AGAMA HINDU
NIM : 2311031429
Absen : 39
Kelas : A2 Bangli
PENDAHULUAN
Wasa telah berubah menjadi arogansi peninggian status sosial belaka. Apalagi
etika Hindunya (Susila) tidak mencerminkan sikap yang baik. Hal ini tentu
menjadi kekeliruan yang harus dibenahi. Seharusnya Tri Kerangka Dasar Agama
Hindu harus sejalan dan berkorelasi satu sama lain, yaitu antara Tattwa, Susila,
dan juga Acara sehingga tercipta keselarasan dan keseimbangan umat manusia
dalam menghadapi pengaruh mederninasi. Tri Kerangka Dasar inilah yang
dijadikan sebaga fondasi utama yang kokoh dalam menghadapi tantangan zaman
yang terus berkembang.
1. 2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, bahwa dapat di simpulkan bahwa
Rumusan Masalah dari paper berikut ini :
1. Jelaskan apa pengertian dari tiga kerangka dasar dalam Agama Hindu?
2. Sebutkan dan jelaskan apa saja bagian- bagian dari tiga kerangka dasar
dalam Agama Hindu?
1. 3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, bahwa dapat di simpulkan bahwa Tujuan
Penulisan dari paper ini adalah sebagai berikut :
PEMBAHASAN
Ācarā atau ritual merupakan kulit luar yang nampak sangat jelas dalam
aktivitas keagamaan umat Hindu secara umum dan di Bali khususnya. Secara
umum dalam pelaksanaan ritual keagamaan umat Hindu senantiasa menyertakan
persembahan berupa upakara sebagai wujud rasa bhakti kehadapan Hyang Widhi
Wasa dengan segala manifestasiNya. Selain itu, upakara sendiri merupakan media
penerapan ajaran agama. Wiana di dalam bukunya menjelaskan bahwa demikian
juga halnya dengan upacara dan upakara agama Hindu sebagai media penerapan
5
Sanatana Dharma menjadi tradisi yang disebut ācarā agama Hindu. Upacara dan
upakara agama Hindu itu adalah salah satu wujud dari acara agama Hindu. Salah
satu unsur dari upacara agama Hindu itu adalah banten dalam tradisi agama Hindu
di Bali (Wiana, 2009).
Sangat jelas disini, Tri Kerangka Dasar agama Hindu antara satu dengan
lainnya saling terikat dan berhubungan.Tattwa menjadi landasan teologis dari
semua bentuk pelaksanaan ajaran agama Hindu. Susila menjadi landasan etis dari
semua perilaku umat Hindu dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia,
dan dengan alam lingkungannya. Sedangkan acara menjadi landasan prilaku
keagamaan, tradisi, dan kebudayaan religius. Acara mengimplementasikan tattwa
dan susila dalam wujud tata keberagamaan yang lebih riil dalam dimensi
kebudayaan. Tanpa adanya acara, agama hanyalah seperangkat ajaran yang tidak
akan nampak dalam dunia fenomenal. Secara sosio-antropologis, acara menjadi
identitas suatu agama karena ia melembaga dalam sebuah sistem tindakan.
Sebaliknya, tattwa (Ketuhanan) sangat abstrak sifatnya, demikian halnya dengan
susila yang tidak hanya dibentuk oleh agama, melainkan juga oleh tradisi, adat,
kebiasaan, tata nilai dan norma-norma social (Somawati & Diantary, 2021).
a) Tattwa (filsafat)
Tattwa adalah inti kebenaran dasar agama Hindu yang mengandung cara
dalam melaksanakan ajaran agama dengan mendalami pengetahuan dan filsafat
agama. Tattwa merupakan hal yang penting dalam membangun kepercayaan dan
keyakinan terhadap keberadaan Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dasar
keyakinan ini mencakup lima hal yang disebut Panca Sradha. Dengan memaknai
Tattwa sebagai bentuk keyakinan bahwa Tuhan adalah maha segalanya, maka
akan membuat manusia untuk hidup berdampingan, saling menjaga dan
mengasihi, baik kepada manusia maupun kepada ciptaan Tuhan lainnya.
dasar kebenaran yang sangat kokoh karena masuk akal dan konseptual. Konsep
pencarian kebenaran yang hakiki di dalam Hindu diuraikan dalam ajaran filsafat
yang disebut Tattwa. Tattwa dalam Agama Hindu dapat diserap sepenuhnya oleh
pikiran manusia melalui beberapa cara dan pendekatan yang disebut Pramana.
Ada 3 (tiga) cara penyerapan pokok yang disebut Tri Pramana. Tri Pramana ini
adalah tiga cara untuk memperoleh pengetahuan, antara lain :
Tri Pramana ini, menyebabkan akal budi dan pengertian manusia dapat
menerima kebenaran hakiki dalam tattwa, sehingga berkembang menjadi
keyakinan dan kepercayaan. Kepercayaan dan keyakinan dalam Hindu disebut
dengan sradha. Dalam Hindu, sradha dibagi menjadi 5 (lima) esensi, disebut
Panca Sradha. Panca sradha adlah 5 keyakinan dalamagama hindu, yang mana
bagian-bagiannya adalah sebagai berikut :
b) Susila (etika)
Kata Susila terdiri dari dua suku kata: "Su" dan "Sila". "Su" berarti baik,
indah, harmonis. "Sila" berarti perilaku, tata laku. Jadi Susila adalah tingkah laku
manusia yang baik terpancar sebagai cermin obyektif kalbunya dalam
mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Jadi, pengertian Susila menurut
pandangan Agama Hindu adalah tingkah laku hubungan timbal balik yang selaras
dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta (lingkungan) yang
berlandaskan atas korban suci (Yadnya), keikhlasan dan kasih sayang.
Pola hubungan tersebut berprinsip pada ajaran Tat Twam Asi (Iaadalah
engkau) mengandung makna bahwa hidup segala makhluk sama,menolong orang
lain berarti menolong diri sendiri, dan sebaliknya menyakitiorang lain berarti pula
menyakiti diri sendiri. Jiwa sosial demikian diresapioleh sinar tuntunan kesucian
Hyang Widi dan sama sekali bukan atas dasarpamrih kebendaan. Dalam hubungan
ajaran susila beberapa aspek ajaran sebagai upaya penerapannya sehari-hari
diuraikan lagi secara lebih terperinci.
10
1. Tri Kaya Parisudha adalah tiga jenis perbuatan yang merupakan landasan
ajaran Etika Agama Hindu yang dipedomani oleh setiap individu guna
mencapai kesempurnaan dan kesucian hidupnya.
2. Panca Yama dan Nyama Bratha adalah lima kebaikan yang harusdilakukan
dan lima keburukan yang harus dipantang.
3. Tri Mala adalah tiga sifat buruk yang dapat meracuni budi manusia yang
harus diwaspadai dan diredam sampai sekecil-kecilnya.
4. Sad Ripu adalah enam musuh yang di dalam diri manusia yang selalu
menggoda, yang mengakibatkan ketidakstabilan emosi.
5. Catur Asrama adalah empat tingkat kehidupan manusia dalam Agama
Hindu, disesuaikan dengan tahapan-tahapan jenjang kehidupan yang
mempengaruhi prioritas kewajiban menunaikan dharmanya.
6. Catur Purusa Artha adalah empat dasar tujuan hidup manusia.
7. Catur Warna adalah empat pilihan hidup atau empat pembagian dalam
kehidupan berdasarkan atas bakat (guna) dan ketrampilan (karma)
seseorang.
8. Catur Guru adalah empat kepribadian yang harus dihormati oleh setiap
orang Hindu.
c) Acara (pelaksanaan/yadnya)
yang tulus ikhlas ditujukan untuk memperoleh kedamaian dan keharmonisan alam
semesta karena umat Hindu mempunyai keyakinan bahwa dirinya adalah bagian
dari alam semesta tersebut. Upacara tidak hanya berfokus pada pelaksanaan
persembahan atau ritual saja, tetapi juga pada proses mempersiapkan ritual
tersebut, baik sarana dan prasarana yang tentunya akan melibatkan banyak orang
yang berbeda dalam keyakinan, sehingga umat Hindu harus mempunyai dasar
bagaimana bertingkah laku yang baik yang akan membuat hidup damai dan
sejahtera bagi umat hindu dan umat yang lain.
Agama Hindu banyak sekali mempunyai hari raya. Semua hari raya itu
mengingatkan umat-Nya untuk mendekatkan diri ke hadapan Hyang Widhi Wasa
memohon keselamatan dan tuntunan kehidupan, karena pada dasarnya semua
yang ada itu adalah merupakan ciptaan Beliau. Manusia sebagai makhluk hidup
yang paling sempurna dan tinggi tingkatannya, bila di bandingkan dengan sesama
ciptaan-Nya, memegang peranan yang amat penting, yaitu sebagai subyek yang
menciptakan keharmonisan dalam kehidupannya.
Keharmonisan dimaksud adalah berupa keseimbangan antara lahir dan
bathin. Dalam ajaran agama Hindu, hal ini dilaksanakan melalui upacara. Upacara
merupakan salah satu kerangka dari agama Hindu yang paling jelas kegiatannya
dapat disaksikan dimasyarakat. Pelaksanakan upacara tidak dapat dipisahkan
dengan etika (susila) dan tattwa (filsafat). Karena ketiga kerangka agama itu
merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh. Semua agama mempunyai upacara.
Tanpa upacara, maka kegiatan agama itu tidak akan tampak kehidupannya
dimasyarakat. Upacara dalam agama Hindu, adalah merupakan rangkaian
kegiatan manusia dalam usaha menghubungkan diri dengan Hyang Widhi Wasa
guna memohon tuntunan hidup dan keselamatan secara lahir dan bathin. Dalam
pelaksanaan upacara-upacara tersebut, dilengkapi dengan upakara, banten, atau
sesajen, yang fungsinya sebagai sarana konsentrasi atau pemusatan pikiran, karena
telah diyakini bahwa kemampuan manusia sangat terbatasadanya. Semua jenis
upakara mengandung makna simbolis filosofis yang tinggi dan mendalam, bila di
kaji secara mendalam lagi. Dalam (Bhagawadgita.IX.26) dijelaskan bahwa
“patram puspam phalam toyam yo me bhaktyã prayacchati, tad aham
12
Yadnya adalah suatu karya suci yang dilaksanakan dengan ikhlas karena
getaran jiwa atau rohani dalam kehidupan ini berdasarkan dharma, sesuai ajaran
sastra suci Hindu yang ada (Weda). Yadnya dapat pula diartikan memuja,
menghormati, berkorban, mengabdi, berbuat baik (kebajikan), pemberian, dan
penyerahan dengan penuh kerelaan (tulus ikhlas) berupa apa yang dimiliki demi
kesejahteraan serta kesempurnaan hidup bersama dan kemahamuliaan Sang
Hyang Widhi Wasa. Di dalamnya terkandung nilai-nilai :
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tri kerangka dasar agama hindu merupakan tiga hal yang harus dijalankan
oleh umat Hindu khususnya di Bali. Tiga hal inilah yang menjadi dasar umat
Hindu dalam menjalani kehidupan beragama. Ketiganya yaitu Tattwa, Susila dan
Acara atau Ritual. Tattwa dan Susila menjiwai jalannya suatu upacara atau ritual
dengan kata lain upacara atau ritual merupakan wujud visualisasi dari tattwa dan
Susila dalam ajaran agama hindu. Upacara dalam hal ini adalah upacara yadnya,
upacara yang dilaksanakan dengan rasa tulus iklas atau korban suci yang
dilaksanakan dengan tulus iklas. Landasan kebenaran dari pelaksanaan yadnya
haruslah berdasarkan tattwa dari yadnya tersebut. Dimana tattwa yadnya tertuang
dalam susastra suci Hindu yang kebenarannya bersifat mutlak dan tak
terbantahkan. Dalam pelaksanaan yadnya juga harus dilakukan dengan
berpedoman pada ajaran Susila Hindu, agar yadnya yang dilaksanakan benar-
benar penuh dengan rasa tulus iklas tanpa pamrih. Filsafat dalam agama hindu
disebut dengan Tattwa, jadi tattwa yadnya dalam masyarakat Hindu di Bali adalah
Siwa Tattwa. Ajaran Siwatattwa dijabarkan dalam konsep Panca Sraddha, yaitu
lima sistem kepercayaan agama Hindu yang lebih tepat dikategorikan sebagai
tattwa, Panca Sradha dipercaya, diimani, dan dijadikan pedoman perilaku
keagamaan umat Hindu di Bali. Tatwa atau esensi dari yadnya yang kita lakukan
adalah bertolak ukur dari diri sendiri. Jika manusia mampu untuk mengendalikan
pikiran dan tindakan serta dapat menolong orang yang sedang kesusahan adalah
besar yadnya tersebut.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://materiagamahindu.blogspot.co.id/2014/09/catur-marga-yoga.html