BANK SYARIAH
Disusun Oleh :
No : 07
Kelas : XI Akselerasi
SMA N 1 KARANGANYAR
2011
BANK KONVENSIONAL DAN
BANK SYARIAH
ABSTRAK
Peran bank dalam kehidupan sehari-hari sangat penting. Bank berfungsi sebagai tempat
menabung, meminjam uang sampai kepada pengguna jasa untuk mentransfer uang dari satu
kota ke kota yang lainnya. Dalam perkembangan saat ini di Indonesia banyak bermunculan
bank Islam atau bank syari’ah, dengan ditetapkan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan
syari’ah menjelaskan pengakuan yang lebih tegas mengenai keberadaan perlunya lembaga
keuangan yang berdasarkan prinsip syari’ah serta memberikan peluang yang besar dalam
pengembangannya. Ketika membandingkan antara sistem pembiayaan bank konvensional dan
bank syari’ah, dapat diketahui bahwa sistem pembiayaan bank syari’ah tidak terdapat
perbedaan yang mencolok dengan sistem pembiayaan pada bank konvensional. Dan perbedaan
yang sedikit itu justru menjadi esensial. Ini terlihat dari bagaimana dalam penetapan
keuntungan yang berbeda dia ntara keduanya. Perbedaan itu dipicu oleh adanya konsep
perjanjian/akad yang berbeda antara keduanya. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
pembiayaan modal kerja di Bankkonvensional dan Bank syari’ah mempunyai persamaan dan
perbedaan, yaitu dari keduanya sama-sama berorientasi untuk maraih keuntungan dari pihak
lain. Dan untuk perbedaannya, pada bank konvensional melakukan praktek pembungaan,
sedangkan pada bank syari’ah menggunakan praktek bagi hasil. Orang yang belum paham
bahwa riba itu haram, maka mereka cenderung memilih bank konvensional karena mereka
menganggap ba hwa perhitungan pada bank konvensional itu lebih jelas dari pada perhitungan
pada bank syari’ah.
KEYWORD
perantara keuangan. Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
Antonio, 2001).
lembaga
agar dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi bank syariah harus
a. Bidang Investasi
akan bertambah.
d. Tujuan
keuntungan.
memadai.
Yang pertama sekali kita harus yakin bahwa bank konvensional itu
menerapkan sistem riba yang diharamkan Allah, Rasul-Nya dan semua agama
samawi. Sehingga ikut menabung disitu termasuk hal yang pada dasarnya
diharamkan. Kalaupun karena suatu keadaan dan keterpaksaan, tidak ada
alternatif lain lagi, maka minimal kita tidak mengambil bunga atas tabungan itu.
Ini adalah kondisi yang sangat darurat dimana memang secara kenyataan belum
ada bank syariat. Namun sebagian ulama mengatakan, bila bunga itu tidak
diambil, maka akan menguntungkan pihak bank dan akan diakumulasi sehingga
secara tidak langsung kita memberi sumbangan gratis kepada bank.
Dalam kasus itu, ada pendapat yang mengatakan bahwa bunganya diambil
tapi bukan untuk kepentingan pribadi. Uang itu harus dikembalikan kepada
khalayak untuk kepentingan umum yang tidak dinikmati oleh individu, tetapi
berguna secara kolektif, seperti untuk kepentingan jalanan, penerangan dan
kepentingan publik lainnya. Namun dalam masalah penggunaan bunga bank
konvensional, maka para ulama memang berada pada dua pendapat yang
berbeda:
Pendapat pertama, mereka mengatakan bahwa bunga itu riba dan karena
riba maka hukumnya haram. Secara mutlak tidak boleh digunakan ataupun
disedekahkan. Uang itu tidak boleh diambil meskipun untuk disedekahkan, ia
harus membiarkannya atau membuangnya ke laut. Dengan alasan, seseorang
tidak boleh bersedekah dengan sesuatu yang jelek. Pendapat seperti ini
umumnya adalah para ulama yang wara‘ (sangat berhati-hati) dalam setiap
urusan. Dalil yang digunakan adalah sabda nabi SAW: "Sesungguhnya Allah
tidak menerima sedekah dari hasil korupsi." (HR Muslim). Menurut mereka,
Allah tidak menerima sedekah dari harta semacam ini, karena harta tersebut
bukan milik orang yang memegangnya tetapi milik umum yang dikorupsi.
Pendapat Kedua, mereka yang mengatakan bahwa bunga bank itu tidak
boleh dimiliki untuk pribadi, tetapi juga tidak boleh dibiarkan dikuasai oleh
bank. Bunga bank itu itu harus diambil dan disedekahkan kepada fakir miskin,
atau disalurkan pada proyek-proyek kebaikan atau lainnya yang oleh si
penabung dipandang bermanfaat bagi kepentingan Islam dan kaum muslimin.
Dasarnya adalah bahwa karena harta haram itu bukanlah milik seseorang, uang
itu bukan milik bank atau milik penabung, tetapi milik kemaslahatan umum.
Karena itu harus dikembalikan kepada umum dalam bentuk fasilitas umum
seperti memperbaiki jalan, penerangan, wc umum. Hal ini boleh dilakukan
karena bila didiamkan di bank, akan digunakan oleh bank itu untuk
kemaslahatan bank. Dan ujung-ujungnya adalah andil terhadap lembaga yang
ribawi. Dan itu adalah haram.
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://www.syariahonline.com/v2/ekonomi-islam-a-muamalat/bank-konvensional
http://ngenyiz.blogspot.com/2009/02/perbedaan-bank-syariah-dan-bank.html
http://www.scribd.com/doc/20298140/Bank-Konvensional
http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2008/10/24/perbedaan-bank-syariah-dengan-
bank-konvensional/