Anda di halaman 1dari 16

PERAN GURU

DALAM UPAYA MENCIPTAKAN MASYARAKAT MADANI

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Etika Profesi Keguruan

Dosen Pengampu : Dr. Drs. Saliman, M.Pd.

Nama : Hermidamayanti

NIM : 18416241017

Prodi : Pendidikan IPS A 2018

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Peran Guru Dalam Upaya
Menciptakan Masyarakat Madani” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Etika
Profesi Keguruan yang diampu oleh Dr. Drs. Saliman, M.Pd. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang kontribusi guru dalam upaya menciptakan
masyarakat madani dalam perspektif etika profesi keguruan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
pembuatan makalah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan globalisasi yang terjadi saat ini telah memberikan dampak
terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Perkembangan teknologi komunikasi yang
semakin maju mampu me batas-batas yang mengisolasi kehidupan manusia. Masyarakat
tentu harus mampu mengimbangi perubahan ini. Masyarakat yang ideal haruslah
masyarakat yang damai, sejahtera, terbuka, maju dan modern, atau yang lebih dikenal
sebagai “Civil Society” (Masyarakat Madani), dan bukanlah masyarakat totaliter, yaitu
masyarakat yang menginjak-injak hak asasi manusia sendiri. Masyarakat madani
nantinya akan tersusun dari masyarakat-masyarakat madani lokal dengan berdasarkan
pada kebudayaannya masing-masing. Oleh karena itu, dunia pendidikan sebagai bagian
dari pendidikan manusia memiliki peran penting dalam pembangunan masyarakat
madani. Inti dari usaha memberdayakan warga negara ialah pembangunan sumber daya
manusia, sehingga cara yang paling strategis digunakan adalah melalui pendidikan. Guru
tentu mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam upaya pencapaian tujuan
pendidikan. Melalui berbagai kompetensi yang telah diajarkan dan dimiliki, maka guru
berperan dalam pengembangan dan juga kemajuan peserta didik dari berbagai segi, baik
dari segi kognitif, afektif, serta psikomotorik peserta didik. Peserta didik memperoleh
pemahaman sadar dan juga pengetahuan akan apa saja hak-hak dan kewajibanya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep masyarakat madani ?
2. Bagaimana peran guru dalam menciptakan masyarakat madani ?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep masyarakat madani.
2. Mengetahui peranan seorang guru dalam menciptakan masyarakat madani.
BAB II

PEMBAHASAN

Kemajuan teknologi informasi telah membersihkan batas-batas yang mengisolasi


kehidupan manusia. Oleh karena itu, lahirlah masyarakat yang terbuka, dimana arus informasi
yang bebas yaitu kemanusiaan, perdagangan dan berbagai bentuk aktivitas kehidupan global
dapat mempersatukan manusia di seluruh dunia.

Sebagaimana yang telah kita semua tahu bahwa pada hakikatnya manusia memiliki
kesamaan, yakni karena kemanusiaannya. Di dalam kesamaannya itu dimungkinkan lahirnya
kebudayaan, dan dari situlah manusia dapat hidup untuk mempertahankan eksistensinya dan
bahkan berkembang membangun kehidupannya melalui kerjasama dengan sesama manusia lain.
Dalam bahasa Arab konsep dari masyarakat madani dikenal dengan istilah almujtama’ al-
madani, dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah civil society. Selain ke-2 istilah
tersebut, terdapat dua istilah lain dari masyarakat madani yakni masyarakat sipil dan masyarakat
kewargaan.

Civil society berasal dari proses sejarah masyarakat Barat. Cicero yang mulai
menggunakan istilah Societas Civilis dalam filsafat politiknya, dan memiliki arti komunitas
politik yang beradap, yang didalamnya termasuk masyarakat kota yang memiliki kode hukum
tersendiri. Masyarakat madani merupakan konsep yang merujuk pada masyarakat yang pernah
berkembang di Madinah pada zaman Nabi Muhammad SAW, yaitu masyarakat yang mengacau
pada nilai-nilai kebijakan umum, yang disebut al-khair.

Berhubungan dengan pengertian masyarakat madani atau civil society, beberapa ahli saling
mengemukakan pandangannya yang berbeda antara ahli yang satu dengan yang lainnya,
diantaranya sebagai berikut:

a. Hikam (Supriatna) berpendapat bahwa civil society secara institusional diartikan sebagai
pengelompokan anggota-anggota masyarakat sebagai warga negara mandiri yang dapat
dengan bebas bertindak aktif dalam wacana dan praktis mengenai segala hal yang
berkaitan dengan masalah kemasyarakatan pada umumnya.
b. Gallner (Supriatna), menunjuk konsep civil society sebagai masyarakat yang terdiri atas
berbagai institusi non-pemerintah yang otonom dan cukup kuat untuk mengimbangi
negara.
c. Victor Perez-Diaz, menyatakan bahwa civil society lebih menekankan pada keadaan pada
keadaan masyarakat yang telah mengalami pemerintahan yang terbatas, memiliki
kebebasan, mempunyai sistem ekonomi pasar dan timbulnya asosiasiasosiasi masyarakat
yang mandiri serta satu sama lain saling menompang.

Berdasarkan bebrapa pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli masyarakat madani
atau civil society dapat diartikan sebagai suatu corak kehidupan masyarakat yang terstruktur,
terorganisir, memiliki sifat kesukarelaan, keswadayaan, kemandirian, tetapi memiliki kesadaran
hukum yang tinggi.

Untuk mencapai tujuan ke arah menciptakan masyarakat madani dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, dibutuhkan berbagai prasyarat sebagaimana diungkapkan oleh Han Sung-Jun:

1. Diakui dan dilindunginya hak-hak individu dan kemerdekaan berserikat serta mandiri
dari negara.
2. Adanya ruang publik yang memberikan kebebasan bagi siapa saja dalam
mengartikulasikan isu-isu politik.
3. Terdapatnya gerakan kemasyarakatan yang berdasar pada nilai-nilai budaya tertentu.
4. Terdapatnya kelompok inti di antara kelompok-kelompok menengah yang mengakar
dalam masyarakat dan mampu menggerakkan masyarakat dalam melakukan modernisasi
sosial ekonomi.

Masyarakat madani atau civil society sebagai sebuah susunan masyarakat yang mandiri dan
menunjukkan berbagai kemajuan dalam hal peradaban, memiliki beberapa karakteristik tertentu
yang membedakan bentuk masyarakat madani dengan bentuk masyarakat yang lainnya. Menurut
A.S Hikam ada empat ciri utama masyarakat mandani, yaitu sebagai berikut :

1. Kesukarelaan
Kesukarelaan artinya tidak ada paksaan, tetapi memiliki komitmen bersama untuk
mewujudkan cita-citanya bersama.
2. Keswasembadaan
Setiap anggota memiliki harga diri yang tinggi, kemandirian yang kuat tanpa
menggantungkan hidupnya pada negara atau lembaga-lembaga negara serta organisasi
yang lainnya.
3. Kemandirian
Kemandirian yang cukup tinggi dari individu-individu serta kelompok-kelompok dalam
masyarakat, terutama pada saat berhadapan dengan negara.
4. Keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama.
Masyarakat madani ialah masyarakat yang berdasar pada hukum dan bukan negara
kekuasaan. Maka dari itu masyarakat madani perlu memiliki keterkaitan pada nilai
hukum yang disepakati secara bersama-sama.

Nurcholis Madjid dalam sudut pandang lain mengemukakan ciri-ciri masyarakat madani sebagai
berikut:

1. Semangat egalitarianisme atau kesetaraan.


2. Penghargaan kepada orang yang berdasarkan prestasi, dan bukan prestise seperti
keturunan kesukuan, ras, dan lain-lain.
3. Keterbukaan.
4. Partisipasi seluruh anggota masyarakat.
5. Penentuan kepemimpinan melalui pemilihan.

Sedangkan Hidayat Syarif memiliki pandangan bahwa masyarakat madani memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:

1. Masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, Pancasilais, dan memiliki
cita-cita serta harapan masa depan.
2. Masyarakat yang demokratis dan beradab yang menghargai perbedaan pendapat.
3. Masyarakat yang menghargai Hak Asasi Manusia.
4. Masyarakat yang tertib dan sadar hukum yang direfleksikan dari adanya budaya malu
apabila melanggar hukum.
5. Masyarakat yang mempunyai kepercayaan diri dan kemandirian.
6. Masyarakat yang mempunyai pengetahuan dan kompetitif dalam suasana kooperatif,
penuh persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan semangat kemanusiaan universal
(pluralis).
Berdasarkan sejarah Indonesia, perwujudan masyarakat madani di Indonesia sebetulnya
sudah mulai dicita-citakan sejak terjadinya perubahan social ekonomi pada masa kolonial,
terutama pada saat kapitalisme mulai diperkenalkan oleh pihak Belanda. Hal ini tentu ikut
mendorong terwujudnya pembentukan sosial melalui proses Pendidikan modern, industrialisasi,
dan urbanisasi. Hasilnya terwujud antara lain munculnya kesadaran baru di kalangan kaum elit
pribumi yang turut serta mendorong terbentuknya organisasi sosial modern.

Dari era orde lama hingga era reformasi saat ini, persoalan pencapaian civil society selalu
menunjukkan fenomena yang sama. Terdapat beberapa permasalahan yang dapat menjadi
hambatan dan juga sekaligus tantangan dalam proses mewujudkan masyarakat madani menurut
model Indonesia, yaitu sebagai berikut :

1. Semakin berkembangnya orang “miskin” dan orang yang merasa miskin.


2. LSM dan partai politik muncul bagaikan jamur yang tumbuh di musim penghujan
sehingga memungkinkan berbagai “ketidakjelasan”.
3. Pers berkembang pesat dan semakin canggih tetapi justru “fesimisme” masyarakat yang
terjadi.
4. Kaum cendikiawan semakin banyak tetapi cenderung berorientasi pada kekuasaan.
5. Kurang pede untuk bersaing dan senantiasa merasa rendah diri.

Untuk mencapai tujuan masyarakat madani Indonesia tidak ditempuh dengan proses yang radikal
dan cepat (revolusi), tetapi melalui proses yang sistematis dan berharap serta cenderung lambat
(evolusi), yaitu melalui sebuah upaya pemberdayaan masyarakat dalam berbagai aspek
kehidupan.

Prinsip-Prinsip Dasar Masyarakat Madani

a. Persaudaraan
Itu didasarkan pada saling membantu dari kesetiaan dan kebaikan untuk kebenaran.
Ketika anda memiliki teman atau orang yang membutuhkan bantuan, bantu mereka sesuai
kemampuan mereka. Saat seseorang bersedih, menghiburnya akan membuat hatinya
kembali bahagia.
b. Ikatan Iman
Perpaduan keyakinan merupakan fondasi terkuat yang dapat menghimpun masyarakat
secara harmonis, sekalipun Indonesia memiliki banyak agama yang berbeda, sepanjang
tidak bertentangan dengan prinsip masing-masing agama, hal tersebut tidak menjadi
masalah.
c. Ikatan Cinta
Cinta mempersatukan perbedaan antara kaya dan miskin. Orang kaya tidak memandang
rendah orang-orang dengan kondisi ekonomi yang buruk, mereka juga tidak memandang
rendah orang-orang yang memimpin rakyat, juga tidak menentang yang kuat. Fondasi
cinta ini dapat diperkokoh dengan saling memberikan kenang-kenangan dan hadiah.
d. Persamaan Si Kaya dan Si Miskin di hadapan Tuhan dan di hadapan hukum peradilan.
e. Toleransi Umat Beragama.
Adanya ruang publik yang bebas dalam menyatakan pendapat.
f. Demokrasi dalam masyarakat tanpa membedakan suku, ras, dan agama.
g. Keadilan Sosial.
Antara hak dan kewajiban terdapat keseimbangan/proporsional dalam membagi
sesuatu fasilitas. (Siti Halimah (dalam Y. Ch. Nany S., M. Si.))

Tujuan membentuk masyarakat madani harus menjadi cita-cita yang serius bagi bangsa
Indonesia sejalan dengan berkembangnya kehidupan berdemokrasi. Bahkan gagasan tentang
masyarakat madani telah mulai dikembangkan sejak zaman Yunani klasik seperti Cicero
sebagaimana para ahli berpikir.

Tantangan yang harus mampu dilakukan oleh seluruh masyarakat supaya tercapai kehidupan
madani adalah:

1. Sikap demokratis
Membangun sikap demokratis tidak hanya untuk membentuk pribadi yang bermartabat,
berpendidikan, dan memiliki jati diri sebagai suku bangsa yang majemuk di Indonesia,
tetapi untuk menumbuhkan sikap demokratis tersebut diperlukan dukungan sistem yang
mengembangkan sikap demokratis. Tentu saja, sistem pendidikan yang hanya
memprioritaskan sekelompok orang (seperti orang yang sangat cerdas) pada dasarnya
tidak demokratis. Begitu pula dengan proses pembelajaran yang harus dimasukkan dalam
proses pembelajaran dan kurikulum, proses ini tidak dapat menumbuhkan sikap kreatif
dan bebas, serta dapat mengungkapkan pendapat, tidak setuju dan menghargai pendapat
dengan lebih baik. Begitu pula dengan pendidik dan dosen otoriter tidak membiarkan
mahasiswa mengembangkan sikap demokratis.
2. Sikap toleran
Wajah budaya Indonesia yang beragam membutuhkan tingkat toleransi yang tinggi dari
setiap anggota masyarakat. Sikap toleran ini harus disadari oleh seluruh lapisan
masyarakat dan semua lapisan untuk membentuk masyarakat yang kompak dan beragam
yang sarat akan ide-ide baru. Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Dewan Urusan
Dunia Indonesia (ICWA) pada Maret 1999, Juwono Sudarsono menyatakan bahwa selain
toleransi, kompromi di bidang pendidikan juga penting untuk dikembangkan.
3. Saling pengertian
Dalam masyarakat demokratis, perbedaan pendapat sebenarnya merupakan pelajaran
dalam membentuk masyarakat yang berwawasan luas. Untuk itu diperlukan pengetahuan
dan apresiasi terhadap keberagaman. Pendidikan nasional harus beradaptasi dengan
kebutuhan masyarakat yang beragam ini. Keragaman budaya daerah harus dikembangkan
sebaik mungkin sehingga pada gilirannya berkontribusi pada perwujudan budaya bangsa
Indonesia. Dengan mewujudkan komunikasi yang bebas dan kuat antar warga dan antar
suku maka sikap toleransi dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penguatan
pengembangan budaya daerah, dan pertukaran kunjungan antara masyarakat dan budaya
daerah.
4. Berakhlak tinggi, beriman dan bertaqwa
Masyarakat Indonesia yang bhinneka dengan beragam nilai-nilai budayanya, namun
merupakan ciri khas dari masyarakat Indonesia, adalah masyarakat yang beriman.
Manusia yang beriman adalah manusia yang berakhlak tinggi oleh karena semua agama
yang hidup dan berkembang di Indonesia adalah agama yang mengajarkan nilainilai
moral yang tinggi. Keragaman agama yang hidup dan berkembang di Indonesia menuntut
sikap toleransi dan saling pengertian setiap anggotanya. Oleh sebab itu pendidikan agama
di dalam sistem pendidikan nasional haruslah dilaksanakan begitu rupa sehingga
terwujudlah suatu kehidupan bersama yang mengandung unsur-unsur toleransi serta
saling pengertian yang mendalam. Kita perlu menghindari ramalan Huntington yang
memprediksikan adanya konflik-konflik budaya dan agama sebagai pengganti konflik
kekerasan senjata dalam kehidupan umat manusia pada melenium ketiga yang akan
datang.
5. Manusia dan masyarakat yang berwawasan global
Masyarakat Indonesia memasuki suatu kehidupan baru dalam melenium ketiga yaitu
masyarakat global yang ditandai oleh kemajuan teknologi serta perdagangan bebas.
Kehidupan global tersebut memberikan kesempatan-kesempatan yang baru tetapi juga
tantangan-tantangan yang semakin sulit dan kompleks sehingga meminta kualitas sumber
daya manusia Indonesia yang bukan saja menguasai dan dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan tetapi juga yang terampil di dalam memecahkan masalah-masalah yang
muncul akibat gelombang globalisasi tersebut. Menurut pengamatan UNESCO terdapat
beberapa bahaya yang inheren di dalam gelombang globalisasi yang perlu diwaspadai
dalam proses pendidikan. Tantangan-tantangan tersebut ialah regionisasi, polarisasi,
marginalisasi, dan fragmentasi. Gelombang globalisasi juga telah melahirkan berbagai
kerjasama regional yang pada gilirannya menuntut program dan langkah-langkah yang,
sesuai di dalam pendidikan nasional anggota kerjasama regional tersebut. Dengan
demikian regionisasi akan memberikan keuntungan tetapi juga malapetaka bagi anggota
kerjasama regional yang tidak mempersiapkan diri sehingga hanya akan menguntungkan
anggota-anggota yang lebih siap. Globalisasi juga dapat menyebabkan polarisasi antara
negara yang maju dan negara berkembang. Oleh sebab itu negara berkembang harus
pandai-pandai mempersiapkan diri sehingga tidak akan menjadi mangsa dari kekuatan
global yang lebih kuat. Akibatnya ialah pemiskinan negaranegara yang dilindas oleh
kekuatankekuatan global seperti di dalam ekonomi dan perdagangan. Selanjutnya,
gelombang globalisasi dapat menjadikan sekelompok manusia tercecer atau terbuang dari
arus perubahan Proses marginalisasi kita rasakan di dalam era krisis moneter yang telah
mengakibatkan sejumlah besar rakyat Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Oleh
sebab itu pendidikan nasional harus, mempunyai visi untuk dapat memberdayakan rakyat
banyak sehingga rentan terhadap perubahan-perubahan global yang menimpannya
Sejalan dengan kekuatankekuatan yang disebut tadi, juga globalisasi dapat menyebabkan
fragmentalisasi masyarakat Indonesia di dalam kelompok-kelompok yang diuntungkan
dan kelompok-kelompok yang dikalahkan akibat kepentingan-kepentingan tertentu.
Demikian pula tumbuh suburnya proses demokrasi dapat memecah belah kehidupan
berbangsa dan bertanah air sehingga masyarakat dan bangsa Indonesia dapat terpecah
belah menjadi masyarakat yang lemah. Sistem pendidikan nasional mempunyai tugas
untuk melihat secara dini masalah-masalah tersebut di atas agar supaya dapat
mempersiapkan manusia dan masyarakat Indonesia untuk lebih siap menghadapi
tantangantantangan global tersebut.

Untuk mewujudkan masyarakat madani di Indonesia melalui proses pendidikan, maka perlu
dipahami secara utuh berbagai aliran pendidikan pembangunan sosial di lingkungan pendidikan
modern dan tradisional. Pemahaman ini dapat membantu mengukur tujuan dari proses
pendidikan yang akan dikembangkan. Selain itu, perlu dipahami karakteristik dan tantangan
pendidikan masa depan di abad 21, serta berbagai permasalahan yang mungkin muncul di era
pembangunan global. Implikasinya dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia adalah
sebagai berikut:

1. Pembangunan pendidikan yang masih bertumpu pada ideologi negara dan falsafah
Pancasila, belum memberantas budaya bangsa yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat.
2. Meningkatkan implementasi pendidikan nasional yang berstandar internasional mulai
dari tingkatan pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, serta menguatkan usaha-usaha
hubungan internasional dalam bidang pendidikan yang saling menguntungkan dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan.
3. Sesuai dengan tuntutan globalisasi dan tantangan abad 21, penyelenggaraan pendidikan
harus memiliki visi yang jelas ke depan, terkait dengan kearifan akademik, keterampilan,
kemandirian dan hati nurani yang luhur dalam ajaran agama.
4. Dengan mengedepankan prinsip humanisme, transparansi dan keadilan dalam masyarakat
sipil, penyelenggaraan pendidikan harus mampu meninggalkan ciri kapitalisme
materialistik.
5. Konsep dasar filosofi dan teori pendidikan harus ditempatkan dalam konteks sistem
masyarakat madani Indonesia yang berlandaskan filosofi Pancasila. Oleh karena itu,
pembangunan pendidikan harus dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat madani, yaitu
dengan meningkatkan dan memahami konsep dasar universalitas, keadilan, dan
solidaritas serta status dan perannya dalam masyarakat madani dalam lingkup kehidupan
berbangsa dan bernegara, peningkatan kualitas sumber daya manusia. Mampu menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat, serta mampu mengolah bumi
dan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia.
6. Konsep pendidikan seumur hidup hendaknya didasarkan pada empat pilar belajar
terpadu, yaitu :
a. belajar untuk mengetahui
b. belajar untuk berbuat;
c. belajar untuk hidup bersama; dan
d. belajar untuk menjadi dirinya sendiri.
7. Untuk mengantisipasi perubahan menuju masyarakat madani di Indonesia, maka
penyelenggaraan pendidikan harus didesain sedemikian rupa, dengan alternatif usulan
sebagai berikut :
a. Pendidikan harus menuju pada integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum sehingga
melahirkan insan kamil cendekia, mandiri, dan bernurani serta berakhlak mulia yang
memiliki kemampuan kabajikan dan bermanfaat bagi bangsanya, serta memiliki
pandangan sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
b. Pendidikan yang mampu menumbuhkan etos kerja tinggi, profesional, disiplin, jujur,
serta menjauhi sifat korupsi dan kerakusan tak bermoral.
c. Pendidikan menuju tercapainya sikap toleransi, berbudi pekerti luhur, dan
demokratis, serta menghargai adanya perbedaan pendapat, namun tetap memegang
teguh keyakinan ajaran agama yang dianutnya.
d. Pendidikan yang mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan, jiwa swadaya,
kemandirian, dan jiwa menghargai atas kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dalam
perilaku kehidupan sehari-hari; dan
e. Pendidikan didesain agar mampu menghadapi tantangan abad 21 di masa depan
untuk menuju masyarakat madani yang dicita-citakan.
8. Pihak yang ikut berpengaruh dan memiliki peran penting dalam proses pendidikan
adalah:
a. Guru atau pendidik
b. Bakat pribadi siswa
c. Lingkungan belajar termasuk kurikulum, sarana dan prasarana pendukung, nilai-nilai
budaya masyarakat, adat-istiadat, dan falsafah dasar ideologi bangsa
d. Pemerintah, dan
e. Tokoh masyarakat.

Peran guru atau pendidik sangat penting dalam keberhasilan pembelajaran peserta
didik. Dalam rangka mewujudkan masyarakat madani melalui proses pendidikan, perlu
dilakukan peningkatan kualitas guru, guru-guru tersebut harus memiliki kualitas yang
memadai, memiliki etika profesional yang tinggi dan mampu menjalankan tugasnya
sebagai pendidik secara profesional. Untuk mewujudkan pengembangan tenaga pendidik
yang profesional, perlu terus dilakukan penataran dan pembinaan kurikulum, serta
penataan guru yang berjiwa pendidik sejati, memahami makna masyarakat sipil, mampu
melakukan pertukaran internasional, dan berjiwa Pancasila yang sejati.

9. Pembenahan dan penataan institusi pendidikan dari pendidikan dasar hingga pendidikan
tinggi, termasuk perbaikan kurikulum yang berbasis padamasyarakat madani, perlu terus
dilakukan. Demikian pula, tujuan pendidikan nasional perlu dirumuskan kembali
berdasarkan ideologi masyarakat sipil Indonesia.

Mewujudkan masyarakat madani merupakan hal yang harus dilakukan agar semua warga
negara dapat memahami hak-hak dan juga kewajibannya sebagai seorang warga negara
Indonesia khususnya. Dalam upaya untuk mewujudkannya dapat dilakukan dengan cara apapun
misalnya melalui sosialisasi politik, kegiatan bela Negara, tetapi hal tersebut juga dapat
dilaksanakan oleh instansi pendidikan karena pendidikan memiliki peranan penting.
Karakteristik dari masyarakat madani adalah Ruang Publik yang bebas, Demokratisasi,
Toleransi, Pluralisme, Keadilan Sosial. Dalam mewujudkan masyarakat madani, pengetahuan
sangat berpengaruh bagi wawasan siswa mengenai pengetahuan kebangsaan sehingga siswa
bukan hanya mengetahui namun dapat memahami menganilisis kehidupan kebangsaan. Dalam
rangka mewujudkan masyarakat madani merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah, karena
pada saat ini dunia pendidikan memiliki berbagai tantangan.

Dalam masa yang berorientasi pada revolusi industri 4.0, diperlukan berbagai sistem digital
yang juga terkait erat dengan sarana dan prasarana sekolah serta cara guru berperan sebagai
penggerak atau fasilitator dalam kegiatan pengajaran di kelas. Metode pembelajaran yang
diterapkan oleh guru sangat mempengaruhi perkembangan sikap kritis anak, atau dapat
menganalisis berbagai permasalahan dalam materi pembelajaran. Untuk merefleksikan
masyarakat madani berbasis sistem kemandirian sebagai warga negara yang baik, beberapa
upaya perlu dilakukan, antara lain menjadikan generasi muda (mahasiswa) setia, berilmu dan
bermoral. Dan mulail memahami isu-isu negara dari hal-hal sederhana. Pembelajaran berbasis
Revolusi Industri 4.0 mengharapkan segala aspek persiapan, terutama pendidikan, yaitu sekolah
sebagai sarana atau alat untuk membentuk pengetahuan, karakter dan keterampilan. Merupakan
tugas guru untuk berpartisipasi dalam penciptaan masyarakat yang beradab atau masyarakat yang
beradab.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat madani atau civil society dapat diartikan sebagai suatu corak
kehidupan masyarakat yang terstruktur, terorganisir, memiliki sifat kesukarelaan,
keswadayaan, kemandirian, tetapi memiliki kesadaran hukum yang tinggi.

Peran guru atau pendidik sangat penting dalam keberhasilan pembelajaran peserta
didik. Dalam rangka mewujudkan masyarakat madani melalui proses pendidikan, perlu
dilakukan peningkatan kualitas guru, guru-guru tersebut harus memiliki kualitas yang
memadai, memiliki etika profesional yang tinggi dan mampu menjalankan tugasnya
sebagai pendidik secara profesional. Guru berperan sebagai penggerak atau fasilitator
dalam kegiatan pengajaran di kelas. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru
sangat mempengaruhi perkembangan sikap kritis anak, atau dapat menganalisis berbagai
permasalahan dalam materi pembelajaran.

B. Saran
Peningkatan sistem pendidikan dan kualitas guru sangat dibutuhkan dalam proses
pembentukan masyarakat madani. Sistem Pendidikan harus berorientasi terhadap nilai-
nilai kearifan lokal masyarakat Indonesia. Dengan Pendidikan yang baik akan
membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Dengan kualitas
guru yang semakin meningkat sehingga mampu memberikan pembelajaran secara
maksimal dan mampu berperan dalam proses pembentukan masyarakat madani.

C.
Daftar Pustaka

Baharuddin, B. Menggagas Pendidikan Berbasis Nilai-Nilai Civil Society di Madrasah.


Madrasah, 7(1), 147307.

Izzah, I. (2018). Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Masyarakat Madani.
PEDAGOGIK: Jurnal Pendidikan, 5(1), 50-68.

Nany. Y. Ch. (2018). PERANAN PANCASILA DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT


MADANI.

Purba, E. (2018). PERAN GURU PPK-n MEWUJUDKAN CIVIL SOCIETY BERBASIS


REVOLUSI INDUSTRY 4.0.

Suroto, K. M. M. D. I. (2015). Dalam Masa Postmodern (Sebuah Analitis Kritis), dalam. Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan, 5(9).

Ningsih, T. (2009). Telaah Konsepsi Pendidikan dan Implikasinya Bagi Terwujudnya


Masyarakat Madani di Indonesia. INSANIA: Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 14(1),
149-171.

Anda mungkin juga menyukai