Anda di halaman 1dari 23

BAB VII

PERBANKAN SYARIAH

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah memahami prinsip-prinsip mengenai produk


dan jasa perbankan, pada pertemuan ini mahasiswa
diharapkan mampu menganalisis mengenai produk-produk
yang dimiliki oleh bank syariah dan perbedaannya dengan
bank konvesional.

B. MATERI

1. Pendirian Bank Syariah di Indonesia

Bank syariah berdiri di Indonesia diprakarsai oleh


Majelis Ulama Indonesia (MUI) tepatnya pada 18-20
Agustus 1990. PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
merupakan bank syariah pertama di Indonesia Akta
pendiriannnya ditandatangani pada tanggal 1 November
1991. Seiring dengan berjalannya waktu berdiri bank
Syariah yang sahamnya dimiliki oleh BUMN yaitu Bank
Syariah Mandiri (BSM). Kemudian diikuti oleh Bank BNI,
Bank BRI yang juga mendirikan anak perusahaan bank
syariah, juga berdiri bank-bank syariah lainnya. Layanan
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 108
bank syariah tidak hanya hadir di bank-bank nasional
namun juga bank-bank asing, seperti ANZ, Chase
Chemical Bank dan Citibank telah membuka cabang
yang berdasarkan Syariah. Produk dan jasa yang
ditawarkan oleh bank syariah tidak hanya dibatasi untuk
masyarakat muslim saja namun terbuka untuk
masyarakat lainnya.

Pada tanggal 1 Februari 2021, didirikan Bank


Syariah Indonesia (BSI) yang merupakan gabungan
atau merger antara Bank BNI Syariah, Bank BRI Syriah
dan Bank Syariah Mandiri. BSI menjadi bank syariah
terbesar di Indonesia dengan total aset (Des 2020)
sebesar Rp 240 triliun, modal inti sebesar Rp 20,4 triliun
dan memiliki jumlah nasabah sebanyak 14,9 juta.
Kehadiran bank Syariah ternyata tidak hanya di
Indonesia namun sudah ada di berbagai negara. Berikut
ini adalah daftar beberapa bank syariah yang memiliki
aset terbesar menurut The Asianbanker.

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 109


Tabel 1. 10 Aset Terbesar Perbankan Syariah di Dunia
(Theasianbanker, 2022)

Untuk melihat perbedaan mendasar bank syariah


dan bank konvensional antara lain bisa melihat diagram
berikut :

Gambar 1. Beda bank konvensional dan bank syariah (Wiroso,


2013)
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 110
Dari gambar di atas terlihat sekali perbedaan pola
kerja antara kedua jenis bank tersebut, yang mana
penggunaan akad-akad syariah disesuaikan dengan
jenis pembiayaan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Gambar 2. Beda bank konvensional dan bank syariah (Wiroso,


2013)

Bank syariah harus memastikan bahwa


operasional bank benar-benar merujuk pada Al Quran
dan Sunnah dan mengimplementasikan fatwa DSN-MUI.
Pada bank syariah ada Dewan Pengawas Syariah yang
bertugas untuk memastikan bahwa operasional bank
sudah menerapkan fatwa DSN-MUI dan memberikan
solusi atas permasalahan yang dihadapi terkait
pelaksanaan prinsip syariah.

2. Produk dan Jasa Bank Syariah

Bank syariah menawarkan produk dan jasa


kepada masyarakat yang sesuai tuntunan menurut Al

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 111


Quran dan Sunnah. Dalam implementasinya, bank
syariah merujuk fatwa-fatwa yang diterbitkan oleh
Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) dan fatwa-fatwa tersebut telah menjadi suatu
aturan yang mengikat dalam operasional bank syariah
karena dituangkan di dalam kebijakan dan ketentuan
Otoritas Jasa Keuangan. Selain fatwa-fatwa DSN-MUI,
rujukan lain yang dipakai adalah standar syariah dari
Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI), lembaga otonomi
internasional dan non profit yang berkantor pusat di
Bahrain. Secara garis besar produk bank syariah
dibedakan menjadi antara lain:

a. Produk Dana Pihak Ketiga


b. Produk Pembiayaan Jual beli & Investasi
c. Jasa

Gambar 3 Produk dan Jasa Perbankan Syariah (Wiroso, 2013)

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 112


Perbedaan mendasar antara kedua jenis bank
adalah terletak pada operasionalnya, bank syariah
harus merujuk pada fatwa DSN-MUI. Bank syariah
dalam memasarkan produk dan jasanya harus
menghindarkan dari :

a. Riba

Bank tidak boleh memberikan pinjaman kepada


nasabah dan mendapatkan pengembalian lebih
dalam bentuk bunga/keuntungan dari pemberian
pinjaman tersebut. Tidak boleh mendapatkan
keuntungan/ manfaat tanpa mau menerima risiko.

b. Maysir

Selain riba ada prinsip lainnya yaitu maysir atau


aktifitas di mana dalam aktifitas tersebut pemenang
akan mendapatkan keuntungan dari pihak yang
kalah. Contoh dari prinsip ini adalah transaksi swap
yaitu kombinasi antara kontrak pembelian/penjualan
valas pada harga spot dan pembelian/penjualan
valas yang sama pada harga forward.

c. Gharar

Prinsip lainnya adalah ketidakpastian yang terjadi


dalam suatu transaksi yang berpotensi merugikan
pihak yang lain bertransaksi. Contohnya adalah
penerapan dua tarif dalam satu transaksi seperti
pada pelaksanaan pelunasan sebelum jatuh tempo
(PSJT) di bank konvensional. Tarif ketika kredit

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 113


dilunasi hingga jatuh tempo dan sebelum jatuh tempo
berbeda.

a. Produk Simpanan atau Dana Pihak Ketiga (DPK)

DPK merupakan dana yang dihimpun dari


masyarakat, bank akan menawarkan kepada
masyarakat produk giro, tabungan dan deposito.
Berbeda dengan yang ada di bank konvensional,
produk simpanan bank syariah menggunakan
beberapa jenis akad.

Gambar 2 Produk Dana Pihak Ketiga (Wiroso, 2013)

1) Produk Giro

Akad yang digunakan adalah wa’diah


ataupun titipan, dalam hal ini nasabah
menitipkan dananya pada bank (Otoritas Jasa
Keuangan, 2015). Bank dimungkinkan untuk
memberikan bonus kepada nasabah. Prinsip

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 114


akad Wadi’ah merupakan titipan murni, nasabah
perorangan/ badan hukum menitipkan dananya
dan bank akan menjaga dan mengembalikan bila
nasabah ingin menarik dananya.

2) Produk Tabungan

Pada produk tabungan pada bank syariah


menggunakan 2 (dua) jenis : akad wadi’ah dan
mudharabah (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

 Tabungan Wadi’ah

Tabungan dengan akad wadi’ah memiliki


karakteristik dengan produk giro dengan akad
wadi’ah. Nasabah tidak mendapatkan bunga
sebagaimana di bank konvensional, namun
karena sifatnya titipan, rekening nasabah
tidak dibebankan biaya administrasi
pengelolaan rekening.

 Tabungan Mudharabah

Tabungan dengan akad mudharabah,


nasabah tidak mendapatkan bunga namun
bagi hasil (nisbah) dari dana yang
diinvestasikan di rekening tabungan.
Besarnya nilai bagi hasil secara nominal
ditentukan dari pendapatan bank. Untuk
besarnya bagi hasil (nisbah) ditentukan
secara periodik dan hasil keputusan dari
Asset Liability Committee (ALCO). Contoh

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 115


bagi hasil untuk produk tabungan
mudharabah Bank Syariah Indonesia adalah :

Gambar 5. Contoh Persentase Bagi Hasil


Tabungan (Bank BSI, 2022b)

Dalam contoh di atas, persentase tersebut


adalah bagi hasil untuk nasabah.

Nasabah pemilik rekening tabungan akan


dikenakan biaya administrasi untuk
pengelolaan rekening setiap bulan.

Metode perhitungan bagi hasil :

BHN = SRTN x TPBHT x BH

SRST

BHN = Bagi hasil untuk nasabah

SRTN = Saldo rata-rata tabungan


Nasabah

SRST = Saldo rata-rata seluruh


tabungan

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 116


TPBHT = total pendapatan yang dibagi
hasil untuk tabungan

BH = Bagi hasil

Dari rumus di atas, penentuan bagi hasil


untuk nasabah berubah setiap bulan
bergantung pada total pendapatan bank yang
diperoleh dari perputaran dana untuk produk
tabungan.

Untuk penarikan dana, nasabah selain bisa


datang ke kantor cabang bank, nasabah
menarik melalui ATM. Nasabah bisa memilih
apakah jenis kartu ATM, apakah berlogo GPN
(gerbang pembayaran nasional) atau
Mastercard/Visa. Perbedaannya adalah logo
GPN hanya berlaku di Indonesia sedangkan
yang berlogo Mastercard/ Visa berlaku di luar
negeri. Kartu ATM dengan kedua logo tsb
dapat dipakai untuk membayar transaksi
belanja.

 Deposito

Produk deposito bank syariah menggunakan


akad mudharabah (Otoritas Jasa Keuangan,
2015). Nasabah akan memperoleh bagi hasil
dari dana yang diinvestasikan. Besar
persentase bagi hasil ditentukan secara

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 117


periodik dan merupakan hasil keputusan dari
Asset Liability Committee (ALCO). Persentase
bagi hasil untuk nasabah pemilik rekening
deposito jauh lebih besar dari pada
persentase bagi hasil untuk pemilik rekening
tabungan.

Gambar 6. Contoh Persentase Bagi Hasil Deposito (Bank


BSI, 2022a)

Metode perhitungan bagi hasil :

BHN = SRTN x TPBHT x BH

SRST

BHN = Bagi hasil untuk nasabah

SRDN = Saldo deposito nasabah

SRSD = Saldo seluruh deposito

TPBHT = total pendapatan yang dibagi


hasil untuk deposito

BH = Bagi hasil

Dari formula di atas, bagi hasil yang diterima


nasabah berubah setiap bulan bergantung
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 118
pada total pendapatan bank yang diperoleh
dari perputaran dana untuk produk deposito.
Untuk bagi hasil dari deposito yang menjadi
hak nasabah, bank akan memindahbukukan
ke rekening afiliasi yaitu rekening tabungan
atau menambah ke pokok deposito.

b. Produk Pembiayaan

Produk pembiayaan di bank syariah secara umum


dapat dkelompokkan menjadi :

1) Jual beli
a) Murabahah

Perbedaan mendasar antara


pembiayaan di bank syariah dan kredit di
bank konvensional adalah bank syariah tidak
meminjamkan uang secara tunai kepada
debitur namun bank akan menjual barang
kepada debitur apakah itu rumah, mobil,
mesin-mesin dan sebagainya. Pada
pembiayaan murabahah, calon debitur
memesan terlebih dahulu kepada bank
barang yang hendak dibeli, kemudian bank
akan melakukan pembelian barang tersebut.
Setelah barang dalam penguasaan baik
secara fisik maupun hukum, kemudian bank
menjual barang tersebut kepada calon
debitur (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).
Dalam hal kasus, calon debitur hendak
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 119
membeli rumah, maka calon debitur tidak
boleh membayar uang muka kepada
developer rumah, karena dengan cara
seperti itu, secara syariah, rumah sudah
menjadi milik calon debitur dan bank hanya
menambahi kekurangan pembayaannya
atau memberi hutang kepada debitur di
mana debitur memiliki kewajiban untuk
mengembalikan pokok hutang dan
kelebihannya. Dalam pembelian barang,
bank boleh menunjuk wakil untuk membeli
barang yang dibutuhkan calon debitur
tersebut namun bukan diwakilkan kepada
calon debitur.

Ketika barang telah dibeli oleh bank,


bank akan menjual kepada calon debitur
dengan harga jual telah memperhitungkan
margin keuntungan untuk bank, kemudian
debitur membayar dengan cara diangsur
selama jangka waktu yang disepakati.

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 120


Gambar 7. Diagram Pembiayan dengan Akad Murabahah
(Wiroso, 2013)

Contoh perhitungan :

Gambar 8. Perhitungan Murabahah (Wiroso, 2013)

Debitur akan mengangsur dengan jumlah


yang tidak akan berubah hingga perjanjian
selesai karena jumlah angsuran didasarkan
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 121
harga jual bank (yang dibagi rata dengan
jangka waktu) bukan hutang yang dikenakan
bunga dan tingkat suku bunganya bisa
berubah setiap waktu.

b) Istishna

Istisha adalah akad yang dipakai untuk


pembiayaan di mana calon debitur hendak
membeli barang, yang membedakan dengan
akad murabahah adalah barang tersebut
harus dibuat terlebih dan ada pembelian
bahan baku serta ada biaya tenaga kerja
(Otoritas Jasa Keuangan, 2015). Contohnya
adalah pembelian rumah yang tidak ready
stock. Dalam hal ini bank akan melakukan
akad istishna pararel yaitu antara debitur &
bank dan bank & pengembang perumahan.

Gambar 9. Alur Transaksi Istishna (Wiroso, 2013)

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 122


Pembiayaan dengan akad Istishna adalah
termasuk akad jual beli. Dalam hal ini calon
debitur menentukan spesifikasi teknis
barang yang hendak dibeli dan akan dibuat
serta jangka waktu penyerahannya. Pihak
bank akan menyampaikan spesifikasi
tersebut kepada penjual atau Setelah akad,
debitur membeli barang yang harus dibuat
terlebih dulu dengan cara mengangsur
selama jangka waktu tertentu. Mekanisme
perhitungan angsuran sama seperti
perhitungan pada akad Murabahah. Bank
akan mendapatkan margin keuntungan dari
transaksi ini.

c) Ijarah

Bila akad Murabahah dan Istishna dipakai


untuk pembelian barang berwujud maka
pembiayaan dengan akad ijarah adalah
untuk pembelian suatu jasa atau sewa suatu
barang. Dalam hal ini jasa atau sewa barang
tersebut harus sudah dilakukan oleh bank
sebelum bank menjual atau menyewakan
kembali kepada debitur (Otoritas Jasa
Keuangan, 2015). Contohnya adalah
penyewaan alat berat untuk kegiatan
pertambangan selama 1 tahun. Dalam hal ini
penyewa menghendaki pembayaran sewa

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 123


dilakukan penuh untuk 1 tahun. Calon
debitur dapat meminta bank syariah untuk
menyewakan alat tersebut dengan cara
pembayaran sewa secara bulanan. Bank
akan menyewa alat berat dari penyedia jasa
penyewa dan menyewakan kembali kepada
debitur.

Mekanisme perhitungan angsuran sama


seperti perhitungan pada akad Murabahah.
Bank akan mendapatkan margin keuntungan
dari transaksi ini.

2) Investasi

Bila masyakarat membutuhkan permodalan,


maka masyarakat dapat datang bank syariah.
Dalam hal ini ada 2 produk pembiayaan yang
bisa dimanfaatkan oleh masyarakat :

a) Mudharabah

Pembiayaan dengan akad ini bisa


dimanfaatkan bila calon debitur memiliki
suatu proyek yang prospektif dan

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 124


membutuhkan permodalan. Calon debitur
dapat bersyirkah/ bermitra dengan bank
syariah dalam mengelola proyek tersebut.

Dalam hal ini calon debitur menjadi


pengelola proyek atau disebut dengan
mudharib, sedangkan sebagai pemodal
disebut dengan shahibul maal yang
memodali seluruh proyek (Otoritas Jasa
Keuangan, 2015). Pengelola proyek
bertanggung jawab untuk mengelola proyek
hingga selesai dan menghasilkan
keuntungan untuk dibagi antara mudharib
dan shhibul maal.

Besarnya bagi hasil atau nisbah


disepakati antara kedua belah pihak
misalkan 65% : 35%; di mana 65% dari
keuntungan untuk mudharib dan 35%
keuntungan untuk bank sebagai pemodal.
Bila terjadi kerugian dengan proyek tersebut
maka mudharib menanggung risiko berupa
kerugian tenaga dan waktu sedangkan bank
akan menanggung kerugian finansial
sebesar modal yang disetorkan.

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 125


Gambar 10. Alur Transaksi Akad Mudharabah (Wiroso, 2013)

b) Musyarakah

Berbeda dengan akad mudharabah,


dalam akad musyarakah, pemilik proyek dan
bank sama-sama menyetorkan modal untuk
proyek yang akan dijalankan. Kedua belah
pihak sama-sama mengelola proyek yang
dijalankan, besaran modal yang disetorkan
oleh masing-masing pihak dicatat sebagai
dana syirkah. Syirkah adalah istilah
gabungan antara kedua pihak dalam
mengeolola proyek yang dijalankan (Otoritas
Jasa Keuangan, 2015).

Kedua belah pihak saling bekerjasama


dan berbagai peran dalam mengelola bisnis
yang akan dijalankan. Misalkan kedua belah
pihak sepakat untuk :
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 126
 Permodalan : pemilik proyek (debitur)
menyetorkan modal sebesar 30% dan
bank syariah menyetorkan modal sebesar
70%
 Bagi hasil keuntungan : pemilik proyek
(debitur) mendapatkan nisbah bagi hasil
sebesar 50% dan bank syariah sebesar
50%; pertimbangannya adalah debitur
memiliki keahlian dsb.

Dalam hal terjadi kerugian terhadap usaha


yang dikelola, kerugian yang ditanggung
masing-masing pihak dihitung berdasarkan
porsi modal yang disetorkan oleh masing-
masing pihak.

Gambar 3 Alur Transaksi Akad Musyarakah (Wiroso,


2013)

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 127


c. Jasa

Jasa yang ditawarkan oleh bank syariah menyerupai


jasa yang disediakan oleh bank konvensional namun
dalam prakteknya harus merujuk pada fatwa-fatwa
DSN-MUI atau jasa tersebut tidak mengandung riba,
gharar dan maysir.

 Jasa pengiriman uang (kliring dan RTGS)


 Jasa penukaran mata uang asing (valas) atau
sharf dan remittance.
 Jasa penagihan (Inkaso)
 Jasa penerbitan L/C dan SKBDN
 Jasa tempat penyimpanan (safe deposit box)
 Jasa pembayaran tagihan seperti pembayaran
pajak, telepon, air, listrik, uang kuliah dsb.
 Jasa pembayaran lainnya seperti pembayaran gaji
atau payroll system
 Jasa bank kustodian dan wali amanat (Otoritas
Jasa Keuangan, 2015)

Di samping jasa-jasa di atas, ada tambahan jasa


yang tidak tersedia di bank konvensional seperti

1) Kafalah

Bank memberikan garansi/jaminan pihak yang


dijamin terkait dengan proyek yang dikerjakan
oleh nasabah dan jaminan ini dibuat untuk
memenuhi kewajiban tertentu.
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 128
2) Hawalah

Bank mengambilalih piutang nasabah agar


nasabah mendapatkan modal tunai untuk
kebutuhan operasionalnya.

3) Dsb.

C. LATIHAN

1. Uraikan secara lengkap pengertian Bank Syariah dan


jelaskan pula dimana letak perbedaannya dengan bank
konvensional ?
2. Menuru analisis Anda bila perusahaan membutuhkan
peralatan namun untuk jangka waktu yang tidak lama,
pembiayaan apa yang bisa dipakai !
3. Apabila dalam operasional perusahaan ternyata
memiliki piutang yang mengganggu arus kas, jasa bank
syariah apa yang bisa dipakai !

D. REFERENSI

Bank BSI. (2022a). Pengumuman Perubahan Nisbah


Deposito IDR - Informasi Nasabah | Bank Syariah
Indonesia. https://www.bankbsi.co.id/news-
update/info-nasabah/pengumuman-perubahan-
nisbah-deposito-idr

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 129


Bank BSI. (2022b). Perubahan Nisbah BSI Tabungan Easy
Mudharabah - Informasi Nasabah | Bank Syariah
Indonesia. https://www.bankbsi.co.id/news-
update/info-nasabah/perubahan-nisbah-bsi-
tabungan-easy-mudharabah

Otoritas Jasa Keuangan. (2015). Kodifikasi Produk Bank


Syariah.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/sur
at-edaran-ojk/Pages/-SEOJK-Nomor-36032015-
tentang-Produk-dan-Aktivitas-bus-uus.aspx

Theasianbanker. (2022). Largest Banks.


https://www.theasianbanker.com/ab500/2018-
2019/largest-islamic-banks

Wiroso. (2013). Prinsip Dasar Perbankan Syariah.

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 130

Anda mungkin juga menyukai