Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengertian perbankan sering dicampuradukkan dengan pengertian bank. Padahal dua hal
yang sangat berbeda. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan usahanya. Pembicaraan
perbankan akan lebih komprehensif. Sedangkan bank hanya mencakup aspek kelembagaan.
Menurut Joseph Sinkey, bahwa yang dimaksud bank adalah departement store of finance yang
menyediakan berbagai jasa keuangan. Dan menurut Dictionary of Banking and financial service
by Jerry Rosenberg bahwa yang dimaksud bank adalah lembaga yang menerima simpanan giro,
deposito, dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu,
mendiskonto surat berharga, memberikan pinjaman dan menanamkan dananya dalam surat
berharga. (Taswan, 2010).
Menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. Jenis Bank menurut kegiatan usahanya dibagi menjadi dua jenis bank, yang
dibedakan berdasarkan pembayaran bunga atau bagi hasil usaha: (1) Bank yang melakukan usaha
secara konvensional, dan (2) Bank yang melakukan usaha secara Syariah.
Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama
dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer ,teknologi komputer yang digunakan,
syarat-syarat umum untuk memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan
keuangan dan sebagainya. Perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut aspek legal,
struktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja.
Menurut Boeson(2007) dalam Donna (2007) paling tidak ada 3 prinsip dalam operasional
bank syari’ah yang berbeda dengan bank konvensional, terutama dalam pelayanan terhadap
nasabah, yang harus dijaga oleh banker : (1) prinsip keadilan, yakni imbalan atas dasar bagi hasil
dan margin keuntungan ditetapkan atas kesepakatan bersama antara nasabah dan bank, (2)
prinsip kesetaraan, yakni nasabah menyimpan dana penggunaan dana dan bank memiliki hak,
kewajiban, beban terhadap resiko, dan keuntungan yang tertimbang, dan (3) prinsip ketentraman

1
bahwa produk bank Syari’ah mengikuti prinsip dan kaidah muamalah islam (menerapkan prinsip
islam dan menerapkan zakat). Persamaan kedua sistem perbankan tersebut terletak pada teknis
penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer, syaratsyarat umum untuk
memperoleh kredit, misalnya KTP, NPWP, proposal, laporan keangan dan lainnya (Umar
Hamdan dan Andi Wijaya:2005:18).

B. Rumusan Masalah
1. Bank syariah dan konvensional
2. Bank konvensional
3. Perbedaan bank syariah dan konvensional
4. Asuransi syariah
5. Pinjaman online dan transaksi online lainnya

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bank syariah dan konvensional

Pengertian Bank Konvensional dan Bank Syariah Berdasarkan Undang-Undang


Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkanya kepada
masyarakat dalam bentuk berupa kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup dan ekonomi rakyat.1 Pierson, seorang ahli ekonomi dari Belanda, menyatakan
“Bank merupakan badan yang menerima kredit”, maksudnya adalah badan yang menerima
simpanan dari masyarakat berupa giro,deposito berjangka dan tabungan.

Untuk mengelolah simpanan dari masyarakat dan membayar biaya operasional bank,
maka bank menyalurkan dana tersebut dalam bentuk investasi, untuk keperluan spekulasi, dan
memberikan kredit secara besar-besaran kepada bank-bank lain atau pemerintah dengan investasi
yang termasuk dalam bagian kegiatan perusahaan, dengan demikian memperoleh bagian
keuntungan berupa dividen, atau tingkat bunga.2 Dimana bunga bank dapat diartikan sebagai
balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konvesional kepada nasabah yang
membeli atau menjual produknya.

Bunga bagi bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah
(yang memiliki simpanan) dan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah
yang memperoleh pinjaman). 3 Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga
yang diberikan kepada nasabahnya yaitu:

1. Bunga simpanan Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi
nasabah yang menyimpan uangnya dibank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus
dibayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito.

2. Bunga pinjaman Bunga pinjaman adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam
atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga
kredit. Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapat bagi
bank. Bunga simpananmerupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan
3
bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan
maupun bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai
contoh seandanyai bunga simpanna tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga
terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya.

3 Dilihat dari segi cara menentukan harga Jenis bank jika dilihat dari segi cara
menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli, terbagi dalam dua kelompok, yaitu : 2.1.1
Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional ( Barat ) Bank konvensional yaitu bank yang
dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya,
memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase
tertentu dari dana untuk suatu priode tertentu.

Persentase tertentu ini biasanya ditetapkan pertahun. Mayoritas bank yang berkembang di
indonesia saat ini adalah bank yang beriorentasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidsk terlepas
dari sejarah bangsa indonesia dimana asal mula bank di indonesia dibawah oleh kolonial
belanda. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga keadaan para nasabahnya, bank
yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan 2 metode, yaitu :

a). Menetapkan bunga sebagai harga untuk produk simpanan seperti giro, tabungan,
ataupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjaman (kredit) juga ditentukan
berdasaarkan tingkat suku bungan tertentu. Penentuan harga dikenal dengan istilah spread based.

b). Untuk jasa-jasa bank dan lainya pihak perbankan konvensional menggunakan atau
menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan
biaya ini di knal dengan istila fee based.6 2.1.2 Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah ( Islam )
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah pada Bab 1 pasal 1 dan ayat 7 di sebutkan bahwa Bank Syariah adalah Bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas
Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Bank syariah adalah usaha yang menjalankan kegiatan sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam dalam Al-Qur‟an dan Hadits, Salah satunya yaitu prinsip “Mudharabah” yaitu akad yang
dilakukan oleh pemilik modal dengan pengelola dana atau dengan kata lain keuntunganya

4
berdasarkan bagi hasil. Sudarsono (2004) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Bank
Syariah ialah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain
dalam alur pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi pada prinsip-prinsip syariah yang
sesuai dengan isi Al Qur‟an dan Hadist.

2. Bank Konvensional
Bank konvensional adalah lembaga keuangan yang memberikan berbagai layanan kepada
pelanggan, termasuk rekening simpanan, pinjaman, dan produk keuangan lainnya. Biasanya,
mereka diatur oleh lembaga pemerintah dan beroperasi dalam kerangka hukum dan peraturan.

Bank konvensional biasanya memiliki cabang dan kantor fisik di mana nasabah dapat melakukan
transaksi dan berinteraksi dengan staf bank. Mereka juga menawarkan layanan perbankan online
kepada pelanggan, memungkinkan mereka untuk mengelola akun mereka dan melakukan
transaksi dari komputer atau perangkat seluler mereka.

Bank konvensional menghasilkan uang dengan membebankan biaya pada berbagai


layanan, seperti charging fee dan transfer, dan dengan mendapatkan bunga atas simpanan dan
pinjaman. Mereka juga berinvestasi di berbagai produk keuangan, seperti sekuritas dan obligasi,
untuk menghasilkan pendapatan tambahan.

Contoh bank konvensional adalah BRI, Mandiri, BNI, BTN, dan masih banyak lagi.

Jenis Bank Konvensional


Jenis bank konvensional dapat bergantung pada layanan dan produk yang menjadi
spesialisasi mereka, serta nasabah yang mereka layani. Berikut ini adalah beberapa jenis bank
konvensional, antara lain:

Bank Retail
Ini adalah bank yang menawarkan layanan kepada individu dan usaha kecil, seperti
tabungan dan rekening giro, pinjaman, hipotek, kartu kredit, dan produk keuangan lainnya.

5
Bank Komersial
Ini adalah bank yang menyediakan layanan untuk bisnis, termasuk pinjaman, jalur kredit,
dan opsi pembiayaan lainnya. Mereka mungkin juga menawarkan layanan manajemen keuangan,
seperti manajemen kas dan valuta asing.

Bank Investasi
Ini adalah bank yang berspesialisasi dalam penjaminan sekuritas dan memfasilitasi
aktivitas pasar modal, seperti merger dan akuisisi, dan restrukturisasi perusahaan
Bank Swasta

Ini adalah bank yang menawarkan layanan manajemen kekayaan kepada individu dan keluarga
berpenghasilan tinggi. Mereka dapat memberikan saran investasi yang disesuaikan, perencanaan
perumahan, dan layanan keuangan lainnya.

Bank Koperasi
Ini adalah bank yang dimiliki oleh anggotanya, yang biasanya adalah pelanggan atau
karyawan bank. Mereka mungkin melayani bank ritel, tetapi terstruktur berbeda dan mungkin
memiliki prioritas berbeda

3. Perbedaan Bank Syariah Dan Konvensional

Dalam dunia perbankan saat ini, Anda tentu mengenal bank syariah. Secara fungsi, bank
syariah memiliki peran yang sama dengan bank konvensional, yaitu menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat. Namun, satu hal yang membedakan adalah prinsip syariah Islam,
demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian yang menjadi pedoman untuk sistem operasi dari
bank syariah itu sendiri berikut 8 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional.

Sistem perbankan di Indonesia memiliki dua macam sistem operasional perbankan.


Kedua sistem perbankan tersebut adalah bank konvensional dan bank syariah. Bank
konvensional tentu sudah sangat akrab dengan masyarakat Indonesia, lantas apa perbedaan bank
syariah dan bank konvensional? Perbedaan keduanya akan dijelaskan lebih lanjut dalam artikel
ini.

Perbankan syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dengan demikian, setiap aktivitas yang dilakukan pada bank syariah, baik penghimpunan dana

6
maupun dalam rangka penyaluran dana memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip
syariah, yakni jual beli dan bagi hasil.

Sedangkan, bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatannya secara


konvensional, mengacu pada kesepakatan nasional maupun internasional, serta berlandaskan
hukum formil negara.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan perbedaan bank syariah dan bank
konvensional, bahwa prinsip bank syariah yang diatur dalam fatwa MUI seperti di dalamnya
prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim, dan obyek yang haram.

UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan, berdasarkan perbedaan bank syariah dan


bank konvensional tadi, untuk menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau
dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak
pemberi wakaf (wakif).

Dalam perbedaan bank syariah dan bank konvensional ini, sistem perbankan syariah dan
perbankan konvensional bersinergi untuk mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih
luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.

Secara umum, perbedaan bank syariah dan bank konvensional terletak pada bentuk usaha
bank syariah terdiri atas Bank Umum dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dengan
perbedaan pokok BPRS dilarang menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
sistem pembayaran.

Prinsip
Perbedaan bank syariah dan bank konvensional terletak pada prinsip pelaksanaannya.
Prinsip perbankan konvensional umumnya mengacu pada peraturan nasional dan internasional
berdasarkan hukum yang berlaku. Sementara itu, prinsip perbankan syariah mengacu pada
hukum Islam, termasuk pada Al-Qur’an dan hadist, serta diatur oleh fatwa ulama. Dengan
begitu, seluruh aktivitas keuangannya menganut prinsip yang islami.

7
Tujuan dan Fungsinya
Perbedaan bank syariah dan bank konvensional juga terletak pada tujuannya. Bank
konvensional memiliki tujuan keuntungan dengan sistem bebas nilai atau dengan prinsip yang
dianut oleh masyarakat umum.

Sedangkan, bank syariah tidak hanya berfokus pada keuntungan atau profit saja. Melalui
situs resmi ojk.go.id, OJK menjelaskan bahwa perbedaan bank syariah dan bank konvensional
dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan
prinsip kehati-hatian.

Di samping perbedaan bank syariah dan bank konvensional, terdapat tujuan bank syariah
yakni untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

Sementara fungsi bank syariah, berdasarkan perbedaan bank syariah dan bank
konvensional, adalah:

1. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul
mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial
lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi
wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sistem Operasional
Perbedaan bank syariah dan bank konvensional juga terletak pada sistem operasional
yang berlaku. Pada perbankan konvensional biasanya menerapkan suku bunga dan perjanjian
umum yang berdasarkan pada aturan nasional yang berlaku. Dalam hal ini, akad antara pihak
bank dan pihak nasabah dilakukan sesuai dengan kesepakatan jumlah suku bunga.

8
Hal tersebut jelas berbeda dengan bank syariah. Pada praktiknya, bank syariah tidak
menerapkan suku bunga dalam setiap transaksi yang berlangsung karena suku bunga bisa
dikatakan sebagai riba. Maka dari itu, sistem operasional bank syariah menggunakan akad bagi
hasil atau nisbah antara pihak bank dan nasabah. Dalam hal ini, pihak bank dan nasabah biasanya
melakukan kesepakatan berdasarkan pembagian keuntungan dan melibatkan kegiatan jual beli.

Pengawas Kegiatan
Sebenarnya pengawas kegiatan bank konvensional dan bank syariah sama-sama diatur
oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 mengenai Perbankan, tetapi yang membedakan
terletak pada pihak pengawasnya.

Semua aktivitas bank konvensional umumnya diawasi oleh dewan komisaris, sedangkan
pengawas kegiatan bank syariah terdiri dari berbagai lembaga, seperti dewan syariah nasional,
dewan pengawas syariah, dan dewan komisaris bank.

Hubungan Nasabah dan Bank


Perbedaan bank syariah dan bank konvensional juga terletak pada hubungan antara
nasabah dan bank. Pada perbankan konvensional, umumnya hubungan antara dan pihak bank
yaitu debitur dan kreditur. Nasabah berperan sebagai kreditur, sedangkan pihak bank berperan
sebagai debitur.

Sedangkan, hubungan antara nasabah dan bank syariah terbagi ke dalam 4 jenis, di
antaranya penjual-pembeli, kemitraan, sewa, dan penyewa. Pihak bank syariah akan berperan
sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli jika menggunakan akad murabahah, istishna, dan
salam. Sementara itu, pada akad musyarakah dan mudharabah, maka hubungan yang berlaku
adalah kemitraan. Pada akad ijarah, pihak bank berperan sebagai pemberi sewa dan nasabah
sebagai penyewa.

Pengelolaan Dana
Pengelolaan dana juga termasuk ke dalam perbedaan bank syariah dan bank
konvensional. Bank konvensional umumnya dapat melakukan pengelolaan dana di dalam seluruh
lini bisnis menguntungkan di bawah aturan Undang-Undang yang berlaku.

9
Sementara itu, bank syariah melakukan pengelolaan dana berdasarkan aturan Islam.
Itulah mengapa uang nasabah tidak boleh diinvestasikan atau dikelola pada bidang usaha yang
bertentangan dengan nilai atau aturan dalam Islam.

Kesepakatan yang Berlaku


Perbedaan bank syariah dan bank konvensional bisa dilihat dari kesepakatan formal yang
berlaku. Dalam hal ini, bank konvensional umumnya melakukan perjanjian secara hukum
nasional, sedangkan bank syariah melakukan akad dengan disertai oleh hukum Islam. Pada
perbankan syariah, terdapat beragam jenis akad transaksi serta rukun dan syarat yang harus
ditunaikan agar akad yang dilakukan antara pihak bank dan nasabah bisa sah.

Denda
Penerapan denda juga termasuk salah satu perbedaan bank syariah dan bank
konvensional. Pada bank konvensional biasanya terdapat denda yang harus dibayarkan oleh
nasabah ketika terlambat melakukan pembayaran. Selain itu, besaran bunga atau dendanya pun
bisa meningkat bila nasabah tidak bisa membayar hingga batas waktu yang telah ditentukan.
Sedangkan, pada bank syariah umumnya tidak ada aturan denda seperti itu. Sebagai gantinya,
pihak bank syariah akan melakukan kesepakatan bersama.

Perbedaan bank syariah dan bank konvensional, pada hakikatnya, merupakan lembaga
yang menawarkan produk perbankan sesuai dengan prinsip syariah Islam. Lembaga perbankan
syariah, sebagaimana perbedaan bank syariah dan bank konvensional, harus mematuhi pada
prinsip syariah Islam yang sudah ditetapkan. Pasalnya, prinsip syariah dalam lembaga perbankan
ini jadi hal yang cukup fundamental karena eksistensi dari bank syariah sendiri didasari oleh
prinsip-prinsip Islam.

4. Asuransi syariah
Merujuk pada Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No.
21 Tahun 2001, Asuransi Syariah adalah usaha saling tolong- menolong di antara sejumlah orang
atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah. Asuransi ini bersifat ta’awun atau biasa disebut melindungi dan tolong-menolong, di

10
mana mereka memiliki prinsip hidup saling melindungi dan saling menolong atas dasar ukhuwah
islamiah antara sesama anggota peserta Asuransi Syariah dalam menghadapi masalah.

Mengutip dari laman sikapiuangmu.ojk.go.id, Asuransi Syariah adalah sebuah usaha


untuk saling melindungi dan saling tolong menolong di antara para pemegang polis (peserta).
Asuransi ini juga dapat diniatkan sebagai ikhtiar untuk menghadapi kemungkinan terjadinya
risiko yang tidak diinginkan di masa mendatang.

Perjanjian asuransi syariah


Merujuk Fatwa DSN-MUI akad dalam Asuransi Syariah terdapat beberapa jenis akad,
berikut penjelasannya:
 Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial

 Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk dengan tujuan kebajikan
dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial.

 Premi adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada
perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

 Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai
dengan kesepakatan dalam akad.

Produk asuransi syariah


 Asuransi Haji dan Umroh

 Asuransi Syariah Berkelompok

 Asuransi Kerugian Syariah

 Asuransi dengan Investasi (unit link) Syariah

 Asuransi Kesehatan Syariah

 Asuransi Pendidikan Syariah

11
 Asuransi Jiwa Syariah

Keunggulan asuransi syariah


Bebas dari Gharar (Ketidakpastian)
Menurut bahasa, arti gharar adalah al-khida’ ‘penipuan’, suatu tindakan yang di
dalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. Gharar dari segi fiqih berarti penipuan dan tidak
mengetahui barang yang diperjualbelikan dan tidak dapat diserahkan.

Bebas dari Maisir (Judi atau Untung-Untungan).

Unsur maisir artinya adanya salah satu pihak yang untung, namun di pihak lain justru
mengalami kerugian. Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu
membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period.

Bebas dari Riba (Bunga)


Pada Asuransi Syariah, riba ini tidak akan terjadi, karena premi pada asuransi syariah
tidak terdapat unsur bunga (riba).
Adanya bagi hasil (Profit Sharing)
Pada Asuransi Syariah, semua keuntungan dan kerugian yang diperoleh bukan menjadi
milik perusahaan sebagaimana mekanisme yang ada di asuransi konvensional, tetapi dilakukan
bagi hasil (al-mudharabah) antara perusahaan dengan peserta sebagaimana yang telah
diperjanjikan atau menjadi akad di awal ketika masuk asuransi syariah.

5. Pinjaman Online dan Transaksi Online Lainnya

a. Pinjaman Online
Pinjaman online merupakan bantuan finansial yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan
secara dalam jaringan (daring). Biasanya, pengajuan pinjaman dilakukan melalui aplikasi milik
lembaga keuangan tersebut. Kehadiran pinjaman online membuat proses peminjaman menjadi
lebih praktis dan cepat serta tidak memerlukan usaha banyak.
Pinjaman online sendiri merupakan salah satu bukti kemajuan financial
technology (fintech). Calon nasabah cukup mengisi formulirnya secara online sekaligus

12
melakukan proses verifikasi, kemudian mengajukan kredit sesuai jumlah dana yang dibutuhkan.
Nasabah akan menerima pinjaman dana setelah proses pencairan atau persetujuan.
Istilah tenor lazim pula dikenal dalam pinjaman online. Tenor adalah jangka waktu
pelunasan cicilan hingga jatuh tempo. Ada dua jenis tenor berdasarkan durasinya, yaitu tenor
pendek dan tenor panjang.
Tenor pendek memiliki waktu pelunasan mulai dari 30 hari hingga dua tahun. Jumlah cicilan
yang harus dibayarkan lebih besar karena waktunya singkat, tapi total pengembalian dananya
lebih kecil karena bunganya minim.
Tenor panjang biasanya berjangka waktu mulai dari tiga hingga 20 tahun dan digunakan
untuk pinjaman berplafon besar. Contoh ini sering dijumpai dalam pengajuan kredit kendaraan
bermotor atau rumah. Meski cicilannya lebih kecil, total dana yang dibayarkan jadi lebih besar
dari plafon karena adanya bunga yang harus dibayar.
Pinjaman online juga memiliki beberapa klasifikasi yang banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat. Ada tiga jenis pinjaman online yang populer di masyarakat, yaitu:
1. Pinjaman Online Tunai
Jenis ini sering dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan harian atau darurat. Dana yang
diajukan langsung cair ke rekening bank seusai melakukan pengajuan sehingga bisa langsung
digunakan. Prosesnya pun cukup cepat, yakni kurang dari 24 jam. Meski cepat, plafon dana yang
bisa dipinjam sangat terbatas dan harus bisa dikembalikan dalam tenor pendek.

2. Pinjaman Online Usaha


Modal usaha untuk kegiatan bisnis kini didapatkan pula lewat pinjaman online. Langkah
ini lebih cepat dan praktis, solusi bagi pengusaha yang tidak mau ribet meminjam ke bank.
Persyaratan yang dibutuhkan juga fleksibel, hanya berupa KTP, rekening koran, dan surat
legalitas usaha jika diperlukan.

3. Peer-to-Peer Lending
Jenis pinjaman online ini dirancang menyerupai aplikasi marketplace yang
menghubungkan kreditur dan debitur. Singkatnya, kamu mengajukan pinjaman langsung secara
individu kepada kreditur dan tidak ada perantara berupa lembaga keuangan. Kedua belah pihak
sama-sama bersepakat dan mendapatkan manfaat dari P2P lending: kreditur mendapatkan suku
bunga kompetitif dan debitur mendapatkan imbal hasilnya.

13
b. Transaksi Online Lainnya
Transaksi online di Indonesia sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Dengan
memanfaatkan internet sebagai tempat membuka usaha online, dari sinilah muncul jenis-jenis
transaksi online. Berikut penjelasannya: Pengertian transaksi online Transaksi merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan seseorang dan dapat menimbulkan perubahan terhadap harta atau
keuangan, baik itu bertambah maupun berkurang.
Sedangkan online yaitu segala kegiatan yang dilakukan dunia maya. Sehingga, pengertian
transaksi online adalah transaksi yang dilakukan penjual dan pembeli secara online melalui
media internet, tanpa adanya pertemuan secara langsung antara penjual dan pembeli.
Jenis-jenis transaksi online Dilihat dari cara pembayarannya, terdapat empat transaksi
online yang popular, di antaranya: Transfer antarbank

Transfer Antar Bank


Merupakan jenis transaksi yang paling umum dan popular di gunakan oleh para pelaku
usaha. Jenis transaksi ini juga memudahkan proses konfirmasi karena dana bisa dengan cepat di
cek oleh penerima dana atau penjual.

COD (cash on delivery)


Sistem ini sebenarnya hampir dapat dikatakan bukan sebagai proses jual beli secara
online, karena penjual dan pembeli terlibat secara langsung. Bertemu, tawar-menawar dan
memeriksa kondisi barang baru kemudian membayar harga barang. Keuntungan dari sistem ini
adalah anatara pelaku usaha dan konsumen lebih bisa leluasa dalam proses transaksi, konsumen
bisa melihat dengan detail barang yang akan dibeli seperti tokobagus, berniaga, dan lainnya.

Rekening bersama
Metode pembayaran dengan menggunakan pihak ketiga ( Lembaga keuangan yang
ditunjuk). Prosesnya adalah pembeli mentransfer dana ke rekening Bersama, setelah itu penjual
mengirim barang yang dipesan. Setelah terbukti aman dan barang sampai ke pembeli, Lembaga
mencairkan dana kepada si penjual. Pembayaran kartu kredit/visa Ini adalah jenis yang paling
umum dilakukan pada transaksi online. Penggunaan kartu kredit untuk pembayaran merupakan

14
salah satu yang paling popular dilakukan, karena kemudahan yang ditawarkan. Pemegang kartu
hanya diminta untuk memasukkan data kartu kredit, maka proses pembayaran secara otomatis
dilakukan. Debit visa Untuk proses pembayarannya hampir serupa dengan kartu kredit, yang
membedakan debit online dengan kartu debit biasa adalah dengan tercantumnya logo visa di karu
kredit online. Fungsinya bisa menjadi kartu kredit biasa dan juga berubah menjadi alat
pembayaran pada transaksi online.

E – wallet
Satu yang cukup berkembang dewasa ini adalah penggunaan dompet elektronik atau yang
kita kenal dengan e-wallet. Beberapa e-wallet yang dikenal seperti Go-pay dari Gojek, T-cash
dari Telkomsel, dan OVO bisa digunakan untuk menyimpan uang dalam bentuk digital, siap
untuk digunakan bertransaksi secara online. Tunai di gerai retail Bagi kalian yang tidak memiliki
kartu kredit atau sulit mengakses mesin atm dan tidak memilki layanan internet banking, kalian
bisa memilih pembayaran lewat gerai retail seperti Indomaret, Alfamart, kantor pos Indonesia
hingga JNE.

15
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama
dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer ,teknologi komputer yang digunakan,
syarat-syarat umum untuk memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan
keuangan dan sebagainya. Perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut aspek legal,
struktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja.
Berdasarkan temuan yang sudah dijelaskan bisa dipahami bahwa dalam jasa-jasa dan
produk beserta prinsip-prinsip aplikasi transaksi di perbankan konvensional maupun perbankan
syariah, Nampak sekalipun sama-sama memberikan keuntungan pada pemilik modal, akan tetapi
sistem bunga pada bank konvensional dan sistem bagi hasil pada bank syariah memiliki
signifikansi perbedaan, perbedaannya adalah: pada prinsipnya antara bunga yang merupakan
instrumen utama perbankan konvensional dan sistem bagi hasil yang merupakan instrumen bank
syariah merupakan 2 hal yang berbeda dari segi esensi dan teknisnya. Perbedaan pokoknya
terletak pada landasan falsafah yang dianutnya.
Bank syariah menerapkan sistem bagi hasil dalam seluruh aktivitasnya dan tidak menenal
system bunga, sedangkan bank konvensional menerapkan system bunga dan tidak menerapkan
system bagi hasil, Dari segi operasional, uang yang diamanahkan oleh nasabah kepada bank
syariah dapat berupa titipan maupun investasi sementara pada bank konvensional berupa
deposito yang memang jelas-jelas mengupayakan pembungaan uang. Dari segi tanggungjawab,
bank syariah berkewajiban untuk mengeluarkan zakat serta mengelolanya, sedang bank
konvensional tidak mengeluarkan zakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/pengertian-tentang-bank-syariah-
dan-istilah-di-dalamnya
https://dailysocial.id/post/bank-konvensional
https://www.ocbc.id/id/article/2021/02/15/asuransi-syariah
https://ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/Prinsip-dan-Konsep-PB-
Syariah.aspx
https://narasi.tv/read/narasi-daily/asuransi-syariah
https://www.julo.co.id/blog/apa-itu-pinjaman-online
https://www.kompas.com/skola/read/2023/03/16/063000669/transaksi-online-pengertian-
dan-jenisnya-.

17

Anda mungkin juga menyukai