Anda di halaman 1dari 30

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori


2.1.1 Lembaga Keuangan
Pengertian Lembaga Keuangan menurut Undang - Undang No. 14
Tahun 1967 pasal 1b adalah semua badan yang melalui kegiatan -
kegiatannya dibidang keuangan menarik uang dari dan menyalurkannya ke
dalam masyarakat.
Secara umum, lembaga keuangan dibagi menjadi :
 Lembaga keuangan bank : misalnya bank umum, bank koperasi, dan
BPR.
 Lembaga keuangan bukan bank : seperti dana pensiun, leasing, dan
asuransi.

2.1.2 Bank
Pengertian Bank menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 pasal
1a adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan
kredit dan jasa - jasa dalam bentuk lalu - lintas pembayaran dan peredaran
uang.
Bank adalah suatu badan atau organisasi, biasanya dalam bentuk perusahaan
dan bekerjasama atau disewa dengan pemerintah, untuk melakukan
penerimaan deposito dan giro yang berjangka, membayar bunga yang ada
pada mereka sebagaimana yang telah diizinkan oleh hukum yang berlaku,
membuat catatan diskon, memberikan sebuah pinjaman, berinvestasi
didalam pemerintahan atau pada surat berharga lainnya. Rosenberg, Jerry
M. (1982:44).
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998,
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga
perantara keuangan yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan
dana kepada pihak yang membutuhkan atau kekurangan dana pada waktu
yang ditentukan. Dendawijaya (2001:25).

2.1.2 Jenis-jenis Bank


1. Bank Sentral
Bank sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan undang-undang
nomor 13 tahun 1968 yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang,
mengatur pengarahan dana-dana, mengatur perbankan, mengatur
perkreditan, menjaga stabilitas mata uang, mengajukan percetakan /
penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya. Bank sentral hanya ada
satu sebagai pusat dari seluruh bank yang ada di Indonesia. Contohnya
adalah Bank Indonesia.
2. Bank Umum
Bank umum adalah lembaga keuangan yang menawarkan berbagai
layanan produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti
menghimpun dana secara langsung dari masyarakat, memberi kredit
pinjaman, jual beli valuta asing atau valas, menjual jasa asuransi, jasa giro,
jasa cek, menerima penitipan barang berharga,dan lain sebagainya.
3. Bank Perkreditan Rakyat
Bank perkreditan rakyat adalah bank penunjang yang memiliki
keterbatasan wilayah operasional dan dana yang dimiliki dengan layanan
yang terbatas pula seperti memberikan kredit pinjaman dengan jumlah yang
terbatas, menerima simpanan masyarakat umum, menyediakan pembiayaan
dengan prinsip bagi hasil, penempatan dalam sertifikat bank Indonesia,
deposito berjangka, sertifikat, tabungan, dan lain sebagainya.
2.1.3 Tugas Bank
1. Tugas BanK Sentral
- Melaksanakan dan menetapkan kebijakan moneter.
- Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran.
- Mengatur dan mengawasi kerja bank-bank lain.
2. Tugas Bank Umum
- Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk pinjaman.
- Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang efisien dalam
kegiatan ekonomi.
- Menciptakan uang melalui pembayaran kredit dan investasi.
- Menyediakan jasa dan pengelolaan dana trust atau wali amanatan
kepada individu dan perusahaan.
- Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional.
- Memberikan pelayanan penyimpanan barang berharga.
- Menawarkan jasa-jasa keuangan lain misalnya kartu kredit, cek
perjalanan,ATM, transfer dana dan lainnya.
3. Tugas Bank Perkreditan Rakyat
- Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
- Memberikan kredit.
- Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip
syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
- Menenmpatkan dananya dalam bentuk sertifikat bank Indonesia
(SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, atau tabungan pada
bank lain.
2.1.4 Fungsi Bank
1. Penciptaan Uang
Fungsi bank umum memiliki fungsi penciptaan uang dalam hal ini
uang giral, yaitu alat pembayaran melalui mekanisme pemindahbukuan.
Kemampuan bank umum menciptakan uang giral menye babkan posisi dan
fungsi bank umum menjadi semakin penting dalam pelaksanaan kebijakan
moneter.
2. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran
Fungsi bank umum yang lainnya adalah mendukung kelancaran meka
nisme pembayaran. Hal tersebut dimungkinkan karena salah satu jasa yang
ditawarkan bank adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme
pembayaran. Contohnya, transfer uang, penerimaan setoran, dan kliring.
3. Penghimpunan Dana Simpanan
Fungsi bank umum berikutnya ialah penghimpunan dana simpanan,
diaman dana yang paling banyak disimpan oleh bank umum adalah dana
simpanan. Di Indonesia, dana simpanan terdiri atas giro, de posito
berjangka, sertifikat deposito, dan tabungan. Gambar ilustrasi bank.
4. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional
Fungsi bank umum memiliki fungsi yang sangat dibutuhkan untuk
memudahkan atau memperlancar transaksi internasional, baik transaksi
barang atau jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan dalam
transaksi antarnegara akibat berbagai kendala seperti perbedaan letak
geografis, budaya, dan sistem moneter akan dapat diatasi melalui kehadiran
bank umum, sehingga transaksi menjadi lebih mudah, cepat, dan efisien.
5. Penyimpanan Surat Berharga
Fungsi bank umum berikutnya ialah penyimpanan surat berharga,
dimana perkembangan ekonomi yang semakin pesat menyebabkan bank
memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-surat
berharga.
6. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya
Fungsi bank umum yang terakhir ialah pmberian jasa jasa lainnya,
dimana di Indonesia, pemberian jasa oleh bank umum antara lain
penyediaan fasilitas pembayaran telepon, transfer uang lewat ATM
(Anjungan Tunai Mandiri/Automatic Teller Machine) dan pembayaran gaji
karyawan.

2.2 Suku Bunga


Suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bisa juga
dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu.
Atau harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya dan
biasanya dinyatakan dalam persen (%).
Suku Bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk
dana pinjaman tersebut (biasanya dinyatakan dalam presentase). Oleh
karena itu, bunga juga dapat diartikan sebagai uang yang diperoleh atas
pinjaman yang diberikan. (Mishkin, 2008).
Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang
diberikan kepada nasabahnya, yaitu:
 Bunga Simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai ransangan atau
balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga
simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada
nasabahnya. Contoh: jasa.
 Bunga Pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam
atau harga yang harus dibayar oleh nasabah pinjaman kepada bank.
Contoh: bunga kredit.
Menurut Prasetiantono (2000) mengenai suku bunga adalah : Jika
suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di
bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan.
Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai
menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam
bentuk portfolio perbankan (deposito dan tabungan).
Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun
menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan,
atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah,
masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di
bank.

2.2.1 Teori Tingkat Suku Bunga


1. Teori Klasik
Teori bunga aliran klasik dinamakan “The Pure Theory of Interest”.
Menurut teori ini, tinggi rendahnya tingkat bunga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran akan modal. Jadi modal telah dianggap sebagai
harga dari kesempatan penggunaan modal. Sama seperti harga barang-
barang dan jasa , tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan dan
penawaran, demikian pula tinggi rendahnya bunga modal ditentukan oleh
permintaan dan penawaran modal.
Menurut teori klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga
pada perekonomian akan mempengaruhi tabungan (saving) yang terjadi.
Berarti keinginan masyarakat untuk menabung sangat tergantung pada
tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan
masyarakat untuk menabung atau masyarakat akan terdorong untuk
mengorbankan pengeluaran guna menambah besarnya tabungan. Jadi
tingkat suku bunga menurut klasik adalah balas jasa yang diterima
seseorang karena menabung atau hadiah yang diterima seseorang karena
menunda konsumsinya.

2. Teori Keynes
Teori ini dikemukakan oleh Keynes dan dinamakan “Liqudity
Preference Theory of Interest”. Menurut Keynes tingkat bunga ditentukan
oleh preference dan suplly of money. Liquidity preference adalah keinginan
memegang atau menahan uang didasarkan tiga alasan yaitu motif transaksi,
berjaga-jaga dan motif spekulasi.
Permintaan uang mempunyai hubungan yang negative dengan tingkat
bunga. Hubungan yang negative antara permintaan uang dengan tingkat
bunga ini dapat diterangkan Keynes, dia mengatakan bahwa masyarakat
mempunyai pendapat tentang adanya tingkat bunga nominal (natural rate).
Bilamana tingkat bunga turun dari tingkat bunga nominal dalam masyarakat
ada suatu keyakinan memegang obligasi (surat berharga) pada saat suku
bunga naik (harga obligasi mengalami penurunan) pemegang obligasi
tersebut akan menderita kerugian (capital loss). Guna menghindari kerugian
ini, tindakan yang dilakukan adalah menjual obligasi denga sendirinya akan
mendapatkan uang kas, dan uang kas ini yang akan dipegang pada saat suku
bunga naik. Hubungan inilah yang disebut motif spekulasi permintaan uang
karena masyarakat akan melakukan spekulasi tentang obligasi dimasa yang
akan datang.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga


Agar keuntungan yang diperoleh bank dapat maksimal, maka pihak
manajemen bank harus pandai dalam menetukan besar kecilnya komponen
suku bunga. Hal ini disebabkan apabila salah dalam menentukan besar
kecilnya komponen suku bunga maka akan dapat merugikan bank itu
sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan suku bunga yaitu:

1. Kebutuhan Dana
Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan yaitu,
seberapa besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan
dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan
oleh bank agar dan tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatakan
suku bunga simpanan. Namun peningkatan suku bunga simpanan juga akan
meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya apabila dana yang ada
dalam simpanan di bank banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit
maka bung simpanan akan turun.
2. Target Laba yang Diinginkan
Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan
target laba merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar
kecilnya suku bunga pinjaman. Jika laba yang diinginkan besar maka bunga
pinjaman juga besar dan demikian sebaliknya. Namun untuk menghadapi
pesaing target laba dapat diturunkan seminimal mungkin.
3. Kualitas Jaminan
Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga. Semakin likuid
jaminan (mudah dicairkan) yang diberikan, maka semakin rendah bunga
kredit yang dibebankan dan demikian sebaliknya.
4. Kebijaksanaan Pemerintah
Dalam menentukan bunga simpanan maupun bunga pinjaman, bank
tidak boleh mlebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Artinya
ada batasan maksimal dan ada batasan minimal.untuk suku bunga yang
diizinkan. Tujuannya adalah agar bank dapat bersing sacara sehat.
5. Jangka Waktu
Baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman, faktor jangka
waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka
semakin tinggi bunganya. Hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko
macet dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman
berjangka waktu pendek, maka bunganya relatif rendah. Akan tetapi untuk
bunga simpanan berlaku sebaliknya, semakin panjang jangka waktu maka
bunga simpanan semakin rendah dan sebaliknya.
6. Reputasi Perusahaan
Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama
untuk bunga pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan
memperoleh kredit sangat menentukan tungkata suku bunga yang akan
dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid
kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan
demikian sebaliknya perusahaan yang kurang bonafid factor resiko kredit
macet cukup besar.
7. Produk yang Kompetitif
Produk yang kompetitif sangat menentukan besar kecilnya pinjaman.
Kompetitif maksudnya adalah produk yang dibiayai sangat laku di pasaran.
Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah
jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini
disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi
sehingga pembayarannya diharapkan lancar.
8. Hubungan Baik
Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan factor kepercayaan
kepada seseorang atau lembaga. Dalam prakteknya, bank menggolongkan
nasabahnya antara nasabah uatam (primer) dan nasabah biasa (sekunder).
9. Persaingan
Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana sementara maka
tingkat persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka
bank harus bersaing ketat dengan bank lainnya.

2.2.3 Deposito
Pengertian Deposito menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1967
pasal 1f adalah adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut
perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan.
Deposito adalah produk simpanan di bank yang penyetoran maupun
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu saja atau sesuai
dengan jatuh temponya sehingga deposito dikenal juga sebagai tabungan
berjangka. (Rini, 2003).
2.2.4 Jenis-jenis Deposito
1. Deposito Berjangka (Time Deposit)
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang duiperjanjikan antara
deposan dan bank. Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan
dengan jenis jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito berjangka
biasanya bervariasi mulai dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan s/d 24
bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan maupun
lembaga. Artinya di dalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau
lembaga sipemilik deposito berjangka. Penarikan bunga deposito berjangka
dapat dilakukan secara tunai maupun pemindahbukuan dan setiap bunga
deposito dikenakan pajak dari jumlah bunga yang diterimanya.
Untuk menarik minat masyarakat, pihak bank dapat memberikan
berbagai insentif seperti hadiah atau ransangan. Insentif biasanya diberikan
untuk jumlah nominal yang besar baik berupa bunga khusus maupun
insentif seperti hadiah atau cendera mata lainnya. Insentif juga dapat
diberikan kepada nasabah yang loyal terhadap bank tersebut.
Artinya deposito berjangka dengan nominal besar dan terus
dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif lama.
2. Deposito Automatic Roll Over
Deposito automatic roll over adalah suatu bentuk lain dari deposito
berjangka dimana simpanan masyarakat (dalam bentuk deposito) yang telah
jatuh tempo sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan, namun pihak
deposan belum mengambilnya maka secara otomatis terhadap simpanan tadi
dilakukan perpanjangan waktu tanpa menunggu persetujuan dari deposan.
3. Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito merupakan hasil pengembangan dari deposito
berjangka. Sertifikat deposito adalah deposito berjangka yang bukti
simpanannya dapat diperjualbelikan.
Agar simpanan ini dapat diperjualbelikan dengan mudah maka
penarikan pada saat jatuh tempo dapat dilakukan atas unjuk, sehingga
siapapun yang memegang bukti simpanan tersebut dapat menguangkannya
pada saat jatuh tempo.
Hal lain yang menjadi ciri dari sertifikat deposito adalah dalam hal
pembayaran bunganya. Apabila deposito berjangka bunga dibayarkan
setelah dana mengendap, maka bunga sertifikat deposito ini dibayarkan
dimuka yaitu pada saat nasabah menempatkan dananya dalam bentuk
deposito.
4. Deposit on Call
Deposit on call adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dengan pemberitahuan lebih dahulu dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah. Deposit on
call biasanya digunakan oleh nasabah yang tidak setiap saat perlu menarik
dananya dan keperluan penarikan dana itu dapat diprediksi oleh nasabah
dalam jangka waktu tertentu.

2.2.5 Fungsi dan Manfaat Deposito


1. Fungsi Intern
Maksudnya fungsi deposito ini sangat strategis dalam membantu
kegiatan operasional bank khususnya ruang lingkup bank itu sendiri. Jenis
simpanan ini merupakan salah satu sumber utama modal bank yang praktis
penggunaannya karena mempunyai limit waktu. Deposito ini bagi suatu
bank berfungsi untuk memenuhi kebutuhan modal suatu bank, dan
disamping itu juga membantu menjaga posisi likuiditas bank. Kebutuhan
akan modal kerja suatu bank harus selalu dipenuhi setiap saat sehubungan
dengan salah satu fungsi utamanya yakni sebagai lembaga yang
menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau sebagai
lembaga pemberi kredit.
2. Fungsi Ekstern
Fungsi ekstern ini dikaitkan dengan fungsi yang ada diluar perusahaan
bank yakni sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang jasa yang
memeperlancar arus pembayaran uang.
Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional diharapkan
lembaga perbankan dapat berperan dalam mendukung peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan
perkembangan erekonomian nasional maupun internasional yang senantiasa
bergerak cepat disertai tantangan yang semakin luas, untuk itu bank harus
mampu menghadapi persaingan yang sehat dan efisien. Depositi ini
merupakan sarana penghimpunan dana dalam jumlah yang besar, dengan
demikian pemerintah sangat mengharapkan inisiatif dari masyarakat untuk
menanamkan dana yang lebih ini melalui deposito demi meununjang
pembangunan yang senantiasa membutuhkan dana yang relatif besar.
3. Manfaat Deposito
Setiap bank tentunya menginginkan memperoleh simpanan masyarakat
dalam jumlah yang besar, dengan banyaknya simpanan masyarakat di bank,
maka bank akan dapat memenuhi kebutuhan dari nasabah yang dapat
memberikan lebih banyak pinjaman kepada mereka yang membutuhkan.
Persaingan yang tajam menuntut setiap bank dapat mencari dan memperoleh
cara yang khusus serta menarik simpanan masyarakat ini.
Dana deposito ini disamping bermanfaat dalam pembiayaan aktifitas
bank, juga berguna untuk memenuhi kebutuhan dana pembangunan yang
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.3 Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga
secara tajam (absolute) yang berlangsung secara terus menerus dalam
jangka waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya
nilai riil (intrinsik) mata uang suatu Negara. Khalwaty (2005 : 5).
Inflasi adalah jumlah uang yang berlebihan dan akan menimbulkan
kenaikan harga – harga yang menyeluruh. Dalam perekonomian global
sekarang ini, masalah dan penyebab inflasi adalah sangat kompleks.
Dampak buruk inflasi diantaranya yang paling nyata adalah
menurunnya pendapatan riil yang diterima masyarakat. Inflasi seringkali
berfluktuasi namun pendapatan masyarakat tidak selalu berubah untuk
menyesuaikan dengan tingkat inflasi, sehingga dapat menyebabkan
penurunan pendapatan riil masyarakat. Ini merupakan salah satu alasan
pentingnya mengendalikan inflasi suatu negara. (Sukirno, 2005).

2.3.1 Teori Kuantitas


Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi,
tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh
para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal
sebagai model kaum moneteris (monetarist models). Teori ini menekankan
pada peranan jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat
mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi.Inti dari teori ini adalah
sebagai berikut :
1. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar,
baik uang kartal maupun giral.
2. Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang
beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan
harga di masa mendatang.
2.3.2 Keynesian Model
Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi
karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya,
sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-
barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia
(penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan
jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam
jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk
mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti
pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai
untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek.
Dengan keadaan daya beli antara golongan yang ada di masyarakat
tidak sama (heretogen), maka selanjutnya akan terjadi realokasi barang-
barang yang tersedia dari golongan masyarakat yang memiliki daya beli
yang relatif rendah kepada golongan masyarakat yang memiliki daya beli
yang lebih besar. Kejadian ini akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga,
laju inflasi akan berhenti hanya apabila salah satu golongan masyarakat
tidak bisa lagi memperoleh dana (tidak lagi memiliki daya beli) untuk
membiayai pembelian barang pada tingkat harga yang berlaku, sehingga
permintaan efektif masyarakat secara keseluruhan tidak lagi melebihi supply
barang (inflationary gap menghilang).

2.3.3 Mark-up Model


Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua
komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara
perubahan kedua komponen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Price = Cost + Profit Margin
Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai
suatu prosentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus
tersebut dapat dijabarkan menjadi :
Price = Cost + ( a% x Cost )
Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-
komponen yang menyusun cost of production dan atau penaikan pada profit
margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual komoditi di
pasar.

2.3.4 Teori Struktural : Model Inflasi di Negara Berkembang


Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang,
menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena
moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push
inflation.
Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang
pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga, goncangan ekonomi
yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat faktor
eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan
sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar
negeri, misalnya memburuknya term of trade; utang luar negeri; dan kurs
valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik.
Fenomena struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau kendala
struktural dalam perekonomian di negara berkembang, sering disebut
dengan structural bottlenecks. Strucktural bottleneck terutama terjadi dalam
tiga hal, yaitu :
1. Supply dari sektor pertanian (pangan) tidak elastis. Hal ini
dikarenakan pengelolaan dan pengerjaan sektor pertanian yang masih
menggunakan metode dan teknologi yang sederhana, sehingga
seringkali terjadi supply dari sektor pertanian domestik tidak mampu
mengimbangi pertumbuhan permintaannya.
2. Cadangan valuta asing yang terbatas (kecil) akibat dari pendapatan
ekspor yang lebih kecil daripada pembiayaan impor. Keterbatasan
cadangan valuta asing ini menyebabkan kemampuan untuk
mengimpor barangbarang baik bahan baku; input antara; maupun
barang modal yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan sektor
industri menjadi terbatas. Akibat dari lambatnya laju pembangunan
sektor industri, seringkali menyebabkan laju pertumbuhan supply
barang tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan permintaan.
3. Pengeluaran pemerintah terbatas. Hal ini disebabkan oleh sektor
penerimaan rutin yang terbatas, yang tidak cukup untuk membiayai
pembangunan, akibatnya timbul defisit anggaran belanja, sehingga
seringkali menyebabkan dibutuhkannya pinjaman dari luar negeri
ataupun mungkin pada umumnya dibiayai dengan pencetakan uang
(printing of money).
Dengan adanya structural bottlenecks ini, dapat memperparah inflasi
di negara berkembang dalam jangka panjang, oleh karenanya fenomena
inflasi di negaranegara yang sedang berkembang kadangkala menjadi suatu
fenomena jangka panjang, yang tidak dapat diselesaikan dalam jangka
waktu yang pendek. Berbeda dengan kaum monetaris yang memandang
inflasi sebagai fenomena moneter, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
dalam sektor moneter akibat dari ekspansi jumlah uang beredar, kaum neo-
structuralist menekankan pada struktur sektor keuangan. Dasar pemikiran
kaum neo-structuralist ini adalah pengaruh uang terhadap perekonomian
terutama ditransmisikan dari supply side atau produksi.
Menurut pemikiran kaum neo-structuralist, uang merupakan salah satu
faktor penentu investasi dan produksi. Bila jumlah uang yang tersedia untuk
investasi melimpah, menyebabkan harga uang (suku bunga) akan murah,
maka volume investasi akan meningkat. Dengan meningkatnya volume
investasi, volume produksi juga akan meningkat. Sehingga, penawaran
barang meningkat, yang pada gilirannya akan menekan tingkat inflasi.
Dengan dasar pemikiran yang seperti ini, timbul pendapat bahwa deregulasi
di sektor finansial dan peningkatan jumlah uang beredar akan mendorong
laju pertumbuhan ekonomi seraya menekan inflasi.
Kaum strukturalis berpendapat, bahwa selain harga komoditi pangan,
penyebab utama terjadinya inflasi di negara-negara berkembang adalah
akibat inflasi dari luar negeri (imported inflation). Hal ini disebabkan antara
lain oleh harga barang-barang impor yang meningkat di daerah asalnya, atau
terjadinya devaluasi atau depresiasi mata uang di negara pengimpor.

2.3.5 Jenis – jenis Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis


dalam pengelompokan tertentu, dan pengelompokan yang akan dipakai akan
sangat bergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Jenis inflasi adalah
sebagai berikut :
1. Menurut Derajatnya
Inflasi ringan di bawah 10% (single digit)
Inflasi sedang 10% - 30%.
Inflasi tinggi 30% - 100%.
Hyperinflasion di atas 100%.
Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak dapat
mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi perekonomian di suatu
wilayah tertentu, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa bagian dan
golongan masyarakat manakah yang terkena imbas ( yang menderita ) dari
inflasi yang sedang terjadi.
2. Menurut Penyebabnya
Demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu
kuatnya peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditi-
komoditi hasil produksi di pasar barang. Akibatnya, akan menarik (pull)
kurva permintaan agregat ke arah kanan atas, sehingga terjadi excess
demand, yang merupakan inflationary gap. Dan dalam kasus inflasi jenis
ini, kenaikan harga-harga barang biasanya akan selalu diikuti dengan
peningkatan output (GNP riil) dengan asumsi bila perekonomian masih
belum mencapai kondisi full-employment. Pengertian kenaikkan aggregate
demand seringkali ditafsirkan berbeda oleh para ahli ekonomi. Golongan
moneterist menganggap aggregate demand mengalami kenaikkan akibat
dari ekspansi jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Sedangkan, menurut golongan Keynesian kenaikkan aggregate
demand dapat disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi;
investasi; government expenditures; atau net export, walaupun tidak terjadi
ekspansi jumlah uang beredar. Cost push inflation, yaitu inflasi yang
dikarenakan bergesernya aggregate supply curve ke arah kiri atas.
Faktor-faktor yang menyebabkan aggregate supply curve bergeser
tersebut adalah meningkatnya harga faktor-faktor produksi (baik yang
berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri) di pasar faktor produksi,
sehingga menyebabkan kenaikkan harga komoditi di pasar komoditi. Dalam
kasus cost push inflation kenaikan harga seringkali diikuti oleh kelesuan
usaha.
3. Menurut Asalnya
Domestic inflation, yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh
kesalahan pengelolaan perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor
moneter di dalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat.
Imported inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan
harga-harga komoditi di luar negeri (di negara asing yang memiliki
hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan). Inflasi ini hanya
dapat terjadi pada negara yang menganut sistem perekonomian terbuka
(open economy system). Dan, inflasi ini dapat ‘menular’ baik melalui harga
barang-barang impor maupun harga barang-barang ekspor.
Terlepas dari pengelompokan-pengelompokan tersebut, pada
kenyataannya inflasi yang terjadi di suatu negara sangat jarang (jika tidak
boleh dikatakan tidak ada) yang disebabkan oleh satu macam / jenis inflasi,
tetapi acapkali karena kombinasi dari beberapa jenis inflasi. Hal ini
dikarenakan tidak ada faktor-faktor ekonomi maupun pelaku-pelaku
ekonomi yang benar-benar memiliki hubungan yang independen dalam
suatu sistem perekonomian negara. Contoh : imported inflation seringkali
diikuti oleh cost push inflation, domestic inflation diikuti dengan demand
pull inflation, dsb.

2.4 Nasabah
Dalam Peraturan Bank Indonesia No.7/7/PBI/2005 jo No.
10/10/PBI/2008 tentang penyelesaian pengaduan nasabah Pasal 1 angka 2
yang dimaksud dengan nasabah adalah Pihak yang menggunakan jasa bank,
termasuk pihak yang tidak memiliki rekening namun memanfaatkan jasa
bank untuk melakukan transaksi keuangan (walk-in customer).
Nasabah adalah raja artinya seorang raja harus dipenuhi semua
keinginan dan kebutuhannya. Pelayanan yang diberikan harus seperti
melayani seorang raja dalam arti masih dalam batas-batas etika dan moral
dengan tidak merendahkan derajat bank atau derajat CS itu sendiri. Kasmir
(2008 : 230).
Untuk lebih jelasnya Kasmir (2005 : 221) menguraikan sifat-sifat
nasabah yang harus dikenal agar mampu memberikan pelayanan yang baik,
yaitu :
1. Nasabah mau dianggap sebagai raja
Karyawan bank harus menganggap nasabah adalah raja, artinya raja
harus dipenuhi semua keinginannya. Namun pelayanan yang diberikan
masih dalam batas-batas etika dan moral dengan tidak merendahkan derajat
bank atau derajat karyawan itu sendiri.
2. Mau dipenuhi keinginan dan kebutuhannya
Kedatangan nasabah ke bank adalah ingin memenuhi hasrat atau
keinginannya, baik berupa informasi, pengisian aplikasi atau keluhan-
keluhan.
3. Tidak mau didebat dan tidak mau disinggung
Sudah merupakan hukum alam bahwa nasabah paling tidak suka
dibantah atau didebat. Usaha setiap pelayanan dilakukan melalui diskusi
yang santai dan rileks. Pandai-pandailah mengemukakan pendapat sehingga
nasabah tidak tersinggung.
4. Nasabah mau diperhatikan
Nasabah yang datang ke bank pada hakikatnya ingin memperoleh
perhartian. Jangan sekali-kali menyepelekan atau membiarkan nasabah,
berikan perhatian secara penuh sehingga nasabah benar-benar diperhatikan.
5. Nasabah merupakan sumber pendapat bank
Pendapatan utama bank adalah dari transaksi yang dilakukan oleh
nasabahnya. Oleh karena itu, jika membiarkan nasabah berarti
menghilangkan pendapatan. Nasabah merupakan sumber pendapatan yang
harus dijaga.
2.4.1 Jenis-jenis Nasabah
Menurut undang-undang No.10 tahun 1998 pasal 1 ayat 16 (2009 : 69)
nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Berdasarkan pengertian
tersebut, menurut UU No. 10 tahun 1998 pasal 1 nasabah terdiri dari 2 (dua)
jenis, yaitu :
1. Pasal 1 ayat 17 menyatakan bahwa nasabah penyimpang adalah
nasabah yang menempatkan danaya di bank dalam bentuk simpanan
berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.
2. Pasal 1 ayat 18 menyatakan bahwa nasabah debitur adalah nasabah
yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
Syahriah atau dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank
dengan nasabah yang bersangkutan.

Macam-macam nasabah berdasarkan dari praktek-praktek perbankan :

 Nasabah Deposan, yaitu nasabah yang menyimpan dananya pada


suatu bank, misalnya dalam bentuk deposito atau tabungan lainnya.
 Nasabah yang memanfaatkan fasilitas kredit perbankan, misalnya
kredit usaha kecil, kredit kepemilikan rumah, dan sebagainya.
 Nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak lain melalui bank.
Misalnya antara importir sebagai pembeli dengan eksportir diluar
negeri. Biasanya importir membuka letter of credit (L/C) pada suatu
bank demi kelancaran dan keamanan pembayaran.

Dalam kedudukannya sebagai subjek hukum, nasabah dapat terwujud


dalam dua bentuk sebagaimana subjek hukum yang diakui dalam hukum,
yaitu :

1. Orang
Nasabah bank sebagaimana dikaitkan dengan kedudukannya sebagai
subjek hukum dapat berupa orang atau badan hukum. Nasabah bank terbagi
menjadi orang yang dewasa dan orang yang belum dewasa. Nasabah orang
dewasa hanya diperbolehkan untuk nasabah kredit atau nasabah giro.
Sedangkan nasabah simpanan dan atau jasa di peruntukkan orang
yang belum dewasa, misalnya nasabah tabungan atau nasabah lepas
(working customer) untuk transfer dan lain sebagainya.
Perjanjian yang dibuat antara bank dengan nasabah yang belum
dewasa tersebut telah disadari konsekuensi hukum yang diakibatkannya.
Konsekuensi hukumnya adalah bahwa perjanjian itu tidak memenuhi
persyaratan sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
KUHPerdata, yaitu syarat perjanjian itu dilaksanakan oleh pihak yang cakap
untuk membuat perjanjian. Dalam hukum perdata perjanjian yang dilakukan
oleh pihak yang belum dewasa berarti tidak memenuhi persyaratan
subjektif. Ancaman atas pelanggaran tersebut adalah perjanjian dapat
dibatalkan, artinya perjanjian itu dapat dibatalkan oleh pihak yang dapat
mewakili anak yang belum dewasa tersebut. Yaitu orang tua atau walinya
dengan melalui cara gugatan pembatalan. Dengan kata lain sepanjang orang
tua anak itu tidak melakukan gugatan pembatalan, maka perjanjian tetap sah
dan berlaku mengikat.
2. Badan Hukum
Nasabah berupa badan hukum, perlu diperhatikan aspek legalitas
badan tersebut, serta kewenangan bertindak dari pihak yang berhubungan
dengan bank. Hal ini terkait dengan aspek hukum perseroan (corporate law).
Adapun jenis-jenis badan hukum adalah sebagai berikut :
 Badan hukum publik, seperti negara atau pemda.
 Perseroan Terbatas, diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, termasuk perseroan terbatas terbuka yang diatur
dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), diatur dalam UU No. 32 Tahun
2004 tentang Pemda.
 Badan Usaha Milik Negara (BUMN), diatur dalam UU No.19 Tahun
2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. BUMN ini terdiri dari :
Perusahaan persero, Perusahaan umum, dan Perusahaan jawatan
 Koperasi, diatur dengan UU No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian dan PP No. 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata
Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar
Koperasi.
 Yayasan, diatur dalam UU No. 17 Tahun 2001, yang diubah dengan
UU No. 28 tahun 2004.
 Badan Hukum Milik Negara (BUMN), diatur dalam PP No. 152
Tahun 2000 tentang BUMN Universitas Indonesia.
 Dana Pensiun, diatur dalam UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana
Pensiun.

2.5 Kerangka Pemikiran


Berdasarkan variabel - variabel yang dibahas dalam penelitian ini
mengenai pengaruh tingkat suku bunga deposito dan tingkat inflasi terhadap
jumlah deposan, maka dapat ditampilkan kerangka pemikiran sebagai
berikut :

Suku Bunga
Deposito (X1) Jumlah Deposan
(Y)
Tingkat Inflasi
(X2)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Secara Simultan dan Parsial

Secara Parsial

Secara Simultan
2.6 Kajian Penelitian Sejenis
Penelitian terdahulu yang dijadikan untuk menyusun konsep-konsep
pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Skripsi ditulis oleh Yohanes Yuni Eko Nugroho dengan judul Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito
Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia Tahun 2006 – 2008.
Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROA, LDR,
CAR dan variabel dummy 1 dan 2 secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap suku bunga deposito.
2. Jurnal ditulis oleh Melnia Gunawan, Pan Budi Marwoto, dan Lona
Miranda dengan judul Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan
ROA Terhadap Jumlah Dana Deposito Berjangka (Studi Kasus Pada
PT. Bank Sinarmas Tbk). Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan atau bersama-sama
antara tingkat suku bunga dan ROA terhadap jumlah dana deposito
berjangka di PT. Bank Sinarmas, Tbk.
3. Jurnal ditulis oleh Arsad Ragandhi dengan judul Pengaruh
Pendapatan Nasional, Inflasi, dan Suku Bunga Deposito Terhadap
Konsumsi Masyarakat di Indonesia. Dengan hasil penelitian
menunjukkan dalam jangka panjang Pendapatan Nasional, Suku
Bunga Deposito dan Inflasi secara bersama-sama berpengaruh
terhadap Konsumsi Masyarakat. Sementara dalam jangka pendek
Pendapatan Nasional, Inflasi dan Suku Bunga Deposito tidak
signifikan terhadap Konsumsi Masyarakat.
4. Jurnal ditulis oleh Andryani Isna K dan Kunti Sunaryo dengan judul
Analisis Pengaruh Return on Asset, BOPO, dan Suku Bunga
Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank
Umum Syariah. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa Return
on Asset (ROA), BOPO, dan suku bunga secara bersama-sama
berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada
bank umum syariah periode 2009-2011.
5. Skripsi ditulis oleh Ogi Marsenal Ipando dengan judul Pengaruh Bagi
Hasil Deposito Syariah Mandiri dan Suku Bunga Deposito Bank
Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Syariah Mandiri di
Bank Syariah Mandiri. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa
bagi hasil yang diberikan kepada nasabah deposito berpengaruh secara
positif terhadap jumlah simpanan daposito syariah mandiri di Bank
Syariah Mandiri.
6. Jurnal ditulis oleh Luciana Spica Almilia dan Anton Wahyu Utomo
dengan judul Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku
Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia. dari hasil
pengujian secara serempak terhadap variabel perkembangan likuiditas
perekonomian, tingkat inflasi, perkembangan perekonomian, CAR,
ROA dan LDR mempunyai pengaruh yang sangat bermakna atau
signifikan pada taraf 95% (α = 0,05) terhadap penetapan tigkat suku
bunga deposito berjangka satu bulan, tiga bulan, enam bulan dan dua
belas bulan pada bank umum di Indonesia.

2.7 Alat Analisis


Data yang nantinya diperoleh dari arsip perusahaan akan dianalisis
sedemikian rupa sehingga nantinya dapat bermanfaat dan dipergunakan
dalam pengambilan keputusan perusahaan. Data – data tersebut nantinya
akan diolah dengan menggunakan software SPSS.

Anda mungkin juga menyukai