Pembanggunan Jangka Menengah Nasional ) pada tahun 2019 angka kematian ibu
adalah 306 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi ( AKB ) pada
tahun 2012 32 per 1000 kelahiran hidup dan target RPJMN ( Rencana
Pembanggunan Jangka Menengah Nasional ) yang ingin di capai pada tahun 2019
nanti adalah 24 kematian setiap 1000 kelahiran hidup ( DepKes RI, 2016 )
1
2
menjelaskan di Indonesia sekitar 30% kejadian pada ibu yang mengalami Ketuban
Pecah Dini ( KPD ). Angka kematian ibu ini di Jawa Barat pada tahun 2013 781
kasus dan pada tahun 2014 turun menjadi 747 kasus (DepKes Prov, JaBar, 2014)
Kabupaten Karawang pada tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun 2013
angka 44 KPD dari total 293 ibu bersalin periode Januari sampai dengan Mei
meningkatkan kesehatan ibu, terutama ibu hamil salah satunya yaitu dengan cara
Tingginya Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ),
dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat melakukan sebuah trobosan melalui program
Expanding Marternal and Neonatal Survival ( EMAS ) atau biasa di sebut dengan
sehat yang melibatkan seluruh bidan desa. Sehingga dari 25 Kabupaten atau kota
3
penatalaksanaan KPD. Maka dari itu di susunlah makalah ini sebagai hasil dari
asuhan pada NY I Gi Po Ao hamil aterm inpartu kala I fase aktif dengan KPD
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dengan ketuban pecah dini.
1.) Mampu melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada masa
dini.
pecah dini.
4
kasus KPD pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
metoda SOAP.
penatalaksanaan asuhan kebidanan dengan kasus yang serupa serta sebagai acuan
LANDASAN TEORI
setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman,
macet, kelainan presentasi, eklamsi kelelahan ibu, gawat janin, infeksi, ketuban
pecah dini tanpa infeksi, distosia karena inersia uteri primer, posterm dan preterm
2.1.2. Pengertian
melahirkan yang terjadi pada saat kehamilan maupun persalinan.Ketuban pecah dini
adalah pecahnya ketuban sebelum, waktu melahirkan atau sebelum inpartu, pada
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban inpartu yaitu apabila pembukaan
pada primipara kurang dari 3 cm dan pada mulitipara kurang dari 5 cm, tanpa
5
6
memperhatikan usia gestasi. KPD dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan. KPD peterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu, sedangkan KPD yang memanjang adalah KPD yang lebih dari 12 jam
Menurut Nugroho ( 2012 ) dalam Zaenal Alin, Yeni Agus Safitri ( 2015 )
factor penyebab terjadinya KPD adalah tekanan interauterin yang meninggi atau
disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu dan defisiensi gizi dari tembaga asam
1.) Kariomnionitis
komplikasi paling serius bagi ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi
yang lain seperti septum uterus dan bikomis. Sebagian besar kasus merupakan
Kelainan letak misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah janin
yang menutup PAP, yang dapat mengurangi tekanan terhadap selaput ketuban
bagian bawah.
4.) Trauma
Trauma juga diyakini berkaitan dengan terjadinya ketuban pecah dini Trauma
seksual saat hamil baik dari frekuensi yang lebih dari 3 kali dalam seminggu
mandadak meningkat.
5.) Infeksi
Proses terjadinya infeksi pada kasus KPD karena melemahnya daya tahan
makin panjang fase laten makin tinggi kemungkinan infeksi. Karena jalan lahir
telah terbuka maka dapat terjadi infeksi intra parsial, apalagi bila terlalu sering
di periksa dalam, selain itu juga dapat di jumpai infeksi puerpuralis atau nifas,
perinonitis dan setikemia. Ibu yang berbaring terlalu lama di tempat tidur maka
ibu merasa lelah maka suhu tubuh meningkat, nadi cepat dan nampaklah
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya
cairan ketuban melalui vagina, Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau
8
amoniak, mungkin cairan janin tersebut masih rembes atau menetes, dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan atau kering karena terus di
produksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
demam, bercak vagina banyak, nyeri usus perut, denyut jantung bertambah cepat
2.1.6. Diagnosis
Dengan ketuban pecah dini meragukan kita, apakah ketuban benar sudah pecah
atau belum. Apalagi bila pembukaan sevikal belum ada atau kecil. Penegakan
2.) Memeriksa adanya cairan yang berisi meconium, vernik kaseosa, rambut
3.) Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan
servikalis.
4.) Test nitrazin / lakmus, kertas lakmus berubah menjadi biru ( basa ) bila ketuban
sudah pecah.
menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta serta jumlah
air betuban pemeriksaan air ketuban dengan test leukosit esterase, bila leukosit
6.) Komplikasi ketuban pecah dini menurut Nugroho ( 2010 ) komplikasi yang
dapat terjadi pada kasus ketuban pecah dini antara lain sebagai berikut:
9
− Komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia
− Selain itu kejadian prolapse atau keluarnya tali pusat dapat terjadi pada
preterm.
infeksi.
Karioamnionitis.
keluarga.
− Jika usia kehamilan <32 minggu dirawat selama air ketuban masih keluar
− Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
kesejahteraan janin.
− Jika usia kehamilan 32-37 minggu infeksi, beri antibiotic dan lakukan
uterine.
11
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan
Pecah dini:
− Observasi tanda - tanda vital, djj, his, kemajuan persalinan, deteksi dini
− Ajari ibu untuk menarik nafas panjang saat ada his minta ibu untuk tidak
pesalinan.
− Saat pembukaan lengkap jelaskan pada ibu untuk hanya meneran apabila
− Lahirkan bahu.
− Isi patograf.
3x350mg.
persalinan
masa persalinan.
prioritas.
sesuai prioritas.
14
prioritas.
1.) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosi. Pada persalinan pemberian
jalan lahir dengan cepat ( Saifudin, 2009 ). Bila gagal, lakukan seksio sesaria,
dapat pula diberikan misoprosol 25-50 mg intra vaginal tiap 6 jam maksimal 4
1.) Membawa pasien dengan KPD ke rumah sakit dan melahirkan bayi yang
3.) Batasi periksa dalam secara ketat untuk menggurangi insidens koroamnionitis,
abrupsio.
E.U. Djani ).
premature.
profilaksis.
terjadi.
16
resiko yang di alami oleh klien yang bersalin dengan ketuban pecah
dini.
1.) Pengawasan 2 jam post partum tanda-tanda vital tensi, nadi, suhu, respirasi,
tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih, lochea, perineum dan jumlah
kebersihan perineum
3.) Mobilisasi dengan miring kanan miring kiri untuk mempercepat involusi uterus
4.) Memberikan konseling pada ibu tentang tata cara perawatan perineum.
17
3.) Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup.
4.) Pemberian ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu tehnik
5.) Pencegahan infeksi harus di lakukan untuk menghindari adanya infeksi pada
benjolan.
Adapun pelaksanaan sistem rujukan yang di lakukan yaitu melalui sms gateway,
dengan format sebagai berikut : r # kode praktik # nama ibu # umur # nama suami #
asuransi # golongan darah # transportai # diagnosa # tindakan pra rujukan . Dan jika
dalam waktu 10 menit tidak ada jawaban atau Call Center tidak menghubungi, maka
Poned harus melakukan panggilan ke nomor Call Center. Pada saat Call center
menghubungi Poned, Call Center yang menentukan Rumah Sakit yang akan di tuju
untuk rujukan.
Data ini penulis peroleh dari catatan bidan di buku KIA. Ibu mengaku hamil
anak pertama, belum pernah hamil sebelumnya. Pada kehamilan ini, ibu telah
pertama kali merasakan kehamilannya pada saat usia kehamilan 12 minggu, dan
Selama 4 kali pemeriksaan, yang terdapat dalam buku KIA hanya 2 kali
pemeriksaan di BPM tidak ada catatan yang di miliki Ibu. Ibu hanya mengeluh mual,
dan pusing selama kehamilan. Kenaikan berat badan ibu selama hamil 11 kg,berat
badan ibu sebelum hamil 49 kg. Sedangkan pola hubungan seksual ibu saat trimester
Kunjungan pertama di BPM, tidak terdapat catatan / buku KIA, namun ibu
mengatakan saat di BPM, ibu di periksa kehamilan dengan test pack dan hasilnya
positif. Saat kunjungan, ibu tidak ada keluhan, dan ibu hanya mengatakan perutnya
18
19
pertama kali di rasakan seminggu setelah kunjungan pertama ke BPM, yaitu saat
imunisasi TT1. Dianjurkan untuk kunjungan ulang 1 bulan lagi untuk melakukan
imunisasi TT2.
Kunjungan ke-3 saat usia kehamilan 30 minggu di BPM, akan tetapi tidak
ada catatan Bidan BPM, di karenakan saat memeriksakan diri ke BPM, ibu tidak
membawa buku KIA, ibu mengatakan tidak ada keluhan saat kunjungan ke-3,
bidan pemeriksa hanya mengatakan ibu dan janin dalam kondisi baik, dan bidan
laboratorium untuk data penunjang yaitu Hb Golongan Darah dan protein urine
Didapatkan hasil pemeriksaan Hb 12,3 gr%, golongan darah O, dan protein urine
negative. Riwayat penyakit yang di derita ibu tidak ada, perilaku kesehatan ibu
sebelum dan sesudah hamil masih tetap sama, ibu tidak merokok, tidak pernah
Akan tetapi ibu merupakan perokok pasif, di karenakan suami seorang perokok,
namun sejak ibu hamil, suami mulai mengurangi kebiasaan merokok. Pola
20
hubungan seksual ibu saat ini kurang lebih 3 kali dalam seminggu. Telah di
lakukan penyuluhan tentang tanda - tanda bahaya pada kehamilan yaitu keluar
cairan dari vagina agar segera datang ke petugas kesehatan atau bidan terdekat.
WIB, mengeluh perutnya mules sejak pukul 17.00 WIB sudah keluar lendir
bercampur darah, keluar air-air sejak pukul 08.00 WIB, kemudian dilakukan
karena coitus, dan di lakukan pemeriksaan TTV dengan hasil tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 81 x/menit, respirasi 22x/menit, dan suhu 37,0oC. TFU
33 cm, pembukaan 5 cm, portio tipis dan lunak, presentasi kepala, dan his 3
sms gateway. Namun Instruksi dari Call Center sms gateway agar di
Paracetamol 500mg 1 tablet atas intruksi dokter dari RSUD Karawang, dan
karenakan his yang sudah cukup kuat dan Ny. I sudah memasuki fase aktif.
Call Center sms gateway, dan melakukan informed consent kepada keluarga
ibu untuk miring kiri, dan memilih posisi yang nyaman untuk meneran, serta
portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, ketuban (-), UUK kanan depan,
memakai alat pelindung diri yang terdiri dari apron, masker dan handscoon
steril, boots dan kacamata, dan ibu di anjurkan untuk miring agar
ibu. Kemudian bidan mengatur posisi ibu kembali saat mulai merasakan
mules yang sangat kuat dan ingin meneran. Setelah ituibu di pimpin untuk
Pukul 03.15 WIB bayi lahir spontan hidup, langsung menangis, warna
kemudian melakukan IMD pada bayi dan ibu. Setelah itu dilakukan PTT
lahir spontan lengkap, tidak ada perdarahan, tidak ada robekan jalan lahir,
dan kontraksi uterus keras, TFU 1 jari di bawah pusat, ibu tidak ada keluhan
perdarahan masa nifas, memeriksa TFU dan kontraksi uterus dan didapatkan
hasil yaitu tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 19x/
menit, suhu 37,5°C, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,
konsistensi keras, perdarahan normal lochea rubra, luka jahitan masih basah,
mmHg, nadi 82x/m, respirasi 20x/m, suhu 37,5°C, TFU 2 jari dibawah
kesehatan pada ibu. Pukul 16.15 hasil observasi pemantauan TTV terdapat
tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 78x/m, respirasi 19x/m, suhu 36,6° C,
perdarahan normal lochea rubra, luka jahitan masih basah, dan bidan
atas ijin dokter Poned dengan keadaan sudah dalam batas normal, dan bidan
memberitahu ibu apabila ibu ada keluhan segera datang ke bidan terdekat,
dan memberitahukan keadaan psikologis yang biasa terjadi pada ibu nifas,
yang biasanya terjadi pada ibu nifas diantaranya baby blues/post partum
blues dan depresi post partum. Ibu di anjurkan untuk tetap tenang dan bisa
dirasakan ibu kepada orang terdekat, dan melakukan pekerjaan rumah yang
kepada keluarga tentang masalah psikologis yang akan tejadi pada ibu, agar
melakukan pemeriksaan pada ibu dan bayi, dan hasilnya dalam keadaan
normal, tidak ada tanda bahaya pada ibu nifas, keadaan umum ibu
seluruhnya dalam kondisi baik. Ibu dan keluarga sudah memahami apa yang
25
9 April 2018, penulis kembali melakukan pemeriksaan pada ibu dan bayi,
Bayi Ny. I lahir pukul 03.15 WIB jenis kelamin perempuan, langsung
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama 30-60 menit, setelah itu di lakukan
pemeriksaan antopometri dengan hasil berat badan 2900 gram, panjang badan 49
cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 32 cm, dan dipakaikan baju, popok kain,
topi, dll. Kemudian diberikan salep mata dan suntik vit Ksebanyak 1 mg.
Dilakukan rawat gabung sejak lahir, dan pada 8 jam setelah bayi lahir dan
hasilnya dalam batas normal, tangis kuat, gerak aktif, refleks hisap (+), bayi sudah
BAK dan BAB, warna BAB hijau kehitaman dan lengket, respirasi : 46x/menit,
pulang atas ijin dokter, karena keadaan bayi dalam keadaan baik dan pemeriksaan
dalam batas normal bayiboleh dipulangkan, bayi di ambil oleh keluarganya, dan
menjaga bayi agar tetap bersih, menjelaskan tanda bahaya pada bayi yaitu jika
suhu bayi di atas 37,5˚C, bayi tidak mau menyusu atau memuntahkan ASI,
26
bergerak hanya jika ada rangsangan, bayi menangis tidak kuat/ merintih, pusar
kemerahan, ke dinding perut, diare, tampak kuning pada telapak tangan dan kaki,
dan di anjurkan untuk segera memeriksakan bayi ke dokter atau petugas kesehatan
Ekslusif, dll.
Pada hari ke-7 (KN2), bidan melakukan kunjungan dan hasilnya dalam
batas normal, tangis kuat, gerak aktif, refleks hisap (+), respirasi : 46x/menit,
denyut jantung bayi : 138x/ menit, suhu : 36,7° C. Tali pusat sudah puput pada
hari ke 5, ASI Eksklusif di berikan oleh ibu. Pada minggu ke 2 (KN3), bidan
melakukan kunjungan dan hasilnya dalam batas normal, BB bayi naik menjadi
3000 gram, tangis kuat, gerak aktif, refleks hisap (+), respirasi : 46x/menit, denyut
jantung bayi : 129x/ menit, suhu : 36,7°C, ASI Eksklusif masih di berikan oleh
3.1.5. Pendokumentasian
pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. I pada Buku KIA selama 2 kali
yang diberikan dengan metode SOAP. Data subjektif diperoleh dari pengumpulan
riwayat kehamilan yang lalu, riwayat penyakit yang pernah / sedang diderita oleh
3.2. Pembahasan
LILA, TTV, TFU, DJJ, Leopold 1 sampai 4, namun pada pemberian tablet Fe
jadi pada saat kunjungan ke-4 penulis melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu
khawatir terjadi anemia pada kehamilan, dan jika ibu hamil tidak pernah
memeriksa kadar Hb, maka akan memperlambat proses penanganan jika terjadi
sesuatu pada ibu saat bersalin, seperti perdarahan yang membutuhkan transfusi.
kekurangan zat besi. Jika persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan
akan mengurangi persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia.
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami
hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang
mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata
kehamilan yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga. Dampak anemia
pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat
badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan
pemeriksaan dapat digolongkan menjadi (1) HB > 11 gr %, tidak anemia, (2) 9-10
hanya satu kali di berikan TT1 pada kunjungan ANC ke-2. Seharusnya pemberian
TT2 di berikan satu bulan setelah TT1, namun satu bulan setelah kunjungan ke-2,
hubungan seksual ibu dapat dikatakan dengan frekuensi yang terbilang sering,
yaitu seminggu 3 kali pada trimester III. Riwayat hubungan seksual lebih dari 3
kali dalam semingu hal itu berkaitan dengan paparan hormon prostaglandin di
dalam semen atau cairan sperma dapat menyebabkan ketuban pecah dini. Ketuban
dini bisa terjadi karena hubungan seksual yang tidak hati hati selama masa
kehamilan dan juga bisa terjadi bila dalam melakukan hubungan seksual tidak
mengetahui kondisi kesehatan ibu dan janin yang sedang di kandung, serta adanya
29
jaringan tubuh, terutama pada kelenjar prostat pria dan endometrium wanita. Pada
2014 bahwa pada saat penurunan progesteron, estrogen padaibu hamil dan
tanda persalinan.
bahwa coitus saat hamil dengan frekuensi lebih dari 3 kali seminggu, posisi coitus
yaitu suami diatas dan penetrasi penis yang sangat dalam sebesar37, 50%, infeksi
sebesar 18,75% dan usia ibu yang lebih dari 35 tahun merupakan faktor yang
perokok pasif. Perilaku suami sebagai perokok aktif dan Ny. I sebagai perokok
pasif, dampak dari asap rokok yang terhirup oleh perokok pasif lima kali lebih
kekuatan selaput ketuban inferior rapuh sehingga terjadi ketuban pecah dini.
Menurut Wardoyo, 1996 bahwa Perokok pasif adalah asap rokok yang di
hirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok
merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih
berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok sigaret
tempat tertutup. Asap rokok yang dihembusan oleh perokok aktif dan terhirup
oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat
akibat rokok dan dampak dalam kehamilan ( abortus, solusio plasenta, plasenta
previa, insufisiensi plasenta, kelahiran prematur, ketuban pecah dini, dan BBLR).
dengan judul Hubungan antara Riwayat Paparan Asap Rokok dengan Kejadian
31
Ketuban Pecah Dini pada Ibu Hamil di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal bahwa
dengan kejadian KPD pada ibu hamil menunjukkan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara riwayat paparan asap rokok dengan kejadian KPD. Menurut
penelitian Icha Dithyana tahun 2013 dengan judul hubungan ibu hamil perokok
pasif dengan kejadian ketuban pecah dini. Menunjukan bahwa ibu hamil perokok
pasif memiliki risiko untuk terkena ketuban pecah dini 3,5 kali lebih besar dari
pada wanita tidak perokok pasif dan menyatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna ibu hamil perokok pasif dengan kejadian ketuban pecah dini.
seperti Hb, HbSag, leukosit, HIV, dll untuk therapi dilakukan induksi oksitosin,
pecah dini. Dalam kasus ini petugas tidak melakukan pemeriksaan inspekulo, dan
hanya dilakukan tes kertas lakmus dan USG untuk pemeriksaan penunjang.
bahwa selaput ketuban masih ada dan ketuban masih mengalir saat dilakukan
pemeriksaan dalam oleh Bidan. Bidan melakukan SMS Gatway dan jawaban dari
Pasang Infus Jaga, pakai Abocet no 18 dan beri Amoxsan 1 tab atas intruksi
dokter dari RSUD Karawang, siapkan 02 dan tempat resusitasi takut terjadi asfiksi
jaminan kepastian hukum dasar keadilan, sama halnya dalam rangka usaha
keadilan, karena semua catatan tentang pasien merupakan dokumentasi resmi dan
bernilai hukum. Hal tersebut sangat bermanfaat apabila dijumpai suatu masalah
yang berhubungan dengan profesi bidan, dimana bidan sebagai pemberi jasa,
sebagai barang bukti di pengadilan, maka dalam pencatatan data, data harus di
identifikasi secara lengkap, jelas, objektif dan di tandatangani oleh bidan. Aspek
lanjut. Selain itu, dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada pasien. Melalui akreditasi pula kita dapat
Berdasarkan hasil observasi dan data dari Poned Jatisari diketahui bahwa
analisa kemajuan proses persalinan. Dalam kasus ini sebagian besar pelayanan
kasus kasus tertentu yang sudah di tetapkan oleh Dinkes, dan KPD salah satu
kasus yang terdapat di dalamnya, namun di karenakan ibu sudah berada pada fase
aktif dan his yang semakin kuat, maka di instruksikan untuk di observasi di
Poned.
gateway, dengan format sebagai berikut : r # kode praktik # nama ibu # umu r#
rujukan. Dan jika dalam waktu 10 menit tidak ada jawaban atau Call Center tidak
Dan pada kasus ini, Call Center langsung menjawab dan memberikan instruksi
kepada Poned.
Dalam studi kasus ini ditemukan bidan melakukan pemeriksaan TTV pada
pasien, dan hasil pemeriksaan terdapat dalam batas normal. Dan berdasarkan hasil
kali, yaitu pada 3 hari postpartum, 7 hari postpartum, dan 14 hari, namun padasaat
Infeksi nifas dapat terjadi karena tangan pemeriksa atau penolong yang
tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri
yang sudah ada dalam vagina kedalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung
tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau
pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan dan dapat berlanjut dalam masa
dalam pengobatan infeksi nifas. Jenis antibiotika yang baik yang mempunyai
khasiat yang nyata terhadap kuman-kuman yang menjadi penyabab infeksi nifas.
daya tahan tubuh tetap di perlukan. Perawatan sangatlah penting, makanan yang
cocok dengan keadaan penderita, bila perlu tranfusi darah dilakukan. ( Sarwono,
masa nifas, dengan ketentuan sebagai berikut : Pertama, dilakukan pada 6 jam-48
jam, Kedua, dilakukan pada hari ke 3-7, Ketiga, dilakukan pada hari ke 8-28, dan
(SPK) pada Standar 15 tentang Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas,
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit
atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga, minggu ke dua dan
pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang
mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan
secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir,
kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan
Berdasarkan kasus dan teori didapatkan kuantitas kunjungan nifas pada Ny.
I sudah sesuai sehingga tidak ada kesenjangan, bidan juga memberikan penjelasan
seperti vulvahygiene yang baik, dan asupan nutrisi ibu untuk mengkonsumsi
baik dapat menyebabkan besarnya resiko infeksi pada luka perineum ibu, dan
36
pentingnya konsumsi makanan bergizi, karena sangat dibutuhkan untuk tubuh ibu
yangsedang menyusui dan dapat berpengaruh terhadap produksi ASI jika asupan
Pada kasus ibu dengan riwayat KPD rentan terjadinya infeksi pada ibu
sehingga memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas sangat penting, seperti
suhu tubuh > 38° C, nyeri tekan perut bawah dan pada uterus, perdarahan
sekunder, lochea mukopurulen dan berbau, apabila ibu mengalami tanda gejala
tersebut ibu mengarah kepada endometritis karena riwayat dari ketuban pecah dini
mengenai tanda bahaya masa nifas agar ibu mengetahui tanda-tanda bahaya nifas
terutama mengenai infeksi nifas yang menyebabkan endometristis dan agar ibu
dapat bertindak sedini mungkin jika mengalami tanda bahaya masa nifas,
sehingga apabila ibu mengalami tanda gejala masa nifas tersebut dapat segera
terdeteksi dan dapat diberikan asuhan sedini mungkin oleh tenaga kesehatan.
Sehingga dapat disimpulkan pelayanan yang bidan berikan sudah sesuai dengan
standar.
Dalam kasus ini ditemukan bahwa bayi lahir spontan segera menangis dan
dapatkan bahwa kunjungan neonatus yang dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada 8
jam, 3 hari, dan 7 hari. Pada saat bayi baru lahir dilakukan IMD. Penanganan awal
pada Bayi Baru Lahir Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih yang
langsung menangis atau bernapas spontan dan bergerak aktif cukup dilakukan
37
USAID ) Maternal And Child Health Integrated Program ( MCHIP ) 2012 Jadwal
kunjungan Neonatus :
Perawatan Bayi Baru Lahir, Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk
melakukan tindakan atau merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga harus mencegah
adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta
mencegah hipotermi, hipoglikemi dan infeksi. Dan hasil yang diharapkan adalah
bayi baru lahir menemukan perawatan dengan segera dan tepat. Bayi baru lahir
mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan baik.
Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas, Bidan memberikan pelayanan
rumah pada hari ke-tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan,
untuk membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini,
perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi
dan KB.
dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam.
Dianjurkan agartetap melakukan kontak kulit ibu bayi selama 1 jam pertama
kelahirannya walaupun bayi telah berhasil menghisap puting susu ibu dalam
waktu kurang dari1 jam. Menurut Maryuni, (2009) bahwa alasan penting
melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah karena suhu dada ibu
menyesuaikan suhu ideal (thermogulator) yang diperlukan bayi. Kulit dada ibu
yang melahirkan melahirkan1°C lebih panas dari ibu yang tidak melahirkan. Jika
bayinya kedinginan, suhu tubuh ibu otomatis naik 2°C untuk menghangatkan
Air Susu Ibu Eksklusif BAB IV Penggunaan Susu Formula Bayi Dan Produk Bayi
Ibu Eksklusif BAB I Bagian Kesatu Umum, Pasal 6 : ibu yang melahirkan harus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 tidak berlaku dalam hal terdapat Indikasi
bisa diare dan sering muntah, menyebabkan bayi terkena infeksi, obesitas atau
garam. Menurut Saifuddin, (2002) bahwa obat mata eritromisin 0,5% atau
(penyakit menularseksual). Obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah
persalinan. Menurut Depkes, 2011 bahwa Salep atau tetes mata untuk pencegahan
infeksimata diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu,
2.) Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang
cukup.
3.) Pemberian ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu teknik
4.) Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada
benjolan.
bayi Ny. I sudah sesuai dan demikian pula dengan neonatal care yang di lakukan
oleh bidan sudah sesuai dengan standar pemeriksaan pada asuhan neonatal yang
4.1. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny. I dari mulai masa
kehamilan 33 minggu sampai 6 minggu post partum sejak tanggal 23 Januari 2018
selama kehamilan, selain itu pada pemberian Fe, hanya 70 tablet selama
kehamilan.
cairan dari vagina tapi masyarakat belum paham tentang penyuluhan itu
janin.
mana sudah di fasilitasi Si Jari Emas dan SMS Geteway, hanya saja belum
41
42
4.) Dalam menetapkan diagnosa dan pencegahan komplikasi pada kasus KPD
penyebab KPD.
masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir SOP belum sesuai.
lakukan.
4.2. Saran
dengan
Care mengenai tanda bahaya ketika hamil khususnya faktor risiko pada ibu
predisposisi dari KPD sehingga komplikasi bagi janin dan ibu dapat
seksual pada trimester III. Melalui penulisan ini hendaknya bidan dapat
DinKes Prov Jabar. 2014. Angka Kematian Ibu dan Bayi Turun. Tersedia dalam
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah. Diakses pada tanggal 23
Maret 2017.
Manuaba, dkk. 2009. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi & Obstetri Ginekologi
Sosial untuk Bidan. Jakarta:EGC.
44
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.
Utami, N & Evi 2010. Hubungan Konsumsi Vitamin C dengan Kejadian Ketuban
Pecah Dini pada Ibu Hamil di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Tahun 2010. Yogyakarta: STIKES ,Aisyiyah Yogyakarta Prodi D IV Bidan
Pendidik.
Zainal Alim, Yeni Agus Safitri. 2015. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Ketuban Pecah Dini pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Sakit Bantuan
Lawang.Malang: Jurnal Prodi Kebidanan Poltekkes RS dr. Soepraoen
Malang.
45
LAMPIRAN
1. Menolong Persalinan
46
2. IMD
47
3. Perawatan Bayi Post Partum 8 Jam
48