Anda di halaman 1dari 7

HUKUM PERBANKAN 2.

JAWABAN MENGENAI PERBANKAN SYARI’AH

Dosen Pengampu:

Dr. Hj. Yulfasni,S.H., M.H.

Kelompok 4:

Randa 2110111104

Alhqoniy Ghossan Hamzah 2110111125

Sopian Arizal 2110112034

Satria Hafiz Musthoqim 2110112202

Muthia Dianita Seilina 2110113027

M. Riza Alfarizi 2110113086

Haiqal Daris Bamindo 2110113099

Muhammad Afdal 2110117026

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ANDALAS

2023
 Pertanyaan dari Kelompok 3
1. Bagaimana sistem tanggung rugi dalam skema bagi hasil yang berlaku di bank
syariah?
2. Salah satu tujuan dari perbankan syariah adalah agar mencegah terjadinya Al-
Iktinaz atau mendiamkan uang menganggur dan tidak berputar dalam roda
ekonomi. Apa dampak buruk yang ditimbulkan dari berdiamnya uang tanpa
digunakan sampai sampai harus dicegah agar tidak terjadi?
3. Salah satu tujuan Bank Syariah adalah untuk mengatasi kemiskinan, bagaimana
cara melaksanakan tujuan tersebut?
4. Adakah faktor lain yang membedakan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum
Biasa selain penggunaan sistem syariat Islam? Kalau ada tolong jelaskan!
5. Bank syariah tidak mengenal sistem bunga, akan tetapi menggunakan sistem bagi
hasil, apakah perbedaan dari sistem bunga dengan bagi hasil itu?
6. Jika berbicara tentang perbankan tentu akan selalu berkaitan dengan nasabah dan
pinjaman tidak terkecuali dalam perbankan syariah. Jadi pertanyaan nya yaitu
bagaimana jika terjadi kasus yang mana dalam proses peminjaman oleh nasabah
kepada bank syariah dan si nasabah tersebut telat membayar utang atau pinjaman
nya dan dikenakan denda yang mana dalam perbankan syariah denda juga
termasuk kedalam riba jika uang denda tersebut masuk dalam pendapatan bank
tersebut. Jadi bagaimanakah cara yang dapat dilakukan pihak bank syariah
tersebut dalam menanggulangi masalah tersebut?
7. Apa yang terjadi jika bank syariah melanggar prinsip syariah?

 Jawaban Pertanyaan Kelompok 3


1. Mendapatkan dana modal usaha di bank syariah berbeda dengan bank
konvensional. Di bank syariah tidak mengenal bunga karena dianggap sebagai
praktik riba. Sebagai gantinya, bank syariah mendapatkan keuntungan dari
penempatan dana kepada nasabahnya dalam bentuk profit sharing atau yang lebih
dikenal dengan sistem bagi hasil. Bank syariah mendapatkan keuntungan dengan
skema perhitungan membagi keuntungan dari investasi yang sudah dijalankan,
yakni dari pendapatan bersih atau total pendapatan usaha dikurangi biaya
operasional. Besarnya keuntungan yang dibagi antara nasabah dan bank syariah
ini sudah diputuskan saat akad akan ditandatangani. Akad bertujuan agar tidak ada
lagi perselisihan di kemudian hari. Salah satu akad yang lazim digunakan dalam
perjanjian bank syariah dan nasabahnya adalah mudharabah. Akad lainnya yang
juga sering dipakai yakni musyarakah dan murabahah.

2. Berdiamnya uang tanpa digunakan memiliki beberapa dampak buruk yang perlu
dicegah. Dampak buruk tersebut dapat berupa:
 Penurunan nilai uang: Uang yang tidak digunakan atau beredar di dalam
perekonomian cenderung mengalami penurunan nilai seiring waktu. Inflasi
dan faktor ekonomi lainnya dapat menyebabkan uang menjadi kurang
bernilai. Jika uang disimpan tanpa digunakan, maka nilainya dapat terkikis
seiring berjalannya waktu.
 Tidak ada manfaat investasi: Salah satu tujuan utama dari perbankan
syariah adalah mendorong kegiatan investasi yang produktif dan
berkelanjutan. Jika uang tidak digunakan dalam transaksi atau investasi
yang halal, maka tidak akan ada manfaat ekonomi yang dihasilkan. Hal ini
dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan pengembangan bisnis.
 Potensi pemborosan: Jika uang tidak digunakan atau diinvestasikan, ada
potensi pemborosan. Orang yang memiliki uang yang berlebihan
cenderung lebih mungkin untuk menghabiskannya secara tidak produktif,
misalnya untuk konsumsi berlebihan atau pembelian yang tidak perlu. Hal
ini dapat mengarah pada pemborosan sumber daya yang berharga.
 Tidak mendukung redistribusi kekayaan: Prinsip dasar dalam perbankan
syariah adalah mengurangi kesenjangan sosial dan mendorong redistribusi
kekayaan. Jika uang tidak digunakan dalam investasi produktif atau
diperdagangkan dengan cara yang sesuai dengan prinsip syariah,
kesenjangan ekonomi dapat menjadi lebih besar. Ini bertentangan dengan
prinsip inklusivitas dan keadilan yang dianut oleh perbankan syariah.
 Potensi penggunaan yang tidak sesuai: Jika uang dibiarkan tidak
digunakan dalam perbankan syariah, ada potensi bahwa orang-orang atau
lembaga lain mungkin menggunakan uang tersebut dalam cara yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, seperti dalam transaksi riba
atau investasi yang haram. Ini dapat merusak citra perbankan syariah dan
mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut.
3. Kolaborasi yang terstruktur diperlukan untuk tujuan mengangkat masyarakat
miskin, dari mustahik atau penerima zakat menjadi muzakki atau pembayar zakat.
Di fase pertama, LAZ melakukan tugasnya menggiring mustahik dapat memiliki
usaha yang produktif. Fungsi penguatan usaha produktif kemudian dilakukan oleh
bank syariah untuk menciptakan UKM baru yang berkualitas. Lembaga wakaf
juga dinilai perlu ikut dalam ruang kolaboratif tersebut baik sebagai investor
maupun memainkan fungsi pendampingan. Bank syariah juga bisa membawa
produk dari usaha masyarakat target ini ke pasar dengan harga yang lebih baik.
Pendampingan untuk menghasilkan produk unggul bisa dilakukan.

4. Selain penggunaan sistem syariah Islam, terdapat beberapa faktor lain yang
membedakan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum biasa. Berikut adalah
beberapa faktor tersebut:
 Prinsip dan Nilai: Bank Umum Syariah beroperasi berdasarkan prinsip-
prinsip syariah Islam, yang mencakup prinsip keadilan, transparansi,
larangan riba (bunga), larangan spekulasi, dan larangan transaksi yang
mengandung ketidakpastian (gharar). Sementara itu, Bank Umum biasa
beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip konvensional yang tidak mengikuti
prinsip-prinsip syariah.
 Produk dan Layanan: Bank Umum Syariah menawarkan produk dan
layanan yang sesuai dengan prinsip syariah, seperti pembiayaan berbasis
bagi hasil (mudharabah, musyarakah), jual beli dengan markup
(murabahah), sewa (ijarah), dan lain-lain. Sedangkan Bank Umum biasa
menawarkan produk dan layanan yang biasanya melibatkan sistem bunga,
seperti pinjaman dengan suku bunga tetap atau mengambang, tabungan
dengan bunga, dan produk investasi non-syariah.
 Struktur Pengawasan dan Regulasi: Bank Umum Syariah tunduk pada
regulasi dan pengawasan yang khusus untuk perbankan syariah. Di
berbagai negara, otoritas perbankan atau lembaga keuangan yang relevan
memiliki aturan dan regulasi yang memandu operasional Bank Umum
Syariah. Sebagai contoh, di Indonesia, ada Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
yang mengatur dan mengawasi Bank Umum Syariah. Sementara itu, Bank
Umum biasa beroperasi di bawah regulasi dan pengawasan yang berbeda
sesuai dengan kerangka perbankan konvensional.
 Komitmen pada Tanggung Jawab Sosial: Bank Umum Syariah sering kali
memiliki komitmen yang lebih tinggi terhadap tanggung jawab sosial dan
keberlanjutan dalam praktik bisnis mereka. Mereka berusaha untuk
mempromosikan prinsip-prinsip keberlanjutan, keadilan sosial, dan
kesejahteraan umum dalam operasional dan kegiatan mereka.
 Pemahaman Pelanggan: Bank Umum Syariah sering kali melayani
pelanggan yang memiliki kebutuhan dan preferensi yang berbeda
dibandingkan dengan pelanggan Bank Umum biasa. Pelanggan Bank
Umum Syariah umumnya mencari layanan dan produk yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah, seperti pembiayaan tanpa bunga atau investasi
yang halal.

5. Perbedaan utama antara sistem bunga dan sistem bagi hasil adalah mekanisme
pembagian keuntungan. Dalam sistem bunga, nasabah membayar bunga tetap
yang telah ditetapkan sebelumnya. Sementara dalam sistem bagi hasil, keuntungan
atau kerugian dibagi antara bank dan nasabah berdasarkan kesepakatan yang adil.
Adapun penjelasana perbedaan keduanya sebagai berikut:
 Dalam konteks perbankan syariah, penggunaan sistem bunga
dikategorikan sebagai praktik riba, yang diharamkan dalam Islam. Riba
dianggap sebagai eksploitasi ekonomi yang tidak adil karena keuntungan
tetap diperoleh tanpa mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi. Hal
ini dikarenakan dalam sistem bunga, bank memberikan pinjaman kepada
nasabah dengan jumlah tertentu dan menetapkan suku bunga sebagai
imbalan atas pinjaman tersebut. Suku bunga ditetapkan sebelumnya dan
bisa bersifat tetap atau mengambang tergantung pada perjanjian antara
bank dan nasabah. Nasabah diharapkan membayar kembali pinjaman
dengan tambahan bunga yang telah disepakati.
 Dalam perbankan syariah, sistem bagi hasil lebih ditekankan, seperti
mudharabah (kerjasama antara modal dan tenaga kerja) dan musyarakah
(kerjasama antara dua pihak atau lebih dengan menyatukan modal dan
usaha). Bank syariah bertindak sebagai mitra yang berbagi risiko dengan
nasabah, sehingga keuntungan atau kerugian dibagi sesuai dengan proporsi
yang telah disepakati.

6. Dalam perbankan syariah, pengenaan denda atas keterlambatan pembayaran


pinjaman oleh nasabah memang menjadi perhatian karena denda tersebut dapat
dianggap sebagai riba, yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam
menghadapi situasi seperti ini, pihak bank syariah dapat mengambil beberapa
langkah untuk menanggulangi masalah tersebut:
 Konsultasi dan kesepakatan: Pihak bank syariah dapat melakukan
konsultasi dengan nasabah terkait keterlambatan pembayaran dan
menjelaskan mengenai ketentuan syariah terkait pengenaan denda. Tujuan
dari konsultasi ini adalah mencari kesepahaman bersama dan mencari
solusi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
 Pengalihan denda: Daripada menggunakan uang denda sebagai pendapatan
bank, pihak bank syariah dapat memutuskan untuk mengalihkan denda
tersebut ke lembaga amil zakat atau kegiatan sosial lainnya. Hal ini akan
menjaga prinsip keadilan dan menghindari penggunaan denda sebagai
sumber pendapatan ribawi bagi bank.
 Restrukturisasi pinjaman: Jika nasabah menghadapi kesulitan keuangan
yang signifikan, pihak bank syariah dapat mempertimbangkan
restrukturisasi pinjaman. Ini melibatkan perubahan dalam jadwal
pembayaran, tingkat bunga, atau tenor pinjaman sehingga membantu
nasabah untuk membayar kembali utang mereka dengan cara yang lebih
terjangkau.
 Musyawarah dan penyelesaian alternatif: Pihak bank syariah dapat
mengusulkan musyawarah dengan nasabah untuk mencari solusi yang
menguntungkan kedua belah pihak. Misalnya, pembayaran secara
bertahap, penghapusan sebagian denda, atau pemberian kelonggaran waktu
pembayaran.
 Edukasi dan pelatihan: Pihak bank syariah dapat meningkatkan edukasi
dan pelatihan kepada nasabah mengenai pentingnya pemenuhan kewajiban
pembayaran tepat waktu dan konsekuensi dari keterlambatan pembayaran.
Dengan meningkatkan pemahaman nasabah tentang prinsip-prinsip syariah
dan kesadaran akan tanggung jawab finansial, diharapkan mereka dapat
mengelola pinjaman dengan lebih baik.
Pendekatan yang diambil oleh pihak bank syariah harus selaras dengan prinsip-
prinsip syariah dan menjaga keadilan bagi nasabah. Tujuannya adalah untuk
mencari solusi yang saling menguntungkan, menghindari riba, dan
mempromosikan pemenuhan kewajiban finansial secara adil dalam kerangka
syariah.

7. Apabila bank syariah telah melanggar Undang-Undang serta prinsip syariah, maka
bank syariah tersebut akan dikenakan sanksi administratif berupa peringatan atau
teguran tertulis, denda yakni kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu,
penurunan tingkat kesehatan bank syariah dan lain sebagainya sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai