Disusun Oleh:
Kadek Adi Putra
Disusun Oleh:
Wayan Dipayana
Di dalam agama Hindu dikenal adanya berbagai jalan untuk menghubungkan diri
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Jalan atau cara itu bebas dipilih oleh umat-Nya
sesuai dengan sifat dan pembawaannya. Dalam kitab Bhagavad Gita Bab IV Sloka
(11) disebutkan :
ye yatha mam prapadyante
tams tathai ‘va bhajamy aham
mama vartma ‘nuvartante
manushyah partha sarvasah
Jalan manapun ditempuh manusia kearah-Ku, semuanya Ku-terima, dari mana-
mana semua mereka menuju jalan-Ku, oh Parta.
Di dalam agama Hindu tidak ada suatu keharusan untuk menempuh satu-satu jalan,
karena semua jalan untuk menuju Tuhan Yang Maha Esa diturunkan oleh-Nya
untuk memudahkan umat-Nya menuju kepada-Nya. Empat jalan untuk
menghubungkan diri, yang dimaksud adalah menghubungkan diri dengan Tuhan
Yang Maha Esa. Usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa
akan berhasil bila didukung dengan metode, media maupun lokasi spiritual yang
kondusif. Untuk itu, di samping personalitas pribadi orang yang menghubungkan
diri kepada-Nya. Di zaman kaliyuga ini, masalah personalitas pribadi masih
menjadi masalah dalam hal mendekatkan diri kehadap-Nya. Seperti yang kita
ketahui bahwa moralitas manusia cenderung menurun karena kemajuan zaman dan
factor penyebab lainnya. Hal tersebut, sebenarnya bisa diatasi jika ada kesadaran
dari manusia untuk selalu berbuat dengan memperhatikan ajaran agama. Salah
satunya adalah dengan melaksanakan ajaran catur marga untuk menghubungkan
diri kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah mengenai
Catur Marga Yoga diantaranya sebagai berikut(1).Pengertian Catur marga Yoga?,
(2). Bagian-bagian Catur Marga Yoga?, (3). Implementasi dari ajaran Catur Marga
Yoga?.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah ; (1). Untuk mengetahui
Pengertian Catur marga Yoga, (2). Untuk mengetahui Bagian-bagian Catur Marga
Yoga, (3). Untuk mengetahui Implementasi dari ajaran Catur Marga Yoga.
6 BAB II
PEMBAHASAN
a. Yama
Yama yaitu bentuk larangan atau pengendalian diri yang harus dilakukan oleh
seorang dari segi jasmani, misalnya dilarang membunuh (ahimsa), dilarang
berbohong (satya), pantang menginginkan sesuatu yang bukan miliknya (asteya),
pantang melakukan hubungan seksual (brahmacari) dan tidak menerima pemberian
dari orang lain (aparigraha).
b. Nyama
Nyama yaitu bentuk pengendalian diri lebih bersifat rohani, misalnya Sauca (tetap
suci lahir batin), Santosa (selalu puas dengan apa yang datang), Swadhyaya
(mempelajari kitab-kitab keagamaan) dan Iswara pranidhana (selalu bhakti kepada
Tuhan).
c. Asana
Asana yaitu sikap duduk yang menyenangkan, terartur dan disiplin.
d. Pranayama
Pranayama yaitu mengatur napas sehingga menjadi sempurna melalui tiga jalan
yaitu puraka (menarik napas), kumbhaka (menahan napas) dan recaka
(mengeluarkan napas).
e. Pratyahara
Pratyahara yaitu mengontrol dan mengendalikan indriya dari ikatan objeknya,
sehingga orang dapat melihat hal-hal suci.
f. Dhyana
Dharana yaitu pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan kepada suatu
objek. Dhyana dapat dilakuakan terhadap Ista Dewata.
g. Dharana
Dharana yaitu usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan sasaran yang
diinginkan
h. Samadhi
Samadhi yaitu penyatuan atman (sang diri sejadi dengan Brahman) bila seseorang
melakukan latihan yoga dengan terartur dan sungguh-sungguh maka ia akan
mendapat etaran-getaran suci dari wahyu Tuhan.
7 BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Catur Marga yoga tediri
dari kata Catur berarti empat dan marga berarti jalan/cara atapun usaha. Catur
marga yoga merupakan 4 jalan mencapai moksa yang dapat dilakukan dengan jalan
Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga
Yoga. Dalam hal ini manusia dibebaskan untuk memilih jalan yang mana ingin
dikehendaki asalkan dengan perasaan yang tulus iklas agar pencapaian moksa dapat
diraih dengan sempurna.
Untuk mencapai moksa dapat dilakukan dengan Bhakti Marga Yoga, Jnana
Marga Yoga, Karma Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga.