Anda di halaman 1dari 9

Bab 4

SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH

SOAL-SOAL LATIHAN:
1. Jelaskan landasan hukum pendirian bank syariah di Indonesia!
2. Jelaskan perbedaan antara bank umum syariah dengan bank perkreditan rakyat
syariah!
3. Jelaskan perbedaan antara bank umum syariah dengan unit usaha syariah!
4. Jelaskan perbedaan fungsi bank syariah dengan bank konvensional!
5. Jelaskan aplikasi fungsi manajer investasi pada bank syariah!
6. Jelaskan aplikasi fungsi investor pada bank syariah!
7. Jelaskan aplikasi fungsi manajer investasi pada bank syariah!
8. Ada dua prinsip yang dapat digunakan dalam penghimpunan dana oleh bank syariah,
yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah, jelaskanlah perbedaan kedua prinsip
tersebut dalam aktivitas penghimpunan!
9. Jelaskanlah perbedaan antara wadiah yad-dhamanah dengan wadiah yad-amanah!
Akad manakah yang cocok untuk digunakan dalam kegiatan penghimpunan dana
pada bank syariah?
10. Jelaskanlah perbedaan mudharabah muthlaqah dengan mudharabah muqayyadah
dalam penghimpunan dana bank syariah!
11. Sebutkanlah tiga alasan kenapa mudharabah muqayyadah tidak cocok untuk
diterapkan pada penghimpunan dana tabungan dan deposito!
12. Jelaskanlah perbedaan antara investasi terikat chanelling dan pola investasi terikat
executing!
13. Jelaskanlah perbedaan antara tabungan, deposito dan giro!
14. Jelaskanlah perbedaan antara tabungan mudharabah dengan tabungan konvensional!
15. Jelaskanlah tiga perbedaan antara tabungan wadiah dengan tabungan mudharabah!
16. Jelaskanlah dengan singkat ketentuan DSN No 2 tahun 2000 yang terkait dengan
tabungan mudharabah!
17. Jelaskanlah perbedaan dan persamaan deposito mudharabah dengan tabungan
mudharabah!
18. Sebutkanlah tiga skema yang digunakan dalam penyaluran dana bank syariah!
19. Jelaskanlah perbedaan antara jual beli dalam bentuk murabahah, dengan jual beli
dalam bentuk salam dan istishna’!
20. Jelaskanlah kelebihan dan kekurangan jual beli dalam bentuk salam dan istishna jika
dibandingkan terhadap jual beli dalam bentuk murabahah!
21. Jelaskanlah perbedaan antara jual beli istishna dengan jual beli istishna’ paralel!
22. Jelaskanlah perbedaan antara jual beli salam dengan jual beli salam paralel!
23. Jelaskanlah perbedaan prinsip investasi dengan skema mudharabah dengan investasi
dengan skema musyarakah!
24. Jelaskanlah perbedaan antara prinsip sewa dengan skema ijarah dengan prinsip sewa
dengan skema ijarah muntahiya bi tamlik!
25. Dalam kondisi apakah skema ijarah dan skema ijarah muntahiya bit tamlik cocok
digunakan?
JAWAB
1. Saat ini, titik kulminasi landasan hukum perbankan syariah telah tercapai dengan
disahkannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah,
yang membuka kesempatan bagi siapa saja yang akan mendirikan bank syariah
maupun yang ingin mengkonversi dari sistem konvensional menjadi sistem
syariah.

a. Pendirian kantor cabang atau di bawah kantor cabang baru, atau

b. Pengubahan kantor cabang atau di bawah kantor cabang yang melakukan


kegiatan usaha secara konvensional menjadi kantor yang melakukan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah.

2. Adapun perbedaan BUS dan BPRS adalah pada boleh tidaknya menghimpun dana
dalam bentuk giro dan boleh tidaknya menggunakan jasa pembayaran (ekspor,
impor, dan lainnya). Pada BPRS tidak boleh menghimpun dana bentuk giro dan
tidak boleh menggunakan jasa pembayaran (ekspor, impor, lainnya).
3. Menurut UU. No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, mendifinisikan Bank
Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Difinisi Unit Usaha Syariah adalah unit
kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di
luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit
syariah.
4. Perbedaan Falsafah Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank
syariah terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak
melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank
kovensional justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat
mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah,
dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan adalah
jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Dengan
demikian sebenarnya semua jenis transaksi perniagaan melalu bank syariah
diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba). Riba secara
sederhana berarti sistem bunga berbunga atau compound interest dalam semua
prosesnya bisa mengakibatkan membengkaknya kewajiban salah satu pihak
seperti efek bola salju pada cerita di awal artikel ini. Sangat menguntungkan saya
tapi berakibat fatal untuk banknya. Riba, sangat berpotensi untuk mengakibatkan
keuntungan besar disuatu pihak namun kerugian besar dipihak lain, atau malah ke
dua-duanya.

5. Bank syariah merupakan manajer investasi dari pemilik dana (shahibul maal) dari
dana yang di himpun (dalam perbankan lazim disebut deposan / penabung),
karena besar kecilnya pendapatan yang diterima pemilik dana tsb sangat
tergantung pada pendapatan yang diterima bank syariah dalam mengelola dana
mudharabah sehingga sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan
profesionalisme bank syariah

6. Dalam penyaluran dana, baik dalam prinsip bagi-hasil atau prinsip jual-beli, bank
syariah berfungsi sebagai investor (sebagai pemilik dana). Oleh karena itu sebagai
pemilik dana maka dalam menanamkan dana dilakukan dengan prinsip-prinsip
yang telah ditetapkan dan tidak melanggar syariah, ditanamkan pada sektor sektor
produktif dan memiliki resiko yang minim.
7. Bank syariah merupakan manajer investasi dari pemilik dana (shahibul maal) dari
dana yang di himpun (dalam perbankan lazim disebut deposan/penabung). karena
besar kecilnya pendapatan yang diterima pemilik dana tsb sangat tergantung pada
pendapatan yang diterima bank syariah dalam mengelola dana mudharabah
sehingga sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme
bank syariah.

8. Prinsip wadiah dalam perbankan syariah dapat diterapkan pada kegiatan


penghimpunan dana berupa giro dan tabungan sedangakn prinsip mudharabah
dapat dibagi atas dua skema yaitu skema muthlaqah dan skema muqayyadah.
9. Wadiah Yad Adh-Dhamanah: Akad penitipan barang yang pihak yang dititipi
boleh memanfaatkan barang/uang tersebut. Namun jika hilang ataupun rusak,
pihak yang dititipi harus tanggung jawab / mengganti. Akad wadiah ini yang
umum digunakan di bank. Pihak bank boleh mengelola uang dari nasabah.
Nasabah sewaktu-waktu boleh mengambil uangnya kapan pun yang dikehendaki.
Pihak bank harus siap memberikan secara utuh.

Bila usaha pengelolaan uang memperoleh keuntungan, hasil tersebut sepenuhnya


milik bank. Nasabah tidak berhak atas itu. Meskipun begitu, biasanya pihak bank
akan memberikan bonus kepada nasabah secara suka rela. Bonus semacam ini
dalam hukum islam masih halal / diperbolehkan. Sedangkan, Wadiah Yad
Amanah: Ini bisa dibilang penitipan murni. Pihak yang dititipi diberikan amanat
atau kepercayaan untuk menjaga uang atau barang. Pihak yang dititipi tidak boleh
memanfaatkan atau menggunakannya. Namun bila barang hilang atau rusak,
pihak yang dititipi tidak dituntut tanggung jawab apapun. Kerusakan, kehilangan,
perawatan, dan sebagainya sepenuhnya ditanggung oleh penitip / pemilik barang.
Dan yang paling cocok digunakan dalam kegiatan penghimpunan dana pada bank
syariah yaitu akad Wadiah yad amanah.
10. Dalam mudharabah mutlaqah, nasabah yang meyimpan dananya di bank syariah
tidak memberikan pembatasan bagi bank syariah dalam menggunakan dana yang
disimpannya. Bank Syariah bebas untuk menetapkan akad seperti apa yang akan
nantinya akan dipakai ketika menyalurkan pembiayaan, kepada siapa pembiayaan
itu diberikan, usaha seperti apa yang harus dibiayai dan lain-lain. Jadi prinsip
mudharabah mutlaqah lebih memberikan keleluasaan bagi bank. Sedangkan
dalam mudharabah muqayyadah, nasabah yang menyimpan dananya di bank
syariah memberikan batasan-batasan tertentu kepada bank syariah dalam
menggunkannya dana yang disimpannya. Pada prinsip ini, nasabah memberikan
satu atau beberapa batasan seperti usaha apa yang harus dibiayai, akad yang
digunakan atau kepada nasabah yang mana dan lain-lain.
11. -Karena mudharabah muqayyadah tidak mencampurkan dana pemilik dengan
dana lainnya.
-Karena mudharabah muqayyadah tidak menginvestasikan dananya pada transaksi
penjualan cicilan, tanpa pinjaman, tanpa jaminan.
-Karena mudharabah muqayyadah mengharuskan pengelola dana untuk
melakukan investasi sendiri tanpa melakukan pihak ketiga.
12. Investasi Channelling apabila semua risiko ditanggung oleh pemilik dana dan
bank sebagai agen tidak menanggung risiko apapun. Sedangkan Investasi
Executing ialah apabila bank sebagai agen juga menanggyng risiko dan hal ini
banyak yang menganggap bahwa investasi terikat executing ini sudah tidak sesuai
lagi dalam prinsip mudharabah.
13. Tabungan adalah sebagian pendapatan masyarakat yang tidak di belanjakan
disimpan sebagai cadangan guna berjaga-jaga dalam jangka pendek, kalau
Deposito biasanya memiliki jangka waktu tertentu dimana uang di dalamnya tidak
boleh di tarik oleh nasabah, deposito baru bias di cairkan sesuai denagn tanggal
jatuh temponya. Sedangkan Giro baias diberikan oleh pembayar ke bank nya,
yang selanjutnya akan mentransfer dana kepada bank pihak penerima, langsung
ke akun mereka.
14. Tabungan mudharabah dan tabungan konvensional perbedaan nya adalah jika
tabungan konvensional bunga sudah ditentukan besarnya terlebih dahulu oleh
bank tanpa memperhitungkan apakah bank sedang mendaptkan keuntungan atau
tidak, sedangkan pada tabungan konvensional tidak menawarkan bunga tetapi
bagi hasil dan yang ditetapkan terlebih dahulu adalah rasio(nisbah) antara bagian
keuntungan yang didapat nasabah dan bagian keuntungan yang di dapat oleh
bank.
15. -Nasabah pada akad mudharabah bias memperoleh bagi hasil, sedangkan akad
wadiah tidak. Dapat nya cuma bonus sukarela dari pihak bank.
-Pada akad mudharabah, nasabah berperan sebagai shahibul mal, sedangkan pada
wadiah berperan sebagai muwadi.
-Dana pada akad mudharabah bias di bilang investasi karena bisa mendapatkan
bagi hasil tau nisbah, sedangkan pada wadiah hanya bersifat titipan/simpanan
16. -Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana,
dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

-Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam


usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari'ah dan mengembangkannya,
termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.

-Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan
piutang.

-Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan


dalam akad pembukaan rekening.

-Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan


menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
-Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.

17. Perbedaan tabungan dan deposito mudharabah adalah fleksibilitas penarikan dana
yang di investasikan, tabunagn tidak memiliki waktu khusus dalam penarikan
dana yang di investasikan.
Persamaan tabungan dan deposito mudharabah adalah kedua jenis investasi yang
menguntungkan untuk masyarakat dan memiliki porsinya masing-masing.
18. -Pendanaan/penghimpunan dana (Wadiah dan mudharabah)
-Pembiayaan/penyaluran dana (Murabahah, ijarah, istishna, mudharabah,
musyarakah dsb).
- Jasa (Wakalah, rahn, sharf, dsb)
19. Murabahah yaitu transaksi jual beli yang si penjual menyebutkan dengan jelas
kepada calon pembeli, brp harga pokok barang dan bera keuntungan yang
diambilnya. Sedangkan salam dan istishna yaitu jual beli barang yang dibedakan
berdasarkan cara pembyaran dan waktu penyerahan barang.
20. Kelebihan jual beli dalam bentuk salam dan istishna adalah:
1. Pembayaran dilakukan di awal sehingga risiko pembayaran tertanggungkan.
2. Memungkinkan untuk mendapatkan harga lebih murah karena pembayaran
dilakukan di awal.
3. Dapat digunakan untuk transaksi yang melibatkan barang-barang yang belum ada
atau masih dalam proses produksi.

Kekurangan jual beli dalam bentuk salam dan istishna adalah:

1. Risiko kualitas barang yang diterima karena pembayaran dilakukan di awal.


2. Tidak semua jenis barang dapat diperjualbelikan dalam bentuk salam dan istishna.

Sementara kelebihan jual beli dalam bentuk murabahah adalah:

1. Memungkinkan untuk memperoleh barang dengan pembayaran secara bertahap.


2. Dapat digunakan untuk transaksi barang yang sudah ada dan jelas kualitasnya.
Kekurangan jual beli dalam bentuk murabahah adalah:

1. Harga barang bisa lebih tinggi karena pembayaran dilakukan secara bertahap.
2. Memerlukan kesepakatan yang lebih rumit antara penjual dan pembeli.

21. Istishna yang akad jual belinya dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan criteria persyaratan tertentu yang di sepakati anatra pemesan
mustashni dan shani, sedangkan Istishna paralel adalah suatu bentuk akad Istishna
anatara penjual dan pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada
pemesan, penjual melakukan akad istishna dengan pihak (subkontraktor).
22. Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi pembelian suatu barang (biasanya
barang hasil pertanian) yang memerlukan waktu untuk memproduksinya.
Sedangkan Salam paralel yaitu jual beli barang yang melibatkan dua transaksi
salam, dalam hal ini transaksi salam pertama dilakukan antara nasabah dan bank.
23. Prinsip investasi mudharabah adalah suatu pernyataan yang mengandung
pengertian bahwa seseorang member modal niaga kepada orang lain, sedangkan
prinsip musyarakah yaitu mencampurkan salah satu dari macam harta dengan
harta lainnya sehingga tidak dapat dibedakan antara keduanya.
24. Sewa dengan skema ijarah adalah transaksi sewa-menyewa antara
pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek
sewa yang disewakan. Dalam transaksi seperti dengan skema ijarah, bank
adalah pemilik objek sewa, sedang nasabah adalah penyewa. Sedangkan Sewa
dengan skema ijarah muntahiya bittamilk adalah transaksi sewa- menyewa
antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan
atas objek sewa yang disediakan dengan opsi perpindahan hak milik
pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa. Berbeda dengan transaksi ijarah,
transaksi ijarah muntahiya bittamlik memberi hak pilih pada
penyewa untuk memiliki barang yang disewa.
25. Skema ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik umumnya cocok digunakan dalam
pembiayaan aset bergerak atau non-bergerak, di mana bank menyewakan aset
kepada nasabah dengan opsi pembelian setelah masa sewa berakhir. Keuntungan
utama adalah kepatuhan terhadap prinsip syariah dengan memastikan pembagian
risiko dan manfaat antara bank dan nasabah. Penggunaannya dapat sesuai untuk
pembiayaan properti, kendaraan, atau peralatan bisnis.

Anda mungkin juga menyukai