Anda di halaman 1dari 15

1 MAKALAH

2 CATUR MARGA YOGA

Disusun Oleh:
Kadek Adi Putra

SMK MITRA BHAKTI BANDAR SRIBHAWONO


LAMPUNG TIMUR
2019
3 MAKALAH
4 CATUR MARGA YOGA

Disusun Oleh:
Wayan Dipayana

SMK MITRA BHAKTI BANDAR SRIBHAWONO


LAMPUNG TIMUR
2019
5 BAB I
PENDAHULUAN

Di dalam agama Hindu dikenal adanya berbagai jalan untuk menghubungkan diri
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Jalan atau cara itu bebas dipilih oleh umat-Nya
sesuai dengan sifat dan pembawaannya. Dalam kitab Bhagavad Gita Bab IV Sloka
(11) disebutkan :
ye yatha mam prapadyante
tams tathai ‘va bhajamy aham
mama vartma ‘nuvartante
manushyah partha sarvasah
Jalan manapun ditempuh manusia kearah-Ku, semuanya Ku-terima, dari mana-
mana semua mereka menuju jalan-Ku, oh Parta.
Di dalam agama Hindu tidak ada suatu keharusan untuk menempuh satu-satu jalan,
karena semua jalan untuk menuju Tuhan Yang Maha Esa diturunkan oleh-Nya
untuk memudahkan umat-Nya menuju kepada-Nya. Empat jalan untuk
menghubungkan diri, yang dimaksud adalah menghubungkan diri dengan Tuhan
Yang Maha Esa. Usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa
akan berhasil bila didukung dengan metode, media maupun lokasi spiritual yang
kondusif. Untuk itu, di samping personalitas pribadi orang yang menghubungkan
diri kepada-Nya. Di zaman kaliyuga ini, masalah personalitas pribadi masih
menjadi masalah dalam hal mendekatkan diri kehadap-Nya. Seperti yang kita
ketahui bahwa moralitas manusia cenderung menurun karena kemajuan zaman dan
factor penyebab lainnya. Hal tersebut, sebenarnya bisa diatasi jika ada kesadaran
dari manusia untuk selalu berbuat dengan memperhatikan ajaran agama. Salah
satunya adalah dengan melaksanakan ajaran catur marga untuk menghubungkan
diri kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah mengenai
Catur Marga Yoga diantaranya sebagai berikut(1).Pengertian Catur marga Yoga?,
(2). Bagian-bagian Catur Marga Yoga?, (3). Implementasi dari ajaran Catur Marga
Yoga?.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah ; (1). Untuk mengetahui
Pengertian Catur marga Yoga, (2). Untuk mengetahui Bagian-bagian Catur Marga
Yoga, (3). Untuk mengetahui Implementasi dari ajaran Catur Marga Yoga.
6 BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Catur Marga Yoga


Catur marga berasal dari dua kata yaitu catur dan marga. Catur berarti empat dan
marga berarti jalan/cara atapun usaha. Jadi catur marga adalah empat jalan atau cara
umat Hindu untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan Yang Maha Esa atau
Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Catur Marga juga sering disebut dengan Catur Marga
Yoga. Sesungguhnya kata yoga, dapat juga berarti masuk atau menyatukan diri,
sehingga Catur Marga Yoga dapat pula diartikan empat jalan untuk menyatukan
diri dengan Tuhan untuk mencapai moksa. Keempat jalan ini memiliki nilai yang
sama namun menjadi sangat utama apabila didasari dengan kesungguhan hati dan
Sradha yang mantap. Keempat jalan itu adalah Bhakti Marga Yoga, Karma Marga
Yoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga. Sumber ajaran catur marga ada
diajarkan dalam pustaka suci Bhagawadgita, terutama pada trayodhyaya tentang
karma yoga marga yakni sebagai satu sistem yang berisi ajaran yang membedakan
antara ajaran subha karma (perbuatan baik) dengan ajaran asubha karma (perbuatan
yang tidak baik) yang dibedakanmenjadi perbuatan tidak berbuat (akarma) dan
wikarma (perbuatan yang keliru). Karma memilikidua makna yakni karma terkait
ritual atau yajna dan karma dalam arti tingkah perbuatan. Kedua,tentang bhakti
yoga marga yakni menyembah Tuhan dalam wujud yang abstrak dan
menyembahTuhan dalam wujud yang nyata, misalnya mempergunakan nyasa atau
pratima berupa arca ataumantra. Ketiga, tentang jnana yoga marga yakni jalan
pengetahuan suci menuju Tuhan YangMaha Esa, ada dua pengetahuan yaitu jnana
(ilmu pengetahuan) dan wijnana (serba tahu dalam penetahuan itu). Keempat, Raja
Yoga Marga yakni mengajarkan tentang cara atau jalan yoga atau meditasi
(konsentrasi pikiran) untuk menuju Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang
WidhiWasa.

2. Bagian-bagian Catur Marga Yoga


Di dalam ajaran kerohanian Hindu terdapat jalan untuk mencapai kesempurnaan,
yaitu moksa, dengan menghubungkan diri dan pemusatan pikiran kepada Ida Sang
Hyang Widhi Wasa yang disebut dengan Catur Marga Yoga. Catur marga yoga
terdiri dari empat bagian yaitu bhakti marga yoga, jnana marga yoga, karma marga
yoga dan raja marga yoga.

a) Bhakti Marga Yoga


Kata Bhakti berarti menyalurkan atau mencurahkan cinta yang tulus dan luhur
kepada Tuhan, kesetiaan kepadaNya, perhatian yang sungguh-sungguh untuk
memujanya. Kata Marga berarti jalan atau usaha, sehingga Bhakti Marga Yoga
adalah jalan pengabdian kepada Ida Sang Hyang Widhi melalui cinta kasih yang
luhur dan mulia. Untuk memupuk sradha harus adanya rasa bhakti dan kasih sayang
terhadap Tuhan, dalam ajaran Agama Hindu dikenal 2 bentuk bhakti yaitu:
1) Aphara Bhakti, merupakan bhakti yang dilakukan melalui pemujaan atau
persembahan dengan berbagai permohonan. Dan permohonan itu wajar mengingat
keterbatasan pengetahuan kita. Namun, permohonan yang dimaksudkan itu wajar
dan tidak berlebihan
2) Parabhakti, merupakan bhakti yang dilakukan melalui pemujaan atau
persembahan dengan rasa tulus iklas, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Ida
Sang Hyang Widhi Wasa. Penyerahan diri sepenuhnya kepadaNya bukanlah dalam
pengertian pasif tidak mau melakukan aktivitas, tetapi ia aktif dan dengan
keyakinan bahwa bila bekerja dengan baik dan tulus niscaya akan memperoleh
pahala yang baik pula.
Dalam pustaka hindu, diuraikan beberapa jenis bentuk bhakti yang disebuta
“Bhavabhakti”, sebagai berikut:
1. Santabhava adalah sikap bhakti seperti bhakti atau hormat seorang anak
terhadap ibu dan bapaknya.
2. Sakyabhava adalah bentuk bhakti yang meyakini Hyang Widhi,
manifestasiNya, Istadewata sebagai sahabat yang sangat akrab dan selalu
memberikan perlindungan dan pertolongan pada saat yang diperlukan
3. Dasyabhava adalah bhakti atau pelayanan kepada Tuhan seperti sikap seorang
hamba kepada majikannya.
4. Vatsyabhava adalah sikap seorang penyembah atau memandan Tuhan seperti
anaknya sendiri.
5. Kantabhava adalah seorang penyembah atau bhakta seperti sikap seorang istri
terhadap suami tercinta.
6. Madhuryabhava adalah bentuk bhakti sebagai cinta yang amat mendalam dan
tulus dari seorang bhakta kepada Tuhan.
Gejala-gejala dari adanya Bhakti Marga adalah:
a. Kerinduan untuk bertemu kepada yang dipujanya
b. Keinginan untuk berkorban
c. Keingingan untuk menggambarkan
d. Melenyapkan rasa takut
e. Melahirkan rasa seni
f. Melahirkan rasa terharu
g. Melahirkan mitologi
Seseorang yang menjalani Bhakti Marga disebut Bhakta, sikapnya selalu merasa
puas dalam segala-galanya, baik dalam kelebihan dan kekurangan. Sikapnya yang
tenang dan sabar membawanya pada keseimbangan batin yang sempurna, seorang
Bhakta akan selalu mengembangkan sifat Catur Paramitha yaitu Maitri, Karuna,
Mudita dan Upeksa. Selain itu, seorang bhakta akan selalu membebaskan diri dari
keangkuhan (ahamkara) dan tidak ada ikatan sama sekali terhadap apapun karena
seluruh kekuatannya dipakai untuk memusatkan pikiran kepada Hyang Widhi.

b) Karma Marga Yoga


Karma Marga Yoga adalah jalan atau usaha untuk mencapai kesempurnaan atau
moksa dengan perbuatan dan bekerja tanpa pamrih. Dalam Bhagawadgita tentang
Karma Yoga dinyatakan sebagai berikut:
Tasmad asaktah satatam karyam karma samcara, asakto hy acaran karma param
apnoti purusah. (Bhagawadgita III. 19)
Artinya:
Oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja sebagai kewajiban tanpa terikat pada
hasilnya, sebab dengan melakukan kegiatan kerja yang bebas dari keterikatan,
orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama.
Pada hakikatnya seorang karma yogi selalu mendambakan pedoman rame inggawe
sepi ing pamrih. dengan menyerahkan keinginannya akan pahala yang berlipat
ganda. Hidupnya akan berlangsung dengan tenang dan dia akan memancarkan sinar
dari tubuhnya maupun dari pikirannya. Bahkan masyarakat tempat hidupnya pun
kana menjadi bahagia, sejahtera, ia akan mencapai kesucian batin dan
kebijaksanaan.

c) Jnana Marga Yoga


Jnana artinya, kebijakan filsafat(pengetahuan). Yoga berasal dari urat kata
Yujartinya, menghubungkan diri. Jadi, Jnana Marga Yoga artinya mempersatukan
jiwatman dengan paramatman yang dicapai dengan jalan mempelajari ilmu
pengetahuan dan filsafat pembebasan diri dari ikatan-ikatan keduniawian. Tiada
ikatan yang lebih kuat daripada Maya, dan tiada kekuatan yang lebih ampuh
daripada Yoga untuk membasmi ikatan-ikatan Maya itu. Untuk melepaskan ikatan-
ikatan kita harus mengarahkan segala pikiran kita dan memaksanya kepada
kebiasaan-kebiasaan suci. Akan tetapi, bila kita ingin member suatu bentuk
kebiasaan suci pada pikiran kita, akhirnya pikiran harus menerimanya. Sebaiknya
bila pikiran tidak mau menerimanya maka haruslah kita akui bahwa segala
pendidikan yang kita ingin biasakan itu tidak ada gunanya. Jadi proses pertumbuhan
merupakan hal yang mutlak, sebagai jalan tumbuhnya pikiran, perbuatan lahir,
pelaksanaan swadharma, dan sikap batin (wikrama) sangat diperlukan dimana
perbuatan lahir adalah penting, karena jika tidak berbuat maka pikiran kita tidak
dapat diuji kebenarannya. Perbuatan lahir menunjukkan kualitas sebenarnya dari
pikiran kita. Ada tiga hal yang penting dalam hidup ini yaitu kebulatan pikiran,
pembatasan pada kehidupan sendiri, dan keadaan jiwa yang seimbang atau tenang
maupun pandangan yang kokoh, tentram, dan damai. Ketiga hal tersebut di atas
merupakan Dhyana yoga. Untuk tercapainya perlu dibantu denganAbhyasa,yaitu
latihan-latihan dan vairagya yaitu keadaan tidak mengaktifkan diri. Kekuatan
pikiran kita lakukan saat kita berbuat apa saja, dan pikiran harus kita pusatkan
kepada-Nya. Dalam urusan-urusan keduniawian pemusatan ini mutlak diperlukan.
Hal ini bukan hanya diperlukan untuk sukses di dunia, tetapi juga dibutuhkan untuk
kemajuan spiritual atau batin. Usaha untuk menjernihkan kegiatan kita sehari-hari
ialah kehidupan rohani. Apapun yang kita laksanakan, berhasil atau tidaknya
tergantung kepada kekuatan pemusatan pemikiran kita kepada-Nya. Inilah
kelebihan Jnana Marga (jalan ilmu pengetahuan) dibandingkan dengan marga-
marga lainnya. Dengan dikuasainya ilmu pengetahuan, manusia dapat bekerja lebih
efektif dan efisien, dibandingkan dengan mereka yang dungu dan sedikit
pengetahuannya, baik itu masalah pengetahuan duniawi ataupun pengetahuan
tentang agama, karena ilmu pengetahuan itulah yangakan menuntun manusia
menuju ke jalan yang benar untuk mencapai tujuan akhir. Maka dari itu, kejarlah
ilmu pengetahuan terlebih dahulu sebanyak dan seluas mungkin.

d) Raja Marga Yoga


Raja Marga Yoga adalah suatu jalan mistik (rohani) untuk mencapai moksa, raja
marga yoga mengajarkan bagaimana mengendalikan indria-indria dan vritti mental
atau gejolak pikiran yang muncul dari pikiran melalui tapa, brata, yoga dan
semadhi. Tapa dan brata merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi atau
nafsu yang ada dalam diri kita kearah yang lebih positif sesuai dengan petunjuk
ajaran kitab suci. Sedangkan yoga dan semadhi adalah latihan untuk menyatukan
atma dengan Brahman dengan melakukan meditasi atau pemusatan pikiran.
Adapun tiga jalan pelaksanaan yang ditempuh oleh para raja Yogin yaitu
melakukan Tapa, Brata, Yoga, dan Samadhi. Tapa dan Brata merupakan suatu
latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu dengan petunjuk ajaran kitab suci.
Sedangkan Yoga dan Samadhi adalah latihan untuk dapat menyatukan atman
dengan Brahman dengan melakukan meditasi atau pemusatan pikiran.

3. Implementasi dari ajaran Catur Marga Yoga


a. Bhakti Marga Yoga
· Pelaksanaan tri sandya dan yadnya sesa. Jalan yang utama untuk memupuk
perasaan bakti ialah rajin menyembah Tuhan dengan hati yang tulus ikhlas dengan
melaksanakanTri Sandhya yaitu sembahyang tigakali dalam sehari yaitu pagi,
siang, dan sore hari serta melaksanakan yadnya sesa/ ngejot setelah memasak.
Dalam kehidupan sehari-hari sebagai upaya dalam mewujudkan rasa bhakti
sekaligus mendekatkan diri kehadapan-Nya hendaknya melaksanakan puja tri
sandya tersebut dengan tulus dan ikhlas.
· Pelaksanaan pada hari-hari keagamaan
Implementasi bhakti marga yoga juga dapat dilihat pada hari-hari keagamaan hindu,
seperti hari saraswati, tumpek wariga dan tumpek uye. Hari saraswati adalah hari
turunnya ilmu pengetahuan dengan memuja dewi yang dilambangkan sebegai ilmu
pengetahuan yaitu Dewi saraswati. Hari saraswati ini jatuh pada hari Saniscara
UmanisWatugunung dan diperingati setiap 210 hari. Pada hari ini semua pustaka
terutama Wedadan sastra-sastra agama dikumpulkan sebagai lambang stana
pemujaan Dewi Saraswatiuntuk diberikan suatu upacara. Menurut keterangan
lontar Sundarigama tentang Brata Saraswati, pemujaan Dewi Saraswati harus
dilakukan pada pagi hari atau tengah hari. Dari pagi sampai tengah hari tidak
diperkenankan membaca dan menulis terutama yang menyangkut ajaran Weda dan
sastranya. Bagi yang melaksanakan Brata Saraswati dengan penuh, tidak membaca
dan menulis itu dilakukan selama 24 jam penuh. Sedangkan bagi yang
melaksanakan dengan biasa, setelah tengah hari dapat membacadan menulis.
Bahkan di malam hari dianjurkan melakukan malam sastra dan sambaing samadhi.
Sedangkan Tumpek Wariga merupakan upacara untuk menghormati keberadaan
tumbuh-tumbuhan sebagai mahluk hidup didunia atau dikenal dengan istilah
“ngotonin sarwa entik-entikan”. Sementara Tumpek Uye atau Tumpek Kandang
upacara dalam menghormati keberadaan hewan atau binatang yang hidup di dunia
yang sering dikenal dengan istilah “ngotonin sarwa ubuhan”. Keduanya jatuh tepat
setiap 210 hari dalam perhitungan hindu. Dalam konsep Tri Hita Karana
penghormatan kehadapan ida sanghyang widhi wasa atas pengadaan hewan dan
tumbuhan ini dilakukan dengan tulus dan iklas. Dengan kata lain melaksanakan
upacara tumpek ini adalah realisasi dari konsepTri Hita Karana alam kehidupan.
Jika semua itu sudah kita lakukan dengan rasa tulusdan iklas berarti kita telah
melaksanakan ajaran bhakti marga yoga.
b. Jnana Marga Yoga
· Ajaran brahmacari
Brahmacari adalah mengenai masa menuntut ilmu dengan tulus ikhlas. Tugas
pokok kita pada massa ini adalah belajar dan belajar. Belajar dalam arti luas, yakni
belajar dalam pengertian bukan hanya membaca buku. Tetapi lebih mengacu pada
ketulus iklasan dalam segala hal. Contohnya: rela dan iklas jika dimarahi guru atau
orang tua. Guru dan orang tua, jika memarahi pasti demi kebaikan anak. Maha Rsi
Wararuci dalam Kitab Sarassamuccaya, sloka 27 mengajari kita memanfaatkan
masa muda ini dengan sebaik- baiknya, yang beliau umpamakan seperti rumput
ilalang yang masih muda. Bahwa masa muda itu pikiran masih sangat tajam,
hendaknya digunakan untuk menuntut dharma, dan ilmu pengetahuan. Dengan
tajamnya pikiran seorang anak juga bisa meyadnyakantenaga dan pikirannya itu.
· Ajaran aguron-guron
Ajaran aguron-guron merupakan suatu ajaran mengenai proses hubungan guru dan
murid . Namun istilah dan proses ini telah lama dilupakan karena sangat susah
mendapatkan guru yang mempunyai kualifikasi tertentu dan juga sangat sedikit
orang menaruh perhatian dan minat terhadap hal ini. Maka untuk memenuhi
kualifikasi tertentu, hendaknya seorang guru mencari sekolah yang mempunyai
kurikulum yang membawa kesadaran kita melambung tinggi melampaui batas-
batas senang dan sedih, bahagia dan derita, lahir danmati. Maka guru seperti itu
pasti akan datang kepada kita. Menuntun kita, menentukan arah tujuan kita,
menunjukkan cara dan metodenya, menghibur dan menyemangatinya. Jangan ragu,
pasti akan ada guru yang datang kepada kita.
· Ajaran catur guru
Berhasilnya seseorang menempuh jenjang pendidikan tertentu (pendidikan tinggi
yang berkualitas) tidak akan mungkin bila kita tidak memiliki rasa bhakti kepada
Catur Guru. Mereka yang melaksanakan ajaran Guru Bhakti sejak dini (anak-anak),
mereka pada umumnya memiliki disiplin diri dan percaya diri yang mantap pula.
Dengan disiplin diri dan percaya diri yang mantap, tidak saja akan sukses dalam
bidang akademik, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan. Di sinilah kita
melihat ajaran Catur Guru Bhakti senantiasa relevan sepanjang masa, sesuai dengan
sifat agama Hindu yang Sanatana Dharma. Aktualisasi ajaran Guru Bhakti atau rasa
bhakti kepada Catur Guru dapat dikembangkan dalam situasi apapun, sebab hakekat
dari ajaran ini adalah untuk pendidikan diri, utamanya adalah pendidikan disiplin,
patuh dan taat kepada sang Catur Guru dalam arti yang seluas-luasnya.

c. Karma Marga Yoga


· Ngayah dan Matatulungan
Ngayah merupakan suatu istilah yang ada di Bali yang identik dengan gotong
royong. Ngayah ini bisa dilakukan di pura-pura dalam hal upacara keagamaan,
seperti odalan-odalan/karya. Sedangkan matulungan ini bisa dilakukan terhadap
antar manusia yang mengadakan upacara keagamaan pula, seperti upacara
pawiwahan,mecaru dan lain sebagainya. Sesuai dengan ajaran karma yoga, maka
hendaknya ngayahatau matatulungan ini dilakukan secara iklas tanpa ada ikatan
apapun. Sehingga apayang kita lakukan bisa memberikan suari manfaat.
· Mekarme sane melah Berbuat yang baik atau mekarma sane melah hendaknya
selalu kita lakukan.Dalam dalam agama hindu ada slogan mengatakan“Rame ing
gawe sepi ing pamrih”, slogan itu begitu melekat pada diri kita sebagai orang
Hindu. Banyaklah berbuat baik tanpa pernah berpikir dan berharap suatu balasan.
Niscaya dengan begitu kita akan selalu mendapat karunianya tanpa pernah
terpikirkan dan kita sadari. Untuk melaksanakan slogan itu dalam kehidupan sehari-
hari tidaklah mudah untuk memulainya. Sebagai makhluk ciptaan Brahman,
sepantasnya kita menyadari bahwa sebagian dari hidup kita adalah untuk melayani.
Berkarma baik itu adalah suatu pelayanan. Kita akan ikut berbahagia bila bisa
menyenangkan orang lain. Hal ini tentudibatasi oleh perbuatan Dharma. Slogan
“Tat Twam Asi” adalah salah satu dasar untuk ber-Karma Baik. Engkau adalah
Aku, Itu adalah Kamu juga. Suatu slogan yang sangatsederhana untuk diucapkan,
tapi memiliki arti yang sangat mendalam, baik dalam arti pada kehidupan sosial
umat dan juga sebagai diri sendiri/individu yang memiliki pertanggungjawaban
karma langsung kepada Brahman.
· Ajaran Karma pahala
Karma phala merupakan hasil dari suatu perbuatan yang dilakukan. Kita percaya
bahwa perbuatan yang baik (subha karma) membawa hasil yang baik dan perbuatan
yang buruk (asubha karma) membawa hasil yang buruk. Seseorang yang berbuat
baik pasti baik pula yang akan diterimanya, demikian pula sebaliknya yang berbuat
buruk, buruk pula yang akan diterimanya. Karmaphala memberi keyakinan kepada
kitauntuk mengarahkan segala tingkah laku kita agar selalu berdasarkan etika dan
cara yang baik guna mencapai cita- cita yang luhur dan selalu menghindari jalan
dan tujuan yang buruk. Karmaphala mengantarkan roh (atma) masuk Surga atau
masuk neraka. Bila dalam hidupnya selalu berkarma baik maka pahala yang didapat
adalah surga. Sebaliknya bila hidupnya selalu berkarma buruk maka hukuman
nerakalah yang terjadi. Dalam pustaka- pustaka dan ceritera-ceritera keagamaan
dijelaskan bahwa Surga artinya alam atas, alam suksma, alam kebahagiaan, alam
yang indah dan serba mengenakkan. Neraka adalah alam hukuman, tempat roh atau
atman mendapat siksaan sebagai hasil dan perbuatan buruk selama masa hidupnya.
Selesai menikmatiSurga atau neraka, roh atau atma akan mendapatkan kesempatan
mengalami penjelmaankembali sebagai karya penebusan dalam usaha menuju
Moksa.

d. Raja Marga Yoga


Setiap pengikut Raja Marga Yoga akan dapat menghubungkan dirinya dengan
kekuatan rohaninya melalui Astangga Yoga. Astangga Yoga adalah delapan
tahapan yoga untuk mencapai moksa. Astangga Yoga diajarkan oleh Maha Rsi
Patanjali dalam bukunya yang disebut dengan Yoga Sutra Patanjali. Adapun
bagian-bagian dari Astangga Yoga yang merupakan implementasi dari ajaran Raja
Marga adalah:

a. Yama
Yama yaitu bentuk larangan atau pengendalian diri yang harus dilakukan oleh
seorang dari segi jasmani, misalnya dilarang membunuh (ahimsa), dilarang
berbohong (satya), pantang menginginkan sesuatu yang bukan miliknya (asteya),
pantang melakukan hubungan seksual (brahmacari) dan tidak menerima pemberian
dari orang lain (aparigraha).
b. Nyama
Nyama yaitu bentuk pengendalian diri lebih bersifat rohani, misalnya Sauca (tetap
suci lahir batin), Santosa (selalu puas dengan apa yang datang), Swadhyaya
(mempelajari kitab-kitab keagamaan) dan Iswara pranidhana (selalu bhakti kepada
Tuhan).
c. Asana
Asana yaitu sikap duduk yang menyenangkan, terartur dan disiplin.
d. Pranayama
Pranayama yaitu mengatur napas sehingga menjadi sempurna melalui tiga jalan
yaitu puraka (menarik napas), kumbhaka (menahan napas) dan recaka
(mengeluarkan napas).
e. Pratyahara
Pratyahara yaitu mengontrol dan mengendalikan indriya dari ikatan objeknya,
sehingga orang dapat melihat hal-hal suci.
f. Dhyana
Dharana yaitu pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan kepada suatu
objek. Dhyana dapat dilakuakan terhadap Ista Dewata.
g. Dharana
Dharana yaitu usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan sasaran yang
diinginkan
h. Samadhi
Samadhi yaitu penyatuan atman (sang diri sejadi dengan Brahman) bila seseorang
melakukan latihan yoga dengan terartur dan sungguh-sungguh maka ia akan
mendapat etaran-getaran suci dari wahyu Tuhan.
7 BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dalam penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Catur Marga yoga tediri
dari kata Catur berarti empat dan marga berarti jalan/cara atapun usaha. Catur
marga yoga merupakan 4 jalan mencapai moksa yang dapat dilakukan dengan jalan
Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga
Yoga. Dalam hal ini manusia dibebaskan untuk memilih jalan yang mana ingin
dikehendaki asalkan dengan perasaan yang tulus iklas agar pencapaian moksa dapat
diraih dengan sempurna.
Untuk mencapai moksa dapat dilakukan dengan Bhakti Marga Yoga, Jnana
Marga Yoga, Karma Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga.

Anda mungkin juga menyukai