Oleh
I Komang Romi Agustina
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja
Email: romibeatbox8@gmail.com
Abstract
The writing of this research journal is designed to find out the practice of tattwa
teachings through the application of Tri Kaya Parisudha by Hindus, especially Hindus in
Bali. The research method used in writing this journal is a descriptive qualitative method.
where in this case setting conditions and situations as direct data using a phenomenological
approach. The results of this study indicate that to be able to apply tattwa teachings well in
daily life, it must be based on good human behavior which in Hinduism is called Tri Kaya
Parisudha or Three purified human behaviors including manacika, wacika, kayika. However,
in writing this journal, it will be more inclined towards the application of tattwa teachings
where tatwa is a philosophy of truth, we believe that by having and applying the three
purified behaviors (Tri Kaya Parisudha) the practice of tatwa teachings will be very easy to
do. In Bali, for Hindus, Tri Kaya Parisudha is considered a basis in every activity, from daily
activities to religious ceremonies.
Keyword: Tattwa, Tri kaya Parisudha, Application
Abstrak
Penulisan jurnal penelitian ini adalah dirancang untuk mengetahui pengamalan ajaran
tattwa melalui penerapa Tri Kaya Parisudha oleh umat Hindu terutama umat hindu di Bali.
Metode penelitian yang digunakan pada penulisan jurnal ini adalah metode kualitatif
deskriptif. dimana dalam hal ini setting kondisi dan situasi sebagai data langsung
menggunakan pendekatan fenomenologis. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwasanya
untuk bisa menerapkan ajaran tattwa dengan baik di kehidupan sehari-hari haruslah didasari
dengan sikap prilaku manusia yang baik dimana dalam agama hindu disebut Tri Kaya
Parisudha atau Tiga prilaku manusia yang disucikan mencakup manacika, wacika, kayika.
Namun pada penulisan jurnal ini akan lebih cenderung ke arah penerapan ajaran tatwa
dimana tatwa merupakan sebuah filosofi kebenaran, kita mempercayai bahwa dengan
memiliki dan menerapkan ketiga prilaku yang disucikan (Tri Kaya Parisudha) tersebut
pengamalan ajaran tatwa akan sangat mudah untuk dilakukan. Di Bali sendiri bagi umat
hindu Tri Kaya Parisudha dianggap sebagai sebuah dasar dalam setiap pelaksanaan kegiatan
mulai dari kegiatan sehari-hari hingga upacara keagamaan.
Kata kunci: Tattwa, Tri Kaya Parisudha, Penerapan
Romi Agustina 76
pikiran ada beberapa hal yang perlu a) Membiasakan diri untuk selalu
diterapkan untuk menyempurnakan memanggil siapapun dengan nama
penyucian pikiran kita yaitu: bukan julukan.
1. Selalu berpikir positif kepada b) Belajar untuk menahan keinginan
setiap hal untuk berkata kasar pada setiap
2. Hindari perbuatan buruk kondisi apapun
3. Jangan pernah mencari hal” yang c) Hindari memfitnah orang lain
kotor atau tidak layak d) Hindari yang namany mengejek
4. Selalu rutin melakukan penyucian karena dapat melukai hati
pikiran dan pendekatan kepada Ida seseorang Dengan melakukan hal-
Sang Hyang Widhi Wasa melalui hal tersbut wacika (perkataan) kita
yoga telah dapat disucikan.
Ketika kita sudah menerapkan c. Kayika (Perbuatan)
keempat hal diatas maka pikiran kita Yang terakhir dalam tahap
akan jauh lebih tenang dan cenderung penyempurnaan diri Tri Kaya Parisudha
lebih bahagia serta dapat yaitu Kayika (perbuatan). Bisa kita lihat
memancarkan aura positif. dan perhatikan di sekitar lingkungan kita
b. Wacika (Perkataan) semakin hari manusia semakin kehilangan
Wacika merupakan bentuk moralnya dalam melakukan perbuatan hal
penyucian diri kita terutama pada kegiatan ini terjadi karena di zaman sekarang
berucap atau mengeluarkan perkataan. Di ajaran-ajaran moral agama sudah semakin
zaman sekarang tanpa kita sadari kita pudar yang menyebabkan manusia merasa
sering mengeluarkan kata- kata kasar, semakin bebas dalam melakukan apapun
bahkan cenderung tidak pantas untuk tanpa mengetahui perbuatan/tindakan itu
diucapkan dan ironisnya masyarakat positif atau negatif. Walaupun manusia
sekarang malah mewajarkan hal tersebut pada kodratnya adalah mahluk yang bebas
dengan atas nama persaudaraan dan tradisi namun perlu diketahui juga batasan-
budaya. Padahal dalam ajaran agama batasan yang ada minimal dengan tidak
terutama tri kaya parisudha mengucapkan melakukan kegiatan yang negatif.
hal-hal yang kotor atau tidak pantas Untuk memperbaiki atau menyucikan
merupakan hal yang dilarang. karena perlu kayika (perbuatan) kita yaitu kembali lagi
diketahui bahwa tidak semua orang bisa pada pembawaan pikiran kita yang
menerima ucapan kotor atau bahkan dapat merupakan dasar kita dalam melakukan
melukai perasaan seseorang sesuatu. Ketika memiliki pikiran yang baik
Untuk memperbaiki atau akan membawakan perbuatan yang baik
menyucikan wacika (perkataan) adalah pula. Namun selain itu untuk
dengan menyucikan pikiran kita terlebih menyempurnakannya berikut hal-hal yang
dahulu karena pikiran merupakan tindakan harus dilakukan dan dihindari:
awal kita dalam melakukan sesuatu a) Selalu meminta petunjuk kepada
termasuk berucap. Ketika memiliki Ida Sang Hyang Widhi Wasa
pemikiran yang kotor, mulut kita tanpa dalam melakukan sesuatu.
sadar akan selalu mengucapkan hal-hal b) Pelajari hukum karmapala karena
yang kotor , dengan kita sudah mampu setiap perbuatan selalu ada
untuk membersihkan pikiran dari hal-hal balasanya.
buruk tersebut secara otomatis pola prilaku c) Hindari bujukan atau saran negatif
dalam berucap kita akan berubah menjadi dari orang-orang
lebih lembut, dan santun. d) Memilah mana perbuatan positif
Untuk menyempurnakan penyucian dan negatif
wacika (Perkataan) ada beberapa hal yang
perlu dilakukan yaitu:
Romi Agustina 77
2.3 Hubungan Tri Kaya Parisudha Pemikiran seperti inilah yang menjadi
dengan ajaran Tattwa. pondasi mereka untuk tetap bersyukur
Tattwa yang merupakan sebuah kepada tuhan atas segala yang terjadi di
dasar pemikiran atau filsafat yang memiliki dunia.
kerangka dasar kebenaran yang paling Untuk selalu memiliki pemikiran yang
mutlak, ternyata saling berkaitan dengan positif kita dapat melakukan beberapa hal
ajaran tri kaya parisudha, ini dikarenakan yaitu dengan bersemedi, selalu sembahyang
dalam setiap pengamalannya selalu ada rutin, dan selalu bersyukur.
tattwa didalamnya, fungsi tattwa disini b) Pengamalan Tattwa melalui wacika
adalah sebagai inti kebenaran dari Melalui wacika atau perkataan
penyucian prilaku yang kita lakukan. Maka pengamalan ajaran tattwa tentu bisa
dari itu bisa disimpulkan bahwa ajaran dilakukan dengan mengendalikan tutur
tattwa memang saling terkait dengan ajaran ucap ketika berbicara sudah menunjukan
tri kaya parisudha. pengamalan tattwa yang merupakan ajaran
kebaikan. Contoh pengamalan tattwa
2.4 Pengamalan Ajaran Tattwa melalui kayika adalah, selalu
melalui penerapan Tri Kaya mennggunakan bahasa yang sopan tidak
Parisudha selalu formal namun tetap nyaman untuk
Ajaran Tattwa dan Tri Kaya Parisudha didengar, gunakan etika berbicara yang
memiliki keterkaitan yang tak terpisahkan baik ketika berbicara dengan orang tua
karena ajaran Tri Kaya Parisudha sendiri ataupun meminta pertolongan dengan
termasuk dalam ajaran Tatwa, dengan menggunakan 3 kata ajaib (maaf, tolong,
menerapkan/melakukan ketiga penyucian terimakasih) maka orang-orang akan selalu
diri tersebut maka kita sudah termasuk senang hati mendengarkan kita.
mengamalkan ajaran Tattwa atau c) Pengamalan Tattwa melalui kayika
kebenaran, karena pada dasarnya Tri Kaya Terakhir Kayika (Perbuatan) untuk
Parisudha tersebut mengajarkan tentang bisa mengamalkan ajaran Tattwa tidak
kebenaran dalam diri manusia. cukup jika hanya melalui pikiran saja tanpa
a) Pengamalan Tattwa melalui Manacika adanya tindakan. Melakukan perbuatan
Mengamalkan ajaran tattwa dengan yang baik dan mampu menjadi panutan
melakukan penyucian pikiran dapat membantu
orang banyak sudah termasuk dalam
manusia untuk bisa berpikir dengan jernih,
sebagai sebuah tindakan awal dalam
pengamalan ajaran Tattwa.
melakukan sesuatu penyucian pikiran dapat Hal yang dapat mempengaruhi
memberikan pandangan positif bagi manusia kayika adalah 2 bagian tri kaya parisudha
untuk lebih mengamalkan ajaran tattwa dalam tadi yaitu, manacika dan kayika, ketika
kehidupan mereka. pemikiran dapat menghasilkan perkataan
Contoh dari pengamalan tattwa yang baik maka perbuatan yang akan kita
melalui manacika adalah: selalu berpikir lakukan pasti akan baik.
positif setiap hari, dalam setiap kondisi Contoh pengamalan tattwa melalui
apapun karena kita pernah tau apa yang kayika, bisa kita lihat kembali dari
akan terjadi, dan kerap tidak sesuai dengan kebiasaan masyarakat bali yang selalu
kehendak kita. Kita bisa juga mecontoh mengamalkan kegiatan ngayah baik itu ke
hal-hal disekitar kita semisal kita sebagai pura ataupun membantu sesama masyarakat
masyarakat bali, kadang tidak pernah yang sedang melakukan upacara kegamaan
disadari bahwa orang bali selalu (metulungan), juga selalu menerapkan
menerapkan pemikiran yang positif seperti
ketika mereka sedang mengalami III. KESIMPULAN
kecelakaan yang cukup parah namun masih Agama Hindu sudah menyiapkan
hidup, mereka selalu berpikir bahwa hal itu segalanya untuk umatnya bahkan dari hal
masih jauh lebih baik daripada harus mati. terkecil yaitu manusia, agama hindu sudah
Romi Agustina 78
memperhatikan cara hidup manusia mulai
dari pikiran hingga prilakunya melalui Tri
Kaya Parisudha. Rendahnya pengamalan
ajaran tattwa di dewasa ini menyebabkan
rendahnya juga moral manusia, sebagai
mahluk yang hampir sempurna yang
memiliki tri pramana justru membuat
manusia semakin arogan tidak hanya dari
perbuatan bahkan dalam pikiranya manusia
dalam dewasa ini sudah sangat tercemar
dan jauh dari ajaran agama menyebabkan
manusia tidak dapat membedakan
kebenaran. Walaupun demikian dengan
dibekali pengajaran Tattwa manusia masih
bisa memiliki harapan untuk berubah
dimulai dengan penyucian diri sendiri atau
menerapkan Tri Kaya Parisudha. Sehingga
manusia minimal dapat menjauhi hal buruk
duniawi dan dapat memilah hal positif dan
negatif sebagai sebuah langkah awal untuk
mencari kebenaran sejati.
DAFTAR PUSTAKA
Mardiwarsito, L. 1985. Kamus Jawa Kuno
Indonesia. Ende Flores NTT:
Penerbit. Nusa Indah. Sura, dkk.
2002. Agastya Parwa Teks dan
Terjemahan. Denpasar: Widya
Dharma.
Simpen, I Wayan 1985. Kamus Bahasa
Bali. Denpasar: Penerbit. Mabahakti
Watra. 2016. Pengantar Filsafat
Hindu. Denpasar. PARAMITA
Romi Agustina 79