Anda di halaman 1dari 18

PANCA SRADHA (PUNARBHAWA)

NAMA ANGGOTA:

I Komang Wahyu Subagia (07/1802622010041)

Ni Made Sutariani (18/1802622010052)

Ni Nyoman Aprilia Wiryastuti (20/1802622010054)

Ni Putu Novi Ardani (23/1802622010057)

Ni Wayan Juli Martani (27/1802622010061)

Putu Pramana Aditya Surya (31/1802622010065)

FAKULTAS EKONOMI
PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2019
PANCA SRADHA (Lima dasar keyakinan Agama Hindu)

Secara alamiah, setiap umat manusia mempunyai naluri untuk memiliki suatu
kepercayaan. Kepercayaan dengan kualitas yang lebih tinggi disebut keyakinan. Jenis
keyakinan ini terbagi menjadi dua, yaitu keyakinan yang menyesatkan dan keyakinan yang
memberikan motivasi atau dorongan untuk mencapai hidup yang lebih baik.

Contoh kepercayaan yang menyesatkan adalah percaya kepada hantu, kepercayaan


kepada tenung atau ramalan, dan sebagainya. Contoh keyakinan yang memberikan motivasi
adalah keyakinan tentang keberadaan Sang Hyang Widhi atau Tuhan, keyakinan akan adanya
para dewa, keyakinan akan kemampuan diri sendiri, dan sebagainya.

Keyakinan yang dimaksud bisa bermanfaat untuk dijadikan pegangan hidup yang bisa
memberikan ketentraman lahir dan batin. Dalam bahasa Sanskerta, keyakinan itu disebut
srad. Lalu diadopsi ke dalam bahasa Jawa Kuno atau bahasa Kawi menjadi Sraddha yang
berarti keyakinan. Yang dimaksud dengan Sraddha dalam hal ini adalah keyakinan yang kuat.
Sraddha atau keyakinan ini dapat dipakai sebagai motivasi, pegangan hidup, dan penghiburan
dalam menjalani kehidupan yang terkadang sangat menyenangkan namun terkadang sangat
menyiksa.

Umat Hindu secara khusus diwajibkan untukmempunyai sraddha atau keyakinan. Ada
lima sraddha yang harus diyakini oleh umat Hindu. . Kelima sraddha itu disebut Panca
Sraddha yang terdiri dari:

1. Brahman adalah keyakinan terhadap keberadaan Tuhan dengan segala


sifatsifat dan kemahakuasaan-Nya. Tuhan disebut juga Sang Hyang Widhi. Dalam agama
Hindu diajarkan tentang hanya satu Tuhan, tetapi para arif bijaksana memberi nama Tuhan
banyak sesuai dengan fungsinya. Paham satu Tuhan ini disebut monotheisme
2. Atman adalah keyakinan terhadap adanya energi terkecil dari Brahman yang
ada di dalam setiap makhluk hidup. Atman menyebabkan semua makhluk bisa lahir, hidup,
berkembang, dan mati.
3. Karmaphala adalah keyakinan terhadap adanya hukum karma. Hukum karma
mutlak berlaku terhadap semua makhluk dan semua yang ada di dunia ini.
4. Punarbawa adalah keyakinan akan adanya kelahiran yang berulang-ulang
sesuai dengan karmawasana.
5. Moksa adalah keyakinan akan adanya kebahagiaan abadi, bersatunya Atman
dengan Brahman, sehingga terbebas dari pengaruh punarbawa dan hukum karmaphala.

1. PENGERTIAN PUNARBHAWA
Punarbhawa disebut pula dengan istilah Samsara yang artinya kelahiran yang berulang
– ulang ke dunia. Punarbhawa merupakan salah satu keimanan dari Agama Hindu. Keimana
Agama Hindu dinamakan Panca Sradha, satu diantaranya adalah punarbhawa itu sendiri.
Untuk menjelaskan pengertian Punarbhawa dari segi ilmu pengetahuan biasa, adalah tidak
mungkin atau sangat sulit dipahami, karena punarbhawa merupakan suatu kepercayaan dalam
ajaran Agama Hindu.

Punarhbawa hanya dapat diterima melalui keimanan atau kepercayaan, ini berarti dari
luar rasio manusia. Walaupun demikian penjelasan punarbhawa itu akan diberikan batasan –
batasan yang bersifat ratio dalam artian diangkat oleh pikira atau perasaan manusia

Dari segi asal kata, Punarbhawa berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “punar dan
bhawa”. “Punar” artinya lagi, berulang – ulang, sedangkan “Bhawa” berarti menjadi,
menjelma, lahir. Denga demikian punarbhawa berarti kelahiran yang berulang – ulang itu
dapat di dunia ini, maupun didunia lain yang sifatnya lebih halus. Umpamanya seseorang
dapat lahir di dunia ini, dapt pula di duni dewa, para jin dan sebagainya. Kelahiran berulang –
ulang disebabkan oleh karmawasana setiap makhluk. Semua perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang dalam kehidupan akan berpahala dan pahala ini akan melekat pada suksma sarira
yaitu badan halus. Lekatan pahala perbuatan itulah yang dinamakan karmawasana.

Dalam badan manusia ada lima jenis badan yaitu : annamaya kosa, paranamaya kosa,
manomaya kosa, wijanamaya kosa dan anandamaya kosa.

Badan kasar kita juga disamakan annamaya kosa. Empat badan yang lain itulah yang
termasuk badan halus atau suskma sarira. Karma wasana ada pada badan halus yang
menyelubungi atma maka itu muncullah punarbhawa. Punarbhawa itu sesungguhnya adalah
kelahiran badan halus bersama atma. Atma menurut kitab suci Hindu tidak dapat menjelma
karena memenuhi alam semesta beserta isinya.

Dalam kitab Bhagawad Gita disebutkan tentang atma sebagai berikut :

Na jayate mriyate va kadacin


Na yam bhutya na bhuyah
Ajo nityah sasvato ‘ yam purano
Na hanya mane sarira
(Bhagawad Gita. II.
20)

Artinya :

Ia tidak pernah lahir, pun juga tidak pernah mati kapanpun, pun juga tidak pernah
muncul dan tidak lagi pernah menghilang. Ia tidak mengenal kelahiran, kekal, abadi dan
selalu ada. Ia tidak dapat dibunuh bila badan dibunuh.

Bila kita menghayati isi sloka di atas, jelaslah atma itu tidak dapat menjelma kembali.
Walaupun demikian yang kita kenal dalam pustaka – pustaka suci seperti lontar – lontar yan
gsejenisnya yang menyatakan bahwa atma itu menjelma berulang kali,  tidaklain dari pada
atma yang diselubungkan oleh badan halus. Dengan demikian sebutan atma disatukan denga
suksma sarira, sehinga dengan demikian pengertian punarbhawa dalam ajaran Agama Hindu
adalah sama disemua kitab sucinya.

Dalam ajaran Agama Hindu dinyatak dengan tegas bahwa semua jenis penjelmaan itu
adalah merupakan suatu samsara atau penderitaan. Ini berarti punarbhawa memberi motivasi
yang positif bagi semua orang, untuk dapat memperbaiki hidupnya dan untuk selalu berbuat
baik serta menghidari perbuatan yang buruk.

Keberadaan manusia di dunia adalah merupakan suatu penjelmaan yang berulang –


ulang kali, tetapi sulit diketahui. hal itu dikemukakan dalam pustaka suci sebagai berikut :

Sri bhagavan uvaca


bahuni me vyatitani
janmami tava ca rjuna
tany aham veda sarvani
na tvam vettha paramtapa

(Bhagawad Gita. IV. 5)

Artinya :
Sri Bhagawad bersabda, banyak kehidupan yang ku telah jalani dan demikian pula
engkau, O, Arjuna, Semua kelahiran itu akan ketahui tetapi engkau tidak mengetahuinya, O,
Arjuna.

“Ajo” pi sann avyayatma


bhutanam ivaro ‘pi san
prakritim svam adhisthaya
sambhavany atmamayaya

(Bhagawad Gita. IV. 6)

Artinya :

Meskipun aku tidak terlahir dan sifatku kekal serta menjadi Iswara dari segala makhluk
akan tetapi aku dengan memegang teguh pada sifatku sendiri ( yang tidak terikat oleh karma )
Aku akan menjelma dengan jalan mayaku.

Meananggapi sloka di atas dapat dikmukakan bahwa Tuhan lahir didunia tidaklah
sebagai manusia bisa yang terikan oleh karma. Melainkan sebagai Awatara yang bebas dari
karma. Manusia biasa terikat oleh karma, karena adanya penghambat terhadap prakerti,
sedangkan Krisna mengatasi alam prakerti. Kelahiran Krisna adalah sebagai manusia yang
istimewa dan suci yang mengatasi karma wasana.

Walupun punarbhawa itu sesungguhnya adalah penderitaan yang akan dirasakan oleh
setiap makhluk di dunia ini, teteapi disisi lain punarbhawa itu juga merupakan sebagai
kesempatan untuk melakukan karma yang  baik. Janglah memandang Punarbhawa itu sebagai
penderitaan belaka, pandanglah ia sebagai suatu akibat yang muncul dari perbuatan kita
sendiri yang harus dipertangung jawabkan secara jujur.  Seseorang yang tidak menerima
adanya  penderitaan di dunia ini sesungguhnya ia melawan hukum kodrati yang meliputi
segala ada. Bila dikaji secara mendalam sesungguhnya sesungguhnya penderitaan itu bersifat
semu, hanya kekeliruan indriya yang disertai oleh pikiran – pikiran yang diliputi oleh
awidyalah memandang hal tersebut sebagi suatu kenyataan. Maka itu hadapilah semua itu
dengan jiwa yang besar dan tetap memohon bimbingan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
2. PROSES DAN SEBAB – SEBAB ADANYA PUNARBHAWA

Penyebab terjadinya punarbhava adalah asubha karma atau perbuatan yang jelek di
masa lampau. Dengaan demikian maka jelaslah untuk mengetahui proses terjadinya
punarbhava di mulai dengan hukum karma atau hukum sebab akibat. Manusia harus
menyadari bahwa tiada akan luput dari pengaruh hukum karma, karena selama hidup
manusia berbuat sesuatu di dunia ini. Dari sejak lahir, manusia sudah membawa karma
wasana atau bekas-bekas perbuatan di masa lampau yang menentukan watak seseorang.
Apabila selama hidupnya manusia itu perbuatanya baik lebih banyak di bandingkan dengan
perbuatan buruknya maka setelah meninggal rohnya akan di masukkan kealam sorga, di alam
surga roh tersebut menikmati segala keindahan lamanya sesuai dengan perbuatan baik yang
telah di perbuat. Setelah habis waktunya menikmati keindahan alam surga maka roh itu akan
lahir kembali ke dunia ini menjadi manusia lebih baik dari kelahiran sebelumnya.

Adanya Punarbhawa menurut ajaran agama Hindu ialah disebabkan oleh adanya
karmawasana. Karmawasana muncul dari perbuatan manusia yang dipergunakan sebagai
pedoman benar dan salah itu dalam ajaran agama Hindu adalah sabda Tuhan dalam kitab
suci. Apa yang dianjurkan oleh agama untuk dilakukan itulah benar. Sedangkan apa yang
dianjurkan untuk tidak dilaksanakan oleh agama itulah yang salah. Apabila seseorang tidak
dapat memahami menyadari hal itu maka banyak perbuatan diluputi oleh dosa. Karma
wasana yang menyebabkan diri kita menjelma itulah yang merupakan dosa dari lapisan –
lapisan kehidupan di masa lalu, sekarang dan akan mempengaruhi kehidupan dimasa
mendatang.

Karma – karma pada kehidupan yang lampau akan membuat wasana atau bekas pada
atma, sehingga dengan demikian muncullah punarbhawa. Lamaya punarbhawa itu ditentukan
oleh banyak sedikitnya wasana yang ada pada atma atau tergantung pada kehendak Tuhan.
Bila dilihat dari segi filosifi karma dan punarbawa itu kedua – duanya adalah merupakan
suatu proses yang terjalin erat satu dengan yang lainnya. Karma adalah perbuatan yang
meliputi gerak pikiran, perkataan dan tingkah laku badan jasmani. Sedangkan Punarbhawa
adalah merupakan perwujudan dari karma itu sendiri.

Setiap karma yang dilakukan oleh seseorang didorong oleh pikiran, indriya dan nafsu
yang melepas dari garis kebenaran yang diajarkan oleh agama. Akibat yang ditimbulkan
adalah dosa yang harus ditanggung oleh atma. Maka itu atma dapat menjelma, yang semua
itu disebabkan oleh karma itu sendiri.

Untuk lebih jelas sebab – sebab adanya punarbhawa perhatikan dan renungkanlah
seloka berikut ini :

1. Uparyupari lokasnya sarwa. bhawitumicati. yatate ca yathacakti na caksau


wartate tahta.
2. sammanasgawamanasga labbalabhau ksyaksayau. prawurtta
waniwartante widhanante pade.

(Sarasamuccaya. 27, 358-359)

Artinya :

1. Sesungguhnya orang – orang di dunia ini, berharap akan kebahagiaan yang


tiada rasa. Adapun karena kemampuan mereka hanya dapat melaksanakan dharma sesuai
dengan dharmanya, itulah yang diikuti sebagai karma phala yang diperoleh.
2. Orang yang rendah hati, orang pembenci, orang yang berbahagia, orang yang
tidak bahgia, orang yang berkekurangan dan orang yang berkelebihan, semua itu pergi dan
datang keadanya pada semua orang didunia ini, sebagai hasil perbuatan yang lampau
diperolehnya sebagai yang dinikmati sekarang ini.

Perbuatan yang didorong oleh pikiran indriya dan nafsu yang gelap dinamakan asubha
karma, sedangkan perbuatan yang didorong oleh pikiran, indriya dan nafsu yang sesuai
dengan dharma dinamakan subha karma. Subha dan asubha karma inilah yang
menyebabkan atma menjelma pada alam yang bertingkat – tingkat seperti sorga dan neraka
yang dipandang oleh semua agama sebagai alam spiritual yang ada. Keberadaan alam sorga
dan neraka itu merupakan suatu kebenaran, karena demikian yang disebut oleh ajaran agama
Hindu.
Atma yang menjelma dari alam sorga akan menjadi manusia, yang hidupnya
berbahagia lahir batin di dunia ini. Penjelmaan yang berasal dari alam sorga disebut swarga
cyuta. Walaupun penjelmaan dari alam sorga, bukan berarti seseorang tidak mengalami
penderitaan di dunia ini, hanya saja penderitaan yang dialami hanya dipandang sebagai
tantangan untuk maju, bukan sebaliknya. Atma yang menjelma dari alam neraka akan
menjadi manusia yang hidupnya sengsara lahir batin di dunia ini. Penjelmaan dari alam
neraka dinamkan neraka cyuta. Hidupnya seseorang penjelmaan neraka adalah selalu
ketakutan, putus asa dan memandang dunia sebagai yang membosankan dan tanpa Tuhan.
Kemurungan dan keajahatan selalu meliputi pikiran dan prilakunya, sehingga ia selalu merasa
menderita. Mereka yang lahir dari alam neraka dapat menurun terus, bahkan dapat menjadi
hewan dan tumbuh – tumbuhan. Oleh karena itu agama selalu mengajarkan umatnya selalu
berbuat baik sesuai dengan ajaran agama yang dipedomaninya.

Dalam kehidupan di dunia ini sesungguhnya sangat banyak perbuatan yang dapat
menyebabkan timbulnya punarbhawa itu, prilaku yang diliputi oleh sad ripu, sad atatayi, dan
sapta timira, akan dapat membawa seseorang ke alam penderitaan, perbuatan buruk atau jahat
yang ada dalam pikiran perkataan dan laksana sehari – hari yang bermaksud  mencelakakan
makhluk lain akan membawa seseorang ke alam penderitaan, untuk dapat menghilangkan
penyebab punarbhawa itu hendaknya dapat melenyapkan penyebab penderitaan itu sendiri
dengan jelas selau berubah, mawas diri kearah yang benar.

Kepercayaan terhadap adanya punarbhawa yang merupakan salah satu bentuk


keimanan dalam agama Hindu, akan terus berlangsung selama alam semesta ini ada. Siklus
kelahiran ini akan membawa seseorang kepada peningkatan kualitas atau mungkin dapat
menurunkan kualitas menjadi makhluk rendah. Walaupun karmawasana yang memegang
peranan penting dalam punarbhawa, semua itu tidaklah dapat dilepaskan dari kehendak sang
Pencipta. Tuhanlan yang menentukan jenis – jenis kelahiran makhluk hidup itu.

Kelahiran yang berulang – ulang bukanlah suatu yang bersifat kekal, melainkan bersifat
sementara karena sangat tergantung kepada masa penciptaan ini. Bila masa pralaya muncul
maka proses punarbhawa akan terhenti dan akan muncul kembali bila masa penciptaan tiba.

Keterikatan seseorang akan sifat kelakuannya akan menyebabkan adanya punarbhawa.


Maka itu lenyaplah sifat – sifat kelakuan itu supaya kita tidak menyombongkan diri. Adanya
kemarahan, keserakahan, keburukan, kejahatan yang mengikat diri kita, sesungguhnya dapat
dilenyapkan melaui ajaran agama. Ajaran agamalah yang akan menentukan manusia untuk
menuju kepada sifat welas asih kepada sesama dan semua makhluk.

3. HUBUNGAN PUNARBHAWA DENGAN HUKUM KARMA

Punarbhawa memiliki hubungan yang sangat erat dengan hukum karma, karena adanya
punarbhawa oleh karma itu sendiri. Adanya peningkatan kualitas kelahiran itu ditentukan
oleh subha dan asubha karma seseorang. Dapat dikemukakan bahwa punarbhawa itu
merupakan perwujudan dari subha dan asubha karma itu sendiri. Setiap karma yang
dilakukan oleh seseorang atas dasar dorongan nafsu yang bertentangan dengan dharma adalah
bersifat asubha karma. Dari asubha karma itulah menimbulkan dosa yang akan menyebabkan
atma masuk ke alam neraka, penjelmaan yang kemudian timbul dari alam neraka itu menjadi
manusia atau makhluk kualitas rendah.

Penjelmaan manusi atau makhluk – makhluk itu bertingkat dan berbeda – beda, yang
semuanya itu ditentukan oleh subha – asubha karma yang diterima oleh para pembuatnya.
Walaupun demikian, semua itu ditentukan oleh takdir Tuhan Yang Maha Esa. Untuk lebih
jelasnya pemahaman tentang penjelmaan itu perhatikan sloka brikut :

Dewanam narakam jantur jantunam


narakam pasuh, pasunan narakam
mrgo mrganam narakam khagah
paksinam narakam wyolo wyalanan
narakah damstri. samstrunam
narakam wisiwesinam nara marane

(Slokantara 13-14)

Artinya :

Dewa neraka menjelma menjadi manusia


manusia neraka menjelma menjadi ternak,
ternak neraka menjelma menjadi binatang,
binatang buas nereka menjelma menjadi burung,
burung neraka menjelma menjadi ular,
ular neraka menjadi taring,
serta taring yang jahat itu menjadi bisa,
yakni bisa yang dapat membunuh manusia

Demikianlah merosotnya kualitas penjelmaan yang dialami oleh atman yang datang
dari alam neraka sebagai akibat dari dosa – dosanya. Sangat panjanglah waktu penderitaan
yang akan dialami oleh atma yang lahir dari alam neraka. Beberapa jenis kehidupan akan
dialaminya secara bergilir, penderitaan pun akan silih berganti datangnya sampai batas buah
karma buruknya berakhir. Maka itu agama Hindu tetap mengajarkan umatnya supaya patuh
dan berbuat sesuai denga tuntunan kitab sucinya.

Bila kita renungkan secara mendalam betapa beratnya penderitaan yang dialami oleh
atma lahir dari alam neraka. Keputusasaan, sakit, kegagalan, dan sejenisnya silih berganti.
Walaupun demikian haruslah semua itu diterima sebagai mana mestinya tanpa penyesalan,
dan hendaknya kita selau berusaha berbuat baik dan mengatsi penderitaan – penderitaan itu.
Hanya manusailah yang mampu mengatasi kesusahan hidupnya atau penderitaan yang
datangnya dari kelahiran alam neraka. Karena lahir sebagai manusia dipandang sebagia
kelahiran yang tertinggi di alam duni ini. Bahkan dipandang sebagai anugrah yang sulit
didapat, hal ini dikemukakan oleh pusaka suci sebagi berikut :

1. Apan ikang dadi wwang uttama juga ya. nimitaning mangkanang ya


tumulung awaknya sangkeng sangsara, maka sadhanang subha karma, hingganing
kottamaning dadi wwang ika. (Sarasamuccaya, 1.4)
2. Matangnyan haywa juga wwang manastapa an tan paribhawa si dadi
wwang tapwa kagongakna ri ambek apayapan parama dulabha iking si anma manusa
ngaranya. yadyapi candala yoni tuwi. (Sarasamuccaya, 1.3)

Artinya :

Karenanya janganlah kendaknya seseorang bersedih meskipun tidak makmur, kelahiran


menjadi manusia itu hendaknya yang memperbesar hatimu, sebab sesungguhnya amat sulit
itu yang menjelma menjadi manusia, meskipun sebagai candala sekalipun.
Banyak peristiwa yang ada di dunia ini yang tidak dapat kita mengerti keadaannya,
karena terkait dengan karmanya pada masa kehidupan terdahulu. Tidak seorang pun yang
tahu tentang cara kerjanya karma yang bersifat abstrak. Dalam pustaka – pustaka suci
disebutkan para awatara dan para maharesi dapat mengetahui peristiwa punarbhawa itu, yang
semuanya terkait erat denga karma wasana.

Terkait denga hubungan punarbhawa dengan karma, renungkanlah sloka berikut :

1. Karma dayadako lokah karma sambaudhhilasksanah, karmani codayatika


sarwa, karmawasa wayam.
2. Yatha dhenusahasresu watso, windati mataram, tatha subhasubham
karma kartaara manugacchati.

(Sarasamuccaya, 27.352-353)

Artinya :

1. Sebab didunia ini, karma yang diumpamakan merupakan warisannya, artinya 


baik buruk perbuatan orang – orang itu, singkatnya ditentukan oleh perbuatan terdahulu
orang – orang di duni ini, artinya kita dikuasai oleh purwakarma.
2. Mau tak mau perbuatan dulu itu akan dikecap hasilnya semua oleh yang
berbuat, lagi pula buah perbuatan itu tidak keliru perginya menuju kepada yang berbuat dulu,
sebagaimana halnya anak lembu tidak akan keliru mencari induknya, walupun beratus – ratus
lembu yang sedang menyusui bercampur dengan anak – anak lembu itu, namun lembu itu
akan ingat dan tidak keliru mendapatkan induknya.

Demikianlah keadaan karma itu tidak akan melupakan buahnya yang kemudia
menyebabkan punarbhawa. Dari sloka diatas kita dimotivasi untuk hidup disiplin lahir dan
batin, agar tidak mendapatkan kesengsaraan dihari kemudian. Tidaklah orang dapat
menghindari dari karma phala selama ia ada di duni ini, demikiaan pula tidak ada karma yang
tidak dapat dihilangkan buahnya jika ada niat baik untuk menghilangkannya, melalui jalan
bakti, yoga, samadhi perbuatan – perbuatan baik lainnya.

Sesungguhnya pelajaran mengenai karma dan punarbhawa itu meluruskan hidup kita
menuju kearah kebenaran sejati, walupun dalam proses penempuhan berliku – liku. 
Hendaknya kita yakin bahwa pada suatu saat pasti kita akan sampai pada alam kebenaran itu
sendiri.

Mariana 1994, setelah kita mendalami konsep atma dan hukum karma atau karma phala
baru kita jelas bahwa reinkarnasi merupakan kelahiran yang berulang-ulang dengan melalui
tri loka yaitu BHUR BVAH SVAH. Reinkarnasi dapat di buktikan dalam kehidupan umat
hindu dalam mel;akukan upacara mauopun kehidupan sebagai berikut:

1. Umat hindu di samping percaya adanya panca sradha sebagai tatva atau
filsafat agama hindu juga melakukan ritual yaitu upacara ke agamaan. Dalam upacara
pemujaan umat hindu percaya adanya panca yadnya yaitu dewa yadnya yaitu pemujaan
terhadap sang hyang widhi wasa, pitra yadnya pemujaan terhadap leluhur, rsi yadnya
pemujaan para rsi atau pandita, butha yadnya pemujaan kepada sekalian makhluk hidup,
manusa yadnya pemujaan tehadap keselamatan umat manusia. Dengan kita percaya adanya
pitra yadnya yaitu memberikan korban suci terhadap leluhur kita, artinya kita percaya bahwa
leluhur kita itu masih hidup didunia yang halus  dan nanti akan lahir kembali dengan badan
lain.
2. Umat hindu dalam melaksanakan ajaran-ajarannya juga melakukan dana punia
seperti orang menabung, karena kita percaya bahwa perbuatan ini akan membawa
kebahagiaan setelah meninggal, kalau manusia sudah meninggal bukan berarti atma sudah
tiada, ini berarti ada kehidupan lain setelah meninggal yaitu kehidupan di lain loka. Setelah
itu tabungan tadi yang di simpan selama hidup di dunia dapat di nikmati yaitu karma-karma
yang baik.
3. Dalam mengarungi kehidupan ini umat hindu berusaha menjalankan
kehidupan dengan menegakkan dharma, sebab dengan hidup selalu berlandaskan dharma
akan mengurangi dosa-dosa yang pernah di buat sebelum kehidupan saat ini. Dengan selalu
berbuat baik kepada sesamanya dengan harapan dalam kehidupan di loka yang lain akan
lebih baik
4. Manusia pada umunya selalu takut datangnya kematian, manusia dengan
segala cara selalu menjaga kesehatannya dengan harapan proses kematian jangan terlalu
cepat sehingga dapat lama menikmati kehidupan ini. Rasa takut manusia menghadapi
kematian adalah suatu pertanda bahwa sudah banyak penderitaan yang lain  pada saat
matinya dalam kehidupan yang sudah-sudah.
5. Bayi yang baru lahir biasanya setelah beberapa hari tanpa di ajari sudah dapat
menetek susu ibunya, kesediaan si bayi yang sejak baru lahir untuk menetek susu ibunya
menandakan suatu pengalaman yang pernah di alami pada kehidupannya yang sudah-sudah.
6. Kenyataannya bahwa lahir sebagai manusia berbagai kegemaran yang di sebut
hobi dan sampai saat ini tidak dapat di teliti sebab-sebab dari kegemaran tersebut dalam
kelahiran seekarang ini, maka ini menunjukkan adanya pengalaman-pengalaman di dalam
kehidupannya yang sudah-sudah, yang tidak dapat di ingatkan lagi sebagai sumbernya.
7. Bayi yang beru lahir menangis, ini menandakan bayi tersebut sudah tau bahwa
hidup sebagai manusia banya penderitaannya akibat dari dosa-dosanya, maka ini
menunjukkan adanya pengalaman di  dalam kehidupannya terdahulu sebelum lahir sebagai
manusia.

Segala kehidupan ini menyebabkan adanya bekas (wasana) dalam jiwatman.Dan bekas-
bekas perbutan (karma wasana) itu ada bermacam-macam, jika bekas-bekas itu hanya bekas-
bekas keduniawian, maka jiwatman akan lebih cenderung dan gampang di tarik oleh hal-hal
keduniawian sehingga jiwatman itu lahir kembali umpamanya jiwa pada waktu mati ada
bekas-bekas hidup mewah pada jiwatman, di akhirat jiwatman itu masih punya hubungan
dengan kemawahan hidup, sehingga gampang jitwatman itu di tarik kembali ke dunia. kalau
tidak ada bekas apa-apa lagi pada jiwatman, sehingga tidak ada lagi yang menariknya ke
dunia fana ini, ia terus bersatu dengan sang hyang widhi waca, jiwatnman sadar akan
hakekatnya sebagai atman yang sama dengan sang hyang widhi waca dan mencapai tujuan 
dinamai moksa. Tetapi walaupun tujuan mutlak manusia adalah moksa  yaitu tidak lahir
kembali, namun kelahiran kita ke dunia ini sebagai manusia adalah suatu kesempatan untuk
meningkatkan kesempurnaan hidup guna mengatasi kesengsaraan ini.
4. CARA MEMBEBASKAN DIRI DARI PUNARBHAWA
Untuk dapat terbebas dari kelahiran kembali secara berulang-ulang, seseorang haruslah
berkata, berpikir, dan berbuat yang baik dan tidak melakukan hal yang bertentangan dengan
ajaran dharma. Semua perbuatan, hendaknya sesuai dengan ajaran dharma.
Adapun cara-cara yang dikatan dapat memebebaskan seseorang dari punarbhawa,
a) Dengan melakuan tapa, brata, yoga dan Samadhi
b) Mengasihi dan menyayangi terhadap semua makhluk
c) Bersifat pemaaf dan suka menolong
d) Selalu tenang dalam menghadapi masalah
e) Hormat kepada orang tua dan orang suci
f) Dapat mengendalikan diri dari nafsu
g) Hidup selalu disiplin dan berbakti kepada tuhan
h) Takut berbuat dosa
i)Selalu bersyukur,puas dan sabar
5.CONTOH-CONTOH CERITA YANG MENGANDUNG AJARAN PUNARBHAWA

Seperti kejadian-kejadian berikut :

1. Ada seorang anak yang bernama Santhi Devi , yang di lahirka pada tanggal 12
Oktober 1926 di Delhi. Santhi Devi dapat menceritakan segala macam pengalamannya yang
dialami waktu kehidupannya yang lampau. Sampai pada kejadian yang sekecil-kecilnya.
Orang tua Santhi Devi semula tidak percaya dengan apa yang dikatakan olehnya. Orang
tuanya menganggap cerita Santhi itu hanya obrolan anak-anak belaka. Namun karena Santhi
sering menceritakan hal itu kepada orang tuanya, akhirnya timbul niat orang tuanya untuk
membuktikannya. Tenyata apa yang diceritakan oleh anaknya yaitu Santhi Devi adalah benar
setelah ditunjukkannya banyak bukti-bukti seperti : tempat tinggalnya dulu di Mutra, 
suaminya yang masih hidup bernama Pandit Kadar Natcha Chaubuy, dan banyak lagi bukti-
bukti lainnya.

2. Juga pernah diceriatkan bahwa Pitagoras ketika masih kecil ingat dengan jelas
kejadian ketika ia membawa sebuah perisai  di dalam sebuah kuil di Grat yang dilakukan
olehnya dalam reinkarnasinya yang dulu bersama dengan pangeran dari Troya.

3. Sebagaimana telah dilukiskan oleh Svami Sivananda dalam majalah Dinine


Life dikatakan bahwa tumimbal lahir itu ada. Svami mengatakan beberapa tahun yang lalu,
telah menggemparkan kota Delhi (India). Karena ada kejadian bahwa ada seorang gadis kecil
mengetahui kehidupannya (reinkarnasinya yang telah lalu).

Pada masa disusunnya kitab-kitab brahmana, sebelum upanisad juga disebutkan tentang
adanya kelahiran kembali. Pada mulanya kelahiran itu dipanding sebagai karunia.
Orang hanya lahir untuk satu kali, akan tetapi timbul permasalahan apa sebab dalam
kehidupannya sekarang sudah terdapat perbedaan nasib. Ada yang dilahirkan sebagai
brahmana, kesatrya, waisya,sudra dan lain-lain. Ada yang dilahirkan dalam keluarga kaya
atau miskin bahkan ada yang lahir dengan berbagai cacat baik fisik maupun mental.
Kelahiran seseorang tergantung dari karma yang telah dilaksanakan pada masa kehidupan
yang lalu. Demikian pula kehidupannya kini akan menentukan penjelmaannya dimasa yang
akan datang. Umat  hindu yakin bahwa penjelmaan sekarang merupakan dari kelanjutan
penjelmaan di masa yang lalu dan akan berlanjut pula pada masa yang akan datang.
Penjelmaan berulang kembali ini di dalam bahasa sansekertanma atau  disebut punarbhawa,
punarjanma atau samsara.

Samsara, punarbhawa, punarjanma atau penjelmaan kembali dapat terjadi ketika atman
terbelenggu olah maya. Karena atman terikat oleh maya. Maka atman itu menjelma menjadi
makhluk hidup. Untuk membebaskan diri dari keterikatan ini hendaknya manusia dapat
melaksanakan karma yang baik. Tentang penjelmaan kembali ini kitab Svetasvatara upanisad
menyatakan :

Samkalpana-sparsana-drsti-mohair
Grasambhu-vrstyvirddhi-janma
Karmanugany anukramena dehi sthanesv
Rupany abhi samprapadyate
sthulani suksmani bahuni caira
rupani dehi svagunair vrnoti
kry gunair atmagunais ca tesam
samyoga hetur aparo pidrstah

Dengan mempergunakan kemauan pikiran, perabaan, penglihatan, dan menghayati


hawa nafsu atma menjelma kembali (berreinkarnasi) secara berulang-ulang di beberapa
tempat dengan mengambil berbagai tubuh. Sesuai dengan hasil karmanya, dan mengalami
kedewasaannya, sama seperti tubuh itu dapat mengalami pertumbuhanmelalui makan dan
minum.

Atma yang berreinkarnasi sesuai dengan sifat dan karmanya, melibihi tubuh sebagai
wujudnya yang kasar atau halus. Dia menjadi Nampak, berkeadaan berbeda dari satu
penjelmaan ke penjelmaan berikutnya.
Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa karma seseorang akan mempengaruhi
penjelmaannya di kemudian hari. Karma pulalah yang menghantarkan seseorang mencapai
sorga atau masuk ke dalam neraka. Karma juga yang menuntun seseorang untuk mencapai
Brahman

Kesimpulan

Punarbhawa merupakan bahasa sansekerta yang memiliki arti kelahiran kembali,


kelahiran baru, atau kelahiran berulang-ulang. Jika dipisahkan menjadi dua kata, “punar” dan
“bhawa” atau “bhava”, maka kata punar berarti lagi atau sekali lagi, sedangkan bhawa berarti
hal menjadi, wujud, keadaan, yang diadakan, jiwa atau perenungan. Dari pemaparan tadi,
maka kata punarbhawa diartikan sebagai lahir kembali. Menurut Sudirga, punarbhawa
diartikan sebagai reinkarnasi, penitisan, atau samsara yakni turun kembali atau menjelma
kembali ke dunia ini..

Adanya Punarbhawa menurut ajaran agama Hindu ialah disebabkan oleh adanya
karmawasana. Karmawasana muncul dari perbuatan manusia yang dipergunakan sebagai
pedoman benar dan salah itu dalam ajaran agama Hindu adalah sabda Tuhan dalam kitab
suci.

Punarbhawa memiliki hubungan yang sangat erat dengan hukum karma, karena adanya
punarbhawa oleh karma itu sendiri.  Perbuatan yang didorong oleh pikiran indriya dan nafsu
yang gelap dinamakan asubha karma, sedangkan perbuatan yang didorong oleh pikiran,
indriya dan nafsu yang sesuai dengan dharma dinamakan subha karma. Subha dan asubha
karma inilah yang menyebabkan atma menjelma pada alam yang bertingkat – tingkat seperti
sorga dan neraka yang dipandang oleh semua agama sebagai alam spiritual yang ada.

Ajaran agamalah yang akan menentukan manusia untuk menuju kepada sifat welas asih
kepada sesama dan semua makhluk

Anda mungkin juga menyukai