Anda di halaman 1dari 5

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Berdasarkan perspektif islam, sistem bank

konvensional memang tergolong sistem riba, sebuah sistem yang sangat dilarang secara fiqih.
Penerapan sistem bunga, orientasi yang digunakan, serta berbagai hal lainnya pada bank
konvensional dirasa tidak sejalan dengan orientasi Islam dalam urusan perbankan. Perbedaan
Bank Syariah dan Bank Konvensional Untuk mensiasati haramnya sistem bank konvensional,
muncullah sistem perbankan baru yang lebih mengutamakan kaidah syariat Islam dalam
setiap transaksinya. Bank yang demikian dikenal dengan istilah bank syariah. Perbedaan bank
syariah dan bank konvensional terletak pada banyak hal. Bukan hanya terkait penggunaan
dasar hukum pelaksanaan sistemnya saja, melainkan beberapa aspek penting lainnya seperti
keuntungan, orientasi, investasi, hingga keberadaan dewan pengawas pada kedua bank ini
juga berbeda. Perbedaan bank syariah dan bank konvensional dapat dilihat pada sajian tabel
di bawah ini. Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional Hukum Syariah Islam berdasarkan
Al-Qur’an dan Hadist dan telah difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hukum
positif yang berlaku di Indonesia. Investasi Usaha yang halal saja Semua usaha Orientasi
Keuntungan (profit oriented) dan kemakmuran dan kebahagian dunia akhirat Keuntungan
(profit oriented) semata Keuntungan Bagi hasil Bunga Hubungan Nasabah dan Bank
Kemitraan Kreditur dan debitur Keberadaan Dewan Pengawas Ada Tidak ada 1. Perbedaan
Hukum yang Digunakan Seperti sudah disinggung di atas, bahwa perbedaan paling mencolok
antara bank syariah dan bank konvensional terletak pada hukum yang digunakannya masing-
masing. Bank syariah memiliki sistem yang didasari pada syariat Islam yang berlandas Al-
Qur’an, Hadist, dan Fatwa Ulama (Majelis Ulama Indonesia), sementara bank konvensional
memiliki sistem yang dilandasi pada hukum positif yang berlaku di Indonesia. Beberapa
sistem transaksi pada bank syariah yang menggunakan perspektif hukum Islam di antaranya
al-musyarakah (perkongsian), al-mudharabah (bagi hasil), al-musaqat (kerja sama tani), al-
ijarah (sewa-menyewa), al-ba’i (bagi hasil), dan al-wakalah (keagenan). 2. Perbedaan
Investasi Perbedaan bank syariah dan bank konvensional pada hukum yang mendasarinya
juga menelurkan perbedaan pada setiap sistem yang digunakan, misalnya dalam hal investasi.
Pada bank syariah, seorang akan diperkenankan meminjam dana apabila jenis usaha yang
diajukannnya adalah usaha yang halal dan baik, seperti pertanian, peternakan, dagang, dan
lain sebagainya. Sementara itu, pada bank konvensional, seseorang boleh mengajukan
pinjaman terhadap usaha-usaha yang diizinkan atas hukum positif. Usaha yang tidak halal
tapi diakui hukum positif di Indonesia akan tetap diterima dalam pengajuan pinjaman. 3.
Perbedaan Orientasi Orientasi yang ada pada sistem bank konvensional semata-mata adalah
orientasi keuntungan atau profit oriented. Sementara pada sistem bank konvensional,
orientasi yang digunakan selain orientasi keuntungan juga memperhatikan kemakmuran dan
kebahagiaan hidup dunia akhirat atas kerjasamanya. Perbedaan Pasar Uang dan Pasar Modal
4. Pembagian Keuntungan Sistem pembagian keuntungan antara bank konvensional dan bank
syariah juga berbeda. Bank konvensional menerapkan sistem bunga tetap atau bunga
mengambang pada setiap pinjaman yang diberikan pada nasabah. Oleh karena itu, bank
konvensional menganggap bahwa usaha yang dijalankan oleh nasabah akan selalu untung.
Hal ini berbeda dengan sistem pembagian keuntungn yang diterapkan bank syariah. Pada
bank syariah, keuntungan dari penggunaan modal dibagi sesuai dengan akad yang disepakati
di awal. Bank syariah akan tetap memperhatikan kemungkinan untung atau rugi usaha yang
dibiayainya tersebut. Jika dirasa tidak menguntungkan, bank syariah akan menolak pengajuan
pinjaman yang nasabahnya. 5. Hubungan Nasabah dan Bank Dari segi sosial, perbedaan
antara bank syariah dan bank konvensional juga terdapat pada hubungan antara bank dengan
nasabahnya. Pada bank syariah diterapkan sistem kemitraan, sementara pada bank
konvensional hubungan nasabah dan bank disebut kreditur dan debitur. 6. Perbedaan
Pengawasan Setiap sistem transaksi yang dilakukan bank syariah harus dibawah pengawasan
Dewan Pengawas. Dewan pengawas ini berisi sekumpulan ulama dan ahli ekonomi yang
menguasai pemahaman fiqih muamalah. Sementara, di bank konvensional setiap sistem
transaksi tidak diawasi selain oleh hukum positif. Nah, itulah beberapa hal yang membedakan
bank syariah dan bank konvensional. Sebetulnya masih ada banyak perbedaan bank syariah
dan bank konvensional lainnya, hanya saja keenam aspek itulah yang paling mendasar.
Semoga bisa menambah pengetahuan perbankan Anda. Salam sehat selalu.

Sumber: http://danperbedaan.blogspot.co.id/2016/04/perbedaan-bank-syariah-dan-bank-
konvensional.html
Disalin dari Dan Perbedaan.

9 Perbedaan Bank Konvensional Dan Bank


Syariah dalam Berbagai Bidang
Sponsors Link

Saat ini di beberapa negara-negara tertentu, memiliki dua jenis sistem perbankan yang
diterapkan yaitu bank konvesional (umum) dan bank syariah. Bank konvensional tersebar
luas di berbagai kota-kota di Indonesia, serta menawarkan fasilitas dan program-program
yang berbeda untuk nasabah nya. Sedangkan bank syariah sendiri merupakan bank yang
menerapkan sistem syariah di dalam kegiatan perbankannya.

ads

Jika pada awalnya, bank-bank syariah belum terlalu berkembang dan populer. Namun saat ini
dapat dilihat bahwa perkembangan bank-bank syariah semakin pesat baik dalam segi aset
maupun pegawainya. Hal ini bisa jadi dikarenakan faktor sebagian besar penduduk Indonesia
yang beragama Islam. (baca juga: Pencatatan Transaksi Keuangan)

Namun sayangnya tak banyak orang yang mengetahui perbedaan antara bank konvensional
dengan bank syariah. Hal ini sangat wajar terjadi, mengingat banyaknya istilah-istilah baru
yang ada di dalam bank syariah dibandingkan dengan bank-bank pada umumnya. Banyak
orang yang berpendapat bahwa perbedaan dari bank konvesional dan syariah terletak pada
prinsip dasar layanan yang digunakan. Hal-hal inilah yang banyak membuat orang
kebingungan untuk mencari perbedaannya.

Perbedaan Bank Konvesional Dan Bank Syariah

1. Akad
Perbedaan yang cukup terlihat bisa anda perhatikan dari akad pada masing-masing bank
tersebut. Bank syariah dan bank konvensional, masing-masing memiliki sistem akad yang
berbeda didasarkan pada landasan yang digunakannya.
Untuk bank konvesional, perjanjian yang dibuat berpatokan pada hukum-hukum positif.
Sedangkan akad yang ada pada bank syariah, dibuat dengan dasar hukum-hukum Islam. Bank
syariah memiliki beberapa ketentuan-ketentuan tertentu, misalnya seperti adanya syarat dan
rukun.

Yang dimaksudkan dengan rukun disini adalah adanya penjual, pembeli, harga, barang, serta
ijab qobul. Sedangkan untuk syarat, terdiri dari sifat barang atau jas ayang sedang
diperjualbelikan haruslah halal, serta harga dari barang tersebut harus jelas. (baca
juga: Hakikat Akuntansi)

2. Hukum Yang Digunakan


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, akad yang dijalankan setiap bank berbeda karena
hukum yang digunakannya pun berbeda. Hal ini lah yang menjadi perbedaan yang cukup
mencolok antara bank konvesional dengan bank syariah. (baca juga: Pengertian Persamaan
Dasar Akuntansi)

Pada bank syariah sendiri, sistemnya didasarkan pada syariat-syariat Islam yang memiliki
landasan Al-Quran, Hadist, serta Fatwa Ulaman. Sedangkan pada bank konvesional sendiri
memiliki sistem yang berlandaskan hukum-hukum positif yang berlaku di Indonesia.
Beberapa hukum-hukum yang diterapkan di dalam bank syariah antara lain adalah:

 Al-Musyarakah (perkongsian)
 Al-Musaqat (kerja sama tani)
 Al-Mudharabah (bagi hasil)
 Al-Ijarah (sewa menyewa)
 Al-Wakalah (keagenan)
 Al-Ba’i (bagi hasil)

3. Investasi
Perbedaan pada sistem investasi juga menjadi perbedaan yang cukup terlihat antara bank
konvensional dengan bank syariah. Bank syariah memberikan persyaratan bagi nasabah yang
ingin meminjam dana usaha dengan persyaratan bahwa usaha yang dijalankan halal dan baik,
misalnya saja seperti pertanian,dagang, pertenakan, dan lainnya. Namun pada bank
konvensioanal, nasabah diperbolehkan melakukan peminajam jika usaha yang dijalankan
mendapatkan perijinan dari hukum positif. Tak harus usaha tersebut bercap halal asalkan
sudah diijinkan oleh hukum-hukum positif yang berlaku di Indonesia. (baca juga: Metode
Pengumpulan Biaya Produksi)

4. Bunga dan Bagi Hasil


Perbedaan yang mencolok lainnya dapat anda
perhatikan pada sistem pendapatan usaha pada masing-masing bank. Pada bank syariah, akan
menerapkan sistem pendapatan usaha melalui bagi hasil. Di dalam prinsip-prinsip syariah
sendiri, riba sangat diharamkan sehingga lebih cenderung menggunakan sistem bagi hasil.

Berbeda dengan bank yang lebih menerapkan sistme bunga pada pendapatan usahanya.
Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, sama-sama untuk mendapatkan keuntungan
dari nasabah namun cara yang dilakukan sangat berbeda. Berikut ini perbedaan dari bunga
bank dengan sistem bagi hasil. (baca juga: Pengertian Akuntansi Persediaan)

Bunga bank, biasanya bunga bank akan ditentukan pada saat perjanjian dibuat. Penentuannya
pun didasarkan pada kondisi yang dapat menguntungkan. Besarnya bunga bank akan
disesuaikan dari modal yang dikreditkan oleh nasabah. Untuk pembayaran bunga bank
sendiri, biasanya tetap dan tak melihat untung ataupun rugi. Selain itu, pembayaran bunga
tidak akan meningkat meskipun keuntungan yang didapat semakin meningkat. (baca
juga: Metode Penghapusan Piutang)

Sedangkan sistem bagi hasil,  biasanya besar jumlahnya akan ditentukan pada saat akan atau
perjanjian dibuat dengan berdasarkan pada pedoman untung dan rugi. Besar dari bagi hasil ini
akan disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang dapat diperoleh. Sistem bagi hasil sangat
tergantung pada keuntungan sebuah proyek. Sehingga bila proyek tersebut rugi, maka
kerugian tersebut akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. Sistem bagi hasil dapat
meningkatkan pembagian keuntungan berdasarkan pada peningkatan pendapatan yang ada.

Sponsors Link

5. Pengelolaan Dana
Hal lainnya yang menjadi perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah adalah
pada sistem pengelolaan dana yang digunakan. Bank syariah akan menolak pengajuan kredit
yang ditujukan untuk hal-hal yang dapat melanggar hukum Islam. Yang menjadi poin penting
pada bank syariah adalah kegiatan-kegiatan yang halal dan baik serta sesuai dengan prinsip
ekonomi syariah yang ada. Hal inilah yang menjadi syarat utama pengajuan kredit di bank
syariah. Bahkan kartu kredit yang dikeluarkan bank syariah sendiri juga melarang
penggunaannya untuk transaksi-transaksi yang tidak halal. (baca juga: Jenis Jenis Laporan
Keuangan)
Namun pada bank konvensional, penyaluran kredit dapat disetujui tanpa harus pihak bank
mengetahui kemana uang tersebut akan dipergunakan. Selama pihak debitu dapat membayar
tagihan secara rutin dan tepat waktu, maka pengajuan kredit dapat dipenuhi.

6. Orientasi
Jika pada bank konvensional lebih cenderung untuk mendapatkan keuntungan atau profit
oriented. Maka pada bank syariah, tak hanya berorientasi pada keuntungan saja melainkan
juga pada kemakmuran serta kebahagiaan dunia dan akhirat. (baca juga: Cara Membuat
Neraca Keuangan)

7. Cicilan dan Promosi


Bank syariah sendiri menerapkan sistem pembayaran cicilan atau tagihan dengan jumlah
yang tetap berdasarkan keuntungan bank dan sudah disetujui oleh kedua belak pihak pada
saat perjanjian tersebut dibuat. Konten-konten di dalam promosi bank syariah juga terlampir
dengan jelas, transparan serta tidak ambigu. Misalnya pihak bank sedang memberikan promo
wisata untuk nasabah kartu kredit syariah. Di dalam promosi tersebut terlampir jelas
mengenai biaya yang harus dan tidak harus diabayarkan oleh nasabah kartu kredit. (baca
juga: Cara Membuat Laporan Keuangan)

Sedangkan pada bank konvensional, mereka memiliki banyak sekali program-program


promosi yang digunakan untuk menarik perhatian nasabah. Misalnya saja seperti promosi
suku bunga tetap selama masa periode tertentu sebelum pada kahirnya suku bunga
berfluktuasi pada nasabah.

8. Pengawasan
Selain itu, perbedaan juga terlihat pada pengawasan yang ada di bank syariah maupun bank
konvensional. Setiap transaksi yang dilakukan oleh bank syariah, selalu berada di dalam
pengawasan Dewan Pengawas. Yang termasuk ke dalam dewan pengawasan disini adalah
ulama-ulama serta ahli ekonomi yang memang menguasai tentang fiqih muamalah.

Sedangkan pada bank konvensional, tak ada dewan pengawas di dalamnya. Sehingga setiap
transaksi yang dilakukan pada bank konvensional tidak diawasi oleh siapapun selalin hukum-
hukum positif yang berlaku. (baca juga: Sistem Ekonomi Syariah)

9. Hubungan Bank Dengan Nasabah


Hal lainnya yang menjadi perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah adalah pada
hubungan bank dengan nasabahnya. Pada bank syariah sendiri, nasabah akan diperlakukan
sebagai seorang mitra/partner. Hal ini dilakukan oleh pihak bank karena pihak nasabah dan
pihak bank sudah terikat dalam akad yang transparan. Sehingga banyak bank-bank syariah
yang memiliki hubungan emosional yang lebih kuat dengan nasabah karena fasilitas-fasilitas
yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai