Anda di halaman 1dari 11

KAKAWIN ARJUNA WIWAHA

Dosen pengampu : I Wayan Yudhasatya Dharma, S.Pd.B., M.Pd.

Mata Kuliah:
Bahasa Kawi

Disusun oleh:
I Putu Aditya Wiradana Putra (2212091002)

JURUSAN FILSAFAT TIMUR


FAKULTAS BRAHMA WIDYA
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR 2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan doa dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung kertha wara nugraha-Nya lah penulisan
makalah tugas individu Bahasa Kawi yang berjudul “ KAKAWIN ARJUNA WIWAHA” yang
saya buat dapat selesai tepat pada waktunya. Saya menyadari bahwa “tiada gading yang tak
retak”. Demikian pula halnya dengan makalah ini yang masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik bernada positif yang mengacu kearah
perbaikan demi kesempurnaannya. Semoga makalah sederhana ini dapat dijadikan sebagai
referensi, serta bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 15 November 2022

Penulis
I Putu Aditya Wiradana Putra

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
2.1 Sinopsis Kakawin Arjuna Wiwaha........................................................................................2
2.2 Piranti (device) Kakawin Arjuna Wiwaha.............................................................................2
2.3 Kajian Nilai dalam Kakawin Arjuna Wiwaha.......................................................................3
BAB III............................................................................................................................................7
PENUTUP.......................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kakawin merupakan salah satu karya sastra Bali purwa (yang berbahasa ) Jawa Kuna
yang berbentuk puisi dan diikat oleh konvensi guru laghu. Guru merupakan suara panjang
(dirgha), pelan, intonasi agak berat dan beralun. Laghu merupakan suara pendek, agak cepat,
intonasi ringan dan tidak terlalu beralun. Kakawin telah diciptakan sekitar abad ke-IX ketika
peradaban bahasa dan sastra Jawa kuna masih berlangsung di Jawa Tengah. Kakawin terus
berkembang mengikuti perkembangan politik dan kekuasaan di Jawa.

Kedekatan hubungan politik dan kekuasaan antara Jawa dengan Bali menjadi jendela
bagi menyebarnya kakawin ke Bali, seperti kakawin Ramayana, Arjuna Wiwaha, Bharatayudha,
Sutasoma, dan Siwaratri Kalpha, semuanya mendapat tempat yang terhormat pada masyarakat
Bali.
Kakawin Arjuna Wiwaha adalah kakawin pertama yang berasal dari Jawa Timur. Karya
sastra ini ditulis oleh Mpu Kanwa pada masa pemerintahan Prabu Airlangga, yang memerintah di
Jawa Timur dari tahun 1019 sampai dengan 1042 Masehi. Kakawin Arjuna Wiwaha terdiri atas
36 pupuh, 354 bait serta 24 macam metrum. Sedangkan kakawin ini diperkirakan selesai digubah
sekitar tahun 1030 dan disebut menggambarkan kehidupan Prabu Airlangga.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sinopsis Kakawin Arjuna Wiwaha ?
2. Bagaimana Piranti (device) Kakawin Arjuna Wiwaha ?
3. Bagaimana Kajian Nilai dalam Kakawin Arjuna Wiwaha ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sinopsis Kakawin Arjuna Wiwaha


Kakawin ini menceritakan sang Arjuna ketika ia bertapa di gunung Mahameru. Lalu ia
diuji oleh para Dewa, dengan dikirim tujuh bidadari. Bidadari ini diperintahkan untuk
menggodanya. Nama bidadari yang terkenal adalah Dewi Supraba dan Tilottama. Para bidadari
tidak berhasil menggoda Arjuna, maka Bhatara Indra datang sendiri menyamar menjadi seorang
Brahmana tua. Mereka berdiskusi soal agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan pergi. Lalu
setelah itu ada seekor babi yang datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Tetapi pada saat
yang bersamaan ada seorang pemburu yang bernama Kaerata datang dan juga memanah babi itu.
Ternyata pemburu ini adalah Bhatara Siwa. Setelah itu Arjuna dianugerahkan senjata Cadhu
Sakti Winimba Sara dan diberi tugas untuk membunuh Niwatakawaca, seorang raksasa yang
mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil dalam tugasnya dan diberi anugerah boleh mengawini
tujuh bidadari tersebut.

2.2 Piranti (device) Kakawin Arjuna Wiwaha


Piranti – piranti (device) yang digunakan sebagai penanda kesinambungan satuan – satuan
naratif dalam Kesatuan penceritaan adalah sebagai berikut:

a) Penanda Waktu
KAW Pupuh 13.2. mangkat ḍatĕng tolih arūm wulatnira
sīnambaying camara sangka ring gĕgĕr
pānawwang ing mrak panangisnikung alas
erang tininggal masaput-saput hima

2
b) Penanda Tempat

KAW Pupuh 13.1. Mamwit narendrâtmaja ring tapowana


mangañjali ry agraning Indraparwata
tan wEsmṛtî sangkanikang hayun ḍatĕng
swābhawa sang sajjana rakwa mangkana
KAW Pupuh 13.4.  bhāwiṣyati meh ḍatĕngêng surālaya
grāhādi nakṣatra kabeh paḍâkrama
tejomayâpūrwa kaḍatwaning langit
pamuktyaning janma sudhīra Subrata
KAW Pupuh 13.8.  kāton tikang Indrapada prabhāswara
wetan sakêng Meru marĕp mangambara
kūṭanya malwā gupuranya pat maṇik
kerangning āditya śaśangka nityaśa

2.3 Kajian Nilai dalam Kakawin Arjuna Wiwaha

Makna kesusastraan Bali dimaksudkan sebagai muatan, kandungan atau dalam ilmu
sastra diistilahkan dengan "nilai" dalam kesusastraan Bali. Terkait dengan hal itu, maka nilai -
nilai pada kesusastraan Bali merupakan pandangan - pandangan masyarakat Bali yang tercermin
dalam karya - karya sastra Bali. Pandangan tersebut berkenaan dengan hal - hal yang dianggap ,
"baik, pantas, atau sesuai " bagi ukuran normatif masyarakat Bali. Pandangan-pandangan
tersebut ditata sedemikian rupa oleh pengarang (sastrawan ; Mpu Kanwa ) dengan kepiawaian
yang dimiliki. Hal itulah selanjutnya ditangkap oleh pembaca sebagai suatu nilai. Dengan
demikian, maka nilai – nilai pada kesusastraan Bali pada dasarnya seluruh aspek kehidupan..

Dalam Kakawin Arjuna Wiwaha mengandung banyak nilai - nilai kehidupan. Pada
Kakawin Arjuna Wiwaha juga banyak mengandung nilai – nilai kehidupan antara lain adalah
nilai religius (keagamaan) , nilai sosial.

3
a) Nilai Religius ( Keagamaan ) dalam Kakawin Arjuna Wiwaha
Dalam agama Hindu di Bali pelaksanaan kegiatan upacara keagamaan berpe- doman pada
pañca yajña. Fungsi religius dalam Kakawin Arjuna wiwāha berkaitan erat dengan upacara
keagamaan di Bali yang berhubungan dengan dewa yajña dan pitra yajña. Beberapa kutipan
dari Ka- kawin Arjuna wiwāha selalu mengiringi upacara Dewa Yajña dan Pitra Yajña,
seperti dalam pupuh X.1-2, XI.1-2 dan XII.1-3 sering dipakai untuk mengiringi Dewa Yajña.
Sedangkan untuk mengiringi pitra yajña sering dipakai pupuh XIII.1-10, XIX.1-9.

Ajaran Karmaphala merupakan kontrol dari manusia untuk selalu melakukan dan
menanamkan perbuatan- perbuatan baik yang berguna untuk mem- perbaiki kehidupan
sebagai hakekat dari tujuan utama manusia dilahirkan. Seperti tersirat di dalam
Sarasamuccaya Sloka 2 dan 3 berikut: "Ri sakwehning sarwa bhuta, iking janma wwang juga
wenang gumawayaken ikang subha asubhakarma, kuneng panentasakena ring subhakarma
juga ikang asubhakarma phalaning dadi wwang" (Menaka, 1985:17) (diantara semua
makhluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah, yang dapat melaksanakan
perbuatan baik ataupun buruk, leburlah ke dalam perbuatan baik, segala perbuatan yang
buruk itu, demikianlah gunanya menjadi manusia). "apan iking dadi wwang, uttama juga ya,
nimittaning mangkana, wenang ya tumulung awaknya sangkeng sengsara, makasadhanang
subhakarma, hinganing kottamaning dadi wwang ika" (Menaka, 1985:21). (menjelma
menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama, sebabnya demikian, karena ia dapat
menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat
baik, demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia). lahiran itu adalah suatu
anugrah dan juga suatu musibah bagi mereka yang mengerti arti dari kelahiran itu sendiri.
Anugrah jika kita mampu memahami kelahiran kembali ini merupakan alat untuk mencapai
kesempurnaan (moksa), dan musibah karena kelahiran kita merupakan alat untuk menerima
pahala-pahala kita yang belum sempat kita nikmati pada masa kehidupan sebelumnya, dan
akan lebih parah lagi jika dalam kehidupan ini kita tidak mampu berbuat baik. Karmaphala
sebagai ajaran dasar pengendalian diri merupakan ajaran pokok untuk memperbaiki moral
dan etika manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan memahami hakekat tentang
karmaphala, maka manusia tidak akan mungkin untuk melakukan perbuatan- perbuatan
tercela yang jelas-jelas keluar dari ajaran agama dan menyebabkan keru- gian, kehancuran
bagi orang lain. Semua karma (perbuatan) yang kita lakukan tidak bisa telepas dari pahala

4
yang akan kita dapatkan. Pahala yang nantinya akan kita dapatkan tidak dapat ditebus oleh
apapun. Hal inilah yangmenyebabkan umat Hindu yang memahami ajaran karmaphala akan
selalu berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Berpikir akan dampak yang akan
didapatkan dan mengerti kalau dam- pak atau akibat dari perbuatan kita tidak bisa dihindari.
Ajaran hukum karma dalam Kakawin Arjuna wiwāha diuraikan dalam beberapa bait sebagai
berikut: “Hana mara janma tan papihutang brata yoga tapa/ angetul aminta wīrya sukaning
widhi sāhasika/ binalikakên purihnnnika lêwih tinêmunya lara/ sinakitaning rajah tamah
inaņdêhaning prihati//” (AW.XII.5) (Ada pula orang yang tidak berpiutang bra- ta, yoga dan
tapa, tak tahu malu minta keunggulan, perkenan Yang Maha Kuasa dengan paksa,
dibalikkanlah keadaannya, lebih lagi derita ditemuinya, dianiaya oleh nafsu angkara dan
kelembaman, ditindih oleh kesedihan). “Kadi hana pūrwa karma dinalih sang akarya hayu/
ulah apageh magegwana rasâgama budhi têpêt/ ya juga sudhīra munggu ri manah nira sang
nipuņa/ karaņanikang sukhā bhyudaya niskala yan katêmu//” (AW.XII.6). (Bagaikan ada
karma dahulu kala diduga oleh dia yang berbuat kebaikan, prilaku teguh hendak memegang
intisari agama, pikiran lurus, itulah yang teguh bersema- yam di hati orang yang unggul,
itulah men- jadi sebab tambahnya bahagia di alam sunya bila tercapai). “Syapa kari tan
têmung hayu masādana sarwa hayu/ nyata katêmwaning hala masādhana sarwa hala/ twas
alisuh manangśaya purākŗta tâpa tinūt/ sakaharêpan kasidha maka darśana paņdusuta//”
(AW.XII.7). (Siapa pula yang tidak menemukan kebaikan dengan menjalani kebaikan?
Jelaslah kejahatan ditemui dengan menjalani segala kejahatan, hasilnya akan
menghawatirkan karma dahulu,segala yang kau kehendaki terlaksana dengan meneladani
sang Arjuna.

b) Nilai Sosial dalam Kakawin Arjuna Wiwaha

Nilai sosial yang terkandung dalam Kakawin Arjuna wiwāha ini mengajarkan untuk
saling tolong menolong dan penuh belas kasih dapat dicontohkan melalui karakter dari
Arjuna menolong Indraloka dari serangan Niwatakawaca. Melalui penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari baik untuk individu maupun masyarakat atas dasar bhakti atau dengan
ketulusan maka niscaya akan terjalin kebersamaan dan keharmonisan.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kakawin Arjuna wiwāha adalah sebuah karya sastra Jawa Kuna dalam bentuk kakawin.
Kakawin adalah syair dalam bahasa Jawa Kuna dengan metrum yang berasal dari India. Setiap
bait Kakawin memiliki empat larik dengan jumlah suku kata yang sama. Kakawin diikat oleh
aturan wreta dan matra. Wreta adalah banyak bilangan suku kata dalam tiap carik atau baris,
sedangkan matra adalah syarat letak guru dan laghu (berat ringan atau panjang pendeknya suara)
dalam tiap-tiap wreta.

Fungsi ajaran Kakawin Arjuna wiwāha Fungsi Religius Kakawin Arjuna wiwāha berkaitan erat
dengan upacara keagamaan di Bali yang berhubungan dengan dewa yajña dan pitra yajna. Fungsi
Pembebasan yakni membebaskan kahyangan dari serangan Niwatakawaca. Fungsi sosial
mengajarkan untuk saling to- long menolong dan penuh belas kasih dapat dicontohkan melalui
karakter dari Arjuna menolong Indraloka dari serangan Niwatakawaca.

6
DAFTAR PUSTAKA
Agastia, IBG. 1982. Membaca dan Memahami Kakawin Śiwarātrikalpa (Lubdhaka)
karya Mpu Tanakung. Denpasar: Wyāsa Sanggraha.

Menaka, I Made. 1985. Sarasamuchaya. Singaraja: Indra Jaya.

Pudja, G. M.A, SH. dkk, 1983. Tattwa Darsana. Denpasar: CV. Nusa Jaya Indah.

Putra, IGAG, Drs dkk. 1988. Wrehaspati Tattwa. Denpasar: Paramita. Soebadio, Haryati.
1985. Jñānasidhanta. Jakarta:Djambatan

Suamba, IB Putu. 2015. Yoga Sūtra Patañjali. Denpasar: Widya Dharma

Sura, I Gede, dkk. 1991. Bhuwana Kosa Alih Akasara dan Alih Bahasa. Denpasar: Pusat
Dokumentasi Provinsi Bali.

Suarka I Nyoman 2009. Telaah Sastra Kakawin. Denpasar: Pustaka Larasan.

Suhardana, KM. 2009. Panca Sraddha (Lima Keyakinan Umat Hindu. Surabaya):
Paramita

Tim Penyusun. 1999. Kakawin Arjuna Wiwaha. Denpasar: Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Bali

Wiryamartana, I Kuntara. 1990. Arjunawiwāha Transformasi Teks Jawa Kuna Lewat


Tanggapan Dan Pencip- taan di Lingkungan Sastra Jawa Ku- na. Yogyakarta: Duta Wacana Uni-
versity Press.

Zoetmulder, PJ .1985. Kalanguan Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang. Penerjemah


Dick Hartoko Sj. Jakarta: Djambatan.

7
8

Anda mungkin juga menyukai