Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji serta syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan petunjuk serta kemudahan untuk menyelesaikan makalah
kewarganegaraan ini yang bertemakan mengenai NKRI.
Dalam makalah ini akan dibahas secara garis besar hal-hal yang berkaitan
dengan Budaya Demokrasi Menuju Masyarakat Madani. Pembahasan tersebut
dimulai dengan membicarakan mengenai pengertian dan prinsip-prinsip budaya
demokrasi, ciri-ciri masyarakat madani(civil society),yang selanjutnya penerapan
budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan dengan adanya
makalah mengenai budaya demokrasi ini dapat mengembangkan cara berpikir
kritis, rasional, dan kreatif para pembaca dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan pemikiran dan lain sebagainya dalam proses penyusunan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memenuhi kebutuhan
pembaca. kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Kadatua,

Agustus 2015

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................

iii

A. Latar Belakang ......................................................................................

iii

B. Rumusan Masalah .................................................................................

iii

C. Manfaat ..................................................................................................

iii

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................

A. Pengertian dan Prinsip Budaya Demokrasi ...........................................

1. Pengertian Budaya Demokrasi .........................................................

2. Prinsip-prinsip Budaya Demokrasi ...................................................

B. Ciri-ciri Masyarakat Madani ...................................................................

1. Pengertian Masyarakat Madani ........................................................

2. Ciri-ciri Masyarakat Madani ..............................................................

C. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia....................................................

1. Demokrasi Era Orde Lama ...............................................................

2. Demokrasi pada Orde Baru ..............................................................

3. Demokrasi Era Reformasi ................................................................

D. Perilaku Budaya Demokrasi dalam Lingkungan Kehidupan ..................

1. Perilaku Demokrasi di Lingkungan Keluarga ....................................

2. Perilaku Demokrasi di Lingkungan Sekolah .....................................

3. Perilaku Demokrasi di Lingkungan Masyarakat................................

4. Perilaku Demokrasi di Lingkungan Negara ......................................

BAB III PENUTUP ............................................................................................

A. Kesimpulan ............................................................................................

B. Saran .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekarang bangsa Indonesia berada di era reformasi. Era reformasi ini
ditandai dengan keinginan bersama untuk membentuk Negara Indonesia yang
demokratis. Hal ini sesuai dengan amanat pembukaan UUD 1945, yaitu
membentuk Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Kehidupan
demokrasi yang diinginkan adalah bentuk pemerintahan demokrasi dan
masyarakat yang demokratis.
B. Rumusan Masalah
Dalam tugas saya ini, saya akan mencoba membahas beberapa masalah
antara lain :
1) Pengertian dan Prinsip-prinsip budaya demokrasi,
2) Ciri-ciri Masyarakat madani,
3) Pelaksanaan demokrasi di Indonesia, dan
4) Perilaku budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari.
C. Manfaat
Untuk memberikan wawasan, pengetahuan dan pembelajaran tentang
makna demokrasi dan cara berperilaku demokrasi dalam lingkungan sehari
hari maupun bernegara serta

iii

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Budaya Demokrasi
1. Pengertian Budaya Demokrasi
Budaya berasal dari bahasa sankskerta, Buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi, yang berarti akal atau budi. Budaya
atau kebudayaan yang dihasilkan manusia dapat berbentuk sebagai
berikut.
a. Wujud ideal, seperti ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan-peraturan yang bersifat ideal dan abstrak.
b. Wujud kegiatan, seperti aktivitas serta tindakan berpola dari Manusia
dalam Masyarakat. Misalnya, budaya demokrasi.
c. Wujud material, seperti benda-benda atau alat-alat yang diciptakan
manusia untuk kemudahan dan kelangsungan hidupnya.
Demokrasi berasal dari kata Demos yang berarti rakyat dan cratein
yang berarti memerintah. Dengan demikian demokrasi adalah suatu
Negara yang dipimpin oleh kekuasaan tertinggi oleh rakyat.
Barulah setelah zaman Renaissance, demokrasi bangkit kembali
dengan pertimbangan sebagai berikut.
a. Perasaan tidak senang dengan oligarki, pemerintah, segolongan kecil
rakyat yang senantiasa bertindak menurut kemauannya.
b. Pengaruh aliran politik dan sosial yang menghendaki persamaan.
c. Perkembangan beberapa teori yang menghendaki perlu dan baiknya
demokrasi.
Pelopor yang memperjuangkan lahirnya demokrasi antara lain J. J.
Rousseau, Montesquieu, dan John Locke dengan teori-nya masing-masing.

2. Prinsip-Prinsip Budaya Demokrasi


Prinsip-prinsip budaya demokrasi adalah prinsip-prinsip demokrasi
yang telah ditetapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sehingga menjadi suatu budaya demokrasi.
Beberapa prinsip demokrasi yang berlaku secara universal, antara
lain mencakup hal-hal berikut.
a. Keterlibatan Warga Negara dalam Pembentukan Keputusan Politik.
b. Tingkat Persamaan (Kesetaraan) di antara Warga Negara.
c. Kebebasan atau Kemerdekaan yang Diakui dan Dipakai dan Dipakai oleh
Warga Negara.

d. Supremasi Hukum
e. Pemilu Berkala.

B. Ciri-Ciri masyarakat Madani


1. Pengertian Masyarakat Madani
Masyarakat Madani adalah masyarakat yang anggotanya terdiri atas
berbagai kelompok masyarakat yang berbeda etnis, agama, budaya, serta
dapat hidup dan bekerja sama secara damai. Dalam masyarakat madani
juga tidak dikenal Privilege (kekhususan) bagi kelompok masyarakat
tertentu baik birokrat, militer, maupun kelompok partai tertentu.
Kata madani sendiri berasal dari Madinah, yang menjadi ibu kota
pertama pemerintah Muslim, di Eropa masyarakat madani secara signifikan
bangkit setelah perang dingin antara blok barat dan blok timur khususnya
pada tahun 1990. Hal itu ditandai dengan runtuhnya tembok Berlin sebagai
lambang pemerintah otoriter. Selain itu, juga adanya disintegrasi negara
Uni soviet yang disebabkan oleh kesadaran masyarakat yang meningkat
akan hak-hak asasi manusia. Masyarakat tersebut menginginkan
kehidupan yang mandiri, maju, terbuka dan modern, bukan masyarakat
yang menginjak-injak hak asasi manusia. Masyarakat menghendaki
terciptanya masyarakat demokrasi yang menunjukkan adanya peran serta
masyarakat yang tersalurkan akan kemampuan untuk ikut serta dalam
politik, ekonomi dan sosial.
Sebelum intervensi pemerintahan terhadap kehidupan politik,
ekonomi dan sosial begitu dominan namun tidak mampu mengatasi krisis
yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 sebagai dampak
krisis ekonomi di Asia
Bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang berbhineka seperti
tercantum dalam wilayah Nusantara yang begitu luas dan terdiri atas lebih
dari 17.000 pulau besar dan kecil yang didiami beratus suku serta budaya
yang beraneka ragam.

2. Ciri-ciri Masyarakat Madani


Ciri khusus masyarakat madani di Indonesia menurut Prof. Dr. A. S.
Hikam sebagai berikut.
a. Kesukarelaan
b. Keswasembadaan
c. Kemandirian yang tinggi terhadap negara
d. Keterkaitan pada Nilai-Nilai Hukum yang Disepakati Bersama
Sebagai upaya membangun masyarakat madani di Indonesia, ciriciri utama masyarakat madani perlu terus diperhatikan, seperti berikut.
a. Kebinekaan masyarakat, tempat kelompok masyarakat yang ada saling
hidup berdampingan, tolong- menolong, saling menghargai, dan dapat
hidup dengan damai.
b. Terselenggaranya kehidupan yang demokratis baik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, di mana hak-hak warga
2

negara diakui dan dilindungi, baik oleh aparat maupun masyarakat


sendiri.
c. Bahwa untuk memelihara tata peraturan dalam masyarakat, hukum
sebagai
pranata
pengatur
kehidupan
masyarakat
guna
menyelenggarakan kepastian hukum dan keadilan perlu dijunjung tinggi,
baik oleh anggota masyarakat maupun oleh pemerintah.
d. Untuk mewujudkan suasana tenteram dalam kehidupan bermasyarakat,
hak-hak warga negara perlu diakui dan dilindungi, baik oleh pemerintah
maupun warga masyarakat.
e. Untuk mewujudkan ciri-ciri masyarakat etika dan moral yang tinggi, baik
oleh warga negara maupun aparat pemerintah sehingga tindakantindakan tercela tidak dilakukan, tetapi bilamana terjadi juga, hukum
akan diberlakukan kepada pelakunya, siapapun dia
Hasil kegiatan tersebut diarahkan pada pemberdayaan masyarakat
yang secara tradisional juga memiliki mekanisme pengaturan sosial yang
dikembangkan secara turun temurun. Misalnya dalam menentukan nilai
bersama, norma, sanksi sosial yang diberlakukan dalam masyarakat kita
juga dapat melihat contoh masyarakat yang mampu mengembangkan
musyawarah dan toleransi berdasarkan nilai-nilai tradisional. Mereka juga
telah mampu mengembangkan musyawarah dan toleransi berdasarkan
nilai-nilai tradisional. Mereka juga telah mampu mengembangkan budaya
kebebasan berpendapat, menghormati perbedaan, dan menghargai
keberagaman.

C. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia


Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang
berusaha untuk membangun sistem politik demokrasi yang menyatakan
kemerdekaan dan kedaulatannya pada tahun 1945.

1. Demokrasi Era Orde Lama


a. Demokrasi Parlementer
Demokrasi Parlementer berlangsung pada masa RIS dan mas
berlakunya UUDS 1950. Selama masa berlakunya konstitusi RIS dan
UUDS 1950, Indonesia menjalankan sistem demokrasi parlementer
Sebagai berikut.
1) Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh kabinet atau dewan menteri
yang dipimpin oleh seorang perdana menteri. Kabinet dibentuk dan
bertanggung jawab kepada DPR
2) Kekuasaan legislatif dijalankan oleh DPR yang dibentuk melalui
pemilu multipartai. Partai politik yang menguasai mayoritas kursi di
DPR membentuk kabinet sebagai penyelenggara pemerintahan
negara.
3) Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh badan pengadilan yang bebas.
4) Presiden hanya berperan sebagai kepala negara, bukan kepala
pemerintahan Kepala pemerintahan dijabat oleh perdana menteri.
5) Jika kabinet bubar, presiden akan menunjuk formatur kabinet untuk
3

menyusun kabinet baru.


6) Jika DPR mengajukan mosi tidak percaya lagi kepada kabinet yang
baru itu, DPR dibubarkan dan diadakan pemilu.
7) Jika DPR menilai kinerja menteri atau beberapa menteri serta
kabinet kurang atau bahkan tidak baik, DPR dapat mengajukan mosi
tidak percaya.
Peristiwa jatuh bangunnya kabinet dapat dilihat pada uraian
berikut.
1) Kabinet Natsir (6 September 1950-27 April 1951) sebagai kabinet
pertama yang memerintah pada masa demokrasi liberal. Natsir
berasal dari Masyumi.
2) Kabinet Soekiman-Soewiryo (27 April 1951-3 April 1952). Kabinet ini
dipimpin oleh Soekiman-Soewiryo dan merupakan kabinet koalisi
Masyumi-PNI.
3) Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953). Kabinet ini merintis
sistem zaken kabinet, yaitu kabinet yang dibentuk terdiri atas para
ahli di bidangnya masing-masing.
4) Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953-12 Agustus 1955) sebagai
kabinet terakhir sebelum pemilihan umum, kabinet ini didukung oleh
PNI, NU sedangkan Masyumi menjadi oposisi.
5) Kabinet Burhanudin Harahap dari Masyumi (12 Agustus 1955-3
Maret 1957).
6) Kabinet Ali II (20 Maret 1955-14 Maret 1957), kabinet koalisi PNI,
Masyumi, dan NU.
7) Kabinet Juanda (9 April 1957) merupakan zaken kabinet.
b. Demokrasi Terpimpin
Ketidakcocokan sistem demokrasi parlementer dengan sistem
politik Indonesia ini bisa dilihat pada dua hal sebagai berikut.
1) Sistem demokrasi parlementer (liberal) bertentangan dengan nilai
dasar Pancasila, khususnya sila ketiga dan keempat tentang
persatuan Indonesia dan permusyawaratan yang dilandasi nilai
hikmah kebijaksanaan.
2) Adanya ketidakmampuan konstituante untuk menyelesaikan
masalah-masalah kenegaraan, khususnya tentang pengambilan
keputusan
mengenai
UUD
1945.
Konflik-konflik
yang
berkepanjangan ini sangat tidak menguntungkan bagi negara
Indonesia.
Dengan adanya dekret presiden, UUD 1945 dinyatakan berlaku
lagi dan UUDS 1950 dinyatakan berakhir. Dekret presiden diterima oleh
rakyat dan didukung oleh TNI AD, serta dibenarkan oleh Mahkamah
Agung. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, kedudukan
DPR dan presiden berada di bawah MPR. Dekret presiden memuat
ketentuan pokok sebagai berikut.
4

1) Menetapkan pembubaran konstituante.


2) Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali bagi segenap bangsa
Indonesia.
3) Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu singkat
Sesuai dengan ketentuan UUD 1945, bentuk negara Indonesia
adalah negara kesatuan. Bentuk pemerintahannya adalah republik,
sedangkan sistem pemerintahannya adalah demokrasi
Dalam pelaksanaan demokrasi terpimpin, terjadi banyak
penyimpangan. Penyimpangan-penyimpangan tersebut seperti berikut.
1. Kekuasaan Tersentralisasi di tangan presiden dan secara signifikan
diimbangi peran PKI dan Angkatan Darat.
2. Prosedur pembentukan DPR-GR dan MPRS tidak melalui pemilu,
tetapi anggota-anggotanya diangkat oleh presiden dengan
penetapan presiden yang tidak dikenal dalam peraturan perundangundangan (Penpres No. 2 Tahun 1959) dan berkedudukan di bawah
presiden.
3. Terjadinya pembubaran DPR hasil pemilu oleh presiden karena DPR
menolak RAPBN tahun 1960.
4. Pengangkatan presiden seumur hidup sampai membentuk lembagalembaga yang bertentangan dengan UUD 1945.

2. Demokrasi pada Orde Baru


a. Pergantian kekuasaan tidak pernah terjadi, kecuali pada pejabatpejabat tingkat rendah, seperti gubernur, bupati, camat, dan kepala
desa. Kekuasaan secara tetap berada di tangan Presiden Soeharto
selaku pemimpin Orde Baru. Bahkan Presiden Soeharto mampu
mempertahankan kepemimpinannya selama tujuh periode (1968-1998)
sebelum menyatakan sendiri untuk berhenti.
b. Rekrutmen politik atau proses pengisian jabatan-jabatan dalam politik
yang tertutup, seperti Mahkamah Agung, Badan Pemeriksa Keuangan,
Dewan Pertimbangan Agung, dan jabatan politik Iain sangat tergantung
dan dikendalikan lembaga kepresidenan.
c. Adanya pemilihan umum masa Orde Baru yang tidak jujur dan adil.
Pemilu yang dilaksanakan selama enam kali masih jauh dari semangat
demokrasi.

d. Jaminan terhadap hak-hak dasar warga negara masih sangat terbatas.


Kebebasan pers dibatasi dengan adanya Surat Izin Usaha Penerbitan,
Pers (SIUPP). Jika terdapat pemberitaan yang dianggap mengganggu
atau menyimpang dari keinginan pemerintah, lembaga pers akan
dicabut SIUPP-nya.

3. Demokrasi pad Era Reformasi


Selain itu, gagasan reformasi konstitusi didasarkan pada argumenargumen sebagai berikut.

a. Dalam UUD 1945 tidak memuat secara tegas dan ketat prinsip-prinsip
5

pembatasan kekuasaan yang mengandung pemencaran kekuasaan


yang disebut check and balance sehingga mudah diselewengkan oleh
pemerintah, tepatnya penguasa bidang eksekutif.

b. UUD 1945 yang ada sejak kemerdekaan Indonesia hingga berakhirnya


Orde Baru belum membicarakan tentang hak asasi manusia (HAM).
Selain itu, belum ada undang-undang yang secara khusus mengatur
tentang HAM.

c. UUD 1945 terlalu longgar menyerahkan hal-hal yang sangat penting


kepada lembaga legislatif untuk diatur dalam undang-undang. Dengan
demikian, UUD 1945 memberikan peluang yang besar bagi pemerintah
untuk melakukan manipulasi dan mengambil pembenaran formal.

d. Adanya pasal-pasal UUD 1945 yang multi tafsir. Misalnya pasal 7


tentang masa jabatan presiden yang tidak ada ketentuan tegas tentang
berapa kali presiden dapat menjabat.
Menurut Azyumardi Azra, langkah yang harus dilakukan dalam
transisi Indonesia menuju demokrasi sekurang-kurangnya mencakup
tiga bidang besar sebagai berikut.
a. Reformasi sistem yang menyangkut perumusan kembali falsafah,
kerangka dasar, dan perangkat legal sistem politik.
b. Reformasi kelembagaan yang menyangkut pengembangan dan
pemberdayaan lembaga-lembaga politik.
c. Pengembangan kultur atau budaya politik yang lebih demokratis.
Berdasarkan pendapat Azyumardi Azra tersebut dapat
disimpulkan bahwa pribadi penyelenggara pemerintahan dan. sistem
sama-sama penting dalam transisi Indonesia menuju demokrasi. Hai ini
karena penyelenggara yang secara pribadi baik, tetapi sistem yang
mengaturnya tidak baik tetap saja akan menghasilkan penyelenggaraan
pemerintahan yang tidak baik. Misalnya penyelenggara pemerintah
terjangkit penyakit korupsi, kolusi, dan nepotisme, bahkan akan
terjerumus ke dalam otoriterisme absolutisme. Oleh karena itu, sistem
harus diatur sedemikian rupa agar mampu membawa dan mengawal
orang-orang (penyelenggara pemerintah) menjadi baik dan
menyingkirkan penyakit korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Pada era reformasi ini indikasi ke arah tenwujudnya kehidupan
demokratis di Indonesia tampak dalam beberapa hal berikut ini.
a. Adanya reposisi dan redefinisi TNI dalam kaitannya dengan
keberadaannya pada sebuah negara demokrasi.
b. Diamendemennya pasal-pasal dalam konstitusi negara Republik
Indonesia (amendemen pertama sampai keempat).
c. Adanya kebebasan pers. .
d. Dijalankannya kebijakan otonomi daerah.

e. Dibentuknya lembaga atau organisasi kemasyarakatan seperti


lembaga swadaya Masyarakat (LSM).
6

D. Perilaku Budaya Demokrasi dalam Lingkungan Kehidupan


Dalam kehidupan sehari-hari, perilaku demokrasi tercermin pada sikapsikap seperti berikut.
1. Memberikan perlakuan dan penghormatan yang sama bagi setiap orang.
2. Menghindari tindakan yang sesuka hati sendiri.
3. Saling bekerjasama untuk menyelesaikan pekerjaan.
4. Membiasakan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan.
5. Menggunakan hak dan menunaikan kewajiban secara bertanggung jawab
Sikap demokratis tersebut harus senantiasa diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagaimanakah bentuk perilaku yang mencerminkan
sikap demokratis tersebut? Berikut contoh perilaku demokratis yang dapat
dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara,
1. Perilaku Demokrasi di Lingkungan Keluarga
a. Menyampaikan permintaan secara baik dan sopan kepada orang tua.
b. Memahami kesulitan keluarga.
c. Menyelesaikan persoalan keluarga dengan bijak.
d. Bersikap terbuka kepada orang tua dan anggota keluarga lain.
2. Perilaku Demokrasi di Lingkungan Sekolah
a. Menghargai pendapat teman.
b. Mengajukan pertanyaan kepada guru dengan baik.
c. Menaati peraturan di sekolah.
d. Mengikuti kegiatan OSIS.
3. Perilaku Demokrasi di Lingkungan Masyarakat
a. Mengikuti kegiatan gotong royong.
b. Menghadiri kegiatan rapat RT.
c. Ikut serta dalam kegiatan siskamling.
d. Menjadi anggota karang taruna.
4. Perilaku Demokrasi di Lingkungan Negara
a. Menaati peraturan hukum yang berlaku.
b. Menyampaikan aspirasi melalui media massa.
c. Menjadi anggota partai politik.
d. Ikut serta dalam pilkada atau pemilihan presiden dan wakil presiden.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1)

Demokrasi bias diartikan secara etimologis dan terminologis. Secara


etimologis, demokrasi adalah pemerintahan atau kekuasaan rakyat,
sedangkan secara terminologis adalah menurut pengertian para ahli.

2)

Demokrasi tidak hanya merupakan bentuk pemerintahan tetapi juga pola


sikap dan budaya suatu masyarakat. Negara demokrasi mengharuskan
adanya dua persyaratan, yaitu adanya pemerintahan demokrasi dan budaya
demokrasi.

3)

Budaya demokrasi berisi nilai nilai demokrasi yang dimiliki,


dikembangkan, dan dipraktikkan oleh masyarakat. Masyarakat yang
berbudaya demokrasi atau masyarakat demokratis akan mendukung
pemerintahan demokrasi.

4)

Nilai nilai demokrasi tidak hanya dimiliki oleh warga Negara, tetapi juga
oleh para penyelenggara Negara atau para pemimpin Negara. Budaya
demokrasi perlu dipraktikkan dalam berbagai kehidupan.

5)

Budaya demokrasi yang menuju masyarakat madani telah menjadi bagian


dari kehidupan dan selain itu penerapannya sudah dilaksanakan serta
dipahami oleh masyarakat Indonesia

B. Saran
Nilai nilai demokrasi tidak hanya dimiliki oleh warga Negara, tetapi
juga oleh para penyelenggara Negara atau para pemimpin Negara. Maka dari
itu seharusnya kita harusnya mempraktekkan atau mengaplikasikan budaya
demokrasi dalam kehidupan kita sehari-hari. Di Indonesia ada beraneka ragam
suku bangsa. Agama, etnis serta adat dan budayanya olehnya itu harusnya
kita sebagai masyarakat madani, dapat menghormati dan menjaga
keharmonisan dari berbagai perbedaan yang ada di negeri kita tercinta ini.

Tugas: Pendidikan Kewarganegaraan

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I

KELAS

SEKOLAH MENENGAH ATAS


SMA NEGERI 1 KADATUA
KADATUA
2015

Anda mungkin juga menyukai