2. Hjhjk
3. kelemahan pembelajaran daring di perguruan tinggi dilihat dari prespektif teori sosial.
Jawab:
Belajar merupakan suatu proses yang dilalui setiap individu untuk pembentukan
pribadi yang lebih baik. Belajar adalah proses mengambil informasi baru atau
mengembangkan keterampilan yang sudah ada melalui pengalaman, pembelajaran,
atau latihan. Belajar dapat terjadi melalui berbagai cara, seperti melalui pengalaman
langsung, pembelajaran tatap muka dengan guru atau instruktur, atau melalui
pembelajaran daring atau otodidak. Belajar merupakan proses yang terus-menerus
dan merupakan bagian dari kehidupan setiap orang, karena kita akan terus-menerus
memperoleh pengetahuan baru dan mengembangkan keterampilan yang sudah ada
sepanjang hidup kita. Menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Burton (1984) dalam Siregar (2014: 4),
“belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya
interaksi antara individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu
berinteraksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat ini, dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya. Konsep lain mengatakan bahwa belajar
merupakan proses pengembangan potensi yang ada pada individu. Potensi tersebut
dapat dikembangkan dengan bantuan lingkungan yang membentuknya. Dalam dunia
pendidikan, banyak sekali teori belajar yang sudah ditemukan oleh para ahli. Teori-
teori ini dipakai untuk mengantarkan individu belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya. Selain itu juga bertujuan membentuk individu yang diinginkan
oleh lingkungan. Salah satunya adalah teori belajar behavioristik.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami individu dalam hal kemampuannya
untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubahan tingkah laku.
Penulis mencoba melihat dari satu sudut pandang teori belajar yang diusung
oleh Edward Lee Thorndike (1874-1949). Menurut Thorndike, belajar merupakan
peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut
stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan
eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau
berbuat, sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena
adanya perangsang (Burhanuddin, 2008) Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Belajar dalam Thorndike adalah peristiwa terbentuknya sebuah asosiasiasosiasi
antara stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus itu sendiri merupakan suatu
perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadikan suatu tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk berbuat. Sedangkan respon adalah sembarang
tingkah laku yang tiba-tiba muncul karena adanya suatu rangsangan.
Thorndike melakukan suatu percobaan terhadap seekor kucing. Dimana kucing
tersebut dibiarkan kelaparan dan kemudian dimasukkan ke dalam sangkar yang
tertutup. Sangkar tersebut pintunya dapat terbuka secara otomatis jika kenop di
dalam sangkar tersebut disentuh. Dalam percobaan ini jika di luar sangkar diletakkan
suatu makanan, maka kucing tersebut berusaha untuk mencapainya dengan
melompat-melompat. Percobaan ini diulang hingga belasan kali, dan setelah
percobaan ke-12, secara tidak sengaja kucing tersebut menyentuh kenopnya hingga
pintupun terbuka dan kucing tersebut langsung berlari ke tempat makanan tersebut.
Dalam melaksanakan percobaan tersebut dapat dikatakan bahwa setiap respon
akan menimbulkan stimulus baru. Karena adanya percobaan ini, teori belajar
Thorndike dikenal sebagai teori “Trial and Error” atau “Selecting and Conecting”
yaitu menyatakan bahwa belajar terjadi karena adanya proses mencoba-coba dan
membuat suatu kesalahan. Selain teori pembelajaran tersebut, dalam Suryabrata
(2004;250) yang menyatakan bahwa Thorndike juga menemukan hukum-hukum
pokok dalam belajar, diantaranya adalah sebagi berikut :
1) Hukum Kesiapan Hukum ini menyatakan bahwa keadaan-keadaan dimana
pelajar cenderung untuk mendapatkan kepuasan atau ketidakpuasan,
menerima ataupun menolak sesuatu.
2) Hukum Latihan Dalam hukum ini,mengandung dua hal penting, diantaranya
adalah :
a. Law of use. Hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi
tambah kuat jikalau ada latihan.
b. Law of disuse. Hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi
lemah jikalau latihan-latihan atau penggunaan dihentikan.
3). Hukum Akibat Hukum akibat ini menyatakan bahwa hubungan stimulus
respon akan semakin kuat jika akibat yang ditimbulkan menyenangkan, akan
tetapi jika tidak maka berlaku sebaliknya, yaitu akibatnya tidak akan
memuaskan. Ketiga hukum-hukum tersebut merupakan hukum-hukum primer
(pokok). Selain lima hokum tersebut, \Thorndike juga mengemukakan lima
hukum-hukum yang lainnya, yang biasa disebut dengan hukum minor
(subsider), lima hokum tersebut adalah :
a. Hukum reaksi Bervariasi Agar suatu respons itu berhasil ditangkap,
maka respon itu harus benar-benar terjadi. Misalnya, jika suatu siswa
dihadapkan pada suatu contoh soal, maka dia akan mencobanya dengan
berbagai cara. Jika dalam proses mengerjakannya tersebut ada yang
sukses, maka dapat dikatakan bahwa proses belajar siswa tersebut
berhasil atau respon siswa berhasil. \
b. Hukum Sikap Keadaan kognitif, emosi, social serta psikomotornya juga
menentukan perilaku siswa dan bukan hanya pengaruh stimulus dan
responnya saja.
c. Hukum aktivitas sebagian Pelajar atau organisme dapat bereaksi secara
selektif terhadap kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam situasi
tertentu.
d. Hukum persamaan jawaban Semua respon-respon selalu dapat
diterangkan jika pernah dikenalnya, dengan kecenderungan asli untuk
segera merespon.
e. Hukum perpindahan asosiasi Yaitu proses peralihan suatu situasi yang
telah dikenal ke situasi yang belum dikenal secara bertahap, dengan cara
menambahkan sedikit demi sedikit unsur-unsur (elemen) baru dan
membuang unsur-unsur lama sedikit demi sedikit sekali sehingga unsur
baru dapat dikenal dengan mudah oleh individu..
Selain menambahkan hukum-hukum baru, dalam perjalanan penyampaian
teorinya thorndike mengemukakan revisi Hukum Belajar antara lain : 1) Hukum
latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan saja tidak cukup untuk
memperkuat hubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa pengulanganpun hubungan
stimulus respon belum tentu diperlemah. 2) Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh
Thorndike bahwa yang berakibat positif untuk perubahan tingkah laku adalah hadiah,
sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa. 3) Syarat utama terjadinya hubungan
stimulus respon bukan kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara stimulus dan
respon. 4) Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang lain maupun pada
individu lain. Teori Trial and error disebut juga dengan teori koneksionisme yang
menyebutkan pula konsep transfer of training, yaitu kecakapan yang telah diperoleh
dalam belajar dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang lain.
Dalam teori ini sudah menunjukkan Kelemahan, kelemahan Teori Thorndike
ini dilihat dalam Pembelajaran Matematika.beberapa kelemahan ini ditunjukkan
dengan 1) Sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab
banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan atau belajar yang
tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon 2). Teori ini tidak
mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan
respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya .