Anda di halaman 1dari 8

Tugas 1

NAMA : OVITA APNI

NIM : 850053564

MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Sejarah konsep civi society dan masyarakat madani.


wacana civil society merupakan konsep yang berasal dari pergolakan politik dan
sejarah masyarakat Eropa Barat yang mengalami proses transformasi dari pola
kehidupan feodal menuju kehidupan masyarakat industri kapitalis. Konsep ini
pertama kali lahir sejak zaman Yunani kuno. Jika dicari akar sejarahnya dari awal,
maka perkembangan wacana civil society dapat di runtut dari masa Aristoteles. Pada
masa ini (Aristoteles, 384-322 SM) Civil Society dipahami sebagai sistem kenegaraan
dengan menggunakan istilah koinoniah politike, yakni sebuah komunitas politik
tempat warga dapat terlibat langsung dalam berbagai percaturan ekonom-politik dan
pengambian keputusan. Istilah ini juga dipergunakan untuk menggambarkan suatu
masyarakat politik dan etis dimana warga negara di dalamnya berkedudukan sama di
depan hukum.
Konsepsi Aristoteles ini diikuti oleh Marcus Tullius Cicero (106-43 SM) dengan
istilah Societies Civilies, yaitu sebuah komunitas yang mendominasi komunitas yang
lain. Terma yang dikedepankan oleh Cicero ini lebih menekankan konsep negara kota
(City State), yaitu untuk menggambarkan kerajaan, kota, dan bentuk korporasi
lainnya, sebagai kesatuan yang terorganisasi. Konsep ini dikembangkan pula oleh
Thomas Hobbes (1588-1679 M) dan Jhone Locke (1632-1704 M). Selanjutnya di
Prancis muncul John Jack Rousseau, yang tekenal dengan bukunya The Social
Contract (1762). Dalam buku tersebut J.J. Rousseau berbicara tentang pemikiran
otoritas rakyat, dan perjanjian politik yang harus dilaksanakan antara manusia dan
kekuasaan.
Pada tahun 1767, wacana civil society ini di kembangkan oleh Adam Ferguson
dengan mengambil  konteks sosio-kultural dan politik Scotlandia. Ferguson 
menekankan civil society pada sebuah visi etis dalam kehidupan bermasyarakat.
Pemahaman ini digunakan untuk mengantisipasi peruahan sosial yang diakibatkan
oleh revolusi industri dan munculnya kapitlisme serta mencoloknya perbedaan antar
publik dan individu. Karena dengan konsep ini sikap solidaritas, saling menyayangi
serta sikap saling mepercayai akan muncul antar warga negara secara alamiah.
Kemudian pada tahun 1792, muncul wacana sivil society yang memiliki aksentuasi
yang berbeda dengan sebelunya. Konsep ini dimunculkan oleh Thomas Paine yang
menggunakan istilah sivil society sebagai kelompok masyarakat yang memilikiposisi
secara diametral dengan negara, bahkan dianggapnya sebagai antitesis dari negara.
Dengan demikian, maka civil society menurut Paine ini adalah ruang dimana warga
dapat mengembangkan kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan
kepentingannya secara bebas dan tanpa paksaan.
Perkembangan civil society selanjutnya dikembangkan oleh G.W.F Hegel (1770-1831
M), Karl Mark (1818-1883 M) dan Antonio Gramsci (1891-1837 M). Wacana civil
society yang dikembangkan oleh ketiga tokoh ini menekankan pada civil society
sebagai elemen idologi kelas dominan. Pemahaman ini lebih merupakan sebuah reaksi
dari model pemahaman yang dilakukan oleh paine (yang menganggap civil society
sebagai bagian terpisah dari negara).
Periode berikutnya, wacana civil society dikembangkan oleh Alexis de ‘Tocqueville
(1805-1859 M) yang berdasarkan pengalaman demokrasi Amerika, dengan
mengembangkan teori civil society sebagai intitas penyembangan kekuatan. Bagi de
‘Tocqueville, kekuatan politik dan civil societylah yang menjadikan demokrasi di
Amerika mempunyai daya tahan. Dengan terwujudnya pluralitas, kemandirian dan
kapasitas politik di dalam civil society, maka warga negara akan mampu
mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara.
Di Indonesia, masyarakat madani sebagai terjemahan dari civil society diperkenalkan
pertama kali oleh Anwar Ibrahim (ketika itu Menteri Keuangan dan Timbalan
Perdana Menteri Malaysia) dalam ceramah Simposium Nasional dalam rangka Forum
Ilmiah pada Festival Istiqlal, 26 September 1995 Jakarta. Istilah itu diterjemahkan
dari bahasa Arab mujtama’ madani, yang diperkenalkan oleh Prof.  Naquib Attas,
seorang ahli sejarah dan peradaban Islam dari Malaysia, pendiri ISTAC. Kata
“madani” berarti civil atau civilized (beradab). Madani berarti juga peradaban,
sebagaimana kata Arab lainnya seperti hadlari, tsaqafi atau tamaddun.  Konsep
madani bagi orang Arab memang mengacu pada hal-hal yang ideal dalam
kehidupan.Konsep masyarakat madani bersifat universal dan memerlukan adaptasi
untuk diwujudkan di Negara Indonesia mengingat dasar konsep masyarakatmadani
yang tidak memiliki latar belakang yang sama dengan keadaan sosial-budaya
masyarakat Indonesia.
Konsep Masyarakat Madani sangat baru dikalangan masyarakat Indonesia
sehingga memerlukan proses dalam pengembangannya. Hal ini bukan merupakan hal
yang mudah, oleh karena itu diperlukan langkah-langkah yang efektif, sistematis,
serta kontinyu sehingga dapat merubah paradigma dan pemikiran masyarakat
Indonesia.
(http://wahyuagungriyadiblog.blogspot.com/2011/06/sejarah-dan-perkembangan-
civil-society.html)
2. Untuk mencapai masyarakat yang beradab dan sejahtera maka masyarakat madani
harus ditegakkan atas prinsip-prinsip berikut ini :
a. Keadilan
Menegakkan keadilan merupakan kemestian yang bersifat fitrah yang harus
ditegakkan oleh setiap individu sebagai pengejawantahan dari perjanjian
primordial di mana manusia mengakui Allah sebagai Tuhannya. Keadilan
merupakan sunnatullah dan juga merupakan sikap yang paling dekat dengan
takwa.
b. Supremasi Hukum
Menegakkan hukum yang adil merupakan amanah yang diperintahkan untuk
dilaksanakan kepada yang berhak. Dalam usaha mewujudkan supremasi
hukum itu maka kita harus menetapkan hukum kepada siapa pun tanpa
pandang bulu, bahkan kepada orang yang membenci kita sekalipun, kita tetap
harus berlaku adil.
c. Egalitarianisme (Persamaan)
Egalitarianisme artinya adalah persamaan, tidak mengenal system dinasti
geneologis. Artinya adalah bahwa masyarakat madani tidak melihat
keutamaan atas dasar keturunan, ras, etnis, dll. melainkan atas prestasi. Bukan
prestise tetapi prestasi yang dalam bahasa Al-Qur’an adalah takwa. Karena
prinsip egalitarianism inilah, maka akan terwujud keterbukaan dimana seluruh
anggota masyarakat berpartisipasi untuk menentukan pemimpinnya dan dalam
menentukan kebijakan-kebijakan publik.
d. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap di mana kemajemukan merupakan sesuatu yang harus
diterima sebagai bagian dari realitas obyektif. Pluralisme yang dimaksud tidak
sebatas hanya mengakui bahwa masyarakat itu plural melainkan juga harus
disertai dengan sikap yang tulus bahwa keberagaman merupakan bagian dari
karunia Allah dan rahmat-Nya karena akan memperkaya budaya melalui
interaksi dinamis dengan pertukaran budaya yang beraneka ragam.
e. Pengawasan Sosial
Kegiatan manusia apapun merupakan suatu konsekuensi logis dari adanya
keterbukaan di mana setiap warga memiliki kebebasan untuk melakukan
tindakan. Agar manusia dan warga tetap berada dalam kebaikan sebagaimana
fitrahnya diperlukan adanya pengawasan sosial. Pengawasan sosial baik secara
individu maupun lembaga merupakan suatu keharusan dalam usaha
pembentukan masyarakat beradab dan sejahtera. Pengawasan sosialn harus
berdiri atas dasar asas-asas tidak bersalah sebelum terbukti sebaliknya.
3. Umat beragama mempunyai peranan penting dalam menciptakan sebuah tatanan
sosial politik yang adil, terbuka, sejahtera dan demokratis yang di dalam Islam dikenal
dengan istilah masyarakat madani. Berikut ini adalah beberapa peran yang harus
dilakukan oleh umat beragama dalam mewujudkan masyarakat madani tersebut :
a. Menumbuhkan saling pengertian antara sesama umat beragama. Peran ini bisa
dilakukan melalui dialog intensif.
b. Melakukan studi-studi agama dengan tujuan untuk menghayati ajaran agama
masing-masing, membangun suasana iman yang dialogis, menumbuhkan etika
pergaulan antara umat beragama, kesadaran untuk menghilangkan bias-bias
dari satu umat beragama terhadap umat agama lain, menghancurkan rintangan-
rintangan budaya yang ada pada masing-masing umat beragama,
menumbuhkan kesadaran pluralism, menumbuhkan kesadaran akan perlunya
solidaritas dan kerja sama untuk menyelesaikan maslah-masalah.
c. Melakukan usaha-usaha penumbuhan sikap-sikap demokratis, pluralis, dan
toleran kepada umat beragama sejak dini melalui pendidikan.
d. Mengerahkan energi bersama untuk mewujudkan cita-cita bersama
membangun masyarakat madani.
4. Islam adalah agama yang sangat menghormati nilai-nilai kemanusiaan. Islam
menegaskan bahwa manusia sebagai manusia tidak dilihat ras, etnis, bahasa, dll.
melainkan dilihat dari ketakwaannya. Hak-hak dasar manusia yang suci dilindungi
oleh Islam. Hak-hak itu meliputi :
1) Hak Hidup
Hidup adalah karunia yang diberikan oleh Allah SWT yang Maha Tinggi dan
Suci kepada setiap manusia. Seseorang tidak berkuasa sama sekali untuk
melenyapkan tanpa kehendak Allah, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-
Hijr/15 : 23. Terjemahnya: Dan sungguh, Kamilah yang menghidupkan dan
mematikan dan Kami (pulalah) yang mewarisi.
2) Hak Milik
Islam melindungi hak milik seperti yang tertera dalam Q.S. Al-Baqarah : 188
yang terjemahannya seperti berikut :
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil”.
3) Hak Kehormatan
Allah melarang manusia saling menghina, mencela dan mencaci maki yang
akan mencederai kehormatannya. Hal ini tertuang dalam firman Allah dalam
Q.S. Al-Hujuraat : 11- 12 yang artinya sebagai berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik
dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka
mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-
orang yang zalim.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.”
4) Hak Persamaan
Manusia dalam Islam diandang sama. Manusia dilahirkan menurut fitrahnya
sesuai dengan keputusan Allah. Setiap manusia sama yang membedakan
hanyalah Ketakwaan. Sepertinya yang tertuang dalam Q.S. Al-Hujuraat : 13
yang mempunyai arti :
“ wahai mansia sesungghnya aku telah menciptakan kalian dari jenis laki-laki
dan perempuan kemudian kami jadika kalian bersuku-suku dan berbangsa-
bangsa agar kalian saling kenal, sesungguhnya semulia-mulia kalian disisi
Allah adalah yang paling bertqwa di antara kalian. “ 
a. Persamaan Hak dalam Hukum
Q.S. Al-Maai’dah : 8
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu
kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah,
karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
b. Persamaan Hak Memprotes Penyelewengan
Q.S. Al-Hujuraat : 13
c. Persamaan kedudukan dalam pemerintahan
Q.S. Al-Hujuraat : 13
5) Hak Kebebasan
Islam menyatakan bahwa manusia dilahirkan dalam kondisi atau keadaan yang
bersih suci ( fitrah ). Prinsip dalam Islam adalah kebebasan yang bertanggung
jawab, kebebasan yang bisa mengantarkan kepada terciptanya kemaslahatan
bagi semua orang. Sepert firman Allah dalam Q.S. At-Taubah : 71 yang
artinya :
“Yaitu mereka yang mengajak kepada kebaikan dan melarang kemaksiatan,
menegakkan shalat, member zakat, mentaati Allah dan rasulnya. Mereka itulah
yang akan dirahmat Allah , sesunghnya Allah maha perkasa dan maha
bijaksanan “ ( QS At- Taubah 71 ).”
a. Kebebasan berekspresi
b. Kebebasan berpikir dan menyatakan pendapat
Q.S. Saba’ : 46
“Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu
suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas)
berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang
Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia
tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum
(menghadapi) azab yang keras.”
c. Kebebasan beragama
Q.S. Al-Baqarah : 256
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
d. Kebebasan bermusyawarah
Q.S. Ali Imran : 159
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.”
Q.S. As-Syuura : 38
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya
dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”
e. Kebebasan berpindah tempat
Q.S. Al-Baqarah : 36
“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan
dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah
kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu
ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu
yang ditentukan".
5. Hubungan Islam dan Demokrasi.
Tujuan paling hakiki dari sistem demokrasi adalah membentuk sebuah sistem yang
apresiatif terhadap dasar-dasar manusia sebagai makhluk, baik individu maupun
anggota kelompok sosial, yang berdaulat dan bermartabat. Demokrasi sebagai sistem
politik yang menempatkan kedaulatan rakyat sebagai sentrum utama sistem
pengambilan keputusan public suatu Negara, merupakan sistem yang melembagakan
kebebasan manusia dan menjamin hak-hak dasar mereka untuk mewujudkan
kemaslahatan umum. Jika demokrasi dengan sistem pengambilan keputusan
diserahkan kepada rakyat demi kepentingan bersama dengan menjamin eksistensi
hak-hak daar manusia, maka demokrasi tidak ada masalah dengan Islam. Ada juga
yang berpendapat bahwa demokrasi tidak kompatibel dengan Islam karena dalam
Islam yang berlaku adalah Hukum Allah dan yang membuat Hukum hanya Allah.
Akan tetapi apabila kaidah demokrasi tersebut masih berpatokan kepada Hukum
Allah makan demokrasi kompatibel dengan Islam.

Anda mungkin juga menyukai