Anda di halaman 1dari 16

MASYARAKAT MADANI

Kelompok 11

Astrid Lisa F Soro


Justenis Lambiombir
Salwa F Tawurutubun
A. Pengertian dan Latar Belakang

1. Pengertian
Masyarakat madani berasal dari bahasa Inggris, Civil society. Kata civil society sebenarnya berasal
dari bahasa Latin yaitu civitas dei yang artinya kota Iiahi dan society yang berarti masyarakat. Dari kata
civil akhirnya membentuk kata civilization yang berarti peradaban (Gellner seperti yang di kutip
Mahasin(1995). Oleh sebab itu, kata civil society dapat di artikan sebagai komunitas masyarakat kota,
yakni masyarakat yang telah berperadaban maju. Gellner(1995) menyatakan bahwa masyarakat madani
akan terwujud ketika terjadi tatanan masyarakat yang harmonis,yang bebas dari eksploitasidan
penindasan. Pendek kata, masyarakat madani ialah kondisi suatu komunitas yang jauh dari monopoli
kebenaran dan kekuasaan.Kebenaran dan kekuasaan adalah milik bersama. Berdasarkan pendapat di atas
dapat di simpulkan bahwa masyarakat madani pada prinsipnya , memiliki multimakna , yaitu
masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi etika dan moralitas,transparan, toleransi , berpotensi,
aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi, konsisten, memiliki perbandingan , mampu
berkoordinasi,sederhana sinkron,integral , mengakui emansipasi , dan hak asasi , namun yang paling
dominan adalah masyarakat yang demokratis.
2. Latar Belakang
Masyakarat madani timbul karena faktor-faktor :
a) Adanya penguasa politik yang cenderung mendominasi ( menguasa ) masyarakat dalam segala
bidang agar patuh dan taat pada penguasa. Tidak adanya keseimbangan dan pembagian yang
proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek
kehidupan.
b) Masyarakat diasumsikan sebagai orang tidak memiliki kemampuan yang baik (bodoh) di
bandingkan dengan penguasa( pemerintah ). Warga negara tidak memiliki kebebasan penuh untuk
menjalankan aktivitas kesehariannya.
c) Adanya usaha membatasi ruang gerak dari masyarakt dalm kehidupan politik.Keadaan ini sangat
menyulitkan bagi masyarakat untuk mengemukakan pendapat,karena pada ruang publik yang bebaslah
individu berada dalm posisi yang setara,dan akan mampu melakukan transaksi transaksi politik tanpa
ada kekhawatiran. Dalam memasuki milenium III, tuntutan masyarakat madani di dalam negeri oleh
kaum reformis yang anti status quo menjadi semakin besar.
B. Sejarah Masyarakat Madani

Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society , juga berdasarkan pada
konsep negara-kota Madinah yang di bangun Nabi Muhammad SAW pada tahun 622. Masyarakat
madani juga mengacu pada konsep tamadhun( masyarakat yang peradaban) yang di perkenalakan oleh
Ibn Khaldun ,dan konsep Al Madinah al fadilah (Madinah sebagai negara utama) yang di ungkapkan
oleh filsuf Al Farabi pada abad pertengahan( Rahardjo yang dikutip Nurhadi, 1999). Sementara itu
konsep masyarakat madani, atau dalam khazanah Barat dikenal sebagai civil society (masyarakat
sipil), muncul pada masa pencerahan (renaissance) di Eropa melalui pemikiran John Locke (abad ke-
8) dan Emmanuel Kant (abad ke-19). Sebagai sebuah konsep, civil society berasal dari proses sejarah
panjang masyarakat Barat yang biasanya dipersandingkan dengan konsepsi tentang state (negara).
Dalam tradisi Eropa abad ke-18, pengertian masyarakat sipil ini dianggap sama dengan negara (the
state), yakni suatu kelompok atau kekuatan yang mendominasi kelompok Lain.
Lebih lanjut lagi, menurut Profesor Ryaas Rasyid dalam diskusi dengan harian kompas (1997),
konsep masyarakat madani lahir pascarevolusi industri di Eropa barat, yakni ketika kondisi ekonomi
masyarakat sudah semakin baik, dan mampu membayar pajak. Masyarakat sadar, sumbangsi mereka
bagi pendapatan negara semakin penting, sehingga meraka menuntut hak-haknya, sehingga muncul
jargon politk : tidak ada pajak tanpa suara. Dalam kondisi demikian, masyarakat menghendaki adanya
semacam kekuatan tawar menawar (bargain) yang seimbang terhadap negara.
Di Indonesia, perjuangan masyarakat madani dimulai pada awal pergerakan kebangsaan, dipelopori
oleh Syariat Islam (1912), dan dilanjutkan oleh Soeltan Syahril pada awal kemerdekaan (Norlholt),
1999). Jiwa demokrasi Soeltan Syahril ternyata harus menghadapi kekuatan represif, baik dari rezim
Orde Lama maupun rezim Orde Baru. Tuntutan perjuangan transformasi menuju masyarakat madani
pada era reformasi ini tampaknya sudah tak terbendungkan lagi.
C. Karakteristik dan Ciri-ciri Masyarakat Madani

Ada tiga karakteristik dasar dalam masyarakat madani, yaitu:


1. Diakuinya semangat pluralisme, Artinya, pluralisme telah menjadi sebuan keniscayaan yang tidak
dapat dielakkan, sehingga mau tidak mau, pluralisme telah menjadi suatu kaidah yang abadi. Dengan
kata lain, pluralisme merupakan sesuatu yang kodrati (given) dalam kehidupan. Pluralisme bertujuan
mencerdaskan umat melalui perbedaan konstruktifdan dinamis, merupakan sumber dan motivator
terwujudnya kreatifitas yang terancam keberadaanya jika tidak terdapat perbedaan.
2. Tingginya sikap toleransi. Baik terhadap saudara sesama agama maupun terhadap umat agama lain.
Secara sederhana toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka mendengar, dan menghargai pendapat
dan pendirian orang lain. Senada dengan hal itu, Quraish Shibab (2000) menyatakan bahwa tujuan
agama tidak semata-mata mempertahankan kelestariannya sebagai sebuah agama.
3. Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekedar kebebasan dan persaingan ,demokrasi
adalah suatu pilihan untuk bersama –sama membangun, dan memperjuangkan perikehidupan warga
dan masyarakat yang semakin sejahterah.
D. Institusi Penegak Masyarakat Madani
Sifat atau karakteristik lembaga atau institusi masyarakat madani adalah:
1. Independen adalah bahwa lembaga ini memiliki sifat yang bebas atau netral dari intervensi
lembaga lain, baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah.
2. Mandiri yaitu bahwa lembaga ini memiliki kemampuan dan kekuatan untuk melaksanakan tugas
dan fungsi lembaga, dengan tidak melibatkan pihak lain di luar institusi.
3. Swaorganisasi, yaitu bahwa pengelolaan dan pengendalian institusi (lembaga) dilakukan secara
swadaya oleh SDM lembaga.
4. Transparan, yaitu bahwa dalam pengelolaan dan pengendalian institusi (lembaga) dilakukan secara
terbuka.
5. Idealis, yaitu bahwa pengelolaan dan pengendalian, serta pelaksanaan institusi (lembaga)
diselenggarakan dengan nilai-nilai yang jujur, ikhlas dan ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat
banyak.
6. Demokratis, yaitu bahwa institusi (lembaga) yang dibentuk, dikelola serta dikendalikan dari, oleh,
dan untuk masyarakat sendiri.
7. Disiplin, yaitu bahwa institusi (lembaga) dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus taat dan
setia terhadap segenap peraturan perundangan yang berlaku.
Bentuk institusi (lembaga) masyarakat madani dapat diklasifikasi dalam tiga macam yaitu:
1. Institusi (lembaga) sosial seperti:
a. Lembaga sosial.
b. Masyarakat (LSM) dan partai politik.
c. Organisasi kepemudaan, seperti KNPI, HNI, PMII, KAMMI.
d. Organisasi kemahasiswaan.
e. Organisasi profesi seperti, LBH, IAI, PWI, HTI.
f. Organisasi kemasyarakatan, seperti MKGR, Kosgoro, SOKSI, dll
2. Institusi (lembaga) keagamaan
Bentuk institusi ini meliputi antara lain :
a. Institusi (lembaga) keagamaan dalam islam seperti NUH, Muhammadiyah, MUI dll
b. Institusi (lembaga) keagamaan Kristen seperti PGI.
c. Institusi (lembaga) keagamaan Budha seperti Walubi.
d. Institusi (lembaga) keagamaan Hindu seperti Parisada Hindu Darma.
e. Institusi (lembaga) Katholik seperti KWI
3. Institusi (lembaga) paguyuban.
E. Masyarakat Madani dan Investasi Demokrasi
Manfaat lain yang dapat diperoleh dengan terwujudnya masyarakat madani ialah terciptanya
masyarakat Indonesia yang demokratis, sebagai salah satu tuntutan revormasi di dalam negeri dan
tekanan-tekanan politik, serta ekonomi dari luar negeri. Di smaping itu menurut Suwardi (1999)
melalui mastarakat madani akan mendorong munculnya inovasi-inovasi baru di bidang pendidikan.
Ciri utama masyarakat madani adalah demokrasi.Demokrasi memiliki konsekuensi luas di antaranya
menuntut kemampuan partisipasi masyarakat dalam sistem politik dengan organisasi-organisasi politik
yang independen sehingga memungkinkan kontrol aktif dan efektif dari masyarakat terhadap
pemerintah dan pembangunan, dan sekaligus masyarakat sebagai pelaku ekonomi pasar. Bila
masyarakat Indonesia tidak demokratis maka Indonesia akan mendapat tekanan-tekanan politik dari
kaum reformasi di dalam negeri. Artinya bahwa demokrasi akan berjalan dengan baik, apabila
masyarakatnya memiliki sifat dan karakter masyarakat madani. Untuk itu, maka pembangunan
masyarakat madani akan merupakan investasi bagi kehidupan demokrasi dalam suatu negara.
F. Menjadi Masyarakat Madani Indonesia
Untuk membangun masyarakat madani di Indonesia ada enam faktor yang harus diperhatikan yaitu:
1. Adanya perbaikan di sektor ekonomi, dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat, dan dapat
mendukung kegiatan pemerintahan.
2. Tumbuhnya intelektualitas dalam rangka membangun manusia yang memiliki komitmen untuk
independen
3. Terjadinya pergeseran budaya dari masyarakat yang berbudaya paternalistik menjadi budaya yang
lebih modern dan lebih independan.
4. Berkembangnya pluralisme dalam kehidupan yang beragam
5. Adanya partisipasi aktif dalam menciptakan tata pamong yang baik
6. Adanya keimanandan ketakwaan kepada Tuhan yang melandasi moral kehidupan.
Implementasi ke enam faktor tersebut dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Perbaikan Kegiatan perekonomian dalam Rangka penigkatan pendapatan Masyarakat.
Perbaikan ekonomi di lakukan dengan memperdayakan potensi dan kemampuan masyarakat untuk
memberi lapangan pekerjaan, dan menciptakan lapangan kerja.Pada tahun 2005, di indonesia terdapat
lebih dari 35 juta penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan yang mendapatkan BLT (Bantuan
Langsung Tunai). Statistik juga menunjukan bahwa 50% kehidupan masyarakat berasal dari sektor
pertanian, dan 90% bentuk badan usaha adalah usaha kecil dan menegah. Data juga menunjukan
bahwa usaha ini hanya menyerap kurang dari 30% dana perbankan.
2. Masalah intelektualitas yang berkomitmen dan independen
Untuk membangun masyarakt yang intelek, berkomitmen, serta independen , maka perlu dilakukan
sebagai berikut :
a. Membangun masyarakat ilmiah yang beranggotakan dan bersifat sukarela.
b. Meningkatkan mutu pendidikan serta wajib belajar dan beningkatkan partisipasi kasar, yaitu siswa
yang meneruskan perkuliahan.
c. Mengembangkan sifat pendidikan yang demokratis, dimana guru menjadi fasilitator, dan
menempatkan siswa dan mahasiswa yang belajar.
d. Mengembangkan organisasi, baik untuk siswa maupun mahasiswa dan masyarakat, sebagai wadah
untuk berinteraksi sosial, serta mengembangkan sikap yang independen.
e. Mengembangakan sikap mental yang bertanggung jawab bermasyarakat , dengan memberikan hak
untuk mengemukakan pendapat berupa kritik dan saran, serta mampu mempertanggung jawabkan,
baik berupa hak jawab dan penyelesaian masalah dalam bentuk hukum.
3. Membangun Masyarakat berbudaya Moderen
Syarat-syarat untuk membangun masyarakat modern adalah:
a. Cara berfikir yang ilmiah yang melembaga dalam sistem pemerintahan dan masyarakat.
b. Sistem administrasi yang baik, dan menunjukkan tata pamong atau tata kelola ( good governance)
yang bersifat transparan, dapat dikelola ( manageable), akuntable, dapat ditukar dan dibatasi oleh
waktu.
c. Sistem pengumpulan data yang baik dan teratur dapat dilakukan dengan membangun sistem
informasi, sehingga diperoleh data yang akurat.
d. Penciptaan iklim yang menyenangkan masyarakat, hal ini dapat dilakukan dengan penggunaan alat-
alat komunikasi massa, dan dilakukan secara terhadap sesuai dengan perkembangan budaya
masyarakat.
e. Tingkat organisasi yang tinggi yang dicirikan dengan disiplin,jujur, dan tepat waktu, dan dilakukan
dengan tanpa mengurangi kemerdekaan orang lain.
4. Membangun Pluralisme yang Beragam
Dalam rangka membangun pluralisme, maka beberapa hal perlu dilakukan, yaitu :
a. Meningkatkan rasa hormat-menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan kepercayaan,
terutama dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
b. Meningkatan hubungan antar pemeluk untuk tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
terhadap pemeluk agama lain.
c. Mengembangkan sikap saling mencintai dan mengakui persamaan drajat,hak, dan kewajiban
sebagai manusia indonesia.
d. Mengembangkan pergaulan antar suku,antar agama, antar daerah,sehingga terbangun rasa saling
mencintai dan memiliki.
e. Mengutamakan musyawarah dalam pengambilan keputusan bersama.
f. Menjalankan hidup dengan sederhana, tidak boros, dan tidak bergaya hidup mewah.
5. Membangun Partisipasi Aktif Masyarakat dalam Menciptakan Tata Pamong yang Baik
Langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka good governance adalah:
a. Penguatan fungsi dan peran lembaga dan perwakilan rakyat seperti DPR, DPRD I, DPRD II, dan
DPD. Wakil rakyat harus dapat berperan sebagai penyalur aspirasi yang diwakilinya.
b. Membangun kemandirian lembaga peradilan dari intervensi pemerintah dan pihak lain.
c. Membangun aparatur negara yang profesional dan penuh integritas.
d. Membangun peran serta masyarakat yang kuat dan mandiri, serta bermoral.
e. Penguatan otonomi daerah dalam rangka mengurangi kesenjangan antardaerah.
f. Membangun keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang melandasi moral kehidupan.

Ciri yang membedakan antara masyarakat madani di Indonesia dengan civil society di negara barat,
adalah semua gerak masyarakat di Indonesia berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
YME.Apabila civil society didasarkan pada ajaran moral yang bersifat universal, maka masyarakat
madani berdasarkan ajaran moral dari Tuhan YME.
1
1
THANK YOU
Mohon maaf bila ada salah kata dalam tugas powerpoint
ini

Anda mungkin juga menyukai