Anda di halaman 1dari 7

B.

KONSEP MASYARAKAT MADANI


Wacana civil society ini merupakan produk sejarah dan lahir di masyarakat
Barat modern.Ia muncul bersamaan dengan proses modernisasi, terutama pada saat
terjadi transformasi dari masyarakat feodal menuju masyarakat Barat modern. Dalam
tradisi Eropa (sekitar pertengahan abad XVIII), pengertian civil society dianggap sama
dengan pengertian negara (state) yakni suatu kelompok/kekuatan yang mendominasi
seluruh kelompok masyarakat lain. Akan tetapi pada paruh abad XVIII, terminologi ini
mengalami pergeseran makna. State dan civil society dipahami sebagai dua buah
entintas yang berbeda, sejalan dengan proses pembentukan sosiala (social formation)
dan perubahan-perubahan struktur politik di Eropa sebagai pencerahan (enlightenment)
dan modernisasi dalam mengahadpi persoalan duniawi (Hikam, AS, 1999). Seabagai
sebuah wacana kotemporer, maka sampai saat ini belum ada satu kesepakatan
rumusan teoritis dan konsep yang baku tentang konsep civil society. Oleh karena itu,
dalam mendefinisikan terma civil society ini sangat bergantung pada kondisi sosio-
kultural suatu bangsa.Karena bagaimanapun konsep civil society merupakan bangunan
terma yang lahir dari sejarah pergulatan bangsa Eropa Barat.
Civil society atau yang lebih dikenal dengan masyarakat madani pada mulanya
merupakan sebuah konsep filsafat yang berkenaan dengan sistem kenegaraan.Secara
historis, konsep ini bermula dari pemikiran Aristoteles yang kemudian dikembangkan
oleh Marcus Tullius Cicero, seorong filosof Romawi Kuno (106-43 SM).Beberapa filsuf
dan pemikir sosial politik sejak abad ke 17 sampai sekarang telah mengembangkan civil
society menjadi sebuah konsep penting dalam ilmu sosial dan politik. Konsep ini sejalan
dengan perkembangan pemikiran mengenai bentuk gerakan masyarakat yang otonom
dan mandiri dalam menentukan arah dan perkembangannya tanpa campur tangan total
dari pemerintah. Pemikiran tentang civil society dalam ilmu sosial mulai marak dibahas
setelah perang dunia II Terutama dalam dekade 50-80 an. Pada abad ke 20, muncul
berbagai gerakan masyarakat yang tidak percaya lagi kepada upaya pemerintah atau
negara dalam menjamin dan membangun masyarakat yang bebas, maju dan makmur.
Pada abad ke 20 ini pula, istilah civil society (masyarakat madani) secara konseptual
dikembangkan dari pengalaman era pencerahan Eropa Barat pada abad ke 1 yaitu
pada masa munculnya kembali Eropa Timur pada dasawarsa 1980-an sebagai jawaban
terhadap negara dengan sistem paratai sosialis (tunggal) yang otoriter yang kemudian
dapat dijatuhkan. Civil society (masyarakat madani) pada perkembangan berikutnya
ternyata masuk kedalam wacana lembaga multilateral..sebagai contoh : The inter
American Development Bank (bank pembangunan antar amerika) merintis sebuah
proyek penguatan civil society di Amerika latin pada dasawarsa 1990-an. Dari fakta ini,
istilah civil society telah berkembang dari sekedar konsep menjadi gerakan.
Terjemah civil society menjadi masyarakat madani pertama kali dikemukakan oleh
Dato Seri Anwar Ibrahim untuk menyifati masyarakat yang sudah memiliki peradaban
maju.Istilah madani sendiri mempunyai hubungan yang erat dengan istilah tamadun
atau peradaban. Dengan demikian, civil society atau masyarakat madani bisa diartikan
sebagai kota peradaban atau masyarakat kota, suatu masyarakat beradab yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, penegakan nilai-nilai demokrasi, dan
penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia.Lebih lanjut Anwar Ibrahim
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah sistem sosial
yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara
kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat. Penerjemahan civil society
menjadi masyarakat madani ini dilatarbelakangi oleh konsep kota ilahi, kota peradaban
atau masyarakat kota. Di sisi lain, pemaknaan masyarakat madani ini juga dilandasi
oleh konsep tentang Al-Mujtama’ Al-Madani yang diperkenalkan oleh Prof. Naquib al-
Attas, yang secara definitif masyarakat madani merupakan konsep masyarakat ideal
yang mengandung dua komponen bear yakni masyarakat kota dan masyarakat yang
beradab. Dan pada prinsipnya konsep masyarakat madani (civil society) adalah sebuah
tatanan komunitas masyarakat yang mengedepankan toleransi, demokrasi, dan
berkeadaban. Di sisi lain masyarakat madani mensyaratkan danya toleransi dan
menghargai akan adanya pluralisme (kemajemukan).

C. KARAKTERISTIK MASYARAKAT MADANI


Masyarakat madani (civil society) dicirikan dengan masyarakat terbuka,
bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan negara kritis dan berpartisipasi
aktif serta egaliter.Pada dasarnya, masyarakat madani berkaitan dengan
peradaban universal.Penyebutan karakteristik civil society sendiri dimaksudkan
untuk menjelaskan bahwa dalam merealisasikan wacana civil society diperlukan
prasyarat-prasyarat yang menjadi nilai universal dalam penegakan civil society.
Prasyarat ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain atau hanya mengambil salah
satunya saja, melainkan merupakan satu kesatuan yang integral yang menjadi
dasar dan nilai bagi eksistensi civil society. Karakteristik tersebut antara lain :

1.      Free Public Sphere


Yang dimaksud dengan Free Public Sphere adalah adanya ruang publik
yang bebas sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat.Lebih lanjut
dikatakan bahwa ruang publik secara teoritis bisa diartikan sebagai wilayah
dimana masyarakat sebagai warga negara memiliki akses penuh terhadap
setiap kegiatan publik.Waraga negara berhak melakukan kegiatan secara
merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta
mempublikasikan informasi kepada publik. Free Public Sphere menjadi salah
satu bagian yang harus diperhatikan untuk mengembangkan dan mewujudkan
civil society, maka akan memungkinkan terjadinya pembungkaman kebebasan
warga negara dalam menyalurkan aspirasinya yang berkenaan dengan
kepentingan umum oleh penguasa yang tiranik dan otoriter.

2.      Demokratis
Demokratis adalah salah satu entitas yang menjadi penegak wacana civil
society, dimanadalam menjalani kehidupan, warga negara memiliki kebebasan
penuh untuk menjalankan aktivitas kesehariannya, termasuk dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.Demokratis  berarti masyarakat dapat berlaku santun
dalam pola hubungan interaksi dengan masyarakat sekiatarnya dengan tidak
mempertimbangkan suku, ras, dan agama. Demokrasi atau demokratis
merupakan salah satu syarat mutlak bagi penegakan civil society. Penekanan
demokrasi atau demokratis dapat mencakup sebagai  bentuk aspek kehidupan
seperti politik, sosial, budaya pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.
3.      Toleran
Toleran merupakan sikap yang dikembangkan dalam civil society untuk
mewujudkan sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan
oleh orang lain. Toleransi ini memungkinkan akan adanya kesadaran masing-
masing individu untuk menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas
yang dilakukan oleh kelompok masyarakat lain yang berbeda. Azyumardi Azra
menyebutkan bahwa masyarakat madani atau civil society lebih dari sekedar
gerakan-gerakan prodemokrasi.Masyarakat madani juga mengacu ke kehidupan
yang berkualitas dan tamaddun (civility), yakni kesediaan individu-individu untuk
menerima pandanagn-pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda.

4.      Pluralisme
Sebagai sebuah prasyarat penegakan civil society, maka pluralisme harus
dipahami secara mengakar. Menurut Nurcholis Madjid, konsep pluralisme ini
merupakan prasyarat bagi tegaknya civil society. Pluralisme menutunya adalaha
pertalian kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban. Bahkan pluralisme adalah
juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia antara lain melalui
mekanismepengawasan dan pengimbangan (check and balance). Lebih lanjut,
Nurcholis mengatakan bahwa sikap penuh pengertian kepada orang lain itu
diperlukan dalam masyarakat yang majemuk, yakni masyarakat yang tidak
monolitik. Apalagi sesungguhnya kemajemukan masyarakat itu sudah
merupakan dekrit Allah dan design-Nya untuk umat manusia. Jadi tidak ada
masyarakat yang tunggal, monolitik, sama dan sebangun dalam segala segi.

5.      Keadaan Sosial ( social justice)


Keadilan dimaksudkan untuk menyebutkan keseimbangan dan
pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara
yang mencakup seluruh aspek kehidupan.Hal ini memungkinkan tidak adanya
monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan pada satu kelompok
masyarakat. Secara esensial, masyarakat memiliki hak yang sama dalam
memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah (penguasa).

D. MASYARAKAT MADANI DI INDONESIA


Masyarakat madani (civil society) jika dipahami secara sepintas
merupakan format kehidupan alternatif yang mengedepankan semangat
demokrasi dan menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia.Disinilah
kemudian, konsep civil society menjadi alternatif pemecahan, dengan
pemberdayaan dan penguatan daya kontrol masyarakat terhadap kebijakan-
kebijakan pemerintah yang pada akhirnya nanti terwujud kekuatan masyarakat
sipil yang mampu merealisasikan dan menegakan konsep hidup yang
demokratis dan menghargai hak-hak asasi manusia.
Mengenai kemungkinan berkembangnya civil society di Indonesia diawali
dengan kasus-kasus pelanggaran HAM untuk mengemukakan pendapat di
muka umum kemudian dilanjutkan dengan munculnya berbagai lembaga-
lembaga non pemerintah yang mempunyai kekuatan dan bagian dari social
control. Selain banyak terjadi pengambilalihan hak tanah rakyat oleh penguasa
dengan alasan pembangunan, juga merupakan bagian dari penyelewengan dan
penindasan hak asasi manusia, karena hak atas tanah yang secara sah
memang dimiliki oleh rakyat, dipaksa dan diambil alih oleh penguasa hanya
karena alasan pembangunanyang sebenarnya bersifat semu. Melihat itu semua,
maka secara esensial Indonesia memang membutuhkan pemberdayaan dan
penguatan masyarakat secara komprehensif agar memiliki wawasan dan
kesadaran demokrasi yang baik serta mampu menjunjung tinggi nilai-nilai hak
asasi manusia. Untuk itu, maka diperlukan pengembangan civil society dengan
menerapkan strategi pemberdayaan sekaligus agar proses pembinaan dan
pemberdayaan itu mencapai hasilnya secara optimal.
Secara historis, masyarakat madani (civil society) di Indonesia telah
muncul ketika proses transformasi akibat modernisasi terjadi yang menghasilkan
pembentukan masyarakat baru yang berbeda dengan masyarakat tradisional.
Dengan demikian, akar civil society di Indonesia bisa dirunut secara historis
semenjak terjadinya perubahan sosial ekonomi pada masa kolonial Belanda.
Hal tersebut mendorong terjadoinya pembentukan masyarakat baru lewat
proses industrialisasi, urbanisasi, dan pendidikan modern. Dalam perjalanannya,
pertumbuhan civil society di Indonesia pernah mengalami suatu masa yang
cukup menjanjikan bagi pertumbuhannya.Hal ini terjadi sejak kemerdekaan
smpai dengan 1950-an, yaitu pada saat organisasi-organisasi sosial dan politik
dibiarkan tumbuh bebas dan memperoleh dukungan kuat dari warga masyarakat
yang baru saja merdeka.Oleh karena itu, terciptalah kekuatan masyarakat yang
mampu menjadi penyeimbang dan pengawas terhadap kekuatan negara.Namun
sayang sekali iklim demikian itu tidak tidak berlangsung lama karena ormas-
ormas dan lembaga-lembaga sosial berubah menjadi alat bagi meretaknya
aliran politik dan pertarungan berbagai ideologi.

Dalam hal ini, menurut Dawam ada 3 strategi yang salah stunya dapat
digunakan sebagai strategi dalam memberdayakan civil society di Indonesia,
yaitu :

1.   Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik. Strategi ini
berpandangan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam
masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang
kuat. Bagi penganut paham ini, pelaksanaan demokrasi liberal hanya akan
menimbulkan konflik dan karena itu menjadi sumber instabilitas politik.

2. Strategi yang lebih mengutamakan reformasi politik demokrasi. Strategi ini


berpandangan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah menunggu
rampungnya tahap pembangunan ekonomi. Sejak awal dan secara bersama-
sama diperlukan proses demokratisasi yang pada esensinya adalah
memperkuat partisipasi politik. Jika kerangka kelembagaan ini diciptakan, maka
akan dengan sendirinya timbul civil society yang mampu mengontrol terhadap
negara.
3. Strategi yang memilih membangun civil society sebagai basis  yang kuat ke
arah demokratisasi. Strategi ini muncul akibat kekecewaan terhadap realisasi
dari strategi pertama dan kedua. Dengan begitu strategi ini lebih mengutamakan
pendidikan dan penyadaran politik, terutama pada golongan menengah yang
makin luas.
Ketiga model strategi pemberdayaan civil society tersebut dipertegas oleh
Hikam bahwa di era transisi ini harus dipikirkan prioritas-prioritas pemberdayaan
dengan cara memahami target-target grup yang paling strategis serta
penciptaan pendekatan-pendekatan yang tepat didalam proses tersebut.
A. LATAR BELAKANG
Wacana civil society ini merupakan produk sejarah dan lahir di
masyarakat Barat modern.Ia muncul bersamaan dengan proses modernisasi, terutama
pada saat terjadi transformasi dari masyarakat feodal menuju masyarakat Barat
modern.Civil society atau yang lebih dikenal dengan masyarakat madani pada mulanya
merupakan sebuah konsep filsafat yang berkenaan dengan sistem
kenegaraan.Masyarakat madani atau civil society ini memiliki karakteristik untuk
menjelaskan bahwa dalam merealisasikan wacana civil society diperlukan prasyarat-
prasyarat yang menjadi nilai universal dalam penegakan civil society, dan juga memiliki
pilar-pilar untuk menegakan dan terwujudnya civil society atau masyarakat madani.
MAKALAH PENDIDKAN KEWARGANEGARAAN
MASYARAKAT MADANI

RIKA RISNAWATI
20800119085
PGMI 4

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai