Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1

A . Latar Belakang..................................................................................................1

B . Rumusan Masalah..............................................................................................2

C . Tujuan Penulisan...............................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................3

1 . Pengerian Masyarakat Madani.........................................................................3

2 . Sejarah dan Perkembangan Masyarakat Madani...........................................4

3 . Hubungan Antara Masyarakat Madani dan Demokrasi................................6

4 . Perkembangan dan Pelaksanaan Masyrakat Madani Di Indonesia............11

BAB 3 PENUTUP......................................................................................................16

A . Kesimpulan.......................................................................................................16

B . Saran..................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17

i
BAB 1 PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Semua orang mendambakan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera


sebagaimana yang di cita-citakan masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur
bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapainya berbagai sistem kenegaraan
muncul, seperti demokrasi. Cita-cita suatu masyarakat tidak mungkin mungkin
dicapai tanpa mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia.

Indikator dalam menentukan kemakmuran suatu bangsa sangat tergantung


pada situasi dan kondisi serta kebutuhan masyarakatnya. Akhir-akhir ini
masyarakat Indonesia mencuatkan suatu kemakmuran yang didambakan yaitu
terwujudnya Masyarakat Madani. Munculnya istilah masyarakat madani pada era
reformasi ini, tidak terlepas dari kondisi politik negara yang berlangsung selama
ini. Sejak Indonesia merdeka, masyarakat belum merasakan makna kemerdekaan
yang sesungguhnya. Pemerintah atau penguasa belum banyak memberi
kesempatan bagi semua lapisan masyarakat mengembangkan potensinya secara
maksimal.

Bangsa Indonesia belum terlambat mewujudkan Masyarajkat Madani,


asalkan semua potensi sumber daya manusia mendapatkan kesempatan
berkembang dan dikembangkan. Mewujudkan masyarakat madani banayak
tantangan yang harus dilalui, untuk itu perlu adanya strategi peningkatan peran
dan fungsi masyarakat dalam mengangkat martabat manusia menuju masyarakat
madani itu sendiri.

1
B . Rumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang seperti yang telah diuraikan di atas perlu


adanya pemahaman tentang mayarakat madani itu sendiri yang dirumuskan
sebagai berikut :

1. Apa pengertian masyarakat madani ?

2. Bagaimana sejarah dan perkembangan masyarakat madani ?

3. Bagaimana hubungan antara masyarakat madani dan demokratisasi


?
4. Bagaimana perkembangan dan pelaksanaan masyarakat madani di
Indonesia ?

C . Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian masyarakat madani.
2. Mengetahui sejarah dan perkembangan masyarakat madani.
3. Memahami hubungan antara masyarakat madani dan demokrasi.
4. Memahami perkembangan dan pelaksanaan masyarakat madani di
Indonesia.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

1 . Pengerian Masyarakat Madani


Masyarakat Madani adalah sebuah tatanan masyarakat sipil (civil society)
yang mandiri dan demokratis. Masyarakat Madani lahir dari proses penyemaian
demokrasi, hubungan keduanya ibarat ikan an air.

Di kawasan Asia Tenggara, istilah ‘Masyarakat Madani’ dimunculkan


untuk pertama kalinya oleh sendikiawan Malaysia, Anwar Ibrahim. Berbeda
dengan prinsip masyarakat sipil di Barat yang berorientasi penuh pada kebebasan
individu, menurut mantan Perdana Menteri Malayasia itu, Masyarakat Madani
adalah sebuah sistem sosial yang tumbuh berdasarkan prinsip moral yang
menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan
masyarakat.

Masyarakat Madani adalah kelembagaan sosial yang melindungi warga


negara dari perwujudan kekuasan negara yang berlebihan. Masyarakat Madani
merupakan tiang utama dalam kehidupan politik berdemokrasi. Wajib bagi setiap
Masyarakat Madani yang tidak hanya melindungi warga negara dalam berhadapan
dengan negara, namun masyarakat Madani juga dapat merumuskan dan
menyuarakan aspirasi masyarakat.

Selain pengertian Masyarakat Madani diatas, ada beberapa definisi


masyarakat madani dari berbagai pakar di berbagai negara yang menganalisa dan
mengkaji mengenai masyarakat madani;

a. Zbigniew Rau dengan latar belakang kajiannya pada kawasan Eropa


Timur dan Uni Soviet. Masyarakat madani merupakan suatu masyarakat
yang berkembang dari sejarah, yang mengandalkan ruang di mana
individu dan perkumpulan tempat mereka bergabung, bersaing satu
sama lain guna mencapai nilai-nilai yang mereka yakini. Oleh karena
itu, masyarakat madani adalah sebuah ruang yang bebas dari pengaruh
keluarga dan kekuasaan negara.

b. Han Sung-joo dengan latar belakang kasus Korea Selatan. Masyarakat


madani merupakan kerangka hukum yang melindungi dan menjamin

3
hak-hak dasar individu, perkumpulan sukarela yang terbebas dari
negara, suatu ruang public yang mampu mengartikulasi isu-isu politik,
gerakan warga negara yang mampu mengendalikan diri dan independen,
yang secara bersama-sama mengakui norma-norma dan budaya yang
menjadi identitas dan solidaritas yang terbentuk serta pada akhirnya
akan terdapat kelompok inti dalam civil society ini.

c. Kim Sunhyuk dalam konteks Korea Selatan. Masyarakat madani adalah


suatu satuan yang terdiri dari kelompok-kelompok yang secara mandiri
menghimpun dirinya dan gerakan-gerakan dalam masyarakat yang
secara relative otonom dari negara, yang merupakan satuan dasar dari
(re) produksi dan masyarakat politik yang mampu melakukan kegiatan
politik dalam suatu ruang politik, guna menyatakan kepedulian mereka
dan memajukan kepentingan mereka menurut prinsip pluralisme dan
pengelolaan yang mandiri.

Dari batasan di atas dapat disimpulkan bahwa, masyarakat madani adalah


sebuah kelompok atau tatanan masyarakat yang berdiri secara mandiri di hadapan
penguasa dan negara, memiliki ruang public (public sphere) dalam
mengemukakan pendapat, adanya lembaga-lembaga yang mandiri yang dapat
menyalurkan aspirasi dari kepentingan public.

2 . Sejarah dan Perkembangan Masyarakat Madani


Sejarah awal civil society tidak bisa dilepaskan dari filsuf Yunani
Aristoteles (384-322 SM) yang memandang konsep civil society (masyarakat
sipil) sebagai sistem kenegaraan atau identik dengan negara itu sendiri.
Masyarakat Madani dipahami sebagai sistem kenegaraan dengan menggunakan
istilah koinonia politike, yakni sebuah komunitas politik tempat warga negara
terlibat langsung dalam berbagai percaturan ekonomi-politik dan pengambilan
keputusan.

Konsepsi masyarakat madani yang aksentuasinya pada sistem kenegaraan


ini dikembangkan pula oleh Thomas Hobbes (1588-1679 M) dan John Locke
(1632-1704). Menurut Hobbes masyarakat madani harus memiliki kekuasaan
mutlak, agar mampu sepenuhnya mengontrol dan mengawasi secara ketat perilaku
politik setiap warga negara. Menurut John Locke, kehadiran masyarakat madani
dimaksudkan untuk melindungi kebebasan dan hak milik setiap warga negara.

4
Pada tahun 1767, wacana masyarakat madani dikembangkan oleh Adam
Ferguson dengan mengambil konteks sosio-kultural dan politik Skotlandia.
Furgeson menekankan masyarakat madani pada sebuah visi etis dalam kehidupan
bermasyarakat. Pemahamannya ini digunakan untuk mengantisipasi perubahan
sosial yang diakibatkan oleh revolusi industri dan munculnya kapitalisme dan
mencoloknya perbedaan antar publik dan individu.

Pada tahun 1792, muncul wacana mayarakat madani yang memiliki


aksentuasi yang berbeda dengan sebelumnya. Konsep ini dimunculkan oleh
Thomas Paine (1737-1803) yang menggunakan istilah masyarakat madani sebagai
kelompok masyarakat yang memiliki posisi secara diametral dengan negara,
bahkan dianggapnya sebagai antitesis dari negara. Masyarakat madani menurut
Paine adalah ruang dimana warga negara dapat mengembangkan kepribadian dan
memberi peluang bagi pemuasan kepentingannya secara bebas dan tanpa paksaan.

Perkembangan civil society selanjutnya dikembangkan oleh G.W.F Hegel


(1770-1831 M), Karl Marx (1818-1883 M) dan Antonio Gramsci (1891-1897 M).
Menurut Hegel masyarakat madani merupakan kelompok subordinatif negara.
Hegel mengatakan bahwa struktur sosial terbagi atas 3 entitas, yaitu keluarga,
masyarakat madani, dan negara. Sedangkan Karl Marx memahami masyarakat
madani sebagai “masyarakat borjuis” dalam konteks hubungan produksi kapitalis,
keberadaannya merupakan kendala bagi pembahasan manusia dari penindasan.
Sementara Antonio Gramsci tidak memahami masyarakat madani sebagai relasi
produksi, tetapi lebih pada sisi ideologis.

Periode selanjutnya, wacana masyarakat madani dikembangkan oleh


Alexis de ’Tocqueville (1805-1859 M) yang berdasarkan pada pengalaman
demokrasi Amerika, dengan mengembangkan teori masyarakat madani sebagai
entitas penyeimbang kekuatan negara. Opini Hannah Arrent dan Juergen
Habermas yang menekankan ruang publik yang bebas (the free public sphere).
Karena adanya ruang public yang bebaslah, maka individu (warga negara) dapat
dan berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat,
berserikat, berkumpul serta mempublikasikan penerbitan yang berkenaan dengan
kepentingan umum yang lebih luas.

5
3 . Hubungan Antara Masyarakat Madani dan Demokrasi
Asal kata madani adalah merujuk kepada piagam madinah pada zaman
Rasulullah SAW. Piagam madinah ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi
Muhammad SAW, yang merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan
semua suku-suku dan kaum-kaum penting di Yathrib (kemudian
bernama Madinah) pada tahun 622. Dokumen tersebut disusun sejelas-jelasnya
dengan tujuan utama untuk menghentikan pertentangan sengit antara Bani
'Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Untuk itu dokumen tersebut menetapkan
sejumlah hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kaum Muslim, kaum Yahudi,
dan komunitas-komunitas pagan (penganut animisme) Madinah; sehingga
membuat mereka menjadi suatu kesatuan komunitas, yang dalam bahasa Arab
disebut ummah. Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil
society, juga berdasarkan pada konsep negara-kota Madinah yang dibangun Nabi
Muhammad SAW pada tahun 622 M. Masyarakat madani juga mengacu pada
konsep tamadhun (masyarakat yang beradaban) yang diperkenalkan oleh Ibn
Khaldun, dan konsep Al Madinah al Fadhilah (Madinah sebagai Negara Utama)
yang diungkapkan oleh filsuf Al-Farabi pada abad pertengahan.

Masyarakat madani merupakan konsep yang multiwajah. Memiliki banyak


arti atau sering diartikan dengan makna yang berbeda – beda. Bila merujuk pada
pengertian dalam bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat
sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer.

Unsur-unsur Masyarakat Madani

Masyarakat madani tidak muncul dengan sendirinya. Ia menghajatkan unsur-


unsur sosial yang menjadi prasayarat terwujudnya tatanan masyarakat madani.
Beberapa unsur pokok yang dimiliki oleh masyarakat madani adalah:

 Adanya Wilayah Publik yang Luas

 Demokrasi

 Toleransi

 Pluralisme

 Keadilan social

6
Ciri-ciri Masyarakat Madani

Merujuk pada Bahmuller (1997), ada beberapa ciri-ciri masyarakat madani,


antara lain:

 Terintegrasinya individu – individu dan kelompok – kelompok eksklusif


ke dalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.

 Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan – kepentingan yang


mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan – kekuatan
alternatif.

 Terjembataninya kepentingan – kepentingan individu dan negara karena


keanggotaan organisasi – organisasi volunter mampu memberikan
masukan – masukan terhadap keputusan – keputusan pemerintah.

 Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu –


individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak
mementingkan diri sendiri (individualis).

 Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga – lembaga


sosial dengan berbagai perspektif.

Pilar Penegak Masyarakat Madani

Pilar penegak masyarakat madani adalah institusi-institusi yang menjadi


bagian dari sosial kontrol yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan
penguasa yang diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat
yang tertindas. Pilar-pilar tersebut antara lain:

Lembaga Swadaya Masyarakat

Lembaga Swadaya Masyarakat adalah institusi sosial yang dibentuk oleh


swadaya masyarakat yang tugas utamanya adalah membantu dan
memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang tertindas. LSM dalam
konteks masyarakat madani bertugas mengadakan pemberdayaan kepada
masyarakat mengenai hal-hal yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya mengadakan pelatihan dan sosialisasi program-program pembangunan
masyarakat.

Pers

7
Pers adalah institusi yang berfungsi untuk mengkritisi dan menjadi bagian
dari sosial kontrol yang dapat menganalisa serta mempublikasikan berbagai
kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan warga negaranya. Selain itu, pers
juga diharapkan dapat menyajikan berita secara objektif dan transparan.

Supremasi Hukum

Setiap warga negara , baik yang duduk dipemerintahan atau sebagai rakyat
harus tunduk kepada aturan atau hukum. Sehingga dapat mewujudkan hak dan
kebebasan antar warga negara dan antar warga negara dengan pemerintah melalui
cara damai dan sesuai dengan hukum yang berlaku. Supremasi hukum juga
memberikan jaminan dan perlindungan terhadap segala bentuk penindasan
individu dan kelompok yang melanggar norma-norma hukum dan segala bentuk
penindasan hak asasi manusia.

Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi merupakan tempat para aktivis kampus (dosen dan


mahasiswa) yang menjadi bagian kekuatan sosial dan masyarakat madani yang
bergerak melalui jalur moral porce untuk menyalurkan aspirasi masyarakat dan
mengkritisi berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah. Namun, setiap gerakan
yang dilakukan itu harus berada pada jalur yang benar dan memposisikan diri
pada real dan realitas yang betul-betul objektif serta menyuarakan kepentingan
masyarakat. Sebagai bagian dari pilar penegak masyarakat madani, maka
Perguruan Tinggi memiliki tugas utama mencari dan menciptakan ide-ide
alternatif dan konstruktif untuk dapat menjawab problematika yang dihadapi oleh
masyarakat. Partai Politik

Partai Politik

merupakan wahana bagi warga negara untuk dapat menyalurkan aspirasi


politiknya. Partai politik menjadi sebuah tempat ekspresi politik warga negara
sehingga partai politik menjadi prasyarat bagi tegaknya masyarakat madani

Sedangkan demokrasi menurut beberapa pakar, yaitu;

Abraham Lincoln

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh


rakyat, dan untuk rakyat.

8
Sidney Hook

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan


pemerintah yang penting secara langsung atau tidak didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.

C.F. Strong

Demokrasi adalah Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewan


dari masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan yang
menjamin pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya
pada mayoritas tersebut.

Hannry B. Mayo

Kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang


diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan
atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana di mana
terjadi kebebasan politik.

Merriem

Demokrasi dapat didefinisikan sebagai pemerintahan oleh rakyat; khususnya,


oleh mayoritas; pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi tetap pada rakyat dan
dilakukan oleh mereka baik langsung atau tidak langsung melalui sebuah sistem
perwakilan yang biasanya dilakukan dengan cara mengadakan pemilu bebas
yang diadakan secara periodik; rakyat umum khususnya untuk mengangkat
sumber otoritas politik; tiadanya distingsi kelas atau privelese berdasarkan
keturunan atau kesewenang-wenangan.

Samuel Huntington

Demokrasi ada jika para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam
sebuah sistem dipilih melalui suatu pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala
dan di dalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan
hampir seluruh penduduk dewasa dapat memberikan suara.

Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah


pengakuan hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai
kemampuan yang sama dalam hubungan sosial. Berdasarkan gagasan dasar
tersebut terdapat dua asas pokok demokrasi, yaitu:

9
 Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan
wakil-wakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara
langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jujur dan adil; dan

 Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan


pemerintah untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan
bersama.

Ciri-ciri pemerintahan demokratis dalam perkembangannya, demokrasi


menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir
seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai
berikut:

 Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan


keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).

 Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak


asasi rakyat (warga negara).

 Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.

 Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen


sebagai alat penegakan hukum

 Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.

 Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi


dan mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.

 Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di


lembaga perwakilan rakyat.

 Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan


(memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga
perwakilan rakyat.

 Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama,


golongan, dan sebagainya).

Hubungan antara Civil Society dengan Demokrasi Menyikapi keterkaitan


Civil Society dengan demokratisasi, menurut Larry Diamond secara sistematis
menyebutkan ada 3 kontribusi civil society terhadap proses demokrasi :

10
 Memperkaya partisipasi politik dan meningkatkan kesadaran
kewarganegaraan,
 Ikut menjaga stabilitas Negara,
 Menghalangi dominasi rezim otoriter,

Maka jelaslah bahwa keterkaitan antara demokrasi dengan masyarakat


madani sangatlah erat. Masyarakat madani menjadi satu-satunya instrumen yang
sangat ampuh untuk membentengi demokrasi agar selalu berada di jalur yang
benar dan dijauhkan dari sifat dinamisnya yang bisa menghantarkan Negara yang
menganutnya ke jurang kekuasaan diktatoristik.

Seperti yang dijelaskan oleh Lord Acton dengan quotasinya yang sangat
terkenal : “Power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely…”.
Hanya masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan dan beradablah
yang bisa menjinakkan demokrasi. Karena demokrasi tidak akan menjadi baik
tanpa kontrol dari masyarakat yang baik pula.
4 . Perkembangan dan Pelaksanaan Masyrakat Madani Di
Indonesia
Seperti diketahui bahwa civil society merupakan wacana yang berkembang
dan berasal dari kawasan Eropa Barat. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan dan
perkembangan wacana tersebut tidak terlepas dari kondisi sosial-kultural, politik
dan ekonomi yang berkembang pada saat itu.

Masyarakat Madani muncul sebagai reaksi terhadap pemerintahan


militeristik yang dibangun oleh rezim Orde Baru selama 32 tahun. Bangsa
Indonesia berusaha untuk mencari bentuk Masyarakat Madani yang pada dasarnya
adalah masyarakat sipil yang demokrasi dan agamis/religius.

Dalam kaitannya pembentukan Masyarakat Madani di Indonesia, maka


warga negara Indonesia perlu dikembangkan untuk menjadi warga negara yang
cerdas, demokratis, dan religius dengan bercirikan imtak, kritis argumentatif, dan
kreatif, berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai dengan aturan, menerima
semangat Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi secara sadar dan bertanggung
jawab, memilih calon pemimpin secara jujur-adil, menyikapi media massa secara
kritis dan objektif, berani tampil dan kemasyarakatan secara profesionalis,berani
dan mampu menjadi saksi, memahami daerah Indonesia saat ini, mengenal cita-
cita Indonesia di masa mendatang dan sebagainya.

Masyarakat Madani adalah suatu komunitas masyarakat yang memiliki


kemandirian aktivitas warga masyarakatnya yang berkembang sesuai dengan

11
potensi budaya, adat istiadat, dan agama, dengan mewujudkan dan
memberlakukan nilai-nilai keadilan, prinsip kesetaraan (persamaan), penegakan
hukum, jaminan kesejahteraan, kebebasan, kemajemukan (puralisme), dan
perlindungan terhadap kaum minoritas.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekhasan sosial-budaya.


Merupakan fakta historis bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat
majemuk, yang terdiri dari beragam suku, budaya, bahasa dan agama. Masing-
masing suku, budaya, dan bahasa memiliki satu sistem nilai yang berbeda.
Kemajemukan ini akan menjadi bencana dan konflik yang berkepanjangan jika
tidak dikelola dengan baik. Kebhinekaan dan kearifan budaya lokal inilah yang
harus dikelola sehingga menjadi basis bagi terwujudnya Masyarakat Madani,
karena Masyarakat Madani Indonesia harus dibangun dari nilai-nilai yang ada
didalamnya, bukan dari luar.

Menurut Tilaar ciri-ciri khas Masyarakat Madani Indonesia adalah

1. Keragaman budaya sebagai dasar pengembangan identitas bangsa


Indonesia dan identitas nasional;

2. Adanya saling pengertian di antara anggota masyarakat; 

3. Adanya toleransi yang tinggi, dan 

4. Perlunya satu wadah bersama yang diwarnai oleh adanya kepastian


hukum.

Masyarakat Madani sukar tumbuh dan berkembang pada rezim Orde Baru
karena adanya sentralisasi kekuasaan melalui korporatisme dan birokratisasi di
hampir seluruh aspek kehidupan. Kebijakan pemerintah yang otoriter,
menyebabkan organisasi-oranisasi kemasyarakatan tidak memiliki kemandirian,
tidak memiliki kekuatan kontrol terhadap jalanya pemerintahan. 

Kebijakan ini juga berlaku terhadap masyarakat politik (political


societies), sehingga partai-partai politik pun tidak berdaya melakukan kontrol
terhadap pemerintah dan tawar-menawar dengannya dalam menyampaikan
aspirasi rakyat. Hanya ada beberapa organisasi keagamaan yang memiliki basis
sosial besar yang agak memiliki kemandirian dan kekuatan dalam
mempresentasikan diri sebagai unsur dari Masyarakat Madani, seperti Nahdlatul
Ulama (NU) yang dimotori oleh KH Abdurrahman
Wahid dan Muhammadiyah dengan motor Prof. Dr. Amien Rais. Pemerintah
sulit untuk melakukan intervensi dalam pemilihan pimpinan organisasi

12
keagamaan tersebut karena mereka memiliki otoritas dalam pemahaman ajaran
Islam. Pengaruh politik tokoh dan organisasi keagamaan ini bahkan lebih besar
daripada partai-partai politik yang ada.

Era Reformasi yang melindas rezim Soeharto (1966–1998) dan


menampilkan Wakil Presiden Habibie sebagai presiden dalam masa transisi telah
mempopulerkan konsep Masyarakat Madani karena presiden beserta kabinetnya
selalu melontarkan diskursus tentang konsep itu pada berbagai kesempatan.
Bahkan, Presiden Habibie telah membentuk satu tim, dengan Keputusan Presidan
Republik Indonesia, Nomor 198, tentang Pembentukan Tim Nasional
Reformasi Menuju Masyarakat Madani. Tim tersebut diberi tugas untuk
membahas masalah-masalah pokok yang harus disiapkan untuk
membangun Masyarakat Madani Indonesia, yaitu di antaranya: Pertama,
menghimpun tentang transformasi ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya
serta pemikiran dampak globalisasi terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa.
Kedua, merumuskan rekomendasi serta pemikiran tentang upaya untuk
mendorong transformasi bangsa menuju Masyarakat Madani. Konsep Masyarakat
Madani dikembangkan untuk menggantikan paradigma lama yang menekankan
pada stabilitas dan keamanan yang terbukti sudah tidak cocok lagi.

Soeharto terpaksa harus turun tahta pada tanggal 21 Mei 1998 oleh


tekanan dari gerakan Reformasi yang sudah bosan dengan pemerintahan
militer Soeharto yang otoriter. Gerakan Reformasi didukung oleh negara-negara
Barat yang menggulirkan konsep civil society dengan tema pokok Hak Asasi
Manusia (HAM).

Presiden Habibie mendapat dukungan dari ICMI (Ikatan Cendekiawan


Muslim Indonesia), suatu bentuk pressure group dari kalangan Islam, dimana ia
duduk sebagai Ketua Umumnya. Kemudian konsep Masyarakat Madani mendapat
dukungan luas dari para politisi, akademisi, agamawan, dan media massa karena
mereka semua merasa berkepentingan untuk menyelamatkan gerakan Reformasi
yang hendak menegakkan prinsip-prinsip demokrasi, supremasi hukum, dan
HAM. Tetapi untuk segera masuk kewilayah kehidupan Masyarakat Madani
ternyata tidak mudah, karena pola kehidupan masyarakat yang diimpikan itu
masih perlu disosialisasikan kepada masyarakat.

Selain itu secara kultural, tantangan sosial budaya yang cukup berat adalah
pluralisme masyarakat indonesia. Pluralisme tidak hanya berkaitan denagan
budaya saja, tetapi juga persoalan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat. Oleh
karena itu diperlukan proses panjang dan waktu serta menuntut komitmen masing-
masing warga bangsa untuk mereformasi diri secara total menuju terwujudnya

13
Masyarakat Madani, dan juga menuntut berbagai upaya perubahan untuk
mewujudkan Masyarakat Madani, baik yang berjangka pendek maupun yang
berjangka panjang.

Pertama, perubahan jangka pendek, menyangkut perubahan pada


pemerintah, politik, ekonomi dan hukum. Pada bidang pemerintahan, masyarakat
pada era reformasi menuntut terciptanya pemerintahan bersih yang menjadi
prasyarat untuk tumbuh dan berkembangnya Masyarakat Madani, sehingga
terwujud pemerintahan yang berwibawa, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme
yaitu pemerintahan yang dapat dipercaya, dapat diterima dan dapat memimpin.
Pada bidang politik, terutama diarahkan kepada hidupnya kembali kehidupan
demokrasi yang sehat sesuai dengan tuntutan konstitusi 1945 serta adanya upaya
dari pemerintah dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesepakatan maksimal
dalam memberi makna sistem demokrasi. Dimensi demokrasi dari pemerintah
yaitu terciptanya tingkat keseimbangan relatif dan saling cek dalam hubungan
kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Sedangkan dimensi demokrasi dari
masyarakat adalah terciptanya kesepakatan nilai untuk kesetaraan di depan hukum
dan pemerintah, kesetaraan dalam kompetisi dan kontestasi politik, kemandirian
dan kemampuan menyelesaikan berbagai konflik dengan cara-cara damai, yang
mencerminkan ciri-ciri Masyarakat Madani. Pada bidang ekonomi, menuntut
kehidupan ekonomi yang lebih merata dan bukan hanya untuk kepentingan
sekelompok kecil anggota masyarakat. Dalam bidang hukum, reformasi menuntut
ketaatan kepada hukum untuk semua orang bukan hanya untuk kepentingan
penguasa. Setiap orang sama didepan hukum dan dituntut untuk kedisipinan yang
sama terhadap nilai-nilai hukum yang dikesepakati. Sehingga diharapkan
terbentuknya lenbaga penegak hukum yang mencerminkan berlakunya supremasi
hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menuju suatu
tatanan Masyarakat Madani atau civil society Indonesia. Dalam bidang jurnalistik,
terciptanya kebebasan pers.

Kedua, perubahan dalam jangka panjang, meliputi bidang kebudayaan dan


pendidikan. Reformasi budaya menuntut perkembangan kebhinnekaan budaya
Indonesia, maka kebudayaan daerah merupakan dasar bagi perkembangan
identitas bangsa Indonesia, oleh sebab itu harus dibina dan dikembangkan.
Pengembangan budaya daerah akan memberikan sumbangan bagi perkembangan
rasa persatuan bangsa Indonesia yang menunjang ke arah identitas bangsa
Indonesia yang kuat dan benar, yang mencerminkan masyarakat plural sebagai ciri
Masyarakat Madani. Pada bidang pendidikan, penyiapan sumber daya manusia
yang berwawasan dan berperilaku madani melalui pendidikan, karena konsep
Masyarakat Madani merupakan bagian dari tujuan pendidikan nasional. Semua
pihak mutlak setuju, bahwa pendidikan amat penting bagi ikhtiar membangun

14
manusia berkualitas, yang ditandai dengan peningkatan kecerdasan, pengetahuan
dan keterampilan, karena pendidikan sendiri merupakan wahana strategi bagi
usaha untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia, yang ditandai dengan
membaiknya derajat kesejahtaraan, menurunnya kemiskinan, dan terbentuknya
berbagai pilihan dan kesempatan mengembangkan diri menuju Masyarakat
Madani.

Selanjutnya, munculnya wacana civil society di Indonesia banyak


disuarakan oleh kalangan “tradisionalis” (termasuk Nahdlatul Ulama), bukan
oleh kalangan “modernis”. Hal ini bisa dipahami karena pada masa tersebut, NU
adalah komunitas yang tidak sepenuhnya terakomodasi dalam negara, bahkan
dipinggirkan dalam peran kenegaraan. Di kalangan NU dikembangkan
wacana civil society yang dipahami sebagai masyarakat non-negara dan selalu
tampil berhadapan dengan negara. Kebangkitan wacana civil society dalam NU
diawali dengan momentum kembali ke khittah 1926 pada tahun 1984 yang
mengantarkan Gus Dur sebagai Ketua Umum NU.

Terpilihnya Gus Dur sebagai presiden sebenarnya menyiratkan sebuah


problem tentang prospek Masyarakat Madani di kalangan NU karena NU yang
dulu menjadi komunitas non-negara dan selalu menjadi kekuatan penyeimbang,
kini telah menjadi “negara” itu sendiri. Hal tersebut memerlukan identikasi
tentang peran apa yang akan dilakukan dan bagaimana NU memposisikan diri
dalam konstelasi politik nasional. Bahwa timbulnya civil society pada abad ke-18
dimaksudkan untuk mencegah lahirnya negara otoriter, maka NU harus
memerankan fungsi komplemen terhadap tugas negara, yaitu membantu tugas
negara ataupun melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh negara,
misalnya pengembangan pesantren. Sementara, Gus Dur harus mendukung
terciptanya negara yang demokratis supaya memungkinkan berkembangnya
Masyarakat Madani, dimana negara hanya berperan sebagai ‘polisi’ yang menjaga
lalu lintas kehidupan beragama dengan rambu-rambu Pancasila.

15
BAB 3

PENUTUP
A . Kesimpulan
Hubungan antara Civil Society dengan Demokrasi Menyikapi keterkaitan
Civil Society dengan demokratisasi, menurut Larry Diamond secara sistematis
menyebutkan ada 3 kontribusi civil society terhadap proses demokrasi; (1)
Memperkaya partisipasi politik dan meningkatkan kesadaran kewarganegaraan,
(2) Ikut menjaga stabilitas Negara, dan (3) Menghalangi dominasi rezim otoriter,

Untuk mewujudkan Masyarakat Madani di Indonesia dibutuhkan motivasi


yang tinggi dan partisipasi nyata dari individu sebagai anggota masyarakat.
Diperlukan proses dan waktu serta dituntut komitmen dan penuh kearifan dalam
menyikapi konflik yang tak terelakkan. Tuntutan untuk mewujudkan Masyarakat
Madani, tidak hanya dilakukan dengan seminar, diskusi, penataran. Tetapi perlu
merumuskan langkah-langkah yang sistematis dan kontinyu yang dapat merubah
cara pandang, kebiasaan dan pola hidup masyarakat.

B . Saran
Dengan dibuatnya makalah ini kami harap pembaca dapat memahami
hubungan antara masyarakat madani dan demokrasi serta dapat mengetahui
perkembangan dan pelaksanaan masyarakat madani di Indonesia. Untuk itu
apabila makalah yang kami buat masih terdapat kesalahan baik dalam materi
atapun segi penulisan kami mohon untuk dosen pengampu untuk memberikan
kritik dan sarannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ubaedillah, A. dan Abdul Rozak. 2015. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan


Masyarakat Madani. Jakarta : Prenada Media Gruop.

Drs. Hujair AH. Sanaky, MSI. 2003. Paradigma Pendidikan Islam Membangun


Masyarakat Madani Indonesia. Yogyakarta: Safira Insania Press.

https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_madani

https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi

https://id.wikipedia.org/wiki/Piagam_Madinah

17

Anda mungkin juga menyukai