Oleh :
SELVIYA MARGARETA
NIM : 161802026
viii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CVA INFARK
DENGAN MASALAH RESIKO KETIDAKEFEKTIFAN
PERFUSI JARINGAN OTAK DI PAVILIUN
FLAMBOYAN RSUD JOMBANG
Oleh :
SELVIYA MARGARETA
NIM : 161802026
ABSTRAK
ABSTRACT
Background: CVA patients tend to run the risk of ineffective brain tissue
perfusion, which means they are prone to decreased brain tissue circulation
which can interfere with health. This causes a decrease in consciousness.
Purpose: The purpose of this case study is to be able to apply the nursing care
process to CVA Infarct patients with risk problems of ineffective brain tissue
perfusion. Method: This scientific paper method uses a case study design. The
study was conducted at the Flamboyan Pavilion Jombang Regional Hospital for 3
days on July 26 to July 29, 2019 with the criteria of subject 2 participants
suffering from CVA Infarction with the risk of ineffective risk of brain tissue
perfusion, male sex aged 40-70 years. The process of collecting data using
interviews, observation, and analysis of the interview data collected in the form of
field notes put together in the form of transcripts and grouped into subjective and
objective data, analyzed based on the results of diagnostic tests then compared
with normal values. Presentation of data using tables and narration. Results: The
results of the study of the risk of ineffectiveness of brain tissue perfusion
associated with embolism, the problem is resolved by the patient, there is no
decrease in brain tissue perfusion, which is characterized by patient 1 saying that
there is no headache, pain scale 3 (moderate pain), no nausea and no vomiting,
normal breathing patterns. Patient 2 said headache was reduced, pain scale 5
(moderate pain), no nausea and no vomiting, breathing pattern was still
abnormal, no additional breath sounds (ronchi). In conclusion, patient 1 and
patient 2 did not experience ineffective brain tissue perfusion. It is expected that
the patient will be able to apply the care method that has been taught by the nurse
until the complaints felt by the patient are reduced or lost, namely positioning the
patient 300 to optimize cerebral perfusion and routinely consume thrombolic
drugs for the prevention of recurrent CVA.
PENDAHULUAN
saat ini juga banyak terdapat di negara berkembang salah satunya di negara
menduduki urutan pertama dengan jumlah kasusnya yang semakin banyak ( Rida
perfusi jaringan otak artinya rentan mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak
dalam berfikir dan mengingat, 80% penurunan parsial atau kelemahan otot, 70%
menderita depresi dan 30% mengalami kesulitan bicara dan menelan (Pudjiastuti,
2011). Penanganan dan perawatan yang tepat pada pasien diharapkan dapat
hipoksia atau anoksia. Hipoksia menyebabkan iskemik otak. Iskemik otak dalam
waktu lama menyebabkan sel mati permanen dan berakibat terjadi infark otak
yang disertai dengan edema otak karena pada daerah yang dialiri darah terjadi
penurunan perfusi dan oksigen, serta peningkatan karbon dioksida dan asam laktat
(Ariani,2013).
1
2
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti data 15 bulan terakhir mulai dari bulan
januari 2018 sampai bulan maret 2019 di ruang paviliun flamboyan terdapat 1603
penderita CVA yang terdiri dari 820 penderita CVA Infark dan 783 penderita
beberapa faktor resiko antara lain obesitas, kurang aktifitas fisik, diet tidak sehat,
merokok, tekanan darah tinggi, peningkatan gula darah dan peningkatan lipid
Suplai darah ke otak dapat berubah makin lambat atau cepat pada gangguan
gangguan umum ( hipoksia, karena gangguan paru dan jantung ). Trombus dapat
pecah dari dinding pembuluh darah dan terbawa sebagai emboli dalam aliran
darah, hal ini dapat mengakibatkan iskemia jaringan otak pada area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema di sekitar area. Area edema
ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari area infark itu sendiri. Jika
disebabkan oleh anoksia serebri dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit.
Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebri dapat
terjadi karena gangguan bervariasi salah satunya henti jantung. Selain kerusakan
2008). Penatalaksanaan yang tepat yaitu memulihkan iskemik akut yang sedang
waktu onset < 3 jam dan hasil CT Scan normal. Ekstensi teritori infark terapinya
dengan heparin yang dapat mencegah thrombosis yang progresif dan optimalisasi
volume dan tekanan darah yang dapat menyerupai kegagalan perfusi ( Nur Rifah,
2014 ).
berkolaborasi dengan tim medis kesehatan lain untuk mengatasi masalah dalam
ketidakefektifan perfusi jaringan otak adalah monitor adanya daerah tertentu yang
gerakan pada kepala, leher dan punggung, kolaborasi pemberian analgesik. Peran
perawat yang paling utama di ruang saraf paviliun flamboyan RSUD Jombang
pasien yang mengalami penumpukan saliva dan sekret dilakukan suction, pasien
fisioterapi dada, perubahan posisi tidur pasien setiap 2-4 jam, meninggikan posisi
dilakukan observasi tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan tiap pergantian shif
jaga perawat. Untuk upaya rehabilitasi dapat dilakukan terapi fisik, terapi
olahraga, terapi wicara, mengatur diit pasien, melakukan latihan aktifitas sehari-
hari ( ADL ), teratur periksa tekanan darah, check up rutin kolestrol dan gula
darah, dan tidur cukup 7-8 jam per hari. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti
resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak pada pasien CVA Infark Di Paviliun
1.4 Tujuan
tahun 2019.
tahun 2019.
tahun 2019.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar dan informasi
Hasil penelitian yang diperoleh ini dapat menjadi data dasar dalam
TINJAUAN PUSTAKA
tiga minggu.
7
8
lanjut.
b. CVA Hemoragik
jenis , yaitu :
Muntah + +
Rontgen + Kemungkinan
pergeseran glandula
pineal
Angiografi Oklusi, stenosis Aneurisma, massa
intrahemisfer/
vasospasme
Lumbal pungsi :
- Tekanan Normal Meningkat
Jernih Merah
- Warna <250/mm3 >1000 mm3
- Eritrosit
11
Tabel 2.1 Perbedaan antara CVA Non Hemoragik dengan CVA Hemoragik
(Muttaqin, 2008).
1) Hipertensi
2) Diabetes Melitus
3) Penyakit jantung
5) Hiperkolestrolemi
6) Infeksi
infeksi cacing.
7) Obesitas
8) Merokok
Pembuluh darah otak yang tidak normal dimana suatu saat akan
10) Lain – lain ( lanjut usia, penyakit paru menahun, penyakit darah
a. Trombosis serebral
atau hari.
b. Embolisme serebral
c. Iskemia serebral
d. Hemoragik serebral
14
mempertahankan hidup.
4) Hemoragik intraserebral
2011).
aneurisma ).
berikut.
b. Defisit motorik
17
berlawanan.
c. Defisit verbal
1) Afasia ekspresif
2) Afasia reseptif
3) Afasia global
4) Defisit kognitif
penilaian.
5) Defisit emosional
meninggal.
meningkat tajam.
perawatan diri mereka dan kurang dari 20% pasien yang menderita
tingkat keparahan kerusakan otak termasuk jenis stroke dan area tubuh
yang terpengaruh.
19
otak. Edema otak timbul dalam beberapa jam setelah stroke iskemik
cairan hipotonik.
ini tidak mahal. Sebagian besar orang tidak akan merasa tidak
c. EKG
22
d. EEG
e. Pemeriksaan darah
f. Angiografi serebral
ruptur.
g. MRI
h. Ultrasonografi Dopler
gladula pineal pada sisi yang berlawanan dari massa yang meluas,
perdarahan subaraknoid.
stadium awal.
oksigenasi
c) Embolisme serebral
a. Pencegahan primer
b. Pencegahan sekunder
misalnya :
dyslipidemia
rekreasi.
mereka.
( NANDA, 2018-2020 ).
Faktor resiko :
a. Hipertensi g. Obesitas
sepintas
e. Hiperkolestrolemi
f. Infeksi
Kondisi terkait :
( PT ) n. Koagulasi intravascular
w. Program pengobatan
DO :
b. Mual
c. Muntah
e. Takikardia
hemoragik/Infark meliputi :
2.3.1 Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur ( banyak terjadi pada usia yaitu 40-70 tahun ),
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
b. Keluhan utama
kesemutan, rasa lemah pada salah satu anggota gerak, nyeri kepala.
adiktif, kegemukan.
f. Riwayat psikososial
motorik ( Gerakan ).
a. Membuka mata
b. Kemampuan verbal
c. Tanggapan motorik
Menanggapi perintah :6
berikut.
6 : Kekuatan penuh
0 : Mandiri keseluruhan
lidah.
a. Kesadaran
Kesimpulan :
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah
dari hipoksia.
2) Nadi
3) Pernafasan
sesak nafas.
non hemoragik.
c. Fungsi serebral
33
mengalami perubahan.
2) Fungsi intelektual
3) Kemampuan Bahasa
d. Fungsi motorik
sisi )
hemiparese
a. Rambut
b. Wajah
c. Mata
biasanya luas lapang pandang baik 90°, visus 6/6. Pada nervus III
dapat mengikuti arah tangan perawat ke atas dan bawah, pupil isokor.
d. Hidung
f. Telinga
g. Leher
h. Thorak Paru-paru
i. Jantung
j. Abdomen
k. Ekstremitas
bahu tergantung letak kelemahan pada salah satu sisi pasien dan
a. Radiologi
1) Angiografi serebri
aneurisma.
2) Lumbal pungsi
3) CT-Scan
otak.
4) MRI
5) USG Doppler
sistem karotis).
6) EEG
b. Laboratorium
pasien.
38
obat itu diberikan dalam dosis yang benar. Begitu pun bila
asam urat, dll. Apabila kadar gula darah atau kolesterol berlebih,
jantung.
a. Pola kebiasaan
b. Pola makan
berat badan.
39
e. Pola eliminasi
pernapasan
bawah.
otak global.
(TIK).
bicara, afasia.
Kriteria Hasil :
Intervensi NIC :
41
Tindakan Mandiri :
dilakukan
pusing
berlebihan
Tindakan kolaborasi :
b. Diagnosis keperawatan
perilaku dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi
b. Diagnosis keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
43
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan studi kasus, studi kasus ini adalah
dan evaluasi.
CVA non hemoragik atau yang biasa disebut CVA Infark adalah gangguan
peredaran darah pada saluran pembuluh darah di otak yang disebabkan oleh
kelumpuhan pada wajah dan salah satu anggota tubuh pasien, bicara pelo,
beristirahat, bangun tidur atau pagi hari dan tidak terjadi perdarahan.
kesehatan
2019.
43
3.4 Subjek Penelitian
partisipan dengan usia antara 40-70 tahun yang baru terdiagnosa CVA Non
laki.
Pada sub bab ini dijelaskan mengenai metode pengumpulan data yang
digunakan :
terjadi pada pasien dari pasien dirumah sampai pasien dibawa ke rumah
yang dialami pasien saat ini seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung,
dll.
register pasien.
44
3) Riwayat penyakit sekarang :Sering kesemutan, rasa lemah pada
trauma kepala,
pasien ) dan pemeriksaan fisik dengan IPPA pada sistem tubuh klien. Alat
dan stetoskop.
diagnostik dan data yang relevan ). Dokumen berbentuk status pasien serta
terdiri dari nama pasien, hari/tanggal, evaluasi berupa SOAP, serta tanda
45
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data dan
a. Pengumpulan data
b. Mereduksi data
klien.
d. Kesimpulan
46
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
1. Normalefiency
secara fisik maupun bahaya secara psikologis. Penelitian ini diyakini tidak
memiliki hak untuk tidak melanjutkannya. Namun, jika hal tersebut tidak
2. Beneficence
47
Prinsip ini mewajibkan peneliti untuk meminimalkan resiko dan
3. Autonomy
4. Anonymity
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
48
5. Justice
6. Veracity
secara sistematis.
7. Confidentiality
biodata, hasil rekaman dan transkip wawancara dalam tempat khusus yang
8. Inform consent
49
Inform consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
9. Bujukan / inducement
bagi subjek penelitian, dapat berupa material seperti uang, hadiah, layanan
gratis jika diperlukan atau lainya, berupa non material : uraian mengenai
penelitian yang beresiko luka fisik, atau lebih berat, termasuk pemberian
50
51
BAB IV
4.1 Hasil
51
52
4.1.2 Pengkajian
1) Identitas Klien
Genogram Klien 1 :
55
Genogram Klien 2 :
Keterangan
= laki-laki = wanita meninggal
= wanita = pasien
c. Nafsu Nafsu makan baik Nafsu makan Nafsu makan Nafsu makan
makan menurun baik menurun
/
vomiting Pasien Pasien
/ mengatakan mengatakan
nyeri muntah 1 kali muntah 2 kali
kronis /
Pasien Pasien
kesulitan mengatakan mengatakan
menelan\ tidak mengalami
mengalami kesulitan
kesulitan menelan
menelan
f. Adakah Pasien mengatakan Pasien Pasien Pasien
riwayat tidak mempunyai mengatakan mengatakan mengatakan
penyakit riwayat penyakit tidak tidak tidak
kulit yang kulit mempunyai mempunyai mempunyai
mengala- riwayat riwayat riwayat
mi sulit penyakit kulit penyakit kulit penyakit kulit
penyem-
buhan
Pola eliminasi
a. BAB : Pasien mengatakan Pasien Pasien Pasien
frekwensi BAB 1 kali per mengatakan mengatakan mengatakan
, hari, konsistensi BAB 1 kali BAB 1-3 kali belum bisa
konsisten- lunak, warna selama 2 hari per hari, BAB
si, kuning di RS konsistensi
jumlah, lunak, warna
warna, zat kuning
yang
menyertai
, kesulitan
dan upaya
untuk
mengatasi
masalah Pasien mengatakan Pasien Pasien Pasien
b. BAK : BAK 5-6 kali per mengatakan mengatakan mengatakan
frekwensi hari, warna kuning BAK 3-4 BAK 4-6 kali BAK 3-4
, jernih, konsentrasi kali/hari, per hari, warna kali/hari,
konsentra cair warna kuning kuning jernih, warna kuning
si, jernih konsistensi jernih
jumlah, cair
warna, zat
yang
menyertai
, kesulitan
dan upaya
untuk
mengatasi
masalah
Pola aktivitas dan
latihan
a. Jenis Pasien mampu Pasien hanya Pasien mampu Pasien hanya
aktivitas beraktivitas sehari- bisa terbaring beraktivitas bisa terbaring
59
terlalu
awal
d. Upaya Tidak ada Pasien Tidak ada Pasien
untuk gangguan saat mengatakan gangguan saat mengatakan
mengatasi tidur berbincang tidur membaca
masalah dengan istihgfar
tidur istrinya
Pola persepsi dan
kognitif
a. Sensori
1) Fungsi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
penciu- gangguan gangguan gangguan gangguan
man
2) Fungsi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pendeng gangguan gangguan gangguan gangguan
aran
b. Kognitif
1) Proses
piker : Lancar Lancar Lancar Lancar
lancer /
melonc
at-
loncat
2) Isi pikir Mudah dimengerti Mudah Mudah Mudah
: logis / dimengerti dimengerti dimengerti
mudah
dimeng
erti
3) Daya Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
ingat :
tinggi /
sedang /
rendah
Pola persepsi dan
konsep diri
a. Gambara Pasien mengatakan Pasien Pasien Pasien
n diri menyukai semua mengatakan mengatakan mengatakan
anggota tubuhnya tidak suka jika menyukai tidak suka jika
nyerinya semua anggota nyerinya
muncul tubuhnya muncul
b. Ideal diri Pasien mengatakan Pasien Pasien Pasien
61
Palpasi : tidak ada nyeri tekan Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Leher Inspeksi : simetris Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada nyeri Palpasi : tidak ada nyeri tekan,
tekan, tidak ada bendungan tidak ada bendungan vena
vena jugularis, tidak ada jugularis, tidak ada pembesaran
pembesaran kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Dada Inspeksi : simetris, tidak ada Inspeksi : simetris, tidak ada
benjolan yang abnormal,ada benjolan yang abnormal, ada
tarikan intercosta tarikan intercosta
Palpasi : tidak ada nyeri tekan Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Paru-paru Palpasi : tidak terdapat nyeri Palpasi : tidak terdapat nyeri
tekan tekan
Perkusi : suara sonor Perkusi : suara sonor
Auskultasi : vesikuler, tidak Auskultasi : vesikuler, ada suara
ada suara nafas tambahan nafas tambahan (ronchi)
(ronchi/ wheezing)
Jantung Palpasi : suara pekak, tidak Inspeksi : suara pekak, tidak
terdapat pembesaran jantung terdapat pembesaran jantung
Auskultasi : suara s1 s2 Auskultasi : suara s1 s2 tunggal,
tunggal, tidak terdapat suara tidak terdapat suara mur-mur
mur-mur
Abdomen Inspeksi : simetris, Inspeksi : simetris,
Palpasi : tidak ada Palpasi : tidak ada pembesaran
pembesaran hepar, tidak ada hepar, tidak ada pembesaran lien
pembesaran lien Auskultasi : bising usus
Auskultasi : bising usus 25x/menit
30x/menit Perkusi : tympani
Perkusi : hipertympani
Genetalia Inspeksi : bersih, tidak Inspeksi : bersih, simetris, tidak
terpasang kateter terpasang kateter
Anus Tidak terdapat hemoroid Tidak terdapat hemoroid
Punggung Inspeksi : simetris, tidak Inspeksi : simetris, tidak terdapat
terdapat oedem oedem
Palpasi : tidak terdapat nyeri Palpasi : tidak terdapat nyeri
tekan, vocal fremitus teraba tekan, vocal fremitus teraba
antara kiri dan kanan antara kiri dan kanan
Ektremitas
Atas Inspeksi : simetris kanan dan Inspeksi : simetris kanan dan
kiri, tidak ada oedem, kiri, tidak ada oedem,akral
terpasang infus RL sebelah teraba hangat, terpasang infus
kiri, Saraf assesorius (N. XI) : RL sebelah kanan, Saraf
Tidak terjadi gangguan, assesorius (N. XI ) : Tidak
pasien dapat menggerakan terjadi gangguan, pasien dapat
bahunya menggerakan bahunya
Palpasi : tidak terdapat nyeri Palpasi : tidak terdapat nyeri
tekan tekan
8) Pemeriksaan Penunjang
9) Terapi Obat
Klien 2
DS : Embolisme Resiko
- Pasien mengatakan nyeri ketidakefektifan
kepala perfusi jaringan otak
P : nyeri bertambah bila dibuat
bergerak terus menerus dan turun
67
Kolaborasi : Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian 8. Kolaborasi pemberian
agen farmakologis agen farmakologis
dengan tim medis lain. dengan tim medis lain.
Rasional : program Rasional : program
terapi sebagai system terapi sebagai system
kolaboratif dalam kolaboratif dalam
menyelesaikan menyelesaikan
masalah. masalah.
9. Kolaborasi dengan ahli 9. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk pemberian gizi untuk pemberian
diet makanan yang diet makanan yang
sesuai. Rasional : untuk sesuai. Rasional : untuk
memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan
nutrisi metabolik nutrisi metabolik
pasien pasien.
Intervensi dan Rasional Mandiri : Mandiri :
Hari kedua 1. Monitor adanya 1. Monitor adanya
keluhan nyeri kepala keluhan nyeri kepala
lakukan pengkajian lakukan pengkajian
nyeri komprehensif nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi, yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas,
itensitas atau beratnya itensitas atau beratnya
nyeri dan factor nyeri dan factor
pencetus . Rasional : pencetus . Rasional :
mempengaruhi pilihan mempengaruhi pilihan
atau pengawasan atau pengawasan
keefektifan intervensi keefektifan intervensi
2. Monitor TTV pasien 2. Monitor TTV pasien
Rasional : memberikan Rasional : memberikan
data dasar, peningkatan data dasar, peningkatan
suhu badan suhu badan
menunjukkan infeksi menunjukkan infeksi
3. Monitor status 3. Monitor status
pernafasan. Rasional : pernafasan. Rasional :
untuk mengoptimalkan untuk mengoptimalkan
oksigen yang oksigen yang
dibutuhkan. dibutuhkan.
4. Instrusikan pasien 4. Instrusikan pasien
untuk meningkatkan untuk meningkatkan
istirahat tidur . istirahat tidur .
Rasional : untuk Rasional : untuk
kenyamanan pasien kenyamanan pasien
Kolaborasi : Kolaborasi :
70
Diagnosa Keperawatan 27 Juli 2019 (14.00) 28 Juli 2019 (16.00) 29 Juli 2019 (16.00)
Klien 1 S : Pasien mengatakan masih S : Pasien mengatakan masih S : Pasien mengatakan nyeri
Resiko ketidakefektifan perfusi nyeri kepala nyeri kepala kepalanya berkurang
jaringan otak berhubungan P : nyeri bertambah bila dibuat P : nyeri bertambah bila dibuat P : nyeri bertambah bila dibuat
dengan embolisme bergerak terus menerus dan bergerak terus menerus dan bergerak terus menerus dan
turun jika dibuat istirahat turun jika dibuat istirahat turun jika dibuat istirahat
Q : seperti dipukul Q : seperti dipukul Q : seperti dipukul
R : di kepala R : di daerah kepala R : di daerah kepala
S : skala nyeri 5 S : skala nyeri 4 S : skala nyeri 3
75
T : nyeri timbul kurang lebih 5 T : bergerak kurang lebih 5 T : bergerak kurang lebih 5
detik hilang timbul detik hilang timbul detik hilang timbul
O: O: O:
- Wajah menyeringai - Wajah menyeringai - Wajah pasien tampak rileks
kesakitan kesakitan - Pasien tidak mual dan tidak
- Pasien masih mual, dan - Pasien masih mual dan muntah
tidak muntah tidak muntah - Tekanan darah pasien
- Peningkatan tekanan - Peningkatan tekanan 130/80 mmHg
darah 140/90 mmHg darah 140/80 mmHg - Nadi pasien normal
- Takikardia nadi - Nadi normal 98x/menit 80x/menit
102x/menit - Pola nafas abnormal - Pernafasan pasien normal
- Pola nafas abnormal RR=22x/menit, tidak 20x/menit
RR=24x/menit, terdapat terdapat tarikan A : masalah teratasi
tarikan intercosta intercosta P : Intervensi diberhentikan
- Oksigen 3 liter/menit A : masalah teratasi sebagian (pasien pulang)
A : masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan - Monitor adanya keluhan
- Monitor adanya keluhan nyeri kepala dan
nyeri kepala lakukan lakukan pengkajian
pengkajian nyeri nyeri komprehensif
komprehensif yang yang meliputi lokasi,
meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
frekuensi, kualitas, itensitas atau beratnya
itensitas atau beratnya nyeri dan factor
nyeri dan factor pencetus
pencetus - Monitor TTV pasien
- Monitor TTV pasien - Memonitor pernafasan
- Berikan posisi netral 300 pasien ( tidak ada suara
pada pasien hindari nafas tambahan ),
fleksi pada leher oksigen 3liter/menit
- Monitor efek nasal kanul
76
Klien 2 27 Juli 2019 (14.30) 28 Juli 2019 (16.30) 29 Juli 2019 (16.30)
Resiko ketidakefektifan perfusi S : Pasien mengatakan masih S : Pasien mengatakan masih S : Pasien mengatakan masih
jaringan otak berhubungan nyeri kepala nyeri kepala nyeri kepalanya
dengan embolisme P : nyeri bertambah bila dibuat P : nyeri bertambah bila dibuat P : nyeri bertambah bila dibuat
bergerak terus menerus dan bergerak terus menerus dan bergerak terus menerus dan
turun jika dibuat istirahat turun jika dibuat istirahat turun jika dibuat istirahat
Q : seperti dipukul Q : seperti dipukul Q : seperti dipukul
R : di kepala R : di daerah kepala R : di daerah kepala
S : skala nyeri 6 S : skala nyeri 5 S : skala nyeri 5
T : nyeri timbul kurang lebih 5 T : bergerak kurang lebih 5 T : bergerak kurang lebih 5
detik hilang timbul detik hilang timbul detik hilang timbul
O: O: O:
77
4.2 PEMBAHASAN
Patient, studi kasus 1 ini dilakukan pada pasien CVA Infark yang
dan diabetes milletus sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengeluhkan nyeri kepala
dengan skala nyeri 5 ( nyeri sedang ). Kemudian pada pemeriksaan fisik muntah
proyektil 1 kali, tekanan darah 150/90 mmHg, dan kadar gula darah sewaktu
pasien 287 g/dl, pasien juga mendapatkan terapi obat insulin 13µ.
penyakit hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Pasien mengeluh nyeri kepala
dengan skala nyeri 6 ( nyeri sedang ). Pada pemeriksaan fisik muntah proyektil 2
kali, terdapat gangguan menelan pada pasien, tekanan darah 160/80 mmHg,
mendapatkan terapi nebul fentolin 3x1 2ml dan pamol flass infus 2x1.
memberikan Inj. Insulin. Pada kasus 2 dilakukan implementasi atau tindakan yang
berumur 40 tahun memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes miletus sejak
1 tahun yang lalu, dan memiliki riwayat kebiasaan merokok tetapi sudah berhenti
sejak 2 bulan yang lalu. Pada hari pertama skala nyeri 5 (nyeri sedang) tetap 5.
81
Hari kedua skala nyeri 4 (nyeri sedang). Hari ketiga skala nyeri 3 (nyeri ringan).
hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, dan memiliki kebiasaan merokok tetapi sudah
berhenti sejak 5 tahun terakhir pada hari pertama skala nyeri 6 (nyeri sedang)
tetap 6. Hari kedua skala nyeri 5 (nyeri sedang). Hari ketiga skala nyeri 5 (nyeri
sedang).
otak pasien 1 lebih cepat tertangani dibandingkan dengan kasus 2 dan masalah
tidak menjadi aktual. Hal ini dibuktikan dengan perbedaan usia pasien mengenai
persepsi nyeri yang dialami, usia lansia lebih sensitive merasakan nyeri karena
tubuh pasien berdampak pada riwayat kebiasaan merokok yang dulu, pasien 2
dalam pemeriksaan fisik didapatkan adanya suara nafas tambahan (ronchi) dan
suhu tubuh pasien meningkat. Riwayat penyakit yang dimiliki pasien lebih rentan
1 dan kasus 2 dengan masalah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak yang
berhubungan dengan embolisme masalah tidak menjadi aktual dengan hasil pada
kasus 1. S : Pasien mengatakan sudah tidak nyeri kepala O : Wajah pasien tampak
rileks, pasien tidak merasa mual dan tidak muntah, tekanan darah normal 130/80
mmHg, nadi pasien 80x/menit, pola nafas pasien normal 20x/menit, tidak terdapat
tarikan intercosta, tidak terdapat suara nafas tambahan (ronchi). Sedangkan pada
82
sakit, pasien tidak mual dan tidak muntah, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi
normal 98x/menit dan pola nafas abnormal 24x/menit, terdapat tarikan intercosta,
Sakit kepala terjadi karena traksi atau distori arteri dan vena dan duramater akan
memberikan gejala yang berat pada pagi hari dan diperberat oleh aktivitas.
lebih sensitive terhadap rasa nyeri dibandinkan dengan dewasa muda dan dewasa
Pada CVA iskemik menjaga oksigenasi dan suhu tubuh adalah hal yang
sangat penting karena oksigen dalam keadaan cukup untuk mencegah hipoksia
dan perburukan sistem saraf. Suhu tubuh penderita CVA iskemik dapat
83
BAB V
5.1 Kesimpulan
objektif dari kasus 1 dan kasus 2 didapatkan pasien 1 mengeluh nyeri kepala
yang dimiliki yaitu hipertensi dan diabetes miletus sejak 1 tahun lalu, pasien
mengatakan perokok aktif tetapi sudah berhenti sejak 2 bulan yang lalu,
yang sudah diderita sejak 10 tahun yang lalu, pemeriksaan fisik didapat
Dari hasil pengkajian pasien, keluarga pasien dan perawat yang merawat
dengan data umum, pemeriksaan fisik dan data penunjang dapat ditegakkan
pada prinsipnya sama, dan hasilnya cukup efektif pasien mampu melakukan
83
84
pemberian obat yaitu inj. Insulin karena pasien menderita diabetes milletus.
jaringan otak.
85
5.2 Saran
embolisme.
responden, yaitu lebih dari 2 responden agar perbandingan data lebih banyak
diajarkan oleh peneliti sampai keluhan yang dirasakan oleh klien berkurang
atau hilang.
86
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
88
Lampiran 2
89
90
91
Lampiran 3
92
93
94
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
95
Lampiran 8
96
Lampiran 9
97
Lampiran 10
98
Lampiran 11
99
Lampiran 12
100
Lampiran 13
101