Anda di halaman 1dari 1

Agama Hindu merupakan sistem kepercayaan yang kaya, mencakup keyakinan yang bersifat

monoteisme, politeisme, panenteisme, panteisme, monisme, dan ateisme.[154][155][156][157] Konsep


ketuhanannya bersifat kompleks dan bergantung pada nurani setiap umatnya atau pada tradisi dan
filsafat yang diikuti. Kadang kala agama Hindu dikatakan bersifat henoteisme (melakukan pemujaan
terhadap satu Tuhan, sekaligus mengakui keberadaan para dewa), tapi istilah-istilah demikian hanyalah
suatu generalisasi berlebihan.[158]

Mazhab Wedanta dan Nyaya menyatakan bahwa karma itu sendiri telah membuktikan keberadaan
Tuhan.[159] Nyaya merupakan suatu perguruan logika, sehingga menarik kesimpulan "logis" bahwa
[keberadaan] alam semesta hanyalah suatu "akibat", maka pasti ada suatu "penyebab" di balik
semuanya.[160]

Agama Hindu mengandung suatu konsep filosofis yang disebut Brahman, yang sering didefinisikan
sebagai kenyataan sejati, esensi bagi segala hal, atau sukma alam semesta yang menjadi asal usul serta
sandaran bagi segala sesuatu dan fenomena.[161] Tetapi, umat Hindu tidak menyembah Brahman
secara harfiah. Pada zaman Brahmanisme, Brahman adalah istilah yang disematkan bagi suatu kekuatan
yang membuat yadnya (upacara) menjadi efektif, yaitu kekuatan spiritual dari ucapan-ucapan suci yang
dirapalkan para ahli Weda, sehingga mereka disebut brahmana.[162] Kadang kala, Brahman dipandang
sebagai Yang Mahamutlak atau Mahakuasa, atau asas ilahi bagi segala materi, energi, waktu, ruang,
benda, dan sesuatu di dalam atau di luar alam semesta. Sebagai hasil dari berbagai kontemplasi tentang
Brahman, maka Ia dapat dipandang sebagai Tuhan dengan atribut (Saguna-brahman), Tuhan tanpa
atribut (Nirguna-brahman), dan/atau Tuhan Mahakuasa (Parabrahman), tergantung mazhab dan aliran.

Mazhab dan aliran Hindu-dualistis—seperti Dwaita dan tradisi Bhakti—menyembah Tuhan yang
berkepribadian (memiliki guna atau "atribut ketuhanan", yaitu supremasi dari sifat-sifat baik manusia
seperti Maha-penyayang, Maha-pemurah, Maha-pelindung, dan sebagainya), sehingga mereka
memujanya dengan nama Wisnu, Siwa, Dewi, Dewata, Batara, dan lain-lain, tergantung aliran masing-
masing. Dalam tradisi Hindu pada umumnya, Tuhan yang dipandang sebagai zat mahakuasa dengan
supremasi dari sifat baik manusia—daripada dianggap sebagai asas semesta yang tak terbatas—disebut
Iswara, Bhagawan, atau Parameswara.[163] Meski demikian, ada beragam penafsiran tentang Iswara,
mulai dari keyakinan bahwa Iswara sesungguhnya tiada—sebagaimana ajaran Mimamsa—sampai
pengertian bahwa Brahman dan Iswara sesungguhnya tunggal, sebagaimana yang diajarkan mazhab
Adwaita.[164] Dalam banyak tradisi Waisnawa, Ia disebut Wisnu, sedangkan kitab Waisnawa
menyebutnya sebagai Kresna, dan kadang kala menyebutnya Swayam Bhagawan. Sementara itu, dalam
aliran Sakta, Ia disebut Dewi atau Adiparasakti, sedangkan dalam aliran Saiwa, Ia disebut Siwa. Ajaran
Smarta yang monistis memandang bahwa seluruh nama-nama ilahi seperti Wisnu, Siwa, Ganesa, Sakti,
Surya, dan Skanda sesungguhnya manifestasi dari Brahman yang Maha Esa.

Anda mungkin juga menyukai