Disusun oleh :
Nama : Tita Alnya Destia
NIM : PO.62.24.2.21.530
Mengesahkan,
Pembimbing Institusi ,
Oktaviani, S.SiT.,M.Keb
NIP. 19801017 200212 2 003
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karunia-Nya
sehingga Laporan kasus Praktik Kebidanan Komunitas dalam konteks Continuity Of
Care terselesaikan. sehingga Laporan kasus Praktik Kebidanan Komunitas dalam
konteks Continuity Of Care ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas dari
kegiatan Praktik Kebidanan Komunitas dalam konteks Continuity Of Care pada
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya.
Laporan kasus ini terwujud berkat bimbingan, arahan dan bantuan dari
Pembimbing Institusi yang meluangkan waktu dan pikirannya sehingga penulis bisa
merampungkan proses pembuatan Laporan kasus ini. Penulis menyadari banyak
kekurangan dalam penyusunan Laporan kasus ini sehingga penulis terbuka terhadap
saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan laporan kasus ini dan semoga
Laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam proses
pembelajaran ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vi
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
D. Manfaat...................................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR GAMBAR
Judul Hlm.
Gambar 2.1 Contoh grafik PWS..................................................................... 17
v
DAFTAR TABEL
Judul Hlm.
DAFTAR LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu masalah
kesehatan yang menyita perhatian dunia. Hal ini disebabkan karena Angka
Kematian Ibu (AKI) maupun Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah
satu indikator yang digunakan untuk melihat derajat kesehatan dunia. Terdapat
berbagai komponen yang berpengaruh terhadap proses kematian ibu. Yang
paling dekat dengan kematian dan kesakitan ibu adalah kehamilan, persalinan,
atau komplikasinya, dan masa nifas. Karena seorang wanita harus hamil atau
bersalin terlebih dahulu sebelum dapat digolongkan dalam kematian ibu
(Saifudin, 2014).
Sistem Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
adalah sebagai alat managemen program KIA untuk memantau caupan pelayanan
KIA disuatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat terhadap wilayah kerja yang cakupan pelayanan KIA
yang masih rendah atau terdapat masalah. Dengan adanya PWS-KIA, diharapkan
dapat mengatasi masalah pada pelayanan KIA serta memberikan solusi.
Dalam upaya mempercepat penurunan kematian ibu, Kementerian
Kesehatan menekankan pada ketersediaan pelayanan kesehatan ibu di
masyarakat (Riskesdas, 2013). Maka dari itu diperlukan asuhan kebidanan secara
Continuity Of Care atau asuhan kebidanan yang berkesinambungan yaitu dengan
strategi kesehatan yang efektif dan memungkinkan perempuan berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan tentang kesehatan mereka, sepertihalnya
pemeriksaan kehamilan di lakukan kunjungan antenatal ke petugas kesehatan
minimal 4 kali kunjungan yaitu 1x di TM I K1 pada usia (16 minggu), TM II 1x
K2 dilakukan pada (24-28 minggu), TM III 2x K3 (32 minggu) dan K4 (36
1
2
minggu ssampai lahir), pertolongan persalinan yang sesuai dengan SOAP dan
dilakukan oleh tenaga kesehatan, asuhan masa nifas yang dilakukan kunjungan
masa nifas minimal 4 kali (KF I 6-8 jam setelah persalinan, KF II 6 hari setelah
persalinan, KF III 2 minggu setelah persalinan, KF IV 6 minggu setelah
persalinan), melakukan kunjungan bayi baru lahir minimal 3 kali (KN I 6 - 48
jam, KN II 3 hari - 7 hari, KN III 8 hari – 28 hari), memberikan pelayanan KB
(Sarwono, 2016).
Pada hasil tabulasi di UPT Puskesmas Sei Tatas, didapatkan beberapa
prioritas masalah yaitu cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit yang
ditangani dengan MTBS tahun 2021 di UPT Puskesmas Sei Tatas masih
rendahnya Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit yang ditangani
dengan MTBS terutama untuk kasus diare yang pada bulan Mei 2022 mengalami
peningkatan yang signifikan dari 11 anak menjadi 30 anak dengan presentase
komulatif 36,6%. Maka dari itu, berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka
dilakukan upaya berupa edukasi kesehatan tentang diare
B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan
Ibu dan Anak (PWS KIA)
2. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Continuity Of Care
3. Untuk Mengetahui Evidence Based in Midwifery kebidanan Komunitas
Dalam Konteks Continuity Of Care
C. Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang Konsep
Dasar Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
dan Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Continuity Of Care
3
1
2
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus-menerus di
setiap wilayah kerja.
b. Tujuan Khusus
1) Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort
2) Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA
secara teratur (bulanan) dan terus menerus.
3) Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan
KIA.
4) Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap
target yang ditetapkan.
5) Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan
ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
6) Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya
yang tersedia dan yang potensial untuk digunakan.
7) Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran
dan mobilisasi sumber daya.
3
maka : Jumlah ibu hamil = 1,10 X 0,027 x 2.000 = 59,4. Jadi sasaran
ibu hamil di desa/kelurahan X adalah 59 orang.
b. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K4)
Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan
distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2
dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal
secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di
suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan manajemen
ataupun kelangsungan program KIA. Rumus yang dipergunakan
adalah :
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal
minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
tahun
Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit yang
datang ke puskesmas (register rawat jalan di Puskesmas). Jumlah anak
balita sakit yang mendapat pelayanan standar diperoleh dari format
pencatatan dan pelaporan MTBS.
k. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi 29 hari – 12 bulan (Kunjungan bayi
Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna
minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari 2 bulan, 1 kali pada umur
3 5 bulan, dan satu kali pada umur 6 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 11
bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care
dan kualitas pelayanan kesehatan bayi. Rumus yang dipergunakan
adalah sebagai berikut :
X 100 %
Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan
sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
10
Keterangan :
11
PUS : Pasangan yang istrinya berusia 15-49 tahun atau lebih dari 49
tahun masih menstruasi.
4. Pengolahan Data
Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku
kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan Koordinator
di Puskesmas menerima laporan bulanan tersebut dari semua BdD dan
mengolahnya menjadi laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA
bulanan yang disebut PWS KIA. Informasi per desa/kelurahan dan per
kecamatan tersebut disajikan dalam bentuk grafik PWS KIA yang harus
dibuat oleh tiap Bidan Koordinator.
Langkah pengolahan data adalah: Pembersihan data, Validasi dan
Pengelompokan.
a. Pembersihan data: melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian
formulir yang tersedia.
b. Validasi: melihat kebenaran dan ketepatan data.
c. Pengelompokan: sesuai dengan kebutuhan data yang harus dilaporkan.
Contoh:
a. Pembersihan data: Melakukan koreksi terhadap laporan yang masuk dari
Bidan di desa/kelurahan mengenai duplikasi nama, duplikasi alamat,
catatan ibu langsung di K4 tanpa melewati K1.
b. Validasi : Mecocokkan apabila ternyata K4 & K1 lebih besar daripada
jumlah ibu hamil, jumlah ibu bersalin lebih besar daripada ibu hamil.
c. Pengelompokan : Mengelompokkan ibu hamil anemi berdasarkan
desa/kelurahan untuk persiapan intervensi, ibu hamil dengan KEK untuk
persiapan intervensi.
Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk : Narasi, Tabulasi,
Grafik dan Peta.
12
2) Untuk grafik antar waktu, data yang perlu disiapkan adalah data
cakupan per bulan
3) Untuk grafik antar variabel diperlukan data variabel yang
mempunyai korelasi misalnya : K1, K4 dan Pn
b. Penggambaran Grafik.
Langkah langkah yang dilakukan dalam menggambarkan grafik PWS
KIA (dengan menggunakan contoh indikator cakupan K1) adalah
sebagai berikut :
1) Menentukan target rata rata per bulan untuk menggambarkan skala
pada garis vertikal (sumbu Y). Misalnya : target cakupan ibu hamil
baru (cakupan K1) dalam 1 tahun ditentukan 90 % (garis a), maka
sasaran rata rata setiap bulan adalah :
90 %
100
12 bulan
4) Hasil perhitungan pencapaian pada bulan ini (Juni) dan bulan lalu
(Mei) untuk tiap desa/kelurahan dimasukkan ke dalam lajur masing-
masing.
5) Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Bila
pencapaian cakupan bulan ini lebih besar dari bulan lalu, maka
digambar anak panah yang menunjuk ke atas. Sebaliknya, untuk
cakupan bulan ini yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu,
digambarkan anak panah yang menunjukkan kebawah, sedangkan
untuk cakupan yang tetap / sama gambarkan dengan tanda (-).
Berikut ini adalah contoh grafik PWS KIA hasil perhitungan tersebut di
atas. Contoh Grafik PWS Cara perhitungan untuk kedua belas indikator
yang lainnya sama dengan perhitungan seperti contoh diatas.
4. Asuhan Persalinan
a. Definisi
Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan
aman dari setiap tahapan persalinan yaitu mulai dari kala satu sampai
dengan kala empat dan upaya pencegahan komplikasi terutama
perdarahan pasca persalinan, hipotermi serta asfiksia pada bayi baru
lahir. Tujuan Asuhan Persalinan Normal adalah menjaga kelangsungan
hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya, melalui berbagai upaya terintegrasi dan lengkap dengan
intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan tetap terjaga.
b. Fase dan Proses Persalinan (Kala I s.d. IV)
Secara klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita
tersebut mengeluarkan lendir yang disertai darah (bloody show). Lendir
yang disertai darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena
serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari
pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu
pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.
1) Kala I (Pembukaan Jalan Lahir)
Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan
diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi lengkap dapat
berlangsung kurang dari satu jam pada sebagian kehamilan
multipara. Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks jarang terjadi
dalam waktu kurang dari 24 jam. Rata-rata durasi total kala I
persalinan pada primigravida berkisar dari 3,3 jam sampai 19,7 jam.
Pada multigravida ialah 0,1 sampai 14,3 jam. Ibu akan
dipertahankan kekuatan moral dan emosinya karena persalinan
masih jauh sehingga ibu dapat mengumpulkan kekuatan (Manuaba,
25
(a) Oksitisin
(b) Obat- obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
(8) Kondisi ibu :
(a) Nadi, tekanan darah, dan temperatur
(b) Urin (volume , aseton, atau protein)
Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya (dicatat
dalam kolom tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan
persalinan) (Saifuddin 2014).
5) Mencatat temuan pada partograf
Adapun temuan-temuan yang harus dicatat adalah :
a) Informasi Tentang Ibu Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf
secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu
kedatangan ( tertulis sebagai : „jam atau pukul‟ pada partograf ) dan
perhatikan kemungkinan ibu datang pada fase laten. Catat waktu
pecahnya selaput ketuban.
b) Kondisi Janin Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk
pencatatan denyut jantung janin ( DJJ ), air ketuban dan penyusupan
(kepala janin)
(1) Denyut jantung janin Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit ( lebih
sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian
atas partograf menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberi
tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan yang satu dengan titik
lainnya dengan garis tegas bersambung. Kisaran normal DJJ
terpapar pada patograf diantara 180 dan 100. Akan tetapi
penolong harus waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas
160.
(2) Warna dan adanya air ketuban Nilai air kondisi ketuban setiap
kali melakukan pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban
32
tanda „X‟ pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks
dan garis waspada
(3) Hubungkan tanda „X‟ dari setiap pemeriksaan dengan garis
utuh (tidak terputus) (JNPK-KR, 2014).
b) Penurunan bagian terbawah janin
Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang
menunjukan seberapa jauh bagian terendah bagian janin telah
memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan
pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah
janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru
terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm (JNPK-KR,
2014). Berikan tanda „O‟ yang ditulis pada garis waktu yang
sesuai. Sebagai contoh, jika hasil palpasi kepala diatas simfisis
pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda “O” di garis angka 4.
Hubungkan tanda „O‟ dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak
terputus.
6. Asuhan Nifas
a. Definisi
Asuhan masa nifas adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan
yang dilakukan bidan pada masa nifas sesuai dengan wewenang dan
ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Di
dalam standar kompetensi bidan dijelaskan bahwa bidan memberikan
asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap
terhadap budaya setempat. Asuhan masa nifas difokuskan pada upaya
pencegahan infeksi dan menuntut bidan untuk memberikan asuhan
kebidanan tingkat tinggi.
b. Kunjungan masa nifas
1) Kunjungan I: Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Pemantauan keadaan umum ibu.
c) Melakukan hubungan antara bayi dengan ibu (Bounding
d) Attachment).
e) Asi ekslusif.
2) Kunjungan II: Asuhan 6 hari setelah melahirkan
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, dan tidak ada tanda
tanda perdarahan abnormal.
51
7. Asuhan Neonatus
a. Definisi
Asuhan pada neonatus adalah kemampuan untuk memberikan asuhan
pada neonatus (24 jam setelah lahir sampai dengan 28 hari) yang
didasari oleh konsep, sikap dan keterampilan.
b. Kunjungan neonatus
Kunjungan neonatus adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus
sedikitnya 3 kali yaitu kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai
dengan 48 jam setelah lahir, kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3
s/d 7 hari, kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari.
Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/bidan/perawat, dapat
dilaksanakan di puskesmas atau melalui kunjungan rumah. Pelayanan
yang diberikan mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita
53
Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda sering
tidak spesifik. Tanda ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir,
saat bayi baru lahir datang atau saat perawatan di rumah sakit.
Pengelolaan awal bayi baru lahir dengan tanda ini adalah stabilisasi dan
mencegah keadaan yang lebih buruk. Tanda ini mencakup:
1) Tidak bisa menyusu
2) Kejang
3) Mengantuk atau tidak sadar
4) Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti
selama
5) >15 detik)
6) Frekuensi napas > 60 kali/menit
7) Merintih
8) Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat
9) Sianosis sentral.
kelas ibu hamil dan pegangan fasilitator kelas ibu hamil (Kementrian
Kesehatan RI, 2018).
Menurut Baroroh, dkk (2017) bahwa kelas ibu hamil merupakan sarana
belajar bersama yang perlu diikuti oleh ibu hamil agar memperoleh
pengetahuan yang cukup sehingga dapat mencegah komplikasi dan
meningkatkan cakupan K4. Disarankan meningkatkan pembentukan kelas
ibu hamil agar kehamilan dapat terpantau dan ibu dapat segera mengambil
keputusan klinis apabila terjadi resiko. Beberapa keuntungan kelas ibu hamil
diantaranya materi diberikan secara menyeluruh dan terencana sesuai dengan
pedoman, waktu pembahasan materi menjadi efektif karena penyajian materi
terstruktur dengan baik, ada interaksi antara petugas kesehatan dengan ibu
hamil pada saat pembahasan materi dilaksanakan dan dilaksnakan secara
berkesinambungan.
Penelitian Trisnawati, R. E. (2020) Dukungan keluarga secara signifikan
berpengaruh terhadap kepatuhan ibu dalam melakukan kunjungan antenatal
care. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Orboi (2019) menyatakan
dukungan keluarga (suami) berpengaruh terhadap kunjungan K4 pada ibu
hamil. Penelitiannya menunjukkan dukungan suami memainkan peran
penting dalamperilaku ibu untuk dilakukan perawatan antenatal. Ibu yang
diberi dukungan baik akan lebih termotivasi untuk melaksanakan kunjungan
antenatal dibanding ibu yang kurang mendapat dukungan dari suami
atau keluarga.
3. Peranan Kader Terhadap Kunjungan Antenatal Care (ANC) Ibu Hamil
Resiko Tinggi
termasuk famili palmae dan sering disebut date palm, memiliki berbagai
macam kandungan nutrisi dan dapat berfungsi sebagai obat. Buah kurma
merupakan makanan yang mengandung energi tinggi dengan komposisi
ideal, didalamnya memiliki kandungan karbohidrat, triptofan, omega-3,
vitamin C, vitamin B6, Ca2+, Zn, dan Mg. Sari kurma merupakan kurma
yang dihaluskan dan diambil sarinya.
Penelitian Harismayati dan Fahri (2021) kandungan zat besi dalam
kacang hijau paling banyak terdapat pada embrio dan kulit bijinya dengan
jumlah kandungan zat besi pada kacang hijau sebanyak 6,7 mg per 100 gram
kacang hijau dan salah satu bentuk penyajian kacang hijau yang paling
efektif adalah dengan sari kacang hijau. Pemberian jus kacang hijau dapat
meningkatkan kadar hemoglobin dan sel darah pada pasien kanker dengan
kemoterapi. Mengkonsumsi dua cangkir kacang hijau dalam setiap hari
berarti telah mengkonsumsi 50% kebutuhan besi dalam setiap hari yaitu 18
mg dan dapat meningkatkan kadar hemoglobin selama 2 minggu.
5. Penanganan Nyeri Punggung Saat Kehamilan
Penelitian Suriyanti dkk (2021) Nyeri punggung adalah hal yang wajar
saat kehamilan, Nyeri punggung ini biasanya akan meningkat intensitasnya
seiring bertambahnya usia kehamilan karena nyeri ini merupakan akibat
pergeseran pusat gravitasi wanita dan postur tubuhnya. Perubahan ini
disebabkan oleh berat uterus yang membesar, membungkuk yang berlebihan,
berjalan tanpa istirahat, dan angkat beban, terutama bila salah satu atau
semua kegiatan ini dilakukan saat wanita tersebut sedang lelah. Cara
mengatasi nya yaitu dengan melakukan kompres hangat di bagian punggung.
kompres hangat mempunyai dampak fisiologis yaitu dapat melunakan
jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan atau
menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar aliran darah. Rasa panas yang
ditimbulkan dari kompres hangat dapat mengakibatkan dilatasi dan terjadi
perubahan fisiologis sehingga dapat melancarkan peredaran darah dan
59
Peran keluarga dibutuhkan ibu bersalin untuk ketenangan dan tempat berbagi
rasa takut. Dukungan emosional yang diberikan keluarga dapat
meningkatkan dan menstimulasi sensori yang menyenangkan dan
menyebabkan pelepasan endorfin dan mengatur hormon yang berkaitan
dengan kecemasan yaitu hormon adrenalin dan kortisol. Selain itu peran
tenaga kesehatan harus memberikan asuhan sayang Ibu secara maksimal
berpengaruh besar dalam penurunan kecemasan ibu sehingga cara untuk
memotivasi Ibu agar bisa melewati proses persalinan
Penelitian Widiastuti T (2021) Buah kurma mengandung asam lemak
jenuh dan tak jenuh seperti asam oleat, linoleat, dan linolenat. Asam lemak
selain menyediakan dan memesan energi, berkontribusi pada pemberian
prostaglandin. Oleh karena itu, buah kurma dapat membantu dalam
menghemat energi dan memperkuat otot rahim. Ini juga mengandung
hormon yang membantu peregangan rahim dan bersiap untuk persalinan
anak (Kordi, 2014). Dalam studi Alkoran, terjadinya persalinan spontan
lebih rendah dalam intervensi kelompok dan subjek ini membutuhkan sedikit
induksi persalinan. Al Quran mencatat bahwa buah kurma mungkin
mempengaruhi reseptor oksitosin, menyebabkan kontraksi lebih efektif, dan
lebih baik mempersiapkan serviks untuk persalinan (Kordi, 2014).
7. Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III
Okstosin adalah bentuk sintetis dari oxytocin alami yang diberikan
baik secara injeksi intravena maupun intramuscular. Tujuan pemberian
oxytocin pada saat kala III persalinan adalah merangsang adanya kontraksi
uterus. Peningkatan kontraksi uterus pada kala III berefek pada penglepasan
bagian maternal plasenta yang menempel pada dinding uterus. Seiring
dengan penglepasan plasenta, pembulih darah yang terbuka pada daerah
bekas penempelan plasenta akan tertutup akibat kontraksi uterus yang
adekuat. Tindakan pemberian oksitosin pada kala III persalinan merupakan
tindakan profilaksis serta pencegahan untuk menurunkan risiko perdarahan
61
dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Kehilangan panas dapat
dikurangi dengan mengatur suhu lingkungan seperti mengeringkan,
membungkus badan dan kepala, meletakkan di tempat hangat seperti di
pangkuan ibu,infant warmer atau di bawah sorotan lampu.
10. Pelayanan Pada Masa Nifas
4
5