DISUSUN OLEH :
NI KOMANG SUPTI NOVIYANTHI
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat prakerin/Praktik Kerja
Lapangan (PKL) program studi keperawatan SMK YARSI Mataram, tahun ajaran
2022/2023 pada klien dengan gangguan sistem imunitas pada kasus “ Febris ”.
Laporan ini disusun oleh :
Tanggal :
Mengetahui,
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan nikmat serta karunia-Nya diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan laporan pendahuluan dengan gangguan sistem imunitas pada kasus
“ Febris ” ini. Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk menuntaskan penugasan prakerin/Praktik Kerja Lapangan (PKL) program
studi keperawatan, SMK YARSI Mataram.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih banyak kepada guru
pembimbing pendidikan dan kepada pembimbing lahan atas bimbingan dan
arahannya. Saya menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya selaku penulis laporan sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Harapan saya, semoga
laporan ini memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................... 15
3.1.1 Identitas ............................................................................................. 15
3.1.2 Riwayat Penyakit ............................................................................... 15
3.1.3 Pengkajian Bio-Psiko-Sosial-Spiritual ............................................... 16
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang/Pemeriksaan Fisik ....................................... 17
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak disebabkan oleh virus, dan
anak sembuh tampa terapi spesisfik. Namun infeksi bakteri serius seperti
meningitis, sepsis, osteomilitis, srtritis spesis, infeksi traktus urinarius,
pneumonia, endokarditis, gastroenteritis dapat mula – mula muncul sebagai
demam tanpa tanda yang menunjuk pada suatu lokasi. Tantangan bagi klinis
adalah melakukan penatalaksanaan adekuat semua anak dengan infeksi bakteri
serius, tanpa melakukan pengobatan berlebihan terhadap mayoritas luas anak
yang menderita infeksi virus.
1.3 Tujuan
1. Pengkajian.
2
1.4 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Febris merupakan suatu keadan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar febris terjadi
pada anak-anak, dan tidak menutup kemungkinan terjadi pula pada orang
dewasa, remaja maupaun lansia yang merupakan akibat dari perubahan pada
pusat panas (termogulasi) di hipotalamus dengan penyakit-penyakit yang
ditandai adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam
mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan
non-spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi
(Sodikin. 2012).
2.2 Anatomi-Fisiologi
2.2.1 Anatomi
4
Hipotalamus merupakan bagian ujung anterior diensefalon dan di
inti dan dareah inti. Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior
seksual dan pusat respons emosional (rasa malu, marah, depresi, panic
dan takut).
2.2.2 Fisiologi
5
2.3 Etiologi
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi.
2.4 Klasifikasi
a. Demam Septik
6
b. Demam Remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
demam septik.
c. Demam Intermiten
d. Demam Kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
e. Demam Siklik
2.5 Patofisiologi
7
Pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan
demam dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit.
Interleukin-1 juga memiliki kemampuan untuk menginduksi pembentukan
prostaglandin ataupun zat yang memiliki kesamaan dengan zat ini, kemudian
bekerja dibagian hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam.
Kekurangan cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karena cairan
dan eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus
anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit
maka keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami
gangguan (Sodikin, 2012).
8
2.5.1 Pathway
Monosit/makrofag Dehidrasi
Demam/
Hipertermi Keluarga
Aksi piretik
kurang
peningkatan evaporasi pengetahua
n
Risiko defisit
volume Anorexia
cairan
Input makanan berkurang
Meningkatnya metabolik
tubuh
Risiko
ketidakseimbangan
Kelemahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Intoleransi aktivitas
9
2.6 Manifestasi Klinis
Kadar hemoglobin ( Hb ).
Hematokrit ( Ht ).
Kadar kalsium.
10
Pemeriksaan hati atau hepar. Terdiri dari enzim alkali
fosfatase ( ALP ), alanine aminotransferase ( ALT/SPGT ),
aspartate aminotransferase ( AST/SGOT ), dan bilirubin.
c. Pemeriksaan Urinalisis
1. Kesadaran
Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi > 80x/menit.
3. Head to Toe
Mata
11
anemis atau tidak.
Sistem respirasi
Sistem kardiovaskuler.
Sistem muskuloskeletal
Sistem pernafasan
2.8 Penatalaksanaan
antipiretik berupa :
12
a) Paracetamol
b) Ibuprofen
5mg/Kg BB.
keringat.
13
2.9 Komplikasi
b. Kejang demam : sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.
Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak
berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak.
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.1 Identitas
a. Identitas Pasien
b. Identitas Penanggung-Jawab
c. Keluhan Utama
15
c. Riwayat Penyakit Keluarga
d. Riwayat Alergi
e. Genogram
3. Pola eliminasi.
16
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang/Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Urinalisis
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran
Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi >
80x/menit.
3. Head to Toe
Mata
17
fungsi indranya adanya gangguan atau tidak, biasanya
pada kliendengan febris mukosa bibir klien akan kering
dan pucat.
Sistem respirasi
Sistem kardiovaskuler.
Sistem muskuloskeletal
Sistem pernafasan
18
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
Intervensi :
Intervensi Rasional
19
menggunakan baju yang tipis menurunkan resiko dehidrasi.
dan menyerap keringat. 3) Memberi rasa nyaman, pakaian
4) Jelaskan proses terjadinya tipis membantu mengurangi
hipertermi. penguapan tubuh.
Intervensi :
Intervensi Rasional
20
3. Dx 3 : Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuhberhubungan dengan kemampuan dalam mengabsorbsi makanan.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Intervensi :
21
Intervensi Rasional
Intervensi :
Intervensi Rasional
22
penyakitnya. klien.
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
23