TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Bank
Pengertian Bank menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 pasal
1a adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan
kredit dan jasa - jasa dalam bentuk lalu - lintas pembayaran dan peredaran
uang.
Bank adalah suatu badan atau organisasi, biasanya dalam bentuk perusahaan
dan bekerjasama atau disewa dengan pemerintah, untuk melakukan
penerimaan deposito dan giro yang berjangka, membayar bunga yang ada
pada mereka sebagaimana yang telah diizinkan oleh hukum yang berlaku,
membuat catatan diskon, memberikan sebuah pinjaman, berinvestasi
didalam pemerintahan atau pada surat berharga lainnya. Rosenberg, Jerry
M. (1982:44).
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998,
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga
perantara keuangan yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan
dana kepada pihak yang membutuhkan atau kekurangan dana pada waktu
yang ditentukan. Dendawijaya (2001:25).
2. Teori Keynes
Teori ini dikemukakan oleh Keynes dan dinamakan “Liqudity
Preference Theory of Interest”. Menurut Keynes tingkat bunga ditentukan
oleh preference dan suplly of money. Liquidity preference adalah keinginan
memegang atau menahan uang didasarkan tiga alasan yaitu motif transaksi,
berjaga-jaga dan motif spekulasi.
Permintaan uang mempunyai hubungan yang negative dengan tingkat
bunga. Hubungan yang negative antara permintaan uang dengan tingkat
bunga ini dapat diterangkan Keynes, dia mengatakan bahwa masyarakat
mempunyai pendapat tentang adanya tingkat bunga nominal (natural rate).
Bilamana tingkat bunga turun dari tingkat bunga nominal dalam masyarakat
ada suatu keyakinan memegang obligasi (surat berharga) pada saat suku
bunga naik (harga obligasi mengalami penurunan) pemegang obligasi
tersebut akan menderita kerugian (capital loss). Guna menghindari kerugian
ini, tindakan yang dilakukan adalah menjual obligasi denga sendirinya akan
mendapatkan uang kas, dan uang kas ini yang akan dipegang pada saat suku
bunga naik. Hubungan inilah yang disebut motif spekulasi permintaan uang
karena masyarakat akan melakukan spekulasi tentang obligasi dimasa yang
akan datang.
1. Kebutuhan Dana
Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan yaitu,
seberapa besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan
dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan
oleh bank agar dan tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatakan
suku bunga simpanan. Namun peningkatan suku bunga simpanan juga akan
meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya apabila dana yang ada
dalam simpanan di bank banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit
maka bung simpanan akan turun.
2. Target Laba yang Diinginkan
Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan
target laba merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar
kecilnya suku bunga pinjaman. Jika laba yang diinginkan besar maka bunga
pinjaman juga besar dan demikian sebaliknya. Namun untuk menghadapi
pesaing target laba dapat diturunkan seminimal mungkin.
3. Kualitas Jaminan
Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga. Semakin likuid
jaminan (mudah dicairkan) yang diberikan, maka semakin rendah bunga
kredit yang dibebankan dan demikian sebaliknya.
4. Kebijaksanaan Pemerintah
Dalam menentukan bunga simpanan maupun bunga pinjaman, bank
tidak boleh mlebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Artinya
ada batasan maksimal dan ada batasan minimal.untuk suku bunga yang
diizinkan. Tujuannya adalah agar bank dapat bersing sacara sehat.
5. Jangka Waktu
Baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman, faktor jangka
waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka
semakin tinggi bunganya. Hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko
macet dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman
berjangka waktu pendek, maka bunganya relatif rendah. Akan tetapi untuk
bunga simpanan berlaku sebaliknya, semakin panjang jangka waktu maka
bunga simpanan semakin rendah dan sebaliknya.
6. Reputasi Perusahaan
Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama
untuk bunga pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan
memperoleh kredit sangat menentukan tungkata suku bunga yang akan
dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid
kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan
demikian sebaliknya perusahaan yang kurang bonafid factor resiko kredit
macet cukup besar.
7. Produk yang Kompetitif
Produk yang kompetitif sangat menentukan besar kecilnya pinjaman.
Kompetitif maksudnya adalah produk yang dibiayai sangat laku di pasaran.
Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah
jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini
disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi
sehingga pembayarannya diharapkan lancar.
8. Hubungan Baik
Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan factor kepercayaan
kepada seseorang atau lembaga. Dalam prakteknya, bank menggolongkan
nasabahnya antara nasabah uatam (primer) dan nasabah biasa (sekunder).
9. Persaingan
Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana sementara maka
tingkat persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka
bank harus bersaing ketat dengan bank lainnya.
2.2.3 Deposito
Pengertian Deposito menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1967
pasal 1f adalah adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut
perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan.
Deposito adalah produk simpanan di bank yang penyetoran maupun
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu saja atau sesuai
dengan jatuh temponya sehingga deposito dikenal juga sebagai tabungan
berjangka. (Rini, 2003).
2.2.4 Jenis-jenis Deposito
1. Deposito Berjangka (Time Deposit)
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang duiperjanjikan antara
deposan dan bank. Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan
dengan jenis jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito berjangka
biasanya bervariasi mulai dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan s/d 24
bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan maupun
lembaga. Artinya di dalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau
lembaga sipemilik deposito berjangka. Penarikan bunga deposito berjangka
dapat dilakukan secara tunai maupun pemindahbukuan dan setiap bunga
deposito dikenakan pajak dari jumlah bunga yang diterimanya.
Untuk menarik minat masyarakat, pihak bank dapat memberikan
berbagai insentif seperti hadiah atau ransangan. Insentif biasanya diberikan
untuk jumlah nominal yang besar baik berupa bunga khusus maupun
insentif seperti hadiah atau cendera mata lainnya. Insentif juga dapat
diberikan kepada nasabah yang loyal terhadap bank tersebut.
Artinya deposito berjangka dengan nominal besar dan terus
dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif lama.
2. Deposito Automatic Roll Over
Deposito automatic roll over adalah suatu bentuk lain dari deposito
berjangka dimana simpanan masyarakat (dalam bentuk deposito) yang telah
jatuh tempo sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan, namun pihak
deposan belum mengambilnya maka secara otomatis terhadap simpanan tadi
dilakukan perpanjangan waktu tanpa menunggu persetujuan dari deposan.
3. Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito merupakan hasil pengembangan dari deposito
berjangka. Sertifikat deposito adalah deposito berjangka yang bukti
simpanannya dapat diperjualbelikan.
Agar simpanan ini dapat diperjualbelikan dengan mudah maka
penarikan pada saat jatuh tempo dapat dilakukan atas unjuk, sehingga
siapapun yang memegang bukti simpanan tersebut dapat menguangkannya
pada saat jatuh tempo.
Hal lain yang menjadi ciri dari sertifikat deposito adalah dalam hal
pembayaran bunganya. Apabila deposito berjangka bunga dibayarkan
setelah dana mengendap, maka bunga sertifikat deposito ini dibayarkan
dimuka yaitu pada saat nasabah menempatkan dananya dalam bentuk
deposito.
4. Deposit on Call
Deposit on call adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dengan pemberitahuan lebih dahulu dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah. Deposit on
call biasanya digunakan oleh nasabah yang tidak setiap saat perlu menarik
dananya dan keperluan penarikan dana itu dapat diprediksi oleh nasabah
dalam jangka waktu tertentu.
2.3 Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga
secara tajam (absolute) yang berlangsung secara terus menerus dalam
jangka waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya
nilai riil (intrinsik) mata uang suatu Negara. Khalwaty (2005 : 5).
Inflasi adalah jumlah uang yang berlebihan dan akan menimbulkan
kenaikan harga – harga yang menyeluruh. Dalam perekonomian global
sekarang ini, masalah dan penyebab inflasi adalah sangat kompleks.
Dampak buruk inflasi diantaranya yang paling nyata adalah
menurunnya pendapatan riil yang diterima masyarakat. Inflasi seringkali
berfluktuasi namun pendapatan masyarakat tidak selalu berubah untuk
menyesuaikan dengan tingkat inflasi, sehingga dapat menyebabkan
penurunan pendapatan riil masyarakat. Ini merupakan salah satu alasan
pentingnya mengendalikan inflasi suatu negara. (Sukirno, 2005).
2.4 Nasabah
Dalam Peraturan Bank Indonesia No.7/7/PBI/2005 jo No.
10/10/PBI/2008 tentang penyelesaian pengaduan nasabah Pasal 1 angka 2
yang dimaksud dengan nasabah adalah Pihak yang menggunakan jasa bank,
termasuk pihak yang tidak memiliki rekening namun memanfaatkan jasa
bank untuk melakukan transaksi keuangan (walk-in customer).
Nasabah adalah raja artinya seorang raja harus dipenuhi semua
keinginan dan kebutuhannya. Pelayanan yang diberikan harus seperti
melayani seorang raja dalam arti masih dalam batas-batas etika dan moral
dengan tidak merendahkan derajat bank atau derajat CS itu sendiri. Kasmir
(2008 : 230).
Untuk lebih jelasnya Kasmir (2005 : 221) menguraikan sifat-sifat
nasabah yang harus dikenal agar mampu memberikan pelayanan yang baik,
yaitu :
1. Nasabah mau dianggap sebagai raja
Karyawan bank harus menganggap nasabah adalah raja, artinya raja
harus dipenuhi semua keinginannya. Namun pelayanan yang diberikan
masih dalam batas-batas etika dan moral dengan tidak merendahkan derajat
bank atau derajat karyawan itu sendiri.
2. Mau dipenuhi keinginan dan kebutuhannya
Kedatangan nasabah ke bank adalah ingin memenuhi hasrat atau
keinginannya, baik berupa informasi, pengisian aplikasi atau keluhan-
keluhan.
3. Tidak mau didebat dan tidak mau disinggung
Sudah merupakan hukum alam bahwa nasabah paling tidak suka
dibantah atau didebat. Usaha setiap pelayanan dilakukan melalui diskusi
yang santai dan rileks. Pandai-pandailah mengemukakan pendapat sehingga
nasabah tidak tersinggung.
4. Nasabah mau diperhatikan
Nasabah yang datang ke bank pada hakikatnya ingin memperoleh
perhartian. Jangan sekali-kali menyepelekan atau membiarkan nasabah,
berikan perhatian secara penuh sehingga nasabah benar-benar diperhatikan.
5. Nasabah merupakan sumber pendapat bank
Pendapatan utama bank adalah dari transaksi yang dilakukan oleh
nasabahnya. Oleh karena itu, jika membiarkan nasabah berarti
menghilangkan pendapatan. Nasabah merupakan sumber pendapatan yang
harus dijaga.
2.4.1 Jenis-jenis Nasabah
Menurut undang-undang No.10 tahun 1998 pasal 1 ayat 16 (2009 : 69)
nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Berdasarkan pengertian
tersebut, menurut UU No. 10 tahun 1998 pasal 1 nasabah terdiri dari 2 (dua)
jenis, yaitu :
1. Pasal 1 ayat 17 menyatakan bahwa nasabah penyimpang adalah
nasabah yang menempatkan danaya di bank dalam bentuk simpanan
berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.
2. Pasal 1 ayat 18 menyatakan bahwa nasabah debitur adalah nasabah
yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
Syahriah atau dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank
dengan nasabah yang bersangkutan.
1. Orang
Nasabah bank sebagaimana dikaitkan dengan kedudukannya sebagai
subjek hukum dapat berupa orang atau badan hukum. Nasabah bank terbagi
menjadi orang yang dewasa dan orang yang belum dewasa. Nasabah orang
dewasa hanya diperbolehkan untuk nasabah kredit atau nasabah giro.
Sedangkan nasabah simpanan dan atau jasa di peruntukkan orang
yang belum dewasa, misalnya nasabah tabungan atau nasabah lepas
(working customer) untuk transfer dan lain sebagainya.
Perjanjian yang dibuat antara bank dengan nasabah yang belum
dewasa tersebut telah disadari konsekuensi hukum yang diakibatkannya.
Konsekuensi hukumnya adalah bahwa perjanjian itu tidak memenuhi
persyaratan sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
KUHPerdata, yaitu syarat perjanjian itu dilaksanakan oleh pihak yang cakap
untuk membuat perjanjian. Dalam hukum perdata perjanjian yang dilakukan
oleh pihak yang belum dewasa berarti tidak memenuhi persyaratan
subjektif. Ancaman atas pelanggaran tersebut adalah perjanjian dapat
dibatalkan, artinya perjanjian itu dapat dibatalkan oleh pihak yang dapat
mewakili anak yang belum dewasa tersebut. Yaitu orang tua atau walinya
dengan melalui cara gugatan pembatalan. Dengan kata lain sepanjang orang
tua anak itu tidak melakukan gugatan pembatalan, maka perjanjian tetap sah
dan berlaku mengikat.
2. Badan Hukum
Nasabah berupa badan hukum, perlu diperhatikan aspek legalitas
badan tersebut, serta kewenangan bertindak dari pihak yang berhubungan
dengan bank. Hal ini terkait dengan aspek hukum perseroan (corporate law).
Adapun jenis-jenis badan hukum adalah sebagai berikut :
Badan hukum publik, seperti negara atau pemda.
Perseroan Terbatas, diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, termasuk perseroan terbatas terbuka yang diatur
dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), diatur dalam UU No. 32 Tahun
2004 tentang Pemda.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), diatur dalam UU No.19 Tahun
2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. BUMN ini terdiri dari :
Perusahaan persero, Perusahaan umum, dan Perusahaan jawatan
Koperasi, diatur dengan UU No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian dan PP No. 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata
Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar
Koperasi.
Yayasan, diatur dalam UU No. 17 Tahun 2001, yang diubah dengan
UU No. 28 tahun 2004.
Badan Hukum Milik Negara (BUMN), diatur dalam PP No. 152
Tahun 2000 tentang BUMN Universitas Indonesia.
Dana Pensiun, diatur dalam UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana
Pensiun.
Suku Bunga
Deposito (X1) Jumlah Deposan
(Y)
Tingkat Inflasi
(X2)
Secara Parsial
Secara Simultan
2.6 Kajian Penelitian Sejenis
Penelitian terdahulu yang dijadikan untuk menyusun konsep-konsep
pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Skripsi ditulis oleh Yohanes Yuni Eko Nugroho dengan judul Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito
Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia Tahun 2006 – 2008.
Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROA, LDR,
CAR dan variabel dummy 1 dan 2 secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap suku bunga deposito.
2. Jurnal ditulis oleh Melnia Gunawan, Pan Budi Marwoto, dan Lona
Miranda dengan judul Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan
ROA Terhadap Jumlah Dana Deposito Berjangka (Studi Kasus Pada
PT. Bank Sinarmas Tbk). Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan atau bersama-sama
antara tingkat suku bunga dan ROA terhadap jumlah dana deposito
berjangka di PT. Bank Sinarmas, Tbk.
3. Jurnal ditulis oleh Arsad Ragandhi dengan judul Pengaruh
Pendapatan Nasional, Inflasi, dan Suku Bunga Deposito Terhadap
Konsumsi Masyarakat di Indonesia. Dengan hasil penelitian
menunjukkan dalam jangka panjang Pendapatan Nasional, Suku
Bunga Deposito dan Inflasi secara bersama-sama berpengaruh
terhadap Konsumsi Masyarakat. Sementara dalam jangka pendek
Pendapatan Nasional, Inflasi dan Suku Bunga Deposito tidak
signifikan terhadap Konsumsi Masyarakat.
4. Jurnal ditulis oleh Andryani Isna K dan Kunti Sunaryo dengan judul
Analisis Pengaruh Return on Asset, BOPO, dan Suku Bunga
Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank
Umum Syariah. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa Return
on Asset (ROA), BOPO, dan suku bunga secara bersama-sama
berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada
bank umum syariah periode 2009-2011.
5. Skripsi ditulis oleh Ogi Marsenal Ipando dengan judul Pengaruh Bagi
Hasil Deposito Syariah Mandiri dan Suku Bunga Deposito Bank
Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Syariah Mandiri di
Bank Syariah Mandiri. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa
bagi hasil yang diberikan kepada nasabah deposito berpengaruh secara
positif terhadap jumlah simpanan daposito syariah mandiri di Bank
Syariah Mandiri.
6. Jurnal ditulis oleh Luciana Spica Almilia dan Anton Wahyu Utomo
dengan judul Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku
Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia. dari hasil
pengujian secara serempak terhadap variabel perkembangan likuiditas
perekonomian, tingkat inflasi, perkembangan perekonomian, CAR,
ROA dan LDR mempunyai pengaruh yang sangat bermakna atau
signifikan pada taraf 95% (α = 0,05) terhadap penetapan tigkat suku
bunga deposito berjangka satu bulan, tiga bulan, enam bulan dan dua
belas bulan pada bank umum di Indonesia.