Nyāya Darśana 1. Kadek evani kristi yanti 2. Komang yogi wija septian 3. Gusti ayu putu senja ridiantari 4. Ni luh putu febriyanti 5. Kadek yogi putrawan Pendiri dan sumber ajaran
Pendiri ajaran ini adalah ṛṣi Gautaman juga dikenal
dengan nama Akṣapāda dan Dīrghatapas, yang menulis Nyāyaśāstra atau Nyāya Darśana yang secara umum juga dikenal sebagai Tarka Vāda atau diskusi dan perdebatan tentang suatu Darśana atau pandangan filsafat kurang lebih pada abad ke-4 SM, karena Nyāya mengandung Tarka Vāda (ilmu perdebatan) dan Vāda-vidyā (ilmu diskusi) Sistem filsafat Nyāya membicarakan bagian umum darśana(filsafat) dan metoda (cara) untuk melakukan pengamatan yang kritis. Sistem ini timbul karena adanya pembicaraan yang dilakukan oleh para ṛṣi atau pemikir, dalam usaha mereka mencari arti yang benar dari ayat-ayat atau śloka- śloka Veda Śruti, guṇa dipakai dalam penyelenggaraan upacara-upacara yadña. Terdiri dari dari 5 Adhyāya (bab) dan dibagi kedalam 5 'pada' (bagian). Pada tahun ( 400 Masehi kitab Nyāyaśāstra ini di komentari` oleh ṛṣi Vāstsyāna dengan karyanya yang berjudul Nyāya Bhāsya (ulasan tentang Nyāya). Obyek utmanya adalah untuk menetapkan dengan cara perdebatan, bahwa Parameśvara merupakan pencipta dari alam semesta ini. Nyāya menegakan keberadaan Īśvara dengan cara penyimpulan, sehingga dikatakan bahwa Nyāya Darśana merupakan sebuah śāstra atau ilmu pengetahuan yang merupakan alat utama untuk meyakini suatu obyek dengan penyimpulan yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini kita harus mau menerima pembantahan macam apapun, tetapi asalkan berdasarkan pada otoritas yang dapat diterima akal. Pembantahan demi untuk adu argumentasi dan bukan bersifat lidah atau berdalih. Sifat ajaran Pandangan filsafat Nyāya menyatakan bahwa dunia di luar manusia ini, terlepas dari pikiran. Kita dapat memiliki pengetahuan tentang dunia ini dengan melalui pikiran yang dibantu oleh indra. Oleh karena itu sistem filsafat Nyāya ini dapat disebut sebagai sistem yang realistis (nyata). Pengetahuan ini dapat disebut benar atau salah, tergantung dari pada alat-alat yang diperguṇa kan untuk mendapatkan pengetahuan tersebut, Secara sistematik semua pengetahuan menyatakan 4 keadaan, yaitu : 1.Subyek atau si pengamat (pramātā) 2.Obyek yang di amati (prameya) 3.Keadaan hasil dari pengamatan (pramīti) 4.Cara untuk mengamati atau pengamatan (pramāṇa) Prameya atau obyek yang di amati, dengan nama pengetahuan yang benar dapat diperoleh, ada 12 banyaknya, yaitu : 1. Roh (Ātman), 11. Penderitaan (duhkha), 2. Badan (śarīra), dan 3. Indriya, 12. Pembebasan 4. Obyek indriya (artha), (apavarga). 5. kecerdasan (buddhi), 6. Pikiran (manas), 7. Kegiatan (pravṛtti), 8. Kesalahan (Doṣa), 9. Perpindahan (Pretyabhāva), 10. Buah atau Hasil (phala), Catur Pramāṇa Nyāya Darśana dalam memecahkan ilmu pengetahuan memperguṇa kan 4 metoda pemecahan (Catur Pramāṇa) sebagai berikut : 1.Pratyakṣa Pramāṇa, 2.Anumāna Pramāṇa 3. Upamāṇa Pramāṇa 4.Śabda Pramāṇa Pokok-pokok ajaran Nyāya Darsana
1. Pramana adalah suatu jalan untuk mengetahui sesuatu
secara benar. 2. Prameya adalah sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan yang benar atau obyek dari pengetahuan yang benar, yaitu kenyataan. 3. Samsaya atau keragu-raguan terhadap suatu pernyataan yang tidak pasti. Keragu-raguan ini terjadi karena pandangan yang berbeda terhadap suatu obyek, sehingga pikiran tidak dapat memutuskan tentang wujud obyek itu dengan jelas. 4. Prayojana yaitu akhir penglihatan seseorang terhadap suatu benda yang menyebabkan kegagalan aktivitasnya untuk mendapatkan benda tersebut. 5. Drstanta atau suatu contoh yang berasal dari fakta yang berbeda sebagai gambaran yang umum. Hal ini biasa digunakan dan diperlukan dalam suatu diskusi untuk mendapatkan kesamaan pandangan. 6. Siddhanta atau cara mengajarkan sesuatu melalui satu sistem pengetahuan yang benar. Sistem pengetahuan yang benar adalah sistem Nyaya yang mengajarkan bahwa Atman atau jiwa itu adalah substansi yang memiliki kesadaran yang berbeda dengan hal-hal yang bersifat keduniawian. 7. Awaya atau berfikir yang sistematis melalui metode-metode ilmu pengetahuan. Berfikir yang sistematis akan melahirkan suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh rasio dan mendekati kenyataan. 8. Tarka atau alasan yang dikemukakan berdasarkan suatu hipotesa untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang benar. Ini adalah suatu perkiraan, sehingga kadang kala kesimpulan yang diperoleh bertentangan atau mendekati kenyataan yang sebenarnya. 9. Nirnaya adalah pengetahuan yang pasti tentang sesuatu yang diperoleh melalui metode ilmiah pengetahuan yang sah. 10. Wada adalah suatu diskusi yang didasari oleh perilaku yang baik dan garis pemikiran yang rasio untuk mendapatkan suatu kebenaran. 11. Jalpa adalah suatu diskusi yang dilakukan oleh suatu kelompok yang hanya untuk mencapai kemenangan atas yang lain, tetapi tidak mencoba untuk mencari kebenaran. 12. Witanda adalah sejenis perdebatan dimana lawan berdebat itu tidak mempertahankan posisi tetapi hanya melakukan penyangkalan atas apa yang dikatakan oleh lawan debatnya itu. 13. Hetwabhasa adalah suatu alasan yang kelihatannya masuk akal tetapi sebenarnya tidak atau dapat diartikan sebagai suatu kesimpulan yang salah. 14.Chala adalah suatu penjelasan yang tidak adil dalam suatu usaha untuk mempertentangkan suatu pernyataan antara maksud dan tujuan,jadi sesuatu yang perlu dipertanyakan. 15.Jati adalah suatu jawaban yang tidak adil yang didasarkan pada analogi yang salah. 16.Nigrahasthana adalah sesuatu kekalahan dalam berdebat. Terimakasih Om Shanti Shanti Shanti Om