Selain itu, secara minoritas ada yang menganut Agama Islam, Agama
Kong Hu Cu. Dengan demikian, agar perayaan Hari Raya Nyepi dapat berlangsung serempak dan hikmad
di seluruh pelosok Bali maka Parisada
(1952), charter adalah pranata-pranata yang terdiri atas kompleks nilaibudaya dan norma-norma yang
menata dan mengatur tingkah laku manusia. Pedoman umum (charter) itu sebagai hasil persetujuan
bersama
tokoh-tokoh agama Hindu yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan Hari Raya Nyepi
tersebut. Selain itu, Malinowski (1952) menegaskan pula bahwa setiap tindakan manusia dapat
berfungsi untuk
hal ini, makna dan fungsi upacara pada Hari Raya Nyepi dikaji dengan
menggunakan sesaji (sesajen). Dalam penelitian ini, sesaji yang digunakan oleh komunitas Hindu di Bali
dipandang sebagai simbol. Oleh karena
itu, seorang ahli filsafat bernama Ernst Cassirer (1984: 23) menyebutkan
bahwa manusia sebagai “animal symbolicum”, atau binatang yang mengenal simbol. Dalam hal ini,
ditegaskan manusia tidak pernah melihat,
berbagai simbol1
. Kenyataannya adalah selalu lebih daripada hanya tumpukan fakta-fakta tetapi ia mempunyai makna
yang bersifat kejiwaan, di
mana baginya di dalam simbol terkandung unsur pembebasan dan perluasan pemandangan. Manusia
membuat jarak antara apa yang tampak