Anda di halaman 1dari 3

Om Swastyastu. Om Awighnam Astu Namo Sidham.

Sebagai umat beragama yang mendapat warisan dari leluhur, yaitu agama hindu, yang
merupakan pegangan pokok dalam kehidupan, dalam bersikap, berfikir, dan berbicara,
menurut tata susila, sudah sepantasnyalah kita mengetahui dan bisa menjalankan konsep
konsep beragama sehingga tidak mudah terpapar dengan ajaran ataupun aliran lain, yang
bisa menyesatkan jalan hidup sebagai manusia.

Agar kita bisa mewarisi dan mempertahankan nilai luhur agama Hindu yang sudah
mengakar di Jawa yang diwadahi dengan adat dan tradisi yang kuat, maka prinsip-prinsip
dasar beragama Hindu harus diketahui dan kuasai lalu diterjemahkan dalam kehidupan
sehari-hari.

Agama Hindu sangat bisa menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan. Agama Hindu
mengajarkan untuk menghargai budaya lokal.

Para umat sedharma. Konsep dasar agama yang harus kita gunakan sebagai landasan pokok
adalah ajaran agama Hindu pada dasarnya memberikan tuntunan kepada pemeluknya
tentang tiga hal, yaitu: 1) hakikat kehidupan dalam agama hindu disebut Tatwa; 2)
Tuntunan prilaku sosial dalam kehidupan, dalam agama Hindu disebut Susila; dan 3)
Tatacara pelaksanaan ibadah dalam agama Hindu yang disebut Upacara.

Ini menjadi bagian dalam pelaksanaan upacara yadnya dalam kehidupan beragama.

Dalam agama Hindu, ketiga tuntunan tersebut dirumuskan menjadi tiga kerangka dasar
agama Hindu.

Tiga kerangka dasar tersebut adalah: Tattwa (berkaitan dengan keyakinan atau srada),
Susila (berkaitan dengan tata hubungan dan prilaku baik dan buruk, benar dan salah, boleh
dan tidak boleh), dan Acara (menyangkut bhakti dalam upacara yadnya).

Dalam pelaksanaannya, tiga kerangka dasar agama Hindu ini menjadi satu kesatuan yang
utuh. Untuk memudahkan pemahaman, dapat dinyatakan sebagai berikut. Pertama, dalam
memahami dan melaksanakan tatwa, patut bersusila dan berupacara. Kedua, dalam
memahami dan melaksanakan susila, patut bertattwa dan berupacara. Ketiga, dalam
memahami dan melaksanakan upacara patut bertattwa dan bersusila

I. Tattwa (Filsafat)

Sebenarnya agama Hindu mempunyai kerangka dasar kebenaran yang sangat kokoh karena
masuk akal dan konseptual. Konsep pencarian kebenaran yang hakiki di dalam Hindu
diuraikan dalam ajaran filsafat yang disebut Tattwa. Tattwa dalam agama Hindu dapat
diserap sepenuhnya oleh pikiran manusia melalui beberapa cara dan pendekatan yang
disebut Pramana.
Ada tiga cara penyerapan pokok yang disebut Tri Pramana. Pertama, Pretyaksa Premana.
Yaitu, cara mendapatkan ilmu pengetahuan dengan melakukan pengamatan langsung di
tempat kejadian. Kedua, Anumana Premana. Yaitu, cara mendapatkan ilmu pengetahuan
dengan melihat gejala – gejala yang ada. Ketiga, Agama Premana. Yaitu, cara
mendapatkan ilmu pengetahuan dengan jalan mempelajari kitab suci dan mendengarkan
petunjuk – petunjuk dari orang yang dapat dipercaya kebenarannya.

Tri Pramana ini, menyebabkan akal budi dan pengertian manusia dapat menerima
kebenaran hakiki dalam Tattwa, sehingga berkembang menjadi keyakinan dan kepercayaan.
Kepercayaan dan keyakinan dalam Hindu disebut dengan Sradha. Dalam Hindu, Sradha
disarikan menjadi lima esensi, disebut Panca Sradha, yaitu:

1. Yakin dan percaya dengan Sang Hyang Widhi

2. Yakin dan percaya dengan adanya Atman

3. Yakin dan percaya dengan adanya hukum karma phala

4. Yakin dan percaya dengan adanya / punarbawa

5. Yakin percaya dengn adanya moksa

Berbekal Panca Sradha yang diserap menggunakan Tri Pramana ini, perjalanan hidup
seorang Hindu menuju ke satu tujuan yang pasti. Yaitu, ke arah kesempurnaan lahir dan
batin, Jagadhita dan Moksa.

II. Susila/Etika

Istilah Susila terdiri dari dua suku kata: “Su” dan “Sila”. “Su” berarti baik, indah, harmonis.
“Sila” berarti perilaku, tata laku. Jadi Susila adalah tingkah laku manusia yang baik,
terpancar sebagai cermin obyektif kalbunya dalam mengadakan hubungan dengan
lingkungannya.

Pengertian Susila menurut pandangan Agama Hindu adalah tingkah laku hubungan timbal
balik yang selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta (lingkungan)
yang berlandaskan atas korban suci (Yadnya), keikhlasan dan kasih sayang.

Pola hubungan tersebut adalah berprinsip pada ajaran Tat Twam Asi (Ia adalah engkau).
Ajaran ini mengandung makna bahwa hidup segala makhluk sama, menolong orang lain
berarti menolong diri sendiri, dan sebaliknya menyakiti orang lain berarti pula menyakiti
diri sendiri. Jiwa sosial demikian diresapi oleh sinar tuntunan kesucian Tuhan dan sama
sekali bukan atas dasar pamrih kebendaan.
Biasanya hambatan kita untuk menjalankan tata susila/etika adalah masih bersemayamnya
perbuatan jahat, baik dari luar maupun dari dalam. Dari luar ada sad ripu, sad atatayi, dan
sapta timira. Untuk menetralisir kejahatan ini, dengan ajaran Tri kaya parisuda yaitu tiga
jenis perbuatan yang merupakan landasan ajaran Etika Agama Hindu yang dipedomani oleh
setiap individu guna mencapai kesempurnaan dan kesucian hidupnya. Ketiganya adalah
kayika, wacika, manacika (berbuat yang baik, berkata yang baik, berpikir yang baik).

III. Acara/Upakara

Yadnya adalah suatu karya suci yang dilaksanakan dengan ikhlas karena getaran
jiwa/rohani dalam kehidupan ini berdasarkan dharma, sesuai ajaran sastra suci Hindu yang
ada (Weda). Yadnya dapat pula diartikan memuja, menghormati, berkorban, mengabdi,
berbuat baik (kebajikan), pemberian, dan penyerahan dengan penuh kerelaan (tulus ikhlas)
berupa apa yang dimiliki demi kesejahteraan serta kesempurnaan hidup bersama dan
kemahamuliaan Sang Hyang Widhi Wasa.

Di dalamnya terkandung nilai-nilai tentang asa tulus ikhlas dan kesucian serta rasa bakti
dan memuja (menghormati) Sang Hyang Widhi Wasa, Dewa, Bhatara, Leluhur, Negara dan
Bangsa, dan kemanusiaan.

Di dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan masing- masing menurut tempat


(desa), waktu (kala), dan keadaan (patra). Suatu ajaran dan Catur Weda yang merupakan
sumber ilmu pengetahuan suci dan kebenaran yang abadi.

Selain dari tri kerangka dasar agama Hindu, ada hal lain yang harus juga diperhatikan untuk
meyakinkan bahwa konsep dasar beragama sangat memegang peranan. Di antara konsep
dasar beragama itu adalah Satyam (Kebenaran), Dharma (Kebijakan), Seva (Pelayanan),
Santih (Kedamaian), Ahimsa (Tanpa kekerasan), dan Prema (Cinta-kasih).

Misi keagamaan dalam ajaran Hindu adalah menyampaikan nilai-nilai kebenaran yang
bersifat universal. Misalnya, etika hidup, moralitas, mewujudkan kesejahteraan dunia
(Jagadhita), pembebasan jiwa dari belenggu maya (Duniawi), dan untuk mencapai
kedamaian abadi (Moksa)

Semoga pelita dharma ini bisa menjadi pelita untuk menerangi diri, sehingga sisi gelap
akan menjadi terang.

Anda mungkin juga menyukai