Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANAJEMEN PERBANKAN

NAMA : DEA RIZKI ANANDA TANJUNG


NPM : 2161201045
KELAS : 4-C Manajeman Perusahaan
Doesen pengampu : Anna Basriyani, S.Pd, M.Si

SOAL

1. Jelaskan Perbedaan Fungsi dan Tugas dari Bank Indonesia (BI) dangan
Bank Umum?
Jawab :
Fungsi dari bank Indonesia Ialah berkomitmen untuk senantiasa mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pengelolaan bidang Moneter, Sistem
Pembayaran, dan Stabilitas Sistem Keuangan, dan Tugasnya Sebagai menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter; mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran;
dan mengatur dan mengawasi bank.
Sedangkan Fungsi dan Tugas dari Bank Umum Ialah yang dimana bank umum sebagai
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu. Memberikan kredit. Menerbitkan surat pengakuan utang dan lain sebagainya.
Dan ada pun perbedaan dari keduanya ialah yang dimana Bank Indonesia menemukan
fungsi dari hak monopoli dan hak oktroi untuk memproduksi alat pembayaran yang sah
berupa uang. Berbeda dengan bank sentral, bank umum tidak memiliki wewenang untuk
memproduksi mata uang sendiri sebagai alat pembayaran.

2. Uraikan Secara Jelas Perbedan Bank Konvesional dengan Bank


Syariah dalam Kegiataanya?
Jawab :
Sistem perbankan di Indonesia memiliki dua macam sistem operasional perbankan.
Kedua sistem perbankan tersebut adalah bank konvensional dan bank syariah.
Yang dimana Perbankan syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis
Ulama Indonesia (MUI). Dengan demikian, setiap aktivitas yang dilakukan pada bank
syariah, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dana memberikan
dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah, yakni jual beli dan bagi hasil. 
Sedangkan, bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatannya secara
konvensional, mengacu pada kesepakatan nasional maupun internasional, serta
berlandaskan hukum formil negara. 
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan perbedaan bank syariah dan bank
konvensional, bahwa prinsip bank syariah yang diatur dalam fatwa MUI seperti di
dalamnya prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan
(maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba,
zalim, dan obyek yang haram. 
Secara umum, perbedaan bank syariah dan bank konvensional terletak pada bentuk usaha
bank syariah terdiri atas Bank Umum dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS),
dengan perbedaan pokok BPRS dilarang menerima simpanan berupa giro dan ikut serta
dalam lalu lintas sistem pembayaran.
Adapun perbedaan dari kedua bank tersebut ialah:

1. Prinsip

Perbedaan bank syariah dan bank konvensional terletak pada prinsip pelaksanaannya.
Prinsip perbankan konvensional umumnya mengacu pada peraturan nasional dan
internasional berdasarkan hukum yang berlaku. Sementara itu, prinsip perbankan syariah
mengacu pada hukum Islam, termasuk pada Al-Qur’an dan hadist, serta diatur oleh fatwa
ulama. Dengan begitu, seluruh aktivitas keuangannya menganut prinsip yang islami. 

2. Tujuan dan Fungsinya

Perbedaan bank syariah dan bank konvensional juga terletak pada tujuannya. Bank
konvensional memiliki tujuan keuntungan dengan sistem bebas nilai atau dengan prinsip
yang dianut oleh masyarakat umum. 
Sedangkan, bank syariah tidak hanya berfokus pada keuntungan atau profit saja. Melalui
situs resmi ojk.go.id, OJK menjelaskan bahwa perbedaan bank syariah dan bank
konvensional dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada prinsip syariah,
demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.
Di samping perbedaan bank syariah dan bank konvensional, terdapat tujuan bank syariah
yakni untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 

Sementara fungsi bank syariah, berdasarkan perbedaan bank syariah dan bank
konvensional, adalah:

1. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat. 
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul
mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial
lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. 
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi
wakaf (wakif). 
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Sistem Operasional

Perbedaan bank syariah dan bank konvensional juga terletak pada sistem operasional
yang berlaku. Pada perbankan konvensional biasanya menerapkan suku bunga dan
perjanjian umum yang berdasarkan pada aturan nasional yang berlaku. Dalam hal ini,
akad antara pihak bank dan pihak nasabah dilakukan sesuai dengan kesepakatan jumlah
suku bunga.
Hal tersebut jelas berbeda dengan bank syariah. Pada praktiknya, bank syariah tidak
menerapkan suku bunga dalam setiap transaksi yang berlangsung karena suku bunga bisa
dikatakan sebagai riba. Maka dari itu, sistem operasional bank syariah menggunakan
akad bagi hasil atau nisbah antara pihak bank dan nasabah. Dalam hal ini, pihak bank dan
nasabah biasanya melakukan kesepakatan berdasarkan pembagian keuntungan dan
melibatkan kegiatan jual beli. 
4. Pengawas Kegiatan

Sebenarnya pengawas kegiatan bank konvensional dan bank syariah sama-sama diatur
oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 mengenai Perbankan, tetapi yang
membedakan terletak pada pihak pengawasnya. 
Semua aktivitas bank konvensional umumnya diawasi oleh dewan komisaris, sedangkan
pengawas kegiatan bank syariah terdiri dari berbagai lembaga, seperti dewan syariah
nasional, dewan pengawas syariah, dan dewan komisaris bank.

5. Hubungan Nasabah dan Bank

Perbedaan bank syariah dan bank konvensional juga terletak pada hubungan antara
nasabah dan bank. Pada perbankan konvensional, umumnya hubungan antara dan pihak
bank yaitu debitur dan kreditur. Nasabah berperan sebagai kreditur, sedangkan pihak
bank berperan sebagai debitur. 
Sedangkan, hubungan antara nasabah dan bank syariah terbagi ke dalam 4 jenis, di
antaranya penjual-pembeli, kemitraan, sewa, dan penyewa. Pihak bank syariah akan
berperan sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli jika menggunakan akad
murabahah, istishna, dan salam. Sementara itu, pada akad musyarakah dan mudharabah,
maka hubungan yang berlaku adalah kemitraan. Pada akad ijarah, pihak bank berperan
sebagai pemberi sewa dan nasabah sebagai penyewa. 

6. Pengelolaan Dana

Pengelolaan dana juga termasuk ke dalam perbedaan bank syariah dan bank
konvensional. Bank konvensional umumnya dapat melakukan pengelolaan dana di dalam
seluruh lini bisnis menguntungkan di bawah aturan Undang-Undang yang berlaku. 
Sementara itu, bank syariah melakukan pengelolaan dana berdasarkan aturan Islam.
Itulah mengapa uang nasabah tidak boleh diinvestasikan atau dikelola pada bidang usaha
yang bertentangan dengan nilai atau aturan dalam Islam. 
7. Kesepakatan yang Berlaku

Perbedaan bank syariah dan bank konvensional bisa dilihat dari kesepakatan formal yang
berlaku. Dalam hal ini, bank konvensional umumnya melakukan perjanjian secara hukum
nasional, sedangkan bank syariah melakukan akad dengan disertai oleh hukum Islam.
Pada perbankan syariah, terdapat beragam jenis akad transaksi serta rukun dan syarat
yang harus ditunaikan agar akad yang dilakukan antara pihak bank dan nasabah bisa sah. 

8. Denda 

Penerapan denda juga termasuk salah satu perbedaan bank syariah dan bank
konvensional. Pada bank konvensional biasanya terdapat denda yang harus dibayarkan
oleh nasabah ketika terlambat melakukan pembayaran. Selain itu, besaran bunga atau
dendanya pun bisa meningkat bila nasabah tidak bisa membayar hingga batas waktu yang
telah ditentukan. Sedangkan, pada bank syariah umumnya tidak ada aturan denda seperti
itu. Sebagai gantinya, pihak bank syariah akan melakukan kesepakatan bersama. 

3. Dalam Menjalankan Usahanya Bank Mempunyai 3 Kegiatan Utama,


Mengimpun dana, Menyalurkan dana dan Jasa lainnya, Berikan
Masing-Masing Contohnya Berserta gambarnya?
Jawab :

A. Menghimpun Dana
Contoh menghimpun dana adalah:
1. Simpanan Giro (Demand Deposit)

Simpanan giro adalah simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan
dengan menggunakan bilyet giro atau cek. Rekening giro biasa digunakan karena
merupakan dana murah, sebab bunga yang diberikan kepada nasabah juga relatif
rendah dibandingkan dengan simpanan lainnya.

2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

Simpanan tabungan adalah simpanan pada bank, yang penarikannya sesuai


dengan persyaratan bank. Bisa melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM), buku
tabungan, kwitansi dan slip penarikan. Besarnya bunga tabungan tergantung
kebijakan bank yang bersangkutan, namun biasanya lebih tinggi dari rekening
giro.

3. Simpanan Deposito (Time Deposit)

Simpanan deposito adalah simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu. Jadi,
penarikan simpanan bisa dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Jenis deposito
pun beragam,contohnya : deposito berjangka, sertifikat deposito dan deposit on
call.

B. Menyalurkan Dana

Contoh :

a. Kredit Investasi

Yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan investasi atau
penanaman modal. Biasanya berjangka waktu panjang (lebih dari 1 tahun).
Contoh : kredit untuk membangun pabrik atau menambah mesin.

b. Kedit Modal Kerja

Yaitu kredit untuk modal usaha. Berjangka waktu pendek (tidak lebih dari 1 tahun).

Contoh : untuk membeli bahan baku, membayar gaji karyawan dan modal kerja
lainnya.

c. Kredit Perdagangan

Yaitu kredit para pedagang untuk memperlancar atau memperluas atau memperbesar
kegiatan perdagangannya.

Contoh : untuk membeli barang dagangan yang diberikan kepada para suplier atau
agen.

d. Kredit Produktif

Yaitu kredit yang dapat berupa investasi, modal keda atau perdagangan. Dalam arti
kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali sehingga pengembalian kredit
diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai.

e. Kredit Konsumtif

Yaitu kredit untuk keperluan pribadi, keperluan konsumsi, baik sandang, pangan, dan
papan.

Contoh : kredit perumahan, kredit kendaraan bermotor, kartu kredit.

f. Kredit Profesi

Yaitu kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti dosen, dokter
atau pengacara.
c. Jasa lainnya

Kiriman Uang (Transfer)

Kiriman uang adalah jasa pengiriman uang lewat bank. Pengiriman uang dapat
dilakukan pada bank yang sama atau pada bank yang berlainan. Pengiriman juga bisa
dilakukan dengan tujuan dalam kota, luar kota atau luar negeri

Khusus pengiriman ke luar negeri harus melalui bank devisa. Kepada nasabah yang


mengirim dikenalan biaya kirim yang besarnya tergantung kebijakan bank masing-
masing. Pertimbangan pada umumnya, biaya kirim akan lebih mahal jika yang di
transfer berbeda banknya.

4. Apa yang Dimaksud dengan Kebijakan Moneter Bank Indonesia dalam

Menetapkan dan Melaksanakan Moneter?


Jawab :

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
Rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, yang sebagaimana diubah melalui UU No. 3 Tahun 2004 dan UU No. 6
Tahun 2009 pada pasal 7. Kestabilan Rupiah yang dimaksud mempunyai dua dimensi.
Dimensi pertama kestabilan nilai Rupiah adalah kestabilan terhadap harga-harga barang
dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju inflasi. Sementara itu, dimensi kedua
terkait dengan kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara lain. Indonesia
menganut sistem nilai tukar mengambang (free floating). Namun, peran kestabilan nilai
tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan.

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia sejak 1 Juli 2005 menerapkan
kerangka kebijakan moneter Inflation Targeting Framework (ITF). Kerangka kebijakan
tersebut dipandang sesuai dengan mandat dan aspek kelembagaan yang diamanatkan
oleh Undang-Undang. Dalam kerangka ini, inflasi merupakan sasaran yang diutamakan
(overriding objective). Bank Indonesia terus melakukan berbagai penyempurnaan
kerangka kebijakan moneter, sesuai dengan perubahan dinamika dan tantangan
perekonomian yang terjadi, guna memperkuat efektivitasnya.

Anda mungkin juga menyukai