Anda di halaman 1dari 17

Nama : Rahmi Hayati

NIM : 2210311030
Kelas 4 Agama Fakultas Kedokteran Terintegrasi
Tugas Pilihan 2

PEMBENETUKAN MASYARAKAT MADANI


BERDASARKAN KONSEP SOSIAL, EKONOMI,
POLITIK DAN HAM DAKAM ISLAM

A. Pendahuluan dan Latar Belakang


Untuk mengetahui tentang kosep politik dan Ham dalam Islam, dalam membentuk
kekuasaan dalam pemerintahan masyarakat madani sesuai dengan konsep syari‟aha
Islamiyah, yang didukung oleh aktivitas social ekononi islami dalam masyarakat
madani dalam memenuhi kebutuhan hak asasi manusia sesuai dengan konsep syari‟ah
Islamiyah. Sehingga mamasiswa diharapkan mempu menerapkan Politik dan Ham
secara islami dalam kehidupannya, baik dalam kehdupan pribadi, berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Batasan Masalah
1. Konsep Pembentukan Madani, Syarat-syarat dan ciri-cirinya
2. Eksistensi Pernikahan dalam Pembentukan Masyarakat Madani
3. Konsep Pembentukan Rumah tangga Yang Sakinah, Mawaddah dan Rahmah.
4. Problema Rumah Tangga dan Solusinya
5. Tuntunan Islam dalam Kegiatan Produksi, Distribusi dan Konsumsi Untuk
menciptakan Ekonomi Masyaraat Madani
6. Tuntunan Islam Tentang Toleransi dalam Kehidupan Beragama, Berbangsa dan
Bernegara

C. Pembahasan
1. Konsep Pembentukan Madani, Syarat-syarat dan ciri-cirinya
a. Konsep Pembentukan Madani
Konsep Masyarakat madani juga dikenal sebagai civil society atau pun
masyarakat sipil. Banyak pakar memberikan wawasan tentang masyarakat
madani atau pun masyarakat sipil. Beberapa pakar tersebut merupakan sebagai
berikut.
1) W.J.S. Poerwadarminto
Menurut W.J.S. Poerwadarminto, kata masyarakat berarti hubungan
pergaulan hidup antar manusia, sekelompok orang yang tinggal bersama di
suatu tempat dengan ikatan serta peraturan tertentu. Sedangkan kata
madani yang berasal dari bahasa Arab 'madinah', yang berarti kota.
Dengan demikian masyarakat madani secara etimologis berarti masyarakat
perkotaan. Namun, istilah kota tidak mengacu hanya pada geografi, tapi
juga karakter atau pun sifat tertentu yang sesuai untuk penduduk kota. Dari
sini kita mengerti bahwa masyarakat madani bukanlah asal mula
masyarakat urban, namun yang lebih penting lagi memiliki sifat yang
sesuai dengan masyarakat kota, yaitu beradab.
2) Perumusan PBB
Menurut apa yang telah dirumuskan PBB, masyarakat madani merupakan
masyarakat demokratis serta menghargai martabat manusia atau pun hak
tanggung jawab manusia. Sedangkan untuk bahasa Latin, masyarakat
madani disebut dengan istilah 'civillis societies'. Artinya masyarakat
berdasarkan hukum serta kehidupan beradab. Dalam bahasa Inggris,
masyarakat madani dikenal sebagai 'civil society'. Artinya orang yang
menjunjung nilai-nilai peradaban.

3) Muhammad A.S. Hikam


Muhammad A.S. Hikam berpendapat bahwa masyarakat madani
merupakan daerah terorganisir kehidupan sosial yang ditandai dengan
kesukarelaan, swasembada serta kemandirian, kemandirian negara yang
tinggi, serta keterikatan terhadap norma serta nilai hukum yang diikuti
oleh warga.

4) Thomas Paine
Thomas Paine mendefinisikan masyarakat madani sebagai ruang di mana
warga negara dapat mengembangkan kepribadian mereka serta memberi
kesempatan untuk memuaskan kepentingan secara bebas serta tanpa
paksaan.

5) Nurcholis Madjid
Menurut Nurcholis Madjid, masyarakat madani merupakan masyarakat
yang mengacu pada komunitas Islam yang telah dibangun Nabi
Muhammad SAW di tanah Madinah. Masyarakat kota atau pun
masyarakat beradab dengan karakteristik seperti egalitarianisme,
penghormatan terhadap prestasi, keterbukaan, penegakan hukum serta
keadilan, toleransi serta pluralisme, serta musyawarah. Sehingga dapat
diartikan masyarakat madani merupakan tatanan sosial yang
mempromosikan toleransi, demokrasi serta kesopanan serta menghargai
eksistensi pluralisme.

6) Gellner
Gellner berpendapat bahwa masyarakat madani merupakan kelompok
institusi / lembaga serta asosiasi yang cukup kuat untuk mencegah tirani
politik, baik oleh negara maupun masyarakat. Karakteristik lain yang luar
biasa merupakan kebebasan individu di dalamnya, dimana sebagai asosiasi
serta institusi, dapat dimasukkan serta ditinggalkan oleh individu secara
bebas.

7) Anwar Ibrahim
Masyarakat madani merupakan masyarakat ideal dengan peradaban maju
serta sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan individu serta stabilitas masyarakat, yaitu
orang-orang yang cenderung memiliki usaha serta inisitaif baik dari segi
pemikiran untuk mengikuti undang-undang, bukan hawa nafsu, demi
terlaksananya sistem yang transparan.

Berdasarkan pendapat pendapat di atas dapat disimpulkan secara umum


masyarakat madani atau civil society dapat diartikan sebagai suatu corak
kehidupan masyarakat yang terorganisir, mempunyai sifat kesukarelaan,
keswadayaan, kemandirian, namun mempunyai kesadaran hukum yang tinggi.

b. Ciri Ciri Masyarakat Madani


Masyarakat madani atau pun yang disebut masyarakat sipil memiliki prinsip
dasar pluralisme, toleransi, serta hak asasi manusia, termasuk juga demokrasi.
Bagi bangsa Indonesia, masyarakat madani menjadi ideal bagi negara. Sebagai
negara pluralis, model masyarakat madani merupakan tipe ideal masyarakat
Indonesia untuk menciptakan integritas sosial serta bahkan integritas nasional.

Menurut Bahmueller, ada beberapa karakteristik masyarakat madani,


diantaranya:
1) Integrasi individu serta kelompok eksklusif ke dalam masyarakat melalui
kontrak sosial serta aliansi sosial.
2) Penyebaran kekuasaan sehingga kepentingan yang mendominasi dalam
masyarakat dapat dikurangi dengan kekuatan alternatif.
3) Menyelesaikan program pembangunan yang didominasi oleh pemerintah
dengan program pembangunan berbasis masyarakat.
4) Menjembatani kepentingan individu serta negara karena keanggotaan
organisasi sukarela dapat memberikan masukan kepada keputusan
pemerintah.
5) Menumbuhkan kreativitas yang awalnya terhambat oleh rezim totaliter.
6) Loyalitas serta kepercayaan yang luas sehingga individu mengenali
hubungannya dengan orang lain serta tidak mementingkan diri sendiri.
7) Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga sosial dengan
berbagai perspektif.

Menurut A.S Hikam ada empat ciri utama dari masyarakat mandani, yaitu
sebagai berikut :
1) Kesukarelaan artinya tidak ada paksaan, namun mempunyai komitmen
bersama untuk mewujudkan cita-cita bersama.
2) Keswasembadaan, setiap anggota mempunyai harga diri yang tinggi,
mandiri yang kuat tanpa menggantungkan pada negara atau lembaga-
lembaga negara atau organisasi lainnya.
3) Kemandirian yang cukup tinggi dari individu-individu dan kelompok-
kelompok dalam masyarakat, utamanya ketika berhadapan dengan negara.
4) Keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama. Masyarakat
madani adalah masyarakat yang berdasarkan hukum dan bukan negara
kekuasaan.

Sementara itu Nurcholis Madjid dalam sudut pandang lain mengemukakan


ciri-ciri masyarakat madani sebagai berikut:
1) Semangat egalitarianisme atau kesetaraan.
2) Penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi, bukan prestise seperti
keturunan kesukuan, ras, dan lain-lain.
3) Keterbukaan.
4) Partisipasi seluruh anggota masyarakat.
5) Penentuan kepemimpinan melalui pemilihan.

Sedangkan Hidayat Syarif berpandangan bahwa masyarakat madani


mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, Pancasilais,
dan memiliki cita-cita serta harapan masa depan.
2) Masyarakat yang demokratis dan beradab yang menghargai perbedaan
pendapat.
3) Masyarakat yang menghargai Hak Azazi Manusia (HAM).
4) Masyarakat yang tertib dan sadar hokum yang direfleksikan dari adanya
budaya malu apabila melanggar hukum.
5) Masyarakat yang memiliki kepercayaan diri dan kemandirian.
6) Masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kompetitif dalam suasana
kooperatif, penuh persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan
semangat kemanusiaan universal (pluralis).

c. Syarat Syarat Masyarakat Madani


Ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat
madani, yaitu adanya pemerintahan yang demokratis serta masyarakat yang
demokratis (masyarakat yang mampu menegakkan nilai-nilai keamanan sipil),
tanggung jawab sipil, serta ketahanan sipil. Jika dibiaskan, kriteria di atas
menjadi prasyarat masyarakat madani seperti yang tertera di bawah ini:

1) Pemenuhan kebutuhan dasar individu, keluarga, serta kelompok dalam


masyarakat.
2) Perkembangan modal manusia serta modal sosial yang kondusif bagi
terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas hidup serta eskalasi
kepercayaan serta hubungan sosial antar kelompok.
3) Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan atau pun
dengan kata lain membuka akses terhadap berbagai layanan sosial.
4) Adanya hak, kemampuan serta kesempatan bagi masyarakat serta
organisasi non pemerintah untuk terlibat dalam berbagai forum, sehingga
isu kepentingan bersama serta kebijakan publik dapat dikembangkan.
5) Adanya persatuan antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya
saling menghormati perbedaan antara budaya serta kepercayaan.
6) Implementasi sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga
ekonomi, hukum serta sosial beroperasi secara produktif serta adil secara
sosial.
7) Adanya jaminan, kepastian, serta kepercayaan antara jejaring sosial yang
memungkinkan terbentuknya hubungan serta komunikasi antar masyarakat
secara reguler, terbuka, serta dapat diandalkan.
Adapun pendapat lain, untuk mewujudkan cita-cita ke arah masyarakat
madani dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, diperlukan berbagai
prasyarat sebagaimana diungkapkan oleh Han Sung-Jun:
1) Diakui dan dilindunginya hak-hak individu dan kemerdekaan berserikat
serta mandiri dari negara.
2) Adanya ruang publik yang memberikan kebebasan bagi siapa saja dalam
mengartikulasikan isu-isu politik.
3) Terdapatnya gerakan kemasyarakatan yang berdasar pada nilai-nilai
budaya tertentu.
4) Terdapatnya kelompok inti di antara kelompok-kelompok menengah yang
mengakar dalam masyarakat dan mampu menggerakkan masyarakat
dalam melakukan modernisasi sosial ekonomi.

2. Eksistensi Pernikahan dalam Pembentukan Masyarakat Madani


Dalam Islam di antara aturan pembatasan yang termasuk hal yang sangat
mendasar dan penting ialah mengenai pernikahan, karena lembaga ini adalah
merupakan asas pokok bagi peradaban manusia, sebagai lembaga terkecil yang
diakui keberadaannya dari strusktur masyarakat, baik secara hukum, mauoun
secara social ekonomi.
3. Konsep Pembentukan Rumah tangga Yang Sakinah, Mawaddah dan Rahmah
Menurut sejumlah pakar, sebagaimana dikutip oleh M. Quraish Shihab bahwa ada
beberapa tahapan yang biasanya dilalui oleh pasangan suami isteri sebelum
mencapai kehidupan keluarga sakinah yang dihiasi dengan mawaddah dan rahmah
antara lain :
a. Tahap Bulan Madu.
Pada tahap ini kedua pasangan benar-benar menikmati manisnya sebuah
perkawinan. Mereka sangat romantis, penuh cinta dan senda gurau. Pada tahap
ini biasanya digambarkan bahwa masing-masing bersedia melalui kehidupan
ini walaupun dalam kemisknan dan kekurangan.
b. Tahap Gejolak.
Pada tahap ini mulai timbul gejolak setelah berlalu masa bulan madu.
Kejengkelan sudah mulai tumbuh dihati apalagi sudah mulai terlihat sifat-sifat
aslinya yang bahwa selama ini disengaja ditutup-tutupi untuk menyenangkan
pasangannya. Mereka mulai menyadari bahwa perkawinan ternyata bukan
sekedar romantisme, tetapi ada kenyataan- kenyataan baru yang boleh jadi
tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Pada tahap ini sebuah perkawinan akan
terancam gagal dan masing-masing pihak biasanya merasa menyesal karena ia
memilih ia sebagai pasangan hidupnya . namun dengan kesabaran dan
tolerensi akan menghantarkan pada tahap ketiga.
c. Tahap Perundingan dan Negosiasi.
Tahap ini lahir jika masing-masing pihak masih merasa saling membutuhkan.
Pada tahap ini mereka sudah mulai mengakui kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Jika mereka berhasil melewati tahap ini, maka
akan membawa tahap berikutnya.
d. Tahap penyesuaian.
Tahap ini masing-masing pasangan sudah mulai menunjukkan sifat aslinya,
sekaligus kebutuhan yang disertai perhatian kepada pasangannya. Dalam tahap
ini masing-masing akan saling menunjukkan sikap penghargaan. Mereka juga
merasakan kembali nikmatnya menyatu bersama kekasih serta berkorban dan
mengalah demi cinta.
e. Tahap Peningkatan Kualitas Kasih Sayang.
Pada tahap ini masing-masing pasangan sudah menyadari sepenuhnya yang
didasarkan pada pengalaman bukan teori bahwa hubungan suami isteri
memang sangat berbeda dengan segala bentuk hubungan social lainnya. Pada
tahap ini masing-masing pihak menjadi teman terbaik dalam bercengkrama,
berdiskusi serta berbagai pengalaman. Masing-masing pihak juga berusaha
untuk melakukan yang terbaik demi menyenangkan pasangannya.
f. Tahap Kemantapan.
Pada tahap ini masing-masing pasangan merasakan dan menghayati cinta kasih
sebagai realitas yang menetap sehingga sehebat apapun guncangan yang
mendera mereka tidak akan menggoyahkan rumah tangganya. Memang riak-
riak kecil masih akan tetap ada namun itu akan menghanyutkan. Pada tahap ini
mereka benar-benar merasakan cinta sejati.

Tahap-tahapan diatas merupakan gambaran umum yang biasa dialami dalam


hubungan suami isteri. Hal ini juga bersifat relatif sehingga tidak bisa dikalkulasi
secara matematis, misalnya pada tahun pertama, kedua dan seterusnya. Begitu
pula urutan ini tidaklah berisifat permanen, tetapi merupakan hasil sebuah
penelitian atau ijtihad. Oleh karenanya tidak menutup kemungkinan adanya
tahap-tahap lain selain diuraikan diatas.

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,
isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya Definisi
lainnya tentang keluarga yaitu “Sekumpulan orang yang diikat oleh tali
perkawinan, hubungan darah dan pengangkatan anak dalam satu rumah
tangga, yang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain sesuai dengan
peran masing-masing, seperti suami, isteri, ayah dan ibu, saudara atau anak
laki-laki dan perempuan yang saling memelihara hubungan budaya yang
sama”.14 Berdasarkan definisi diatas, jelaslah bahwa keluarga adalah suatu
unit atau sekumpulan orang yang terdiri ayah, ibu dan anak yang diikat dalam
perkawinan, hubungan darah atau pengangkatan anak.

a. Pengertian Sakinah
Kata Sakinah berasal dari Bahasa Arab yang berarti
“Ketenangan hati”.15 Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Sakinah berarti : “Damai, tempat yang aman dan
damai”.16 Sedangkan Mawaddah juga berasal dari Bahasa Arab dari
kata wadda- yawaddu- mawaddatan yang berarti “Kasih
Sayang”17 dan Rahmah juga berasal dari Bahasa Arab dari kata
rahima-yarhamu- rahmah yang berarti “Mengasihi atau menaruh
kasihan”18 “Belas kasihan atau mengasihi”19 Keluarga sakinah
adalah keluarga yang hidup dalam keadaan tenang, tentram, seia
sekata, seayun selangkah, ada sama dimakan dan kalau tidak ada
sama dicari. Kata sakinah ditemukan dalam Al- Qur'an sebanyak
enam kali disamping bentuk lain yang seakar dengannya dan secara
keseluruhannya berjumlah 69. Kata sakinah yang berasal dari kata
sakana- yaskunu pada mulanya berarti sesuatu yang tenang atau tetap
setelah bergerak (Subutusy-Syai' ba'dat Taharruk).20 Kata ini
merupakan antonim dari idtiraab (kegoncangan) dan tidak digunakan
kecuali untuk menggambarkan ketenangan dan ketentraman setelah
sebelumnya terjadi gejolak apapun latar belakangnya., rumah
dikatakan maskan karena ia merupakan tempat untuk istirahat setelah
berkativitas. Sebagaimana dijelaskan dalam surat saba' surat ke-34
ayat 15 dan surat at taubah surat ke-9 ayat 2.

b. Pengertian Mawaddah
Keluarga mawaddah itu adalah keluarga yang hidup dalam suasana
kasih mengasihi, saling membutuhkan, hormat menghormati antara
satu dengan yang lain. Kata mawaddah ditemukan sebanyak 8 kali
dalam Al-Qur'an . secara keseluruhan dengan kata-kata yang seakar
dengannya, semua berjumlah 25. Kata mawaddah berasal dari wadda-
yawadda yang berarti mencintai sesuatu dan berharap untuk bisa
terwujud (mahabbatusy-syai'n watamanni kaunihi).21 Menurut Al-
Asfahani kata mawaddah bisa dipahami dalam beberapa pengertian
berikut ini : 22
1) Berarti cinta (mawaddah) sekaligus keinginan untuk memiliki
(tamanni kaunihi). Antara kedua kata ini saling berkaitan yakni
disebabkan adanya keinginan yang kuat akhirnya melahirkan
cinta atau karena didorong rasa cinta yang kuat akhirnya
meelahirkan keinginan untuk mewujudkan sesuatu
yang dicintainya. Hal ini bisa dilihat pada firman Allah SWT
dalam surat Ar-Rum surat ke 30 ayat 21. Mawaddah sebagai salah
satu yang menghiasi perkawinan bukan sekedar cinta sebagaimana
kecintaan orang tua kepada anak-anaknya. Sebab rasa cinta disini
akan mendorong pemiliknya untuk mewujudkan cintanya
sehingga menyatu. Inilah yang tergambar dalam hubungan laki-
laki dan perempuan yang terjalin dalam sebuah perkawinan.
Ketika seseorang laki-laki mencintai seorang perempuan, maka ia
ingin sekali untuk mewujudkan cintanya dengan
memiliki atau menikahinya. Begitu pula sebaliknya ketika
seorang perempuan mencintai seorang laki-laki, maka ia sangat
menginginkan terwujud cintanya itu dengan menjadi isterinya.
Dari sinilah sementara ulama' ada yang mengartikan mawaddah
dengan mujaama'ah (bersenggama).23
2) Berarti kasih sayang. Hal ini bisa dipahami dari fiman Allah SWT
dalam Surat Asy-Syuura Surat ke-42 ayat 23 :
Artinya : Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan
hamba-hamba- Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh.
Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas
seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". Dan siapa yang
mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada
kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri.

Kata mawaddah disini hanya semata- mata mencintai dan menyayangi


layaknya dalam hubungan kekerabatan, berbeda dengan
cintanya suami dan isteri. Dalam hal ini bentuk cinta dan kasih sayang
dengan senantiasa menjaga hubungan kekerabatan agar
tidak terputus.24 Sebagaimana dalam riwayat At-Tabrani dari Ibnu
Abbas yang dikutip oleh Ibnu Katsir :

)
Artinya : Rasulullah SAW bersabda kepada mereka : aku tidak meminta
upah kepada kalian kecuali agar kalian tetap menyayangiku karena
adanya hubungan kekerabatandan agar kalian senantiasa memelihara
hubungan kekerabatan antara aku dan kalian. (HR. Tabrani)
Sebagaimana Allah juga disifati dengan al-waduud yakni maha
mencintai hamba yang mencintai-Nya. Dalam istilah lain cinta Allah
diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal shalih
sebagai bukti kecintaan kepada-Nya. Allah berfirman dalam surat
Maryam Surat ke-19 Ayat 96 :

‫ا‬
"Artinya : sungguh orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan, kelak Allah yang maha pengasih akan menanamkan rasa kasih
sayang dalam hati mereka".25
Berarti ingin, sebagaimana dalam beberapa firman Allah berikut
ini :
"Artinya : segolongan ahli kitab ingin menyesatkan kamu"26
Dalam Firman yang lain Allah menyampaikan :

"Orang kafir itu kadang-kadang (nanti di akhirat) menginginkan,


sekiranya mereka dahulu di dunia menjadi orang muslim.27

c. Pengertian Rahmah
Kata rahmah baik sendiri maupun dirangkai dengan kata ganti
(dhamir) seperti rahmati dan rahmatuka, ditemukan di dalam Al-
Qur'an sebanyak 114 kali. Secara keseluruhan dengan kata- kata lain
yang seakar dengannya semuanya 339.28
Kata rahmah berasal dari rahima- yarhamu yang berarti kasih sayang
(riqqah) yakni sifat yang mendorong untuk berbuat kebajikan kepada
siapa yang dikasihi. Menurut Al-Asfahaani, kata rahmah mengandung
dua arti kasih sayang (riqqah) dan budi baik/murah hati (ihsan).29
Kata rahmah yang berarti kaih sayang adalah dianugerahkan oleh
Allah SWT kepada setiap manusia. Artinya dengan rahmat Allah
tersebut manusia akan mudah tersentuh hatinya jika melihat pihak
lain yang lemah atau merasa iba atas penderitaan orang lain. Bahkan
sebagai wujud kasih sayangnya seseorang berani berkorban dan
bersabar untuk menanggung rasa sakit. Hal ini dapat dilihat pada
kasus seorang ibu yang baru saja melahirkan, dimana secara
demonstratif ia akan mencium bayinya pada hal sebelumnya ia
berada dalam
Dari kedua hadits diatas dapat dipahami bahwa rasa belas kasih
sayang yang ditancapkan dalam diri seseorang akan hilang jika ia
tidak menyayangi kepada sesamanya secara tulus. Rasulullah SAW
juga tidak mengakui orang yang tidak menyayangi kepada yang kecil
sebagai bagian dari ummatnya. Sementara kata rahmah yang berarti
ihsan (budi baik/murah hati) adalah khusus milik Allah SWT.
Artinya hanyalah Allah
yang boleh menyatakan atau mengklaim sebagai yang memiliki budi
baik atau dengan kata lain kebaikan, perhatian, kasih sayang apapun
bentuknya yang diberikan kepada seluruh makhluknya adalah karena
kemurahan Allah, sehingga ia disifati sebagai Sang Maha Pemurah
atau Ar-Rahman. Oleh karenanya sifat ar- rahman hanya boleh
disandang oleh Allah semata, karena kata tersebut
mengisyaratkan kesempurnaan.30
Dengan sifat ini pula Allah tidak pernah mempetimbangkan ketaatan
atau ketidaktaatan seseorang dalam memberi rezeki. Rahmat Allah
juga ada yang terlahir sifat ar-rahim-Nya. Dalam hal ini al-Qur'an
menyatakan bahwa curahan rahim-Nya hanya diberikan kepada
hamba-Nya yang memenuhi kreteria, yang disitilahkan oleh Al-
Qur'an dengan "Mukmin" (Al-Ahzab : 33 : 43), sehingga ada yang
mengatkan bahwa Allah adalah "Ar-Rahman" di dunia dan "Ar-
Rahim" ketika di akhirat. Dengan demikian karena kemurahan Allah
dapat dinikmati oleh siapa saja baik mukmin maupun kafir,
sedangkan di akhirat rahmat Allah hanya khusus bagi orang
beriman.31
Penjelasan ini diperkuat oleh firman Allah SWT dalam surat Al-A'raf
surat ke-7 ayat 156 berikut :

Artinya : Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di


akhirat, sesungguhnya kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah
berfirman : "siksaan-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku
kehendaki dan RahmatKu meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku
tetapkan Rahmat-Ku untuk orang- orang yang bertaqwa, yang
menunaikan zakat dan orang-orang beriman kepada ayat-ayat Kami".32
Keluarga rahmah adalah keluarga yang hubungan antar sesama
anggota keluarga tersebut saling menyayangi,
mencintai sehingga kehidupan keluarga tersebut diliputi oleh rasa
kasih sayang. Walaupan ada 3 suku kata yang berbeda yaitu sakinah,
mawaddah dan rahmah, namun ketiga kata tersebut bukan berarti
harus diartikan secara terpisah dan sendiri-
sendiri, akan tetapi justru ketiga suku kata tersebut menjadi satu
yang dihubungkan dengan kata keluarga. Oleh karena itu, tidak perlu
dibedakan mana keluarga sakinah, mana keluarga
yang mawaddah dan mana keluarga
rahmah, tapi yang lebih tepat adalah sebuah
keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Gabungan ketiga suku
kata tersebut akan saling melengkapi dan memberikan
kesempurnaan. Sehingga dapat diambil pemahaman bahwa
yang dimaksud dengan keluarga sakinah, mawaddah dan
rahmah adalah : “Keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi hajat spiritual dan material secara layak dan
seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan
lingkungannya secara selaras, serasi serta mampu mengamalkan dan
memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia”33
Pengertian lain tentang keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah itu
adalah : “Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan
keimanan, ketakwaan dan akhlakul karimah secara sempurna,
kebutuhan sosial psikologis dan perkembangannya serta dapat menja
suri tauladan bagi lingkungannya”34 Untuk
mencapai keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah ini tidaklah
terbentuk dengan otomatis apabila telah menikah saja, tetapi harus ada
upaya yang serius dari kedua suami isteri, terutama harus dapat
menempatkan posisi di situasi keluarga dan melaksanakan tugas dan
kewajiban secara berimbang pula.

4. Problema Rumah Tangga dan Solusinya


Ada beberapa problema dalam rumah tangga yang mungkin saja terjadi, setelah
ruamh tangga itu di dirikan: Pertama, masalah thalaq (percerai), boleh karena
dharurat, namun dimurkai oleh Allah swt. (Q.S. 2:227-232). Kedua, poligami,
pada prinsipnya boleh dengan syarat suami dapat berlaku ‘adil. (Q.S. 4:3).Ketiga,
poliandri, haram (tidak boleh), demi menjaga kesucian rahim wanita, keturunan,
hubungan waris (nasab). (Q.S. 2:230). Keempat, keluarga berencana (KB), boleh
dengan tujuan (niat) memelihara kesehatan ibu/anak, kesejahteraan rumah tangga
dan pendidikan anak ( Q.S. 2:233, 31:14). Kelima, Bayi tabung, boleh, dengan
syarat sperma dan sel telur berasal dari suami/istri yang sah (Ijtihad). Keenam,
iddah dan ruju’. ( Q.S. 2:230, 234, dan 235) Ketujuh, Waris bila terjadi perpisahan
yang disebabkan karena meninggal dunia salah satu suami/istri, maka setiap
individu yang ada hubungan nasab (tali darah) dalam keluarga tersebut punya hak
untuk mendapat bagian dari harta peninggalan si mayat, yang disebut dengan ahli
waris. (QS:4:7-14).

5. Tuntunan Islam dalam Kegiatan Produksi, Distribusi dan Konsumsi Untuk


menciptakan Ekonomi Masyaraat Madani
Produksi, Distribusi, Konsumsi Islam
Al-quran sebagai sumber ajaran, memiliki ajaran tentang produksi, distribusi dan
konsumsi disamping aktivitas-aktivitas perekonomian lainnya. Dalam konteks
produksi, distribusi dan konsumsi ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi oleh
konsumen muslim diantaranya, prinsip halal dan haramnya makanan.
Sistem ekonomi islam menawarkan sistem pendistribusian ekonomi yang
mengendepankan nilai kebebasan dalam bertindak dan berbuat dengan dilandasi
oleh ajaran agama serta nilai keadilan dalam kepemilikan yang disandarkan pada
dua sistem keadilan dan kebebasan. Aspek ekonomi dibahas mendalam dalam
islam sumber-sumber hukum islam memuat aturan-aturan yang berkaitan dengan
aktifitas ekonomi termasuk produksi, distribusi dan konsumsi. Peraturan
memastikan bahwa aktifitas ekonomi berjunjung dengan kemaslahatan manusia
dalam kehidupan dunia da akhirat.
a. PRODUKSI
1) Produksi dalam islam
Pada masa Rasullullah orang-orang orang-orang biasa memproduksi
barang dan beliau pun mendiamkan aktifitas mereka. Sehingga
diamnya beliau menjunjukan adanya pengakuan beliau terhadap
aktifitas berproduksi mereka. Sebagai khalifah di bumi manusia
memberikan kebebasan dalam mengola kekayaan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Untuk memperbaiki keadaan ekonomi individu dan
masyarakat manusia, dalam mengelola kekayaan telah diberikan
batasan yang jelas didalam nilai-nilai ajaran islam.
Di dalam perekonomian islam produksi mempunyai kemaslatan,
kebutuhan dan kewajiban, kemudian konsumsi. Produksi dalam islam
adalah setiap bentuk aktivitas yang dilakukan manusia untuk
mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan cara mengeksplor
sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah SWT. dalam
pandangan islam produsen yang melakukan produksi yang melakukan
produksi barang dan jasa dalam sistem ekonomi konvensional tidak
mengenal batas-batas halal dan haram, keinginan mereka hanyalah
memanfaatkan pa saja yang dapat diproduksi dalam berbagai macam
usaha dan keuntungan material, mereka tidak berfikir apakah produk
yang mereka hasilkan memberikan manfaat

Produksi adalah mengolah alam sehingga tercipta bentuk terbaik yang


mampu memenuhi kemaslahatan manusia, dari teori tersebut sangat
diharamkan memproduksi sesuatu yang merusak akidah yang sahih
dan akhlak yang utama, segala sesuatu yang melucuti identitas umat,
menurunkan nilai agamadan akhlak, menyibukkan dengan hal-hal yang
menjauhkan dari pada dunia maupun akhirat

2) Prinsip produksi dalam ekonomi islam harus memperhatikan


kemashlatan, antara lain:
a) Kegiatan produksi harus dilandasi nilai-nilai islam dan sesuai
dengan kemashlahatan. Tidak memproduksi barang atau jasa yang
bertentangan dalam penjagaan terhadap agama, jiwa, akal,
keturunan dan harga
b) Prioritas produksi harus sesuai dengan prioritas kebutuhan.
c) Kegiatan memproduksi harus dilihat dengan aspek keadilan,
sosial,zakat sedekah, imfak, dan wakaf.
d) Mengelola sumber daya alam secara optimal, tidak boros,
berlebihan, dan merusak lingkungan.
e) Distribusi keuntungan yang adil antara pemilik dan pengelola.
f) Didalam produksi produsen tidak hanya mengejar keuntungan
maksimum saja, tetapi juga produsen harus mengejar tujuan, lebih
luas sebagaimana tujuan ajaran islam.

3) Faktor-faktor Produksi
a) Tanah
Tanah menjadi salah satu faktor dalam kegiatan produksi islam
mengakui adanya kepemilikan atas sumber daya alam yang ada,
dengan selalu mengupayakan penggunaan dan pemeliharaan yang
baik atas sumber daya tersebut.
b) Tenaga Kerja
Di berbagai macam jenis produksi, tenaga kerja merupakan aset
bagi keberhasilan suatu perusahaan. Kesuksesan suatu produk
terletak pada kinerja sumber daya manusia yang ada didalamnya,
termasuk di antarnya kinerja para tenaga kerja.
c) Modal
Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu
produksi, modal adalah sebuah kekayaan yang bisa berupa aset,
yang bisa digunakan untuk menghasilkan suatu kekayaan. Di
dalam islam modal harus terbebas dari riba.
d) Manajemen produksi
Didalam sebuah produksi suatu profit yang baik ketika manajemen
produksi berjalan dengan baik. Semua memerlukan suatu peraturan
yang baik, berupa suatu organisasi ataupun managemen yang bisa
menertibkan, mengatur, merencanakan, dan mengevaluasi segala
kinerja yang akan dihasilkan pada masing-masing bagian.
e) Teknologi
Teknologi mempunyai peran yang besar dikarenakan banyak dari
beberapa perusahaan menggunakan mesin untuk menghasilkan
produksi sesuai dengan bidang masing-masing. Yang bertujuan
untuk lrbih efisien waktu
f) Bahan baku
Bahan baku juag berperan penting dalam kegiatan produksi,
didalam bahan baku terdapat dua jenis bahan baku yang berasa
alam tanpa adanya penggantinya dan bahan baku dari alam akan
tetapi, bisa digantikan oleh bahan baku lain.

b. DISTRIBUSI
1) Distribusi dalam islam
Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari
produsen ke konsumen dan para pemakai. Saluran distribusi adalah
suatu jalur perantara pemasaran dalam berbagai aspek barang atau jasa
dari tangan produsen ke konsumen. Antara pihak produsen dan
konsumen terdapat perantara pemasaran, yaitu distributor atau agen
yang melayani pembelian.
Pada dasarnya distribusi pendapatan dan kekayaan berdasarkan
maslahat dan batas waktu, sementara distribusi pendapatan dilandasi
oleh produksi, barter, dan pertimbangan pasar, sedangkan redistribusi
berlandaskan pada pertimbangan keagamaan, moral, keluarga dan
sosial.
Islam sangat mendukung pertukaran barang dan menganggapnya
produktif dan mendukung para pedagang agar berjalan dengan lancar
sebagia karunia dari Allah, dan memperbolehkan orang untuk memiliki
modal untuk berdagang.

2) Tujuan distribusi dalam islam


a) Tujuan dakwa, dakwah kepada islam dan menyatukan hati
kepadanya.
b) Tujuan pendidikan, tujuan pendidikan dalam distribusi adalah
menjadikan insan yang berakhlak karimah.
c) Tujuan sosial, yakni memenuhi kebutuhan masyarakat serta
keadilan dalam distribusi.
d) Tujuan ekonomi, pengembangan harta, kesejahteraan ekonomi dan
penggunaan terbaik dalam menempatkan sesuatu.

3) Distribusi dalam islam


a) Zakat
b) Warisan

4) Larangan penimbunan
Sistem ekonomi yang berbasis islam menghendaki dalam hal
pendistribuan harus berdasarkan, kebebasan dan keadilan
kepemmilikan. Kebebasan disini adalah kebebasan dalam bertindak
yang dibingkai oleh nilai-nilai agama dan keadilan tidak seperti
pemahaman kapitalisme yang menyatakan sebagai tindakan
membebaskan manusia untuk berbuat dan bertindak tanpa campur
tangan pihak manapun, tetapi sebagai keseimbangan antara individu
dengan unsur materi dan spiritual yang dimilikinya antara masyarakat
dengan masyarakat lainya.

c. KONSUMSI
1) Konsumsi dalam ekonomi islam
Konsumsi adalah kegiatan menghabiskan utility atau nilai guna barang
atau jasa. Barang meliputi barang tahan lama dan barang tidak tahan
lama sedangkan barang konsumsi menurut kebutuhannya adalah,
barang primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tertier.
Tingkat konsumsi dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, semakin tinggi
tingkat pendapatan seseorang semakin tinggi tingkat konsumsinya.
Konsumen akan memilih barang kebutuhan pokok untuk
dikonsumsikan dengan mempertimbangkan nilai guna dan barang
tersebut. Keterbatasan anggaran pendapatan yang diterima oleh
masyarakat menyebabkan masyarakat harus menunda untuk
mengkonsumsi barang-barang yang mempunyai nilai guna tinggi.
Tujuan konsumsi adalah untuk mencapai kepuasan maksimum dari
kombinasi barang dan jasa yang digunakan.
Didalam islam tidak menganjurkan pemenuhan keinginan yang tak
terbatas, norma islam adalah memnuhi kebutuhan manusia, dimana
dalam memenuhi kebutuhan tersebut islam menyarankan agar manusia
bertindak ditengah-tengah dan sederhana. Banyak larangan bagi
konsumen diantaranya, ishrafl berlebih-lebihan dan tabdzirl mubazir.
Berdasarkan ayat Al-quran pada surah Al A’rof ayat 31 yang artinya:
“ hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan.”
Terdapat prinsip utama dalam sistem ekonomi islam yang disyaratkan
dalam Al-Quran: Hidup hemat dan tidak bermewah-mewahan, yang
bermakna bahwa tindakan ekonomi diperuntukan hanya sekedar
pemenuhan kebutuhan hidup bukan kepuasan keinginan.
Implementasi zakat dan mekanismenya pada tatanan negara, selain
zakat terdapat pula instrumen sejenis yang bersifat sukarela yaitu,
infak, shadaqoh, wakaf, dan hadiah. Penghapus riba, menggunkan
sistem bagi hasil menggantikan sistem kredit dan bunga. Menjalankan
usaha-usaha yang halal, jauh dari maisir dan gharar seperti, bahan
baku, proses produksi, manajemen, aut put produksi hingga proses
distribusi dan konsumsi

6. Tuntunan Islam Tentang Toleransi dalam Kehidupan Beragama, Berbangsa dan


Bernegara
Agama Islam memulai dakwahnya dengan penuh kedamaian. Nabi Muhammad
menjadikan keteladanannya dalam berdakwah sebagai titik tolak perubahan sosial
di wilayah sekitar Arab. Salah satu dari bentuk keteladanan tersebut adalah
toleransi yang dijunjung tinggi dalam berinteraksi antara sesama muslim dan
dengan non muslim.
Konsep toleransi merupakan solusi dalam membina interaksi yang harmonis antar
umat manusia. Namun toleransi tidak berarti membebaskan orang untuk berlaku
sekehendaknya. Diperlukan aturan dan batasan dalam mewujudkan konsep ini.
Toleransi dalam Islam memiliki beberapa prinsip.
a. Prinsip yang pertama, Al-hurriyyah al-dîniyyah (kebebasan beragama dan
berkeyakinan). Kebebasan beragama dan berkeyakinan merupakan hak dasar
yang dimiliki setiap manusia. Allah SWT. membebaskan setiap hambanya
untuk menentukan pilihan keyakinannya. Melalui QS. al-Baqarah: 256, Allah
juga melarang setiap tindakan pemaksaan untuk memilih agama dan
kepercayaan tertentu. Thohir Ibnu ‘Asyur menjelaskan bahwa peniadaan ikrāh
(pemaksaan) dalam ayat tersebut berarti larangan terhadap setiap pemaksaan
untuk memeluk agama. Sedangkan penggunaan huruf la nāfiah li al-jinsi
mengindikasikan tentang umumnya larangan tersebut. Pemaksaan agama
dengan berbagai macam caranya merupakan larangan dalam Islam. Karena
perkara iman bukan datang melalui pemaksaan, melainkan dengan proses
istidlāl (pembuktian), nadr (penalaran), dan ikhtiyār (pemilihan).26
Sir Thomas W. Arnold mengatakan bahwa kekuatan senjata bukan merupakan
faktor yang menentukan dalam perluasan agama Islam. Hal ini diketahui dari
fakta terjalinnya hubungan persahabatan antara orang-orang Kristen dengan
orang-orang Arab Muslim. Nabi sendiri sering mengadakan perjanjian dengan
beberapa suku yang beragama Kristen, di mana Nabi memberikan
perlindungan dan kebebasan untuk tetap menganut dan mempraktekkan agama
mereka serta perlindungan terhadap rumah suci.27
Salah satu prinsip kebebasan beragama yaitu memahami dan menghargai
realitas perbedaan. Maka setiap perbedaanya haruslah dikomunikasikan
dengan cara yang baik dan bijak. Penistaan serta penghinaan terhadap ajaran
agama orang lain tentunya bertentangan dengan prinsip kebebasan beragama.
Dalam QS: al-An’am: 108 disebutkan secara tegas tentang larangan untuk
memaki pemeluk agama lain.
b. Kedua, al-insâniyyah (kemanusiaan). Manusia merupakan khalifatu fi al-ardh
(pemimpin di bumi). Ia diciptakan untuk hidup saling berdampingan di atas
perbedaan. Nabi Muhammad Saw. datang dengan risalah Islam yang rahmatan
li al-alamin (rahmat bagi seluruh alam). Kebaikan bagi seorang muslim bukan
hanya ditujukan kepada saudara seagamanya saja, tetapi juga mencakup
seluruh yang ada di bumi. Rasulullah Saw. bersabda:
Dari Abdullah bin Amru menyampaikan dari Nabi saw. (beliau bersabda):
"Para penyayang akan disayangi oleh Ar Rahman (Allah). Sayangilah
penduduk bumi maka kalian akan disayangi oleh siapa saja yang di langit".
(HR. Abu Dawud).28 Toleransi dalam Islam mengajarkan untuk menjaga nilai-
nilai kemanusiaan. Salah satu diantaranya adalah prinsip keadilan. Keadilan
hendaknya menjadi asas pertama dalam menciptakan kehidupan yang damai
dan harmonis. Keadilan mencakup persamaan di berbagai dimensi, terutama
dalam bidang hukum, politik dan keamanan.Tidak boleh melakukan perbuatan
yang diskriminatif, sehingga non-muslim tidak dapat memperoleh hak yang
semestinya diperoleh.Juga memberikan kesempatan yang sama dalam bekerja,
berpolitik, dan berkontribus bagi negara. Keadilan merupakan prinsip utama
dalam mewujudkan nilai kemanusiaan dalam kehidupan yang damai diantara
manusia. Keadilan salah satu wasilah untuk mengembalikan keteraturan dalam
kehidupan. Yusuf Qaradhawi menyebutkan seorang non-muslim yang hidup
dalam komunitas muslim wajib mendapatkan dua perlindungan. Pertama, al-
himâyah min al-iqtidâi al-khariji (perlindungan dari ancaman eksternal).
Seluruh masyarakat mendapat perlakuan yang adil dan sama dalam
perlindungan dari setiap ancaman dari luar. Jika suatu saat terjadi peperangan,
maka pemerintah wajib melindungi seluruh penduduk tanpa melihat
agamanya. Kedua, al-himâyah min al-dzulmi al-dakhili (perlindungan dari
ancaman kedzaliman internal). Setiap nonmuslim juga berhak mendapatkan
perlindungan dari setiap ancaman dari dalam negeri.29

c. Ketiga, al-wasathiyyah (moderatisme).Secara bahasa kata wasathiyyah berasal


dari kata ‫ وﺳﻂ‬yang artinya tengah. Wasathiyyah yaitu berada di pertengahan
secara lurus dengan tidak condong ke arah kanan atau kiri. Penggunaan kata
wasath disebutkan dalam QS. al-Baqarah: 143: Dan demikian kami jadikan
kalian (umat Islam) sebagai umat yang pertengahan. Imam al-Thabari
menjelaskan makna wasath yaitu pertengahan antara dua sisi. Ayat tersebut
memerintahkan umat Islam untuk bersikap tawassuth (moderat) dalam
menjalankan agamanya, yaitu pertengahan antara ghuluwwu (berlebihan) dan
taqshîr (menganggap mudah). Yang dimaksud ghuluwwu yaitu sikap
berlebihan yang ditunjukkan orang-orang Nasrani dalam tarhib (menjadi
rahib), dan pernyataan mereka terhadap Nabi Isa. Sedangkan taqshir yaitu
sikap orang Yahudi yang mudah mengganti kitab Allah dan membunuh nabi-
nabi mereka.30 Kata wasath didefiniskan Abdullah Yusuf Ali sebagai justly
balanced yang merupakan esensi ajaran Islam yang menghilangkan segala
bentuk ekstrimitas dalam berbagai hal. M. Quraish Shihab mengemukakan
bahwa awal mulanya kata wasath berarti segala sesuatu yang baik sesuai
objeknya. Sesuatu yang baik berada pada posisi dua ekstrim. Seperti kesucian
merupakan pertengahan antara kedurhakaan karena dorongan hawa nafsu
dengan ketidak mampuan melakukan hubungan seksual (disfungsi seksual).
Dari situ kata wasath berkembang maknanya menjadi tengah. Sedangkan di
Indonesia di kenal istilah wasit yang berakar dari kata yang sama dengan
wasath, yang menghadapi dua pihak dan berada di posisi tengah dengan
berlaku adil.31

DAFTAR PUSTAKA

https://zonasiswa.com/masyarakat-madani-pengertian-ciri-syarat.html. Diakses pada 01


januari 2023

Suroto, Jurnal : KONSEP MASYARAKAT MADANI DI INDONESIA DALAM MASA


POSTMODERN (SEBUAH ANALITIS KRITIS). Tersedia :
https://media.neliti.com/media/publications/121296-ID-konsep-masyarakat-madani-dii-
indonesia-d.pdf . Diakses pada 01 januari 2023

http://mangihot.blogspot.com/2017/02/pembentukan-struktur-sosial-masayarakat.html
Diakses pada 01 januari 2023

Kusmidi, Henderi. Konsep Sakinah, Mawaddah dan Rahmah dalam Pernikahan. Tersedia :
file:///C:/Users/User/Downloads/1601-3386-1-SM.pdf Diakses pada 01 Januari 2023

Kurniawati, Anis. Produksi, Distribusi, dan Konsumsi dalam Ekonomi Islam. Tersedia :
https://www.kompasiana.com/anis94205/5facd65a63312241ff0ed7e2/produksi-distribusi-
dan-konsumsi-dalam-ekonomi-islam Diakses pada 01 Januari 2023

Al Amin Mohammad Rasyidi, Mohammad Fuad. Konsep Toleransi dalam Islam dan
Implementasinya di Masyarakat Indonesia. Tersedia : file:///C:/Users/User/Downloads/129-
Article%20Text-470-1-10-20200126.pdf Diakses pada 01 Januari 2023

Anda mungkin juga menyukai